PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setelah suatu Negara terbentuk maka Negara tersebut berhak membentuk
undang-undang atau konstitusi. Konstitusi di Indonesia sudah ada sejak zaman
dahulu bahkan sebelum kemerdekaan Indonesia. konstitusi yang ada berfungsi
mengatur kehidupan bermasyarakat yang disebut dengan adat istiadat, yang berasal
dari kesepakatan suatu masyarakat yang dipakai sebagai pengatur kehidupan
bermasyarakat.
Seperti halnya adat istiadat, konstitusi juga mengatur kehidupan suatu
Negara supaya tertatanya kehidupan dalam Negara. Jika dalam adat istiadat,
pelanggar adat istiadat dikenai hukum adat maka dalam konstitusi, pelanggar
konstitusi dikenai hukuman yang telah diatur dalam undang-undang. Maka untuk
mengatur kehidupan Negara dan unsur-unsur didalamnya, konstitusi sangat
dibutuhkan keberadaannya. Suatu Negara tanpa konstitusi atau undang-undang
seperti halnya mobil yang tanpa stir yang tidak dapat diatur geraknya dan jika
dibiarkan akan menabrak dan hancur.
Dasar Negara menjadi sumber bagi pembentukan kostitusi. Dasar Negara
menempati kedudukan sebagai norma hukum yang tertinggi disuatu Negara.
Sebagai norma tertinggi , dasar negara menjadi sumber pembentukan bagi norma-
norma hukum yang ada dibawahnya. Konstitusi adalah salah satu norma hukum
dibawah dasar negara. Konstitusi dalam arti luas adalah hukum tata negara, yaitu
keseluruhan aturan dan ketentuan (hukum) yang menggambarkan sistem
ketatanegaraan suatu negara.
Maka dari itu, makalah ini kami tulis dengan mengfokuskan pembahasan
tentang 1) pengertian negara, 2) pengertian konstitusi, 3) sejarah UUD 1945 sebagai
konstitusi negara 4) bagaimana hubungan negara dan konstitusi.
B. RUMUSAN MASLAH
1. Apa Pengertian Negara?
2. Apa Pengertian Konstitusi?
3. Bagaimana Sejarah UUD 1945 Sebagai Konstitusi Indonesia?
1
4. Bagaimana Hubungan Antara Negara Dan Konstitusi?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Mengetahui Pengertian Negara?
2. Untuk Mengetahui Pengertian Konstitusi?
3. Untuk Mengetahui Sejarah UUD 1945 Sebagai Konstitusi Indonesia?
4. Untuk Mengetahui Hubungan Antara Negara Dan Konstitusi?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN NEGARA
1. Pengertian Negara
Pengertian tentang negara telah banyak didefinisikan oleh para ahli termasuk
para filsuf Yunani Kuno, para ahli abad pertengahan sampai abad modern. Beberapa
pendapat tersebut antara lain :
a. Menurut Aristoteles (Schmandt, 2002), negara adalah komunitas keluarga dan
kumpulan keluarga yang sejahtera demi kehidupan yang sempurna dan
berkecukupan. Kehidupan berkecukupan bagi manusia merupakan titik tolak
1
Saffana Wahyu, Safari Hasan, Negara Dan Konstitusi, (Kediri: Artikel Negara, Konstitusi,
Peraturan, Hukum, Pemerintah: 2019). Hal 2.
2
Ibid.
3
Ibid.
3
adanya sebuah negara, karena manusia sebagai individu tidak bisa mencukupi
kebutuhan dirinya.
b. Jean Bodin (Schmandt, 2002) mengemukakan negara adalah pemerintahan yang
tertata dengan keluarga serta kepentingan bersama mereka oleh kekuasaan
berdaulat. Esensi dari negara mencakup tatanan yang benar, keluarga, kekuasaan
yan berdaulat, dan tujuan bersama. Pemerintah yang dibangun dalam negara yang
benar adalah sejalan dengan hukum alam, adalah sifat sejati masyarakat negara
yang membedakan dengan gerombolan perampok atau pencuri.
c. Roger Soltau, (Budardjo, 2007; Agustino, 2007; Kaelan dan Achmad Zubaidi,
2007) menyatakan bahwa negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.
d. Harold J. Laski (Budiardjo, 2007; Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2007)
mendefinisikan negara sebagai suatu masyarakat yang diintegrasikan, karena
mempunyai kewenangan yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung
daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu.
Masyarakat sendiri adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama
untuk mencapai keinginan-keinginan bersama. Masyarakat merupakan negara,
kalau cara yang harus ditaati baik oleh individu atau asosiasi-asosiasi ditentukan
oleh suatu wewenang yang bersifat memaksa dan mengikat.
