Anda di halaman 1dari 27

DINAMIKA PERSATUAN

DAN KESATUAN BANGSA


DALAM KONTEKS NKRI
KELOMPOK 7 (XII IPS 3)
Anggota:
-Nur Yuniati Ayu Pertiwi
-Muhammad Hafis
-Insia Anisa
-Indra Ronal
Hakikat Negara Kesatuan Republik
Indonesia

 Konsep Negara Kesatuan (Unitarisme)


 Konsep Negara
1. Menurut Miriam Budiardjo, negara diartikan sebagai suatu daerah
teritorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat
dan pihak-pihak yang berhasil menuntut warga untuk taat pada
peraturan perundang-undangan dengan penguasaan (kendali)
monopolistis dan kekuasaan yang sah.
2. Harold J. Laski menyatakan bahwa negara merupakan masyarakat yang
diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa.
Secara sah, negara lebih berkuasa daripada individu atau kelompok
yang merupakan bagian dari masyarakat.
3. Roger H. Solatu berpendapat bahwa negara dipahami sebagai badan
(agency) atau kewenangan (authority) yang mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat.
 Tujuan dan Fungsi Negara
Tujuan berdirinya suatu negara menurut Miriam Budiardjo adalah
untuk menciptakan kebahagiaan bersama bagi seluruh rakyat.

No Fungsi Arti
1. Melaksanakan Negara berfungsi melakukan penertiban umum serta
penertiban (law and bertindak sebagai stabilisator untuk mencegah terjadinya
order) bentrokan-bentrokan dalam masyarakat.
2. Mengusahakan Fungsi ini merupakan fungsi yang sangat penting, terlebih
kesejahteraan dan bagi negara yang baru saja terbentuk. Negara yang maju
kemakmuran merupakan negara yang mampu membuat masyarakat
rakyat. bahagia secara umum dari sisi ekonomi dan sosial
kemasyarakatan.
3. Pertahanan Fungsi ini mengharuskan negara menjaga wilayah,
kedaulatan, dan memberikan rasa aman kepada masyarakat
terhadap berbagai serangan, gangguan, dan ancaman yang
berasal dari dalam atau luar negara.
4. Menegakkan Negara berfungsi untuk menegakkan keadilan bagi seluruh
keadilan warga masyarakat, meliputi seluruh aspek kehidupan,
seperti politik, ekonomi, sosial budaya, hukum, dan
pendidikan. Upaya yang dapat dilakukan oleh negara untuk
menjalankan fungsi tersebut adalah membentuk lembaga-
lembaga peradilan sebagai sarana bagi masyarakat untuk
memohon keadilan terhadap segala bidang kehidupannya.
 Unsur Pembentukan Negara
Unsur-unsur negara terdiri atas rakyat, wilayah, dan pemerintahan
yang berdaulat. Wilayah dalam suatu negara tidak hanya daratan,
tetapi juga udara dan laut. Selain itu, untuk mendirikan sebuah
negara dibutuhkan pengakuan dari negara lain. Pengakuan ini hanya
bersifat deklaratif atau tambahan.
 Bentuk Negara
Menurut teori modern yang berkembang hingga saat ini, terdapat dua
bentuk negara, yakni negara kesatuan dan negara serikat atau
federasi.
1. Negara Kesatuan
Negara kesatuan merupakan negara yang bukan tersusun dari
beberapanegara, melainkan hanya terdiri atas suatu negara sehingga
tidak terdapat negara didalam negara. Kedaulatan negara kesatuan
sepenuhnya terletak pada pemerintahan pusat dan tidak terbagi.
2. Negara Serikat
Negara serikat disebut juga negara federasi (bondstaat). Negara-
negara bergabung menjadi negara federal disebabkan adanya suatu
kepentingan, baik itu kepentingan politik, ekonomi, maupun
kepentingan lainnya sehingga disepakatilah suatu ikatan kerja sama
yang efektif.