2. Unsur-Unsur Negara
Suatu negara mempunyai beberapa unsur unruk membuatnya menjadi suatu
kesatuan yang utuh, setiap unsur tersebut akan saling melengkapi, sehingga tanpa
adanya satu unsur, negara tidak akan terbentuk dengan sempurna.4 Beberapa unsur
tersebut ialah sebagai berikut :
a. Wilayah
Merupakan suatu daerah yang dikuasai dan diduduki oleh sekelompok manusia,
serta menjadi batas teritorial suatu kedaulatan. Wilayah meiputi tiga bagian, yaitu
darat, perairan, dan udara.
b. Penduduk/Rakyat
4
Ibid. Hal 5.
4
Merupkan orang orang yang menempati suatu wilayah dalam kurun waktu yang
cukup lama. Rakyat merupakan unsur terpenting dalam suatu negara. Negara
hanya dapat terbentuk dengan kesepakatan para penduduknya.
c. Pemerintahan yang Berdaulat
Merupakan suatu lembaga di dalam negara yang memegang kekuasaan tertinggi
dan dibentuk untuk melaksanakan jalannya pemerintahan suatu negara.
d. Pengakuan Negara Lain
Pengakuan negara lain diperlukan untuk mencegah terjadinya ancaman dari
dalam atau campur tangan dari luar. Adanya pengakuan dari negara lain
membantu suatu negara untuk menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai
negara dalam berbagai bidang.
3. Fungsi Negara
Pada dasarnya fungsi negara adalah sebagai lembaga yang mewujudkan cita-cita
dan harapan masyarakat di dalamnya.5 Untuk mewujudkannya, maka negara memiliki
beberapa fungsi sebagai berikut :
a. fungsi ketertiban dan keamanan
Negara memiliki fungsi sebagai pihak yang mengatur serta melakukan ketertiban
dan keamanan masyarakatnya. Dengan begitu maka kegiatan para warga negara
dapat berlangsung dengan baik.
b. fungsi kesejahteraan dan kemakmuran
Pemerintah harus mengupayakan kesejahteraan dan kemakmuran warga
negaranya, khususnya di bidang ekonomi dan sosial.
c. fungsi pertahanan
Dalam hal ini negara memiliki fungsi mempertahankan dan menjamin
kelangsungan hidup suatu bangsa dari berbagai ancaman, baik serangan dari
dalam maupun luar.
d. fungsi penagakan keadilan
Negara harus dapat menjamin keadilan untuk setiap rakyatnya yang mencakup
seluruh aspek kehidupan (ideologi, ekonomi, sosial budaya, politik, pertahanan
5
Ibid. Hal 5-6.
5
dan keamanan). Fungsi keadilan ini dilakukan dengan cara penegakan hukum
melalui badan-badan peradilan suatu negara.
6
4. Tujuan Negara
B. PENGERTIAN KONSTITUSI
1. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari bahasa Perancis "constituer" yang berarti membentuk.
Maksud dari istilah tersebut ialah pembentukan, penyusunan, atau pernyataan akan
suatu negara. Dalam bahasa latin, "konstitusi" merupakan gabungan dua kata, yakni
cume berarti "bersama dengan...", dan statuere berarti "membuat sesuatu agar berdiri
atau mendirikan, menetapkan sesuatu". Dengan kata lain, constitutio (tunggal) berarti
menetapkan sesuatu secara bersama-sama, constitutiones berarti segala sesuatu yang
telah ditetapkan. Sedangkan Undang-Undang Dasar merupakan terjemahan dari istilah
Belanda "Crondwet". Kata grond berarti tanah atau dasar dan wet berarti undang-
undang.7
6
Ibid. Hal 6.
7
Aep Saepuloh, Tarsono, Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi Islam, (Bandung:
Batic Press 2011). Hal 71-72.
7
Istilah konstitusi (constitution) dalam bahasa Inggris memiliki makna yang lebih
luas daripada Undang-Undang Dasar, yakni konstitusi adalah keseluruhan dari
peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara
mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu
masyarakat. Konstitusi menurut Miriam Budiardjo adalah suatu piagam yang
menyatakan cita-cita bangsa dan merupakan dasar organisasi kenegaraan suatu bangsa.
Sedangkan undangundang dasar merupakan bagian tertulis dalam konstitusi.8
Dalam terminologi hukum Islam (fiqh siyasah), istilah konstitusi dikenal dengan
sebutan dustur. Dustur pada mulanya diartikan dengan seseorang yang memiliki
otoritas, baik dalam bidang politik maupun agama. Dalam kontek konstitusi, Dustur
berarti kumpulan kaidah yang mengatur dasar dan hubungan kerjasama antar sesama
anggota masyarakat dalam sebuah negara, baik yang tidak tertulis (konvensi) maupun
yang tertulis (konstitusi). Lebih lanjut dijelaskan oleh Abdul Wahab Khallaf, bahwa
prinsip yang ditegakan dalam perumusan undang-undang dasar (dustur) adalah
jaminan atas hak-hak asasi manusia setiap anggota masyarakat dan persamaan
kedudukan semua orang di mata hukum, tanpa membedakan stratifikasi sosial,
kekayaan, pendidikan dan agama (Ubaedillah, Abdul Rozak, 2005).9
8
Ibid.