 Faktor Pembentuk Bangsa Indonesia


 Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
Gagasan perlunya membentuk suatu bangsa, yaitu bangsa Indonesia,
berhasil diwujudkan dalam ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober
1928. Para pemuda dari berbagai suku bangsa dan budaya di wilayah
nusantara berikrar menyatakan diri dalam satu tanah air, satu bangsa,
dan satu bahasa, yaitu Indonesia.
 Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Negara kita adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
yang dalam berdirinya tidak bisa lepas dari peristiwa Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Melalui Proklamasi 17 Agustus
1945, bangsa Indonesia berhasil mendirikan negara sekaligus
menyatakan adanya negara baru pada dunia, yaitu Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

 Faktor-Faktor Penting Pembentuk Bangsa Indonesia


1. Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah
penjajahan bangsa asing selama lebih kurang 350 tahun.
2. Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari
belenggu penjajah.
3. Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang
membentang dari Sabang sampai Merauke.
4. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan
keadilan sebagai suatu bangsa.
 Karakteristik Negara Kesatuan Republik Indonesia
Bentuk Negara Indonesia adalah negara kesatuan, yang lebih sering
disebut Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pernyataan
yang secara tegas menyatakan bahwa Indonesia adalah negara
kesatuan tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945 Pasal 1 yang berbunyi:
“Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk
Republik.”
Untuk lebih memahami karakteristik Negara Kesatuan Republik
Indonesia, kita perhatikan bahasan berikut.
 Prinsip Kesatuan
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yang tidak dapat diubah tersebut
menyebutkan adanya prinsip kesatuan yang dianut, terletak dalam
alinea keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Di dalamnya,
terdapat upaya pembentukan suatu pemerintahan Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia.
 Desentralisasi dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Sebagai negara kesatuan, Indonesia menganut asas desentralisasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini dapat kita lihat dalam
Pasal 18 UUD NRI Tahun 1945 sesudah amandemen. Dalam pasal
tersebut dikatakan bahwa:
ayat (1) “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-
daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan
kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.”
ayat (2) “Pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan.”
Selanjutnya, Pasal 18 UUD NRI Tahun 1945 setelah amandemen
juga mengatakan bahwa:
ayat (5) “Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan
sebagai urusan pemerintahan pusat.
ayat (6) “Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah
dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan.
ayat (7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah
diatur dalam undang-undang.”
 Mengakui dan Menghormati Keberadaan Masyarakat Adat
beserta Hak-Hak Tradisionalnya
Pasal 18 B ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 berbunyi:
“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup
dan sesuai dengan perkembangan masyarakat, dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang.”
Pasal ini memberikan tempat dan menghormati keberadaan
masyarakat adat beserta hak-hak tradisionalnya yang sudah lama ada,
bahkan hingga kini masih hidup di tengah-tengah masyarakat
setempat. Namun, masyarakat tersebut dengan hak-hak
tradisionalnya tidak boleh dijadikan sebagai alasan untuk
menegakkan negara sendiri.
 Wilayah dan Laut Nusantara sebagai Pemersatu
Berkaitan dengan wilayah Negara Indonesia, pada 13 Desember
1957, pemerintah Indonesia mengeluarkan Deklarasi Djuanda.
Deklarasi ini menyatakan: “Bahwa segala perairan di sekitar, di
antara, dan yang menghubungkan pulau-pulau yang termasuk dalam
daratan Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas atau
lebarnya, adalah bagian yang wajar dari wilayah daratan Negara
Republik dan dengan demikian merupakan bagian daripada perairan
nasional yang berada di bawah kedaulatan Negara Republik
Indonesia. Penentuan batas laut 12 mil yang diukur dari garis-garis
yang menghubungkan titik terluar pada pulau-pulau Negara Republik
Indonesia akan ditentukan dengan undang-undang.”
Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Indonesia dari Masa ke Masa
 Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Revolusi
Kemerdekaan (18 Agustus 1945-27 Desember 1949)
 Sistem Pemerintahan Presidensial
Sebagai negara yang terbentuk dan menetapkan diri untuk menjadi
negara yang berdaulat dan bersatu, Indonesia menjadikan dirinya
sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia. UUD NRI Tahun 1945
menetapkan sistem pemerintahan presidensial dengan kekuasaan yang
besar di tangan presiden, meskipun kekuasaan tertinggi berada di tangan
MPR. MPR memegang kekuasaan negara tertinggi sebagai sumber
kekuasaan negara dan di bawahnya adalah Presiden sebagai
penyelenggara kekuasaan pemerintahan yang tertinggi di bawah MPR.
Sistem seperti ini tidak menganut prinsip check and balance, dan tidak
mengatur pembatasan yang tegas penyelenggaraan kekuasaan negara.
Karena kelemahan inilah, dalam praktik ketatanegaraan Indonesia,
Menurut Zoelva (2008), banyak disalah gunakan dan ditafsirkan sesuai
kehendak pihak yang memegang kekuasaan.
 Sidang PPKI 18 dan 19Agustus 1945
Pada 18 Agustus 1945, dilaksanakan sidang PPKI. Sidang tersebut
menetapkan UUD RI, yaitu UUD NRI Tahun 1945 mengangkat Ir.
Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Presiden dan Wakil
Presiden Republik Indonesia. Pada 19 Agustus 1945, PPKI
menetapkan pembagian wilayah bekas Hindia Belanda ke dalam 8
provinsi Indonesia yang masing-masing dipimpin oleh seorang
gubernur. Provinsi-provinsi tersebut meliputi Sumatra, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil, Borneo (Kalimantan),
Sulawesi, dan Maluku.

 Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat


PPKI kemudian dibubarkan dan dibentuk Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) yang diresmikan pada 29 Agustus 1945. KNIP diketuai
Kasman Singodimedjo. Anggota KNIP berjumlah 137 orang, berasal
dari golongan muda dan tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai
daerah.
Beberapa ketetapan mengenai KNIP sebagai berikut.
1. Lembaga yang akan dibentuk di seluruh Indonesia dengan pusatnya di
Jakarta.
2. Penjelmaan dari kebulatan tujuh dan cita-cita bangsa Indonesia untuk
menyelenggarakan kemerdekaan Indonesia yang berdasarkan
kedaulatan rakyat.
3. Pernyataan dari rakyat Indonesia untuk hidup aman sebagai bangsa
yang merdeka, persatuan kebangsaan yang erat, menjaga keselamatan
umum, dan membantu para pemimpin dalam menyelenggarakan cita-
cita bangsa Indonesia.
 Kabinet Pertama
Susunan Kementerian Pertama sesuai dengan ketentuan UUD NRI Tahun
1945 ditetapkan pada tanggal 2 September 1945 yang dipimpin sekaligus
oleh Presiden Soekarno. Susunan cabinet pertama RI tersebut sebagai
berikut.
1. Menteri Dalam Negeri : R.A.A Wiranatakusumah
2. Menteri Luar Negeri : Mr. Achmad Subardjo
3. Menteri Kehakiman : Prof. Dr.Soepomo
4. Menteri Kemakmuran : Ir. Soerachman, Tjokroadisoerjo
5. Menteri Keuangan : Dr. Samsi
6. Menteri Kesehatan : Dr. Boentaran Martoatmodjo
7. Materi Pengajaran : Ki Hajar Dewantara
8. Menteri Sosial : Iwa Koesoemasoemantri
9. Menteri Penerangan : Amir Syarifuddin
10. Menteri Perhubungan : Abikoesno Tjokrosoejoso
11. Menteri Keamanan Rakyat : Suprijadi
12. Menteri Pekerjaan Umum : Abikoesno Tjokrosoejoso
13. Menteri Negara : K.H. Wachid Hasjim
14. Menteri Negara : Mohammad Amir
15. Menteri Negara : Mr. Sartono
16. Menteri negara : Otto Iskandardinata
17. Menteri Negara : Mr. A.A. Maramis
Selain itu, diangkat juga sejumlah pejabat tinggi negara sebagai berikut;
Ketua Mahkamah Agung : Dr.KoesoemaAtmadja
Jaksa Agung : Gatot Tarunamihardja
Sekretaris Agama : Mr. A.G. Pringgodigdo
Juru Bicara Negara : Sukardjo Wirjopranoto

 Maklumat Pemerintah
1) Maklumat 5 Oktober 1945
Pada 5 Oktober 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat
pembentukan dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR), TKR dibentuk dari
hasil peningkatan fungsi Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang
sebelumnya sudah ada. Pembentukan TKR bertujuan mengatasi situasi
Indonesia yang mulai tidak aman karena kedatangan kembali tentara
sekutu ke Indonesia, setelah terjadinya penyerahan Jepang kepada
sekutu, TKR terdiri dari TKR Darat, TKR Laut dan TKR Jawatan
Penerbangan yang semuanya berasal dari perubahan BKR Darat, BKR
Laut dan BKR udara.
2) Maklumat 3 November 1945
Pada 3 November 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat
mengenai pembentukan partai politik. Maklumat yang ditandatangani
Wakil Presiden Mohammad Hatta ini memberi kesempatan kepada
rakyat seluas-luasnya untuk mendirikan partai-partai politik.
Partai-partai politik yang berdiri setelah dikeluarkannya maklumat
tersebut antara lain Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia),
PBI (Partai Buruh Indonsia), PSI (Partai Sosialis Indonesia). 

3) Maklumat 14 November 1945


Pada masa awal kemerdekaan ini, Indonesia masih berjuang melawan
Belanda. Akibatnya, masih terdapat sentralisasi kekuasaan. Hal ini
terlihat pada UUD NRI Tahun 1945Pasal 4 aturan Peralihan yang
berbunyi, “sebelum MPR, DPR, dan DPD dan dibentuk,menurut
UUD ini, segala kekuasaan dijalankan oleh presiden dengan dibantu
oleh KNIP.”
 Kabinet Pada Masa Revolusi Kemerdekaan
Pada awal Proklamasi Kemerdekaan, dibentuk kabinet pertama
dengan sistem presidensial yang hanya bersifat formal saja. Setelah
dikeluarkannya maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945,
terjadi pergantian sistem pemerintahan menjadi sistem Parlementer.
Pada masa ini, sempat terbentuk sejumlah kabinet yang dipimpin
perdana menteri. Berikut kabinet-kabinet pada masa Revolusi
Kemerdekaan tersebut.
 Pemberontakan
1. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun tahun
1948
Pemberontakan PKI dilakukan di Madiun, Jawa Timur pada September
1948. Pemberontakan ini dipimpin oleh Muso, seorang tokoh Partai
Komunis Indonesia yang ingin membentuk Republik Soviet Indonesia,
beserta Amir Syarifuddin. PKI melakukan kekerasan fisik terhadap pejabat,
tokoh, dan warga yang anti-PKI. PKI pun menguasai Keresidenan Madiun,
Kabupaten Purwodadi, dan kecamatan Cepu. Akhirnya, pemberontakan ini
dapat ditumpas oleh satuan TNI melalui operasi militer yang dipimpin oleh
Kolonel Gatot Subroto dan Kolonel Sungkono. Muso dan Amir Syarifuddin
kemudian berhasil ditembak mati.
2. Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/ TII) di
Jawa Barat dan Jawa Tengah
Pemberontakan ini berawal dari gagasan Kartosuwirjo untuk membentuk
Negara Islam Indonesia (NII). Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya
Negara Islam Indonesia (NII) pada tanggal 4 Agustus 1949 di Jawa Barat.
Untuk mengatasi pemberontakan ini, TNI melakukan operasi militer ke
berbagai daerah yang dinilai menjadi pusat gerakan ini. Gerakan DI/TII
berhasil ditumpas ketika Kartosuwirjo ditangkap tanggal 4 Juni 1962 di
daerah Majalaya, Jawa Barat.
 Persatuan dan Kesatuan Bangsa Pada Masa Republik
Indonesia Sekitar (27 Desember 1949-17 Agustus 1950)
 Republik Indonesia Serikat
Sejak 27 Desember 1949, berdasarkan perjanjian Konferensi Meja
Bundar, Negara Kesatuan Republik Indonesia berubah bentuk menjadi
negara serikat (Republik Indonesia Serikat/RIS). Sistem pemerintahan
parlementer pada masa RIS ini pun berlaku hanya selama kurang lebih
delapan bulan. Atas desakan rakyat, pada tanggal 17 Agustus 1950,
Republik Indonesia Serikat bubar dan Indonesia kembali menjadi
negara kesatuan.
Konstitusi RIS mengenal enam lembaga negara, yaitu:
1. Presiden,
2. Dewan Menteri,
3. Senat,
4. Dewan Perwakilan Rakyat,
5. Mahkamah Agung, dan
6. Dewan Pengawasan Keuangan.
 Pemberontakan
Pada masa awal Republik Indonesia Serikat ini, terjadi sejumlah
pemberontakan yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa antara
lain:
1. Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
APRA dipimpin oleh Raymond Westerling. APRA memiliki tujuan
mempertahankan negara-negara federal dan meminta pemerintah
mengakui APRA sebagai tentara pemerintah. Pada 23 januari 1950,
Westerling dengan sekitar 800 orang pasukan APRA menyerang kota
Bandung. Pemberontakan APRA berhasil ditumpas TNI. Westerling sendiri
berhasil melarikan diri ke Singapura.
2. Pemberontakan Andi Azis
Pada 5 april 1950 di Makassar, terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh
KNIL di bawah pimpinan Kapten Andi Azis, mantan perwira tinggi KNIL.
Penyebab pemberontakan ini adalah penolakan masuknya pasukan APRIS
(Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) yang berasal dari TNI ke
Sulawesi Selatan. Mereka melakukan tindakan kekerasan terhadap
penduduk yang tinggal didekat markas KNIL dan juga anggota
APRIS/TNI. Pertempuran antara keduanya meletus pada 5 Agustus 1950.