9
Ibid. Hal 71-72.
10
Ibid. Hal 72.
8
Dasar sebagai konstitusi sebagai dokumen tertulis sebagaimana dikemukakan A.A.H
Struycken memuat nasional dan alat tentang:
11
Sarbaini, Zainul Akhyar, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta:
Aswaja Pressindo, 2015) Hal 81.
12
Aep Saepuloh, Tarsono, Op.Cit. Hal 72-73.
9
4) Pertanggungjawaban kepada rakyat (akuntabilitas publik) sebagai sendi utama
dari asas kedaulatan rakyat.
Keempat cakupan isi di atas merupakan dasar utama bagi suatu pemerintahan
yang konstitusional. Namun demikian, indikator suatu negara atau pemerintahan
disebut demokratis tidaklah tergantung pada konstitusinya. Sekalipun konstitusinya
telah menatapkan aturan dan prinsip-prinsip di atas, jika tidak diimplementasikan
dalam praktik penyelenggaraan tata pemerintahan, ia belum bisa dikatakan sebagai
negara yang konstitusional atau menganut paham konstitusi demokrasi.13
13
Ibid. Hal 73.
14
Sarbaini, Zainul Akhyar, Op.Cit. Hal 84.
15
Ibid.
10
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yang ditandatangani oleh Sukarno-
Hatta atas nama Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, ditindaklanjuti dengan
sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, yang didahului kompromi antara
wakil-wakil kelompok Islam dan wakil Indonesia Bagian Timur yang mayoritas
berasal dari penganut agama Nasrani tentang sila pertama dasar negara dari Piagam
Jakarta. Pertemuan ini terjadi karena wakil Indonesia Timur yang mayoritas
pemeluk agama Nasrani merasa dinomorduakan dengan rumusan rencana dasar
negara, yakni terdapat rumusan syariat Islam bagi pemeluknya. Perjuangan Bung
Hatta sebagai mediator berhasil meyakinkan kedua belah pihak, yaitu kelompok
Islam dan wakil Indonesia Timur, tentang rumusan dasar negara dalam Piagam
Jakarta, dari Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya diganti dengan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagaimana kita kenal
sekarang.16
Perubahan dari sila pertama berdampak pada perubahan pasal 29, UUD
1945, serta syarat Presiden yang tadinya ada kata-kata harus beragama Islam cukup
dengan orang Indonesia asli. Berdasarkan kesepakatan tersebut akhirnya UUD 1945
berhasil ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945, bersama dengan
pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden pertama di Indonesia.17
16
Ibid. Hal 84-85.
17
Ibid. Hal 85.
11
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat…”.
Berdasarkan pada alinea keempat UUD NRI 1945 tersebut maka tersirat bahwa
pemerintah negara yang memimpin jalannya roda pemerintahan di Indonesia
memiliki kewajiban untuk meraih beberapa tujuan negara, yaitu sebagai berikut.
1) Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2) Memajukan kesejahteraan umum.
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
18
Ali Akbar, DKK, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Hal. 109-110.
12
D. HUBUNGAN NEGARA DENGAN KONSTITUSI
Negara dan konstitusi memiliki hubungan yang sangat erat. Negara tanpa sebuah
konstitusi tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Karena dalam negara tersebut
tidak akan ada batasan batasan dan aturan aturan yang harus dilaksanakan dan
dipatuhi. Keberadaan konstitusi dalam sebuah negara merupakan jantung dari
negara tersebut. Tanpa konstitusi, sebuah negara akan berada di ambang
kekacauan.19
Konstitusi bersumber dari suatu dasar negara. Hubungan antar dasar negara
dan konstitusi dapat dilihat pada gagasan dasar, cita-cita, dan tujuan negara yang
terdapat pada pembukaan UUD suatu negara. Konstitusi memuat bangunan negara
dan sendi-sendi pemerintahan negara dan dapat tertulis maupun tidak tertulis.
Menurut Hafizah (2013), dasar negara dan konstitusi mempunyai keterkaitan secara:
1. Filosofis
19
Saffana Wahyu, Safari Hasan. Op.Cit. Hal. 7.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
14
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa penulis masih sangat jauh sekali dari kata-kata
sempurna. Untuk itu dibutuhkan kritikan-kritikan dan saran-saran kepada penulis guna
untuk menyempurnakan dan bahan evaluasi penulis dalam penulisan makalah ataupun
penulisan karya ilmiah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Saffana Wahyu, Safari Hasan, Negara Dan Konstitusi, (Kediri: Artikel Negara,
Konstitusi, Peraturan, Hukum, Pemerintah: 2019).
15
16