Tentara APRIS/ KNIL berhasil dikalahkan oleh APRIS/TNI.
3. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Gerakan RMS merupakan gerakan separatis yang menolak integrasi
dan ingin membentuk negara sendiri yang lepas dari Negara
Indonesia Timur(NIT) dan NKRI. Gerakan RMS dipimpin oleh Dr.
Soumokil dan memiliki basis di Ambon. RMS menganggap
kemerdekaan RI adalah hadiah dari Jepang. Pada 3 November 1950,
dilakukan operasi penumpasan oleh APRIS/TNI. Ambon berhasil
dikepung dengan bantuan angkatan udara dan serangan dari laut.
Pada hari itu juga, pasukan APRIS/TNI berhasil merebut Benteng
Nieuwe Victoria dan Ambon pun berhasil dikuasai oleh tentara
APRIS/TNI.
 Persaatuan Dan Kesatuan Bangsa pada Masa Demokrasi
Liberal (17 Agustus 1950-5 Juli 1959)
 UUDS 1950 Sebagai Konstitusi
Setelah bubarnya Republik Indonesia Serikat, Indonesia
menggunakan UUDS 1950 sebagai konstitusi. Berdasarkan UUDS
1950, bentuk negara RI adalah negara kesatuan. Hal ini ditegaskan
dalam pasal 1 ayat 1 UUDS 1950 yang berbunyi “Republik Indonesia
yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang
demokraris dan berbentuk kesatuan”. UUDS 1950 menganut sistem
pemerintahan parlementer, sama seperti RIS. Hal ini dapat kita
temukan dalam UUDS 1950 pasal 83 ayat 1 dan 2 yang menyebutkan
sebagai berikut.
(1) Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu gugat.
(2) Menteri-menteri bertanggung jawab atasseluruh kebijaksaan
Pemerintah, baik bersama-sama untuk seluruhnya, maupun masing-
masing untuk bagiannya sendiri-sendiri.
 Hal-Hal Negatif dan Positif Sistem Parlementer
Menurut Herbert Feith, selama berlakunya sistem parlementer terdapat
hal-hal negatif yang terjadi:
1. Kebijakan pemerintahan jangka panjang banyak yang tidak dapat
terlaksana karena masa kerja kabinet rata-rata pendek.
2. Meningkatnya ketegangan sosial di masyarakat akibat masa kegiatan
kampanye pemilu yang berlangsung lama, yaitu sejak tahun 1953
hingga tahun 1955.
3. Kebijaksanaan beberapa perdana menteri yang cenderung
menguntungkan partainya sendiri.
Hal-hal positifnya antara lain:
1. Pemerintah berhasil melaksanankan program-programnya seperti
dalam bidang pendidikan, peningkatan produksi, peningkatan
tingkat ekspor, dan mengendalikan inflasi.
2. Kabinet dan ABRI berhasi mengatasi pemberontakan-
pemberontakan seperti Republik Maluku Selatan (RMS) dan DI/TII
di Jawa Barat.
3. Pesatnya jumlah pertumbuhan sekolah-sekolah.
4. Indonesia mendapat nama baik di dunia internasional karena
berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika (KAA) di
Bandung pada April 1955.
5. Pers menikmati kebebasan yang cukup sehingga banyak variasi
dalam pemberitaan, serta hadirnya kritik dari pers, terutama
dalam kolom kartun dan pojok.
6. Badan-badan pengadilan menikmati kebebasan yang besar dalam
menjalankan fungsinya. Hal ini termasuk dalam sejumlah kasus
yang menyangkut menteri, pimpinan militer, ataupun pemimpin
partai.
7. Hanya terdapat sedikit ketegangan diantara umat beragama.
8. Minoritas Tionghoa mendapat perlindungan dari pemerintah.
 Kabinet pada Demokrasi Liberal
 Pemberontakan
Pada masa demokrasi liberal ini, terjadi sejumlah pemberontakan
yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, antara lain:
1. Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di
Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Aceh Pemberontakan
DI/TII di Kalimantan Selatan terjadi pada 10 Oktober 1950
dipimpin Ibnu Hajar. Ibnu Hajar dan pasukannya menyerang pos-
pos tentara di Kalimantan Selatan dan melakukan tindakan-
tindakan pengacauan.
2. Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia
(PRRI)/Perjuangan Rakyat Semesta(Permesta) Gerakan
PRRI/Permesta terjadi karena hubungan tidak harmonis antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, terutama Sumatera dan
Sulawesi.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai