Anda di halaman 1dari 126

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Para negara dan warga negara identik dengan adanya hak dan kewajiban, antara
warga negara dengan negaranya ataupun sebaliknya. Negara memiliki kewajiban
untuk memberikan keamanan, kesejahteraan, perlindungan terhadap warga
negaranya serta memiliki hak untuk dipatuhi dan dihormati. Sebaliknya warga
negara wajib membela negara dan berhak mendapatkan perlindungan dari negara.

Di Indonesia seringkali terjadi adanya kesenjangan antara peranan negara dengan


kehidupan warga negara. Masalah-masalah politik, sosial, ekonomi, dan budaya
misalnya, seringkali terjadi karena adanya kesenjangan antara peranan negara serta
kehidupan warga negaranya. Dalam deretan pasal-pasal beserta ayat-ayatnya, UUD
1945 secara jelas mencantumkan hak serta kewajiban negara atas rakyatnya yang
secara jelas juga harus dipenuhi melalaui tangan-tangan trias politica ala
Monteqeiu. Melalui tangan Legislatif suara rakyat tersampaikan, melalui tangan
eksekutif kewajiban negara, hak rakyat dipenuhi, dan di tangan yudikatif aturan-
aturan pelaksanaan hak dan kewajiban di jelaskan. Idealnya begitu, tapi apa daya
sampai sekarang boleh di hitung dengan sebelah tangan seberapa jauh negara
menjalankan kewajibannya. Boleh dihitung juga berapa banyak negara menuntut
haknya.

Bukan hal yang aneh ketika sebagian rakyat menuntut kembali haknya yang selama
ini telah di berikan kepada negara sebagai jaminan negara akan menjaga serta
menjalankan kewajibannya. Negara sebagai sebuah entitas dimana meliputi sebuah
kawasan yang diakui (kedaulatan), mempunyai pemerintahan, serta mempunyai
rakyat. Rakyat kemudian memberikan sebagian hak-nya kepada negara sebagi ganti
negara akan melindunginya dari setiap mara bahaya, serta berkewajiban untuk
mengatur rakyatnya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan negara?
2. Apa yang dimaksud ilmu kenegaraan?
3. Apa saja permasalahan yang di hadapi bangsa Indonesia saat ini?
4. Bagaimana cara untuk menghadapi permasalahan kenegaraan tersebut?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan negara?
2. Untuk mengetahui apa ilmu kenegaraan?
3. Untuk mengetahui apa saja permasalahan yang di hadapi bangsa Indonesia
saat ini?
4. Untuk mengetahui bagaimana cara untuk menghadapi permasalahan
kenegaraan tersebut?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara

Negara adalah sebuah organisasi atau badan tertinggi yang memiliki


kewenangan untuk mengatur perihal yang berhubungan dengan kepentingan
masyarakat luas serta memiliki kewajiban untuk mensejahterakan, melindungi dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.

A. Pengertian Negara Menurut Para Ahli

a) John Locke dan Rousseau, negara merupakan suatu badan atau organisasi
hasil dari perjanjian masyarakat.
b) Max Weber, negara adalah sebuah masyarakat yang memiliki monopoli
dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam wilayah tertentu.
c) Mac Iver, sebuah negara harus memiliki tiga unsur poko, yaitu wilayah,
rakyat, dan pemerintahan.
d) Roger F.Soleau, negara adalah alat atau dalam kata lain wewenang yang
mengendalikan dan mengatur persoalan-persoalan yang bersifat bersama
atas nama masyarakat.
e) Prof. Mr. Soenarko, Negara adalah organisasi masyarakat yang mempunyai
daerah tertentu dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai suatu
kedaulatan, sedangkan Prof. Miriam Budiardjo memberikan pengertian
Negara adalah organisasi dalam suatu wilayah dapat memaksakan
kekuasaannya secara sah terhadap semua golongankekuasaan lainnya dan
yang dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama itu. Jadi
Negara adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu dan
diorganisasi oleh pemerintah negara yang sah, yang umumnya mempunyai
kedaulatan (keluar dan ke dalam).

3
B. Pengertian negara dapat ditinjau dari empat sudut yaitu:
1. Negara sebagai organisasi kekuasaan
Negara adalah alat masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur
hubungan antara manusia dalam masyarakat tersebut. Pengertian ini dikemukakan
oleh Logemann dan Harold J. Laski. Logemann menyatakan bahwa negara adalah
organisasi kekuasaan yang bertujuan mengatur masyarakatnya dengan
kekuasaannya itu. Negara sebagai organisasi kekuasaan pada hakekatnya
merupakan suatu tata kerja sama untuk membuat suatu kelompok manusia berbuat
atau bersikap sesuai dengan kehendak negara itu.
2. Negara sebagai organisasi politik
Negara adalah asosiasi yang berfungsi memelihara ketertiban dalam masyarakat
berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang diberi
kekuasaan memaksa. Dari sudut organisasi politik, negara merupakan integrasi dari
kekuasaan politik atau merupakan organisasi pokok dari kekuasaan politik. Sebagai
organisasi politik negara Bidang Tata Negara berfungsi sebagai alat dari
masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan antar manusia
dan sekaligus menertibkan serta mengendalikan gejala–gejala kekuasaan yang
muncul dalam masyarakat. Pandangan tersebut nampak dalam pendapat Roger H.
Soltou dan Robert M Mac Iver. Dalam bukunya “The Modern State”, Robert M
Mac Iver menyatakan : “Negara ialah persekutuan manusia (asosiasi) yang
menyelenggarakan penertiban suatu masyarakat dalam suatu wilayah berdasarkan
sistem hukum yang diselenggarakan oleh pemerintah yang dilengkapi kekuasaan
memaksa. Menurut RM Mac Iver, walaupun negara merupakan persekutuan
manusia, akan tetapi mempunyai ciri khas yang dapat digunakan untuk
membedakan antara negara dengan persekutuan manusia yang lainnya. Ciri khas
tersebut adalah : kedualatan dan keanggotaan negara bersifat mengikat dan
memaksa.

4
3. Negara sebagai organisasi kesusilaan
Negara merupakan penjelmaan dari keseluruhan individu. Menurut Friedrich
Hegel : Negara adalah suatu organisasi kesusilaan yang timbul sebagai sintesa
antara kemerdekaan universal dengan kemerdekaan individu. Negara adalah
organisme dimana setiap individu menjelmakan dirinya, karena merupakan
penjelmaan seluruh individu maka negara memiliki kekuasaan tertinggi sehingga
tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi dari negara. Berdasarkan pemikirannya,
Hegel tidak menyetujui adanya : Pemisahan kekuasaan karena pemisahan
kekuasaan akan menyebabkan lenyapnya negara. Pemilihan umum karena negara
bukan merupakan penjelmaan kehendak mayoritas rakyat secara perseorangan
melainkan kehendak kesusilaan. Dengan memperhatikan pendapat Hegel tersebut,
maka ditinjau dari organisasi kesusilaan, negara dipandang sebagai organisasi yang
berhak mengatur tata tertib dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,
sementara manusia sebagai penghuninya tidak dapat berbuat semaunya sendiri.

4. Negara sebagai integrasi antara pemerintah dan rakyat


Negara sebagai kesatuan bangsa, individu dianggap sebagai bagian integral
negara yang memiliki kedudukan dan fungsi untuk menjalankan negara. Menurut
Prof. Soepomo, ada 3 teori tentang pengertian negara:
a. Teori Perseorangan (Individualistik)
Negara adalah merupakan sauatu masyarakat hukum yang disusun berdasarkan
perjanjian antar individu yang menjadi anggota masyarakat. Kegiatan negara
diarahkan untuk mewujudkan kepentingan dan kebebasan pribadi. Penganjur teori
ini antara lain : Thomas Hobbes, John Locke, Jean Jacques Rousseau, Herbert
Spencer, Harold J Laski.
b. Teori Golongan (Kelas)
Negara adalah merupakan alat dari suatu golongan (kelas) yang mempunyai
kedudukan ekonomi yang paling kuat untuk menindas golongan lain yang
kedudukan ekonominya lebih lemah. Teori golongan diajarkan oleh : Karl Marx,
Frederich Engels, Lenin.

5
c. Teori Intergralistik (Persatuan)
Negara adalah susunan masyarakat yang integral, yang erat antara semua
golongan, semua bagian dari seluruh anggota masyarakat merupakan persatuan
masyarakat yang organis. Negara integralistik merupakan negara yang hendak
mengatasi paham perseorangan dan paham golongan dan negara mengutamakan
kepentingan umum sebagai satu kesatuan. Teori persatuan diajarkan oleh :
Bendictus de Spinosa, F. Hegel, Adam Muller

C. Unsur-unsur Negara
a) Penduduk
Penduduk merupakan warga negara yang memiliki tempat tinggal dan juga
memiliki kesepakatan diri untuk bersatu. Warga negara adalah pribumi atau
penduduk asli Indonesia dan penduduk negara lain yang sedang berada di
Indonesia untuk tujuan tertentu.
b) Wilayah
Wilayah adalah daerah tertentu yang dikuasai atau menjadi teritorial dari sebuah
kedaulatan. Wilayah adalah salah satu unsur pembentuk negara yang paling utama.
Wilaya terdiri dari darat, udara dan juga laut*.
c) Pemerintah
Pemerintah merupakan unsur yang memegang kekuasaan untuk menjalankan roda
pemerintahan.
Kedaulatan
Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi yang untuk membuat undang-undang dan
melaksanakannya dengan semua cara.

6
D. Pengertian Kewarganegaraan
Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam
satuan politik tertentu (secara khusus: negara) yang dengannya
membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan
keanggotaan yang demikian disebut warga negara. Seorang warga negara berhak
memiliki paspor dari negara yang dianggotainya.

Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan (citizenship). Di


dalam pengertian ini, warga suatu kota atau kabupaten disebut sebagai warga
kota atauwarga kabupaten, karena keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam
otonomi daerah, kewargaan ini menjadi penting, karena masing-masing satuan
politik akan memberikan hak (biasanya sosial) yang berbeda-beda bagi warganya.

Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan (nationality). Yang


membedakan adalah hak-hak untuk aktif dalam perpolitikan. Ada kemungkinan
untuk memiliki kebangsaan tanpa menjadi seorang warga negara (contoh, secara
hukum merupakan subyek suatu negara dan berhak atas perlindungan tanpa
memiliki hak berpartisipasi dalam politik). Juga dimungkinkan untuk memiliki hak
politik tanpa menjadi anggota bangsa dari suatu negara.

Di bawah teori kontrak sosial, status kewarganegaraan memiliki implikasi hak


dan kewajiban. Dalam filosofi "kewarganegaraan aktif", seorang warga negara
disyaratkan untuk menyumbangkan kemampuannya bagi perbaikan komunitas
melalui partisipasi ekonomi, layanan publik, kerja sukarela, dan berbagai
kegiatan serupa untuk memperbaiki penghidupan masyarakatnya. Dari dasar
pemikiran ini muncul mata pelajaran Kewarganegaraan (Civics) yang diberikan
di sekolah-sekolah.

E. WARGA NEGARA INDONESIA


Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagai
warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda
Penduduk, berdasarkan Kabupaten atau Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai
penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor identitas yang unik
(Nomor Induk Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan
mencatatkan diri di kantor pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara kepada

7
warga negaranya sebagai bukti identitas yang bersangkutan dalam tata hukum
internasional.

Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun 2006 tentang


Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang menjadi Warga
Negara Indonesia (WNI) adalah : setiap orang yang sebelum berlakunya UU
tersebut telah menjadi WNI

1. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI
2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu
warga negara asing (WNA), atau sebaliknya
3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah
yang tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah
tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut
4. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal
dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI
5. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI
6. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh
seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum
anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin
7. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir
tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
8. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah megara Republik Indonesia
selama ayah dan ibunya tidak diketahui
9. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan
ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya
10. anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu
WNI, yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan
memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan
11. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

8
Selain itu, diakui pula sebagai WNI bagi

1. anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun
dan belum kawin, diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan
asing
2. anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat secara sah sebagai
anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan
3. anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat
tinggal di wilayah RI, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan
Indonesia
4. anak WNA yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah
menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI.
5. Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang termasuk
dalam situasi sebagai berikut:
6. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat
tinggal di wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau ibunya memperoleh
kewarganegaraan Indonesia
7. Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak
secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga negara
Indonesia

Di samping perolehan status kewarganegaraan seperti tersebut di atas,


dimungkinkan pula perolehan kewarganegaraan Republik Indonesia melalui proses
pewarganegaraan. Warga negara asing yang kawin secara sah dengan warga negara
Indonesia dan telah tinggal di wilayah negara Republik Indonesia sedikitnya lima
tahun berturut-turut atau sepuluh tahun tidak berturut-turut dapat menyampaikan
pernyataan menjadi warga negara di hadapan pejabat yang berwenang, asalkan
tidak mengakibatkan kewarganegaraan ganda.

Berbeda dari UU Kewarganegaraan terdahulu, UU Kewarganegaraan tahun


2006 ini memperbolehkan dwikewarganegaraan secara terbatas, yaitu untuk anak
yang berusia sampai 18 tahun dan belum kawin sampai usia tersebut. Pengaturan
lebih lanjut mengenai hal ini dicantumkan pada Peraturan Pemerintah no. 2 tahun
2007.

9
Dari UU ini terlihat bahwa secara prinsip Republik Indonesia menganut asas
kewarganegaraan ius sanguinis; ditambah dengan ius soli terbatas (lihat poin 8-10)
dan kewarganegaraan ganda terbatas.

F. KEDUDUKAN WARGA NEGARA DI NEGARA INDONESIA


Dapat dikatakan bahwa proses kewarganegaraan itu dapat diperoleh melalui
tiga cara, yaitu: (i) kewarganegaraan karena kelahiran atau ‘citizenship by
birth’, (ii) kewarganegaraan melalui pewarganegaraan atau ‘citizenship by
naturalization’, dan (iii) kewarganegaraan melalui registrasi biasa atau
‘citizenship by registration’. Ketiga cara ini seyogyanya dapat sama-sama
dipertimbangkan dalam rangka pengaturan mengenai kewarganegaraan ini
dalam sistem hukum Indonesia, sehingga kita tidak membatasi pengertian
mengenai cara memperoleh status kewarganegaraan itu hanya dengan cara
pertama dan kedua saja sebagaimana lazim dipahami selama ini.
Kasus-kasus kewarganegaraan di Indonesia juga banyak yang tidak sepenuhnya
dapat diselesaikan melalui cara pertama dan kedua saja. Sebagai contoh, banyak
warganegara Indonesia yang karena sesuatu, bermukim di Belanda, di Republik
Rakyat Cina, ataupun di Australia dan negara-negara lainnya dalam waktu yang
lama sampai melahirkan keturunan, tetapi tetap mempertahankan status
kewarganegaraan Republik Indonesia.
Keturunan mereka ini dapat memperoleh status kewarganegaraan Indonesia
dengan cara registrasi biasa yang prosesnya tentu jauh lebih sederhana daripada
proses naturalisasi. Dapat pula terjadi, apabila yang bersangkutan, karena sesuatu
sebab, kehilangan kewarganegaraan Indonesia, baik karena kelalaian ataupun
sebab-sebab lain, lalu kemudian berkeinginan untuk kembali mendapatkan
kewarganegaraan Indonesia, maka prosesnya seyogyanya tidak disamakan dengan
seorang warganegara asing yang ingin memperoleh status kewarganegaraan
Indonesia.
Lagi pula sebab-sebab hilangnya status kewarganegaraan itu bisa saja
terjadi karena kelalaian, karena alasan politik, karena alasan teknis yang tidak
prinsipil, ataupun karena alasan bahwa yang bersangkutan memang secara sadar
ingin melepaskan status kewarganegaraannya sebagai warganegara Indonesia.
Sebab atau alasan hilangnya kewarganegaraan itu hendaknya dijadikan

10
pertimbangan yang penting, apabila yang bersangkutan ingin kembali mendapatkan
status kewarganegaraan Indonesia. Proses yang harus dilakukan untuk masing-
masing alasan tersebut sudah semestinya berbeda-beda satu sama lain.
Yang pokok adalah bahwa setiap orang haruslah terjamin haknya untuk
mendapatkan status kewarganegaraan, sehingga terhindar dari kemungkinan
menjadi ‘stateless’ atau tidak berkewarganegaraan. Tetapi pada saat yang
bersamaan, setiap negara tidak boleh membiarkan seseorang memilki dua status
kewarganegaraan sekaligus. Itulah sebabnya diperlukan perjanjian
kewarganegaraan antara negara-negara modern untuk menghindari status dwi-
kewarganegaraan tersebut. Oleh karena itu, di samping pengaturan
kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan melalui proses pewarganegaraan
(naturalisasi) tersebut, juga diperlukan mekanisme lain yang lebih sederhana, yaitu
melalui registrasi biasa.
Di samping itu, dalam proses perjanjian antar negara, perlu
diharmonisasikan adanya prinsip-prinsip yang secara diametral bertentangan, yaitu
prinsip ‘ius soli’ dan prinsip ‘ius sanguinis’ sebagaimana diuraikan di atas. Kita
memang tidak dapat memaksakan pemberlakuan satu prinsip kepada suatu negara
yang menganut prinsip yang berbeda. Akan tetapi, terdapat kecenderungan
internasional untuk mengatur agar terjadi harmonisasi dalam pengaturan perbedaan
itu, sehingga di satu pihak dapat dihindari terjadinya dwi-kewarganegaraan, tetapi
di pihak lain tidak akan ada orang yang berstatus ‘stateless’ tanpa kehendak
sadarnya sendiri. Karena itu, sebagai jalan tengah terhadap kemungkinan perbedaan
tersebut, banyak negara yang berusaha menerapkan sistem campuran dengan tetap
berpatokan utama pada prinsip dasar yang dianut dalam sistem hukum masing-
masing.
Indonesia sebagai negara yang pada dasarnya menganut prinsip ‘ius
sanguinis’, mengatur kemungkinan warganya untuk mendapatkan status
kewarganegaraan melalui prinsip kelahiran. Sebagai contoh banyak warga
keturunan Cina yang masih berkewarganegaraan Cina ataupun yang memiliki dwi-
kewarganegaraan antara Indonesia dan Cina, tetapi bermukim di Indonesia dan
memiliki keturunan di Indonesia. Terhadap anak-anak mereka ini sepanjang yang
bersangkutan tidak berusaha untuk mendapatkan status kewarganegaraan dari

11
negara asal orangtuanya, dapat saja diterima sebagai warganegara Indonesia karena
kelahiran. Kalaupun hal ini dianggap tidak sesuai dengan prinsip dasar yang dianut,
sekurang-kurangnya terhadap mereka itu dapat dikenakan ketentuan mengenai
kewarganegaraan melalui proses registrasi biasa, bukan melalui proses naturalisasi
yang mempersamakan kedudukan mereka sebagai orang asing sama sekali.
G. Persamaan Kedudukan Warga Negara
1. Landasan yang Menjamin Persamaan Kedudukan Warga Negara
a. Makna Persamaan
Saling menghargai dan menghormati orang lain tanpa membeda-bedakan suku,
agama, ras dan antargolongan (SARA)
b. Jaminan Persamaan Hidup (Pendekatan Kultural)
Beberapa nilai cultural bangsa Indonesia yang dapat dilestarikan :
1. Nilai Religius
2. Nilai Gotong Royong
3. Nilai Ramah Tamah
4. Nilai Cinta Tanah Air
c. Jaminan Persamaan Hidup dalam Konstitusi Negara
Jaminan persamaan hidup warga Negara di dalam konstitusi negara adalah :
a) Pembukaan UUD 1945 alinea 1
b) Sila-sila Pancasila
c) UUD 1945 dan peraturan peundangan lainnya
2. Berbagai Aspek Persamaan Kedudukan Sikap Warga Negara
a. Bidang Politik

1. Kewajiban bela negara terhadap keberadaan dan kelangsungan NKRI


2. Pengembangan sistem politik nasional yang demokratis, termasuk
penyelenggaraan pemilu yang berkualitas.
3. Meningkatkan partai politik yang mandiri dengan pendidikan kaderisasi yang
intensif dan komprehensif.
4. Memperketat dan menetapkan prinsip persamaan dan antidiskriminasi dalam
kehidupan masyarakat bangsa dan negara.

12
b. Bidang Ekonomi
1. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan dalam lapangan kerja atau
perbaikan taraf hidup ekonomi dan menikmati hasil-hasilnya secara adil sesuai
dengan nilai-nilai kemanusiaan dan darma baktinya yang diberikankepada
masyrakat, bangsa, dan negara
2. Persamaan kedudukan di bidang ekonomi untuk menciptakan sistem ekonomi
kerakyatan yang berkeadilan dan bersaing sehat, efisien, produktif, berday saing,
serta mengembangkan kehidupan yang layak anggota masyarakat.
3. Bidang Hukum
Dalam pasal 27 UUD 1945 secara jelas disebutkan bahwa negara menjamin warga
negaranya tanpa membedakan ras, agama, gender, golongan, budaya, dan suku.
4. Bidang Sosial-Budaya
Persamaan kedudukan di bidang sosial-budaya di antaranya :
1. memperoleh pelayanan kesehatan
2. kebebasan mengembangkan diri
3. memperoleh pendidikan yang bermutu
4. memelihara tatanan sosial.
3. Contoh Perilaku yang Menampilkan Persamaan Kedudukan Warga Negara

1. Menghargai dan menghormati kedudukan individu dengan tidak


menonjolkan perbedaan yang ada
2. Menjaga tali persaudaraan dalam suatu lingkungan
3. Negara menjamin persamaan kedudukan warga Negara, sehingga setiap
warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama
4. Tidak memicu konflik yang disebabkan karena terlalu mengagung-
agungkan atau membangga-banggakan agama/ras/golongan pribadi
5. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
6. Tidak mengambil hak-hak milik orang lain

13
H. Persamaan Kedudukan Warga Negara Tanpa Membeda-bedakan Ras,
Agama, Gender, Golongan, Budaya dan Suku
Berikut upaya-upaya menghargai persamaan kedudukan warga negara :
a) Setiap kebijakan pemerintah hendaknya bertumpu pada persamaan dan
menghargai pluralitas
b) Pemerintah harus terbuka dan membuka ruang kepada masyarakat
berperan serta dalam pembangunan nasional tanpa membeda-bedakan antar
sesama.
c) Produk hukum atau peraturan perundang-undangan harus menjamin
persamaan warga Negara
d) Partisipasi masyarakat dalam politik harus memperhatikan kesetaraan sara
dan gender
Penerapan prinsip persamaan kedudukan warga negara antara lain :
a) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain
b) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
c) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis
kelamin kedudukan social, warna kulit dsb
d) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain
e) Sebagai warga Negara dan masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama
f) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
g) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
3.1 Hubungan Negara Dengan Warga Negara

A. Wujud hubungan warga negara dengan negara

Wujud hubungan antara warga negara dengan negara pada umumnya berupa
peranan. Peranan pada dasarnya adalah tugas apa yang dilakukan sesuai dengan
status yang dimiliki, dalam hal ini sebagai warga negara. Secara teori, status warga

14
negara meliputi status pasif, aktif, negatif dan positif. Peranan warga negara juga
meliputi peranan yang pasif, aktif, negatif dan positif.

Peranan pasif adalah kepatuhan warga negara terhadap peraturan perundang-


undangan yang berlaku. Peranan akif merupakan aktifitas warga negara untuk
terlibat (berprtisipasi) serta ambil bagian dalam kehidupan bernegara, terutama
dalam mempengaruhi keputusan publik. Peranan positif merupakan aktifitas warga
negara untuk meminta pelayanan dari negara untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Peranan negatif merupakan aktifitas warga negara untuk menolak campur tangan
negara dalam mempersoalan pribadi.

Di indonesia, hubungan antara warga negara dengan negara telah di atur dalam
UUD 1945. Hubungan antara warga negara dengan negara indonesia tersebut
digambarkan dengan baik dalam pengaturan mengenai hak dan kewajiban. Baik itu
hak dan kewajiban warga negara terhadap negara maupun hak dan kewajiban
negara terhadap warganya. Ketentuan selanjutnya mengenai hak dan kewajiban
warga negara diberbagai bidang terdapat dalam peraturan perundang-undangan
dibawah undang-undang dasar.

B. Hak dan kewajiban warga negara indonesia

Hak dan kewajiban warga negara tercantum dalam pasal 27 sampai dengan
pasal 34 UUD 1945. Beberapa hak dan kewajiban tersebut antara lain sebagai
berikut:

1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”
(pasal 27 ayat 2).
2. Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak
untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal
28A).
3. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1).

15
4. Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh, dan Berkembang”
5. Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi
kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)
6. Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C
ayat 2).
7. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta
8. perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
9. Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk
tidak diperbudak,
10. hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak
dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).

Kewajiban Warga Negara Indonesia :

1. Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
berbunyi : segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.
2. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD
1945 menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara”.
3. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1
mengatakan : Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain
4. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 28J ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang

16
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai
agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.”
5. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30
ayat (1) UUD 1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”

Disamping adanya hak dan kewajiban warga negara terhadap negara, dalam UUD
1945 perubahan pertama telah dicantumkan adanya HAM. Ketentuan mengenai
HAM ini merupakan langkah maju dari bangsa indonesia untuk menuju kehidupan
konstitusional yang demokratis. Ketentuan mengenai HAM tertuang pada pasal 28
A sampai J UUD 1945. Dalam ketentuan tersebut juga dinyatakan adanya
kewajiban dasar manusia.

Selanjutnya hak-hak warga negara yang tertuang dalam UUD 1945 sebagai
konstitusi negara dinamakan hak konstitusonal. Setiap warga negara memiliki hak-
hak konstitusional sebagai mana yang ada pada UUD 1945. Warga negara berhak
menggugat bila ada pihak-pihak lain yang berupaya membatasi atau menghilangkan
hak-hak konstitusionalnya.

Selain itu ditentukan pula hak dan kewajiban yang dimiliki negara terhadap warga
negara. Hak dan kewajiban negara terhadap warga negara pada dasarnya
merupakan kewajiban dan hak warga negara terhadap negara. Beberapa ketentuan
tersebut, antara lain sebagai berikut:

Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan 30,
yaitu :

1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang
sebagai warga negara. Dan pada ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan
ditetapkan dengan undang-undang.

17
2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di
dalam

hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada
ayat (2), taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.

3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan


lisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam
pembelaan negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan
undang-undang.

Secara garis besar, hak dan kewajiban warga negara yang tertuang dalam
UUD 1945 mencakup berbagai bidang. Bidang-bidang ini antara lain: bidang
politik dan pemerintahan, sosial, keagamaan, pendidikan, ekonomi, dan pertahanan.

Selain adanya hak dan kewajiban warga negara di dalam UUD 1945,
tercantum pula adanya HAM. HAM perlu dibedakan dengan hak warga negara. Hak
warga negara merupakan hak yang ditentukan dalam suatu konstitusi negara.
Munculnya hak ini adalah karena adanya ketentuan undang-undang dan berlaku
bagi orang yang berstatus sebagai warga negara bisa terjadi hak dan kewajiban
warga negara indonesia berbeda dengan hak warga negara malaysia oleh karena
ketentuan undang-undang yang berbeda. Adapun HAM umumnya merupakan hak-
hak yang sifatnya mendasar yang melekat dengan keberadaannya sebagai manusia.
HAM tidak diberikan oleh negara teteapi justru harus dijamin keberadaannya oleh
negara.

18
2.3 Proses Terbentuknya Negara

Asal mula terbentuknya suatu negara dapat dibedakan dalam dua proses yaitu
proses secara primer dan sekunder. Berikut penjelasannya.
1. Secara Primer
- Terjadinya negara dimulai dari masyarakat hukum yang paling sederhana yang
kemudian berevolusi ke tingkat yang lebih maju, tahap-tahap pertumbuhannya
adalah sebagai berikut.
- Suku/persekutuan masyarakat (genootschaft) adalah kehidupan manusia yang
diawali dari keluarga, kemudian kelompok-kelompok masyarakat hukum (sukum).
Satu suku berkembang menajdi dua suku, tiga suku, dan seterusnya hingga menjadi
besar dan kompleks. Perkembangan tersebut bisa terjadi karena faktor alami atau
karena penaklukan-penaklukan antarsuku.
- Kerajaan (rijk) adalah tahap yang dimulai dari kepala suku yang semula berkuasa
di masyarakat hukumnya mengadakan ekspansi dengan melakukan penaklukan-
penaklukan kepada daerah lain.
- Negara rasional adalah tahap yang dimulai dari negara nasional yang diperintah
oleh raja yang absolut dengan sistem pemerintahan tersentralisasi. Semua rakyat
yang dipaksa mematuhi kehendak dan perintah raja. Hanya ada satu identitas
kebangsaan. fase ini disebut dengan fase nasional dalam terjadinya sebuah negara
- Negara demokrasi adalah tahap dimana adanya kekuasaan raja yang absolut
dengan menimbulkan keinginan rakyat untuk memegang pemerintahan sendiri.
Artinya, kedaulatan/kekuasaan tertinggi dipegang oleh rakyat. Rakyat yang berhak
memilih pemimpinnya yang dianggap mampu dalam mewujudkan aspirasinya. Hal
tersebut mendorong lahirnya negara demokrasi.
2. Secara Sekunder.
Teori terjadinya negara secara sekunder yang didasarkan bahwa negara telah ada
sebelumnya. Namun karena adanya revolusi, intervensi, dan penaklukan, timbullah
negara yang menggantikan negara yang telah ada tersebut. Karena revolusi di Uni
Soviet. Cheechnya, dan Uzbekistan menjadi sebuah negara yang merdeka.
Indonesia merdeka dari Jepang setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Teori Terbentuknya Negara.

19
Adapun beberapa teori tentang terbentuknya suatu Negara yakni sebagai berikut.
1. Teori kontrak sosial / Teori Perjanjian Masyarakat
Teori ini beranggapan bahwa Negara dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian
masyarakat.
2. Teori Ketuhanan
Negara dibentuk oleh Tuhan dan pemimpin-pemimpin Negara ditunjuk oleh Tuhan
Raja dan pemimpin-pemimpin Negara hanya bertanggung jawab pada Tuhan dan
tidak pada siapapun. Penganut teori ini adalah Agustinus, Yulius Stahi, Haller,
Kranenburg dan Thomas Aquinas.
3. Teori kekuatan
Negara yang pertama adalah hasil dominasi dari komunikasi yang kuat terhadap
kelompok yang lemah, Negara terbentuk dengan penaklukan dan pendudukan.
Dengan penaklukan dan pendudukan dari suatu kelompok etnis yang lebih kuat atas
kelompok etnis yang lebih lemah, dimulailah proses pembentukan
Negara. Penganut teori ini adalah H.J. Laski, L. Duguit, Karl Marx, Oppenheimer
dan Kollikles.
4. Teori Organis
Menurut Dede Rosyada, organis tentang hakikat dan asal mula negara adalah suatu
konsep bilogis yang melukiskan negara dengan istilah-istilah ilmu alam. Negara
dianggap atau disamakan dengan makhluk hidup, manusia atau binatang individu
yang merupakan komponen-komponen Negara dianggap sebagai sel-sel dari
makhluk hidup itu. Kehidupan corporal dari Negara dapat disamakan sebagai tulang
belulang manusia, undang-undang sebagai urat syaraf, raja (kaisar) sebagai kepala
dan para individu sebagai daging makhluk itu.
5. Teori Historis
Teori ini menyatakan bahwa lembaga-lambaga sosial tidak dibuat, tetapi tumbuh
secara evolusioner sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan manusia.
6. Teori kedaulatan hukum
Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit) menyatakan semua kekuasaan
dalam negara berdasar atas hukum. Pelopor teori ini adalah H. Krabbe dalam buku
Die Moderne Staats Idee.

20
7. Teori Hukum Alam
Filsufgaul (2012) menuliskan teori hukum alam yakni negara terjadi karena
kehendak alam yang merupakan lembaga alamiah yang diperlukan manusia untuk
menyelenggarakan kepentingan umum. Penganut teori ini adalah Plato, Aristoteles,
Agustinus, dan Thomas Aquino.

3.2 Fungsi Dan Tujuan Sebuah Negara

A. Fungsi Negara
1) Fungsi Pertahanan dan Keamanan

Negara wajib melindungi unsur negara(rakyat, wilayah, dan pemerintahan) dari


segala ancaman, hambatan, dan gangguan, serta tantangan lain yang berasal dari
internal atau eksternal. Contoh: TNI menjaga perbatasan negara.

2) Fungsi Keadilan

Negara wajib berlaku adil dimuka hukum tanpa ada diskriminasi atau kepentingan
tertentu. Contoh: Setiap orang yang melakukan tinfakan kriminal dihukum tanpa
melihat kedudukan dan jabatan.

3) Fungsi Pengaturan dan Keadilan

Negara membuat peraturan-perundang-undangan untuk melaksanakan kebijakan


dengan ada landasan yang kuat untuk membentuk tatanan kehidupan
bermasyarakat, berbangsan dan juga bernegara.

4) Fungsi Kesejahteraan dan Kemakmuran

Negara bisa mengeksplorasi sumber daya alam yang dimiliki untuk meningkatkan
kehidupan masyarakat agar lebih makmur dan sejahtera.

21
B. Tujuan Sebuah Negara

Tujuan suatu negara merupakan hal yang penting dalam kehidupan bernegara.
Setiap negara memiliki tujuan negara yang hendak dicapai. Pada dasarnya Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) diselenggarakan untuk melaksanakan
pemerintahan negara, sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea
keempat.

Produk hukum yang dibuat oleh pemerintah haruslah sesuai dengan tujuan
negara Indonesia seperti tercantum pada pembukaan UUD 1945 alinea keempat
diatas, yaitu tujuan perlindungan, kesejahteraan, pencerdasan, dan ketertiban atau
perdamaian.

1. Tujuan perlindungan

Tujuan perlindungan terdapat dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang
berbunyi: “ kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia“

Parameter atau ukuran subyek hukum (warga negara) sudah terlindungi adalah jika
hak-haknya terpenuhi, berdasarkan hukum negara. Hak warga negara Indonesia
telah tercantum dalam UUD 1945, antara lain : hak asasi manusia, hak mendapatkan
pekerjaan, hak perlindungan hukum yang sama, dll

2. Tujuan kesejahteraan

Tujuan kesejahteraan terdapat dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang
berbunyi: “dan untuk memajukan kesejahteraan umum” Ukuran kesejahteraan di
Indonesia memiliki 3 unsur dan merupakan syarat yang paling minimal dan
subjektif. Apabila ketiganya terpenuhi, maka masyarakat sudah merasa sejahtera.
Unsur-unsur tersebut adalah sandang (pakaian), pangan (makan), dan papan
(tempat tinggal).

22
3. Tujuan pencerdasan

Tujuan pencerdasan terdapat dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang
berbunyi: “…mencerdaskan kehidupan bangsa…” Bebas buta huruf untuk rakyat
Indonesia telah diproklamirkan sejak negara Indonesia merdeka. Tujuan
pencerdasan ini benar adanya agar masyarakat Indonesia yang jumlahnya sangat
banyak dapat memiliki kualitas yang baik dari segi pendidikan.

4. Tujuan ketertiban atau perdamaian

Tujuan ketertiban dan perdamaian terdapat dalam pembukaan UUD 1945 alinea
keempat yang berbunyi: “… dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial …” Perdamaian
merupakan cita-cita semua negara. Istilah “damai” dalam ilmu politik terdapat 2
macam, yaitu damai internal (dalam negeri) dan damai eksternal (hubungan dengan
luar negeri). Sebagai contoh lepasnya Timor Timur dari NKRI adalah akibat dari
kurangnya ketertiban dan perdamaian di dalam negeri. Sedangkan dasar politik
luar negeri Indonesia adalah politik bebas-aktif.

23
3.1 Ilmu Kenegaraan

1. Pengertian Ilmu Kenegaraan

Jika ditinjau dari segi istilah, maka istilah Ilmu Kenegaraan


(Staatswetenschap/General Sate Science) merupakan istilah yang tertua disamping
Ilmu Negara (Staats Leer) dan Ilmu Politik (Wetenschap der Politiek).
Pengertian istilah staatswetenschap bukanlah ilmu kenegaraan yang ditinjau
dari sudut hukum saja, tetapi juga dari sudut ekonomi sebagai akibat dari pengaruh
merkantilisme.
Merkantilisme adalah politik ekonomi di Eropa Barat yang menyamakan
uang dengan kekayaan, berusaha memperoleh emas, meningkatkan hasil produksi
pabrik dan ekspor, pembea-an impor dan memeras negara jajahan.
Aliran merkantilisme disebut juga ajaran neraca perdagangan karena
berusaha untuk membuat neraca perdagangan lebih aktif, artinya volume ekspor
harus lebih besar dari impor sehingga mendapatkan keuntungan.

2. Pengertian Ilmu Negara

Istilah Ilmu Negara berasal dari bahasa Belanda, Staatsleer yang diambil
dari istilah bahasa Jerman Staatslehre. Dalam bahasa Inggris disebut The General
Theory of State atau Political Theory.
Istilah Ilmu Negara pertama kali diperkenalkan oleh George Jellinek yang
disebut sebagai Bapak Ilmu Negara. George Jellinek memandang ilmu negara
sebagai suatu keseluruhan dan membaginya ke dalam bagian-bagian yang
berhubungan satu sama lain.
Di Indonesia, universitas yang pertama kali menggunakan istilah Ilmu
Negara adalah Universitas Gadjah Mada – Yogyakarta.
Menurut Kranenburg, Ilmu Negara adalah ilmu tentang negara, dimana
diadakan penyelidikan tentang sifat hakekat, struktur, bentuk, asal mula, ciri-ciri
serta seluruh persoalan di sekitar negara.
Selanjutnya, Kranenburg berpendapat bahwa Ilmu Negara merupakan
cabang penyelidikan ilmiah yang masih muda walaupun menurut sifat dan

24
hakekatnya merupakan cabang ilmu pengetahuan yang tua karena sebenarnya Ilmu
Negara sudah dikenal sebagai suatu ilmu pengetahuan sejak zaman Yunani Kuno.
Ilmu negara adalah ilmu yang menyelidiki pengertian-pengertian pokok
dan sendi-sendi pokok dari negara dan hukum negara pada umumnya. Pengertian
menitik beratkan pada suatu pengetahuan, sedangkan sendi menitik beratkan pada
suatu asas atau kebenaran.
Ilmu negara mempelajari negara secara umum, mengenai asal-usulnya,
wujudnya, lenyapnya, perkembangannya dan jenis-jenisnya.
Selain itu, Prof. M. Nasroen, SH, menyatakan bahwa Ilmu Negara Umum
adalah suatu ilmu pengetahuan tertentu. Sebagai suatu ilmu pengetahuan, maka
Ilmu Negara Umum akan mencari dan menetapkan suatu ketentuan dan kebenaran
terhadap pokok penyelidikannya, yaitu negara. Jadi, Ilmu Negara Umum harus
menjawab pertanyaan mengenai negara.

3. Objek Ilmu Negara

Menurut Kranenburg, obyek penyelidikan Ilmu Negara adalah negara,


dimana dalam ilmu negara diselidiki asal mula, sifat, hakekat dan segala sesuatu
yang berkaitan dengan negara. Ilmu Negara menitikberatkan penyelidikannya
kepada pengertian negara secara umum.
Prof. M. Nasroen SH, dalam hal ini sependapat dengan Kranenburg,
menurutnya, sebab wujud dari Ilmu Negara Umum adalah menyelidiki dan
menetapkan asal mula, inti sari dan wujud negara pada umumnya.
Obyek penyelidikan ilmu negara adalah negara secara umum, sehingga ia
sering disebut sebagai ilmu negara umum.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup serta obyek penyelidikan Ilmu
Negara adalah negara dalam pengertian abstrak, terlepas dari waktu dan tempat,
bukan suatu negara tertentu yang secara positif ada pada suatu waktu dan tempat
tertentu. Ilmu Negara menyelidiki pengertian-pengertian pokok (grondbegrippen)
dan sendi-sendi pokok (grondbeginselen) dari negara yang berlaku untuk dan
terdapat pada setiap negara.

25
4. Negara
Negara berasal dari bahasa latin, status atau statum yang berarti keadaan
yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.
Hasil Konvensi Montevideo Tahun 1993 menyatakan,bahwa : Negara
sebagai pribadi hukum internasional seharusnya memiliki kualifikasi sebagai
berikut :
a) Penduduk yang menetap.
b) Wilayah tertentu
c) Suatu pemerintahan
d) Kemampuan untuk berhubungan dengan negara-negara lain.
Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya, baik
militer, politik, ekonomi maupun sosial budayanya diatur oleh pemerintahan yang
berada di wilayah tersebut.
Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang berbeda dengan bentuk
organisasi lain terutama karena hak negara untuk mencabut nyawa seseorang.
Fenwick mengatakan bahwa negara adalah suatu masyarakat politik yang
diorganisir secara tetap, yang menduduki suatu daerah tertentu dan menikmati
dalam batas-batas daerah tertentu suatu kemerdekaan dari pengawasan negara lain,
sehingga ia dapat bertindak sebagai badan yang merdeka di muka dunia.
Jika ditinjau dari sudut pandang sosiologi, negara adalah kelompok politis
persekutuan hidup orang yang banyak jumlahnya dan terikat oleh perasaaan senasib
dan seperjuangan. Membicarakan negara berarti membicarakan masyarakat dan
manusia. Untuk dapat menjadi suatu negara maka ada beberapa syarat atau unsur
yang harus dipenuhi, yaitu :
a) Rakyat
Rakyat yaitu sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini.
Oppenheim – Lauterpacht berpendapat bahwa rakyat adalah kumpulan manusia
dari kedua jenis kelamin yang hidup bersama merupakan suatu masyarakat,
meskipun mereka berasal dari keturunan yang berlainan, menganut kepercayaan
yang berlainan, memiliki warna kulit yang berlainan.
Selain itu, para ahli yang lain berpendapat bahwa ide atau cita-cita untuk bersatu
merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk dapat membentuk suatu bangsa

26
yang akan hidup dalam suatu negara. Oleh karena itu, rakyat yang mempunyai cita-
cita untuk bersatu merupakan unsur yang sangat penting bagi negara.
Dahulu orang berpendapat bahwa suatu bangsa hanya dapat dibentuk oleh
suatu masyarakat yang berasal dari satu keturunan, satu bahasa dan satu adat
istiadat, namun pendapat ini tidak dapat dipertahankan karena tidak terbukti
kebenarannya. Misalnya : bangsa Indonesia, Swiss, USA dll terdiri dari masyarakat
yang memiliki adat istiadat dan bahasa yang berbeda.

b) Wilayah tertentu tempat negara itu berada


Antara wilayah satu negara dengan wilayah negara yang lain dibatasi oleh
batas tertentu.
Batas daerah suatu negara dapat terjadi dengan dua cara, yaitu :
1) Terjadi secara alamiah (dibatasi oleh gunung, sungai dll).
2) Ditentukan dengan mengadakan perjanjian dengan negara lain yang berbatasan
langsung dengan negara tersebut.
Dalam traktat/perjanjian internasional yang diadakan di Paris pada tahun 1919
ditetapkan bahwa udara di atas tanah suatu negara, termasuk wilayah negara
tersebut.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang termasuk daerah suatu negara adalan :

1) Daratan
2) Lautan.
Pada umumnya, lebar laut teritorial adalah 3 mil (5,5 km) yang dihitung dari
garis pasang surut atau garis lurus yang menghubungkan titik-titik terluar suatu
kepulauan.
) Udara di atas teritorium daratan dan lautan tersebut.
Menempuh atau melintasi wilayah negara asing tanpa ijin dari negara yang
bersangkutan dianggap sebagai pelanggaran atas kedaulatan negara tersebut
dan tindakan tersebut dapat ditindak secara hukum oleh negara yang
bersangkutan.
c) Pemerintahan yang berdaulat
Pemerintah adalah orang atau beberapa orang yang memerintah menurut
hukum negaranya.

27
Utrecht berpendapat bahwa istilah pemerintah meliputi 3 pengertian yang berbeda,
yaitu :
1) Pemerintah sebagai gabungan dari semua badan kenegaraan yang berkuasa
memerintah, dalam arti kata yang luas. Jadi, termasuk semua badan-bnadan
kenegaraan yang bertugas menyelenggarakan kesehajahteraan umum yang
meliputi eksekutif, yudikatif, legislatif.
2) Pemerintah sebagai gabungan dari badan-badan kenegaraan yang tertinggi yang
berkuasa memerintah di suatu wilayah negara, misalnya : Raja, Presiden, Yang
Dipertuan Agung (Malaysia).
3) Pemerintah dalam arti kepala negara (presiden) bersama-sama dengan menteri-
menterinya, yang berarti organ eksekutif yang umumnya disebut dengan Dewan
Menteri atau Kabinet.
Kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi, yaitu kekuasaan yang tidak
berada di bawah kekuasaan yang lain. Pemerintah yang berdaulat berarti :
1) Ke dalam, pemerintah tersebut ditaati oleh rakyatnya, dapat melaksanakan
recthsorde (ketertiban hukum) dalam negara sehingga kesejahteraan rakyat
terjamin.
2) Ke luar, pemerintah negara tersebut mampu mempertahankan kemerdekaannya
terhadap serangan dari pihak lain.
Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara
diakui oleh warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada
wilayah tempat negara itu berada.
d) Pengakuan dari negara lain
Unsur ini bukan merupakan unsur atau syarat mutlak terjadinya negara
karena unsur ini bukan merupakan unsur pembentuk bagi negara tetapi hanya
bersifat menerangkan saja tentang adanya negara.
Tanpa pengakuan dari negara lain, suatu negara dapat berdiri. Misalnya :
1) Amerika Serikat memproklamirkan kemerdekaannya pada tahun 1776,
walaupun Inggris baru mengakuinya pada tahun 1873.
2) Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tahun 1945, Belanda baru
mengumumkan pengakuannya pada tahun 1949.

28
Berkaitan dengan pengakuan dari negara lain, di kalangan ahli hukum internasional
terdapat dua teori yang bertentangan, yaitu :
1) Declaratory Theory/Evidentiary Theory (Teori Deklaratif)
Golongan yang menganut teori ini menyatakan bahwa apabila semua unsur-
unsur negara dimiliki oleh suatu masyarakat politik, maka otomatis ia merupakan
suatu negara dan harus diperlakukan sebagai negara oleh negara lain.
Dengan kata lain, hukum internasional secara ipso facto harus menganggap
masyarakat politik yang bersangkutan sebagai suatu negara dengan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban yang dengan sendirinya melekat padanya. Pengakuan hanya
bersifat ‘pencatatan’ dari negara-negara lain bahwa negara baru tersebut telah ada.
2) Constitutive Theory (Teori Konstitutif)
Golongan yang menganut teori ini menyatakan bahwa walaupun unsur-
unsur kenegaraan telah dimiliki oleh suatu masyarakat politik, namun ia tidak
secara otomatis diterima sebagai suatu negara di antara masyarakat internasional.
Jika ada pernyataan dari negara-negara lain yang mengakui masyarakat politik
tersebut sebagai suatu negara barulah masyrakat politik tersebut benar-benar telah
memenuhi semua syarat sebagai suatu negara dan dapat menikmati hak-haknya
sebagai suatu negara baru.
Unsur rakyat, wilayah dan pemerintahan yang berdaulat merupakan unsur
konstitutif, sedangkan pengakuan dari negara lain merupakan unsur deklaratif.
Selain itu, Wright juga mengemukakan syarat-syarat yang harus dimiliki
oleh suatu negara, yaitu :
a. Daerah dengan batas-batas yang ditentukan secara tegas dengan prospek
yang wajar untuk mempertahankannya.
b. Kekuasaan dengan kemampuan de facto untuk memerintah daerah
tersebut.
c. Undang-undang atau lembaga-lembaga yang dapat memberikan
perlindungan yang layak kepada orang asing, golongan minoritas dan
dapat menjamin ukuran keadilan yang patut diantara seluruh penduduk.
d. Pendapat umum dengan lembaga-lembaga yang menyalurkannya yang
memberikan petunjuk yang layak mengenai keinginan untuk merdeka

29
dan jaminan yang wajar bahwa syarat-syarat yang terpenting yang
dikemukakan di atas mempunyai sifat yang tetap.

Keberadaan negara, seperti organisasi secara umum, adalah untuk


memudahkan anggotanya (rakyat) mencapai tujuan bersama atau cita-citanya.
Keinginan bersama ini dirumuskan dalam suatu dokumen yang disebut sebagai
Konstitusi, termasuk didalamnya nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh rakyat
sebagai anggota negara. Sebagai dokumen yang mencantumkan cita-cita bersama,
maksud didirikannya negara Konstitusi merupakan dokumen hukum tertinggi pada
suatu negara. Karenanya dia juga mengatur bagaimana negara dikelola. Konstitusi
di Indonesia disebut sebagai Undang-Undang Dasar.
Dalam bentuk modern negara terkait erat dengan keinginan rakyat untuk
mencapai kesejahteraan bersama dengan cara-cara yang demokratis. Bentuk paling
kongkrit pertemuan negara dengan rakyat adalah pelayanan publik, yakni
pelayanan yang diberikan negara pada rakyat. Terutama sesungguhnya adalah
bagaimana negara memberi pelayanan kepada rakyat secara keseluruhan, fungsi
pelayanan paling dasar adalah pemberian rasa aman. Negara menjalankan fungsi
pelayanan keamanan bagi seluruh rakyat bila semua rakyat merasa bahwa tidak ada
ancaman dalam kehidupannya. Dalam perkembangannya banyak negara memiliki
kerajang layanan yang berbeda bagi warganya.
Berbagai keputusan harus dilakukan untuk mengikat seluruh warga negara,
atau hukum, baik yang merupakan penjabaran atas hal-hal yang tidak jelas dalam
Konstitusi maupun untuk menyesuaikan terhadap perkembangan jaman atau
keinginan masyatakat, semua kebijakan ini tercantum dalam suatu Undang-
Undang. Pengambilan keputusan dalam proses pembentukan Undang Undang
haruslah dilakuakan secara demokratis, yakni menghormati hak tiap orang untuk
terlibat dalam pembuatan keputusan yang akan mengikat mereka itu. Seperti juga
dalam organisasi biasa, akan ada orang yang mengurusi kepentingan rakyat banyak.
Dalam suatu negara modern, orang-orang yang mengurusi kehidupan rakyat banyak
ini dipilih secara demokratis pula.

30
Negara terkecil di dunia adalah Vatikan dengan luas 0,04 km2 kemudian
diikuti oleh Monako seluas 1,95 km2, Nauru seluas 21 km2, Tuvalu seluas 26 km2
dan San Marino seluas 61 km2.
5. Pengertian Negara Menurut Pendapat Para Ahli
a. George Jellinek : Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok
manusia yang telah berkediaman di wilayah tertentu.
b. Logemann : Negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang dengan
kekuasaannya bertujuan untuk mengatur dan menyelenggarakan suatu
masyarakat.
c. George Wilhelm Friedrich Hegel : Negara merupakan organisasi kesusilaan
yang muncul sebagai sintesis dari kemerdekaan individual dan
kemerdekaan universal
d. Krannenburg : Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak
dari suatu golongan atau bangsanya sendiri.
e. Roger F. Soltau : Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.
f. Prof. R. Djokosoetono : Negara adalah suatu organisasi manusia atau
kumpulan manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
g. Prof. Mr. Soenarko : Negara ialah organisasi manyarakat yang mempunyai
daerah tertentu, dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai
sebuah kedaulatan.

5. Ruang Lingkup Ilmu Negara

Ilmu Negara sebagai suatu pengetahuan telah dikenal sejak zaman Yunani
Purba. Ilmu Negara menitikberatkan penyelidikannya kepada negara sebagai
organisasi dalam pengertian umum.
Georg Jellinek melihat Ilmu Negara dari dua sisi, yaitu :
1. Sisi Tinjauan Sosiologis, terdiri dari :
a. Teori Sifat Hakekat Negara
b. Teori Pembenaran Hukum Negara
c. Teori Terjadinya Negara

31
2. Sisi Tinjauan Yuridis
a. Teori Bentuk Negara dan Bentuk Pemerintahan
b. Teori Kedaulutan
c. Teori Unsur-unsur Negara
d. Teori Fungsi Negara
e. Teori konstitusi
f. Teori Lembaga Perwakilan
g. Teori Sendi-sendi Pemerintahan
h. Teori Alat-alat Perlengkapan Negara
i. Teori Kerjasama antar Negara
6. Hubungan Ilmu Negara Dengan Ilmu Lain

Suatu ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dengan ilmu pengetahuan


lainnya. Tidak mungkin suatu ilmu pengetahuan berdiri sendiri tanpa berhubungan
atau dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan lainnya. Ilmu Negara merupakan salah
satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Sosial seperti halnya Politik, Hukum,
Kebudayaan dll. Semua Ilmu Pengetahuan pada akhirnya akan berinduk pada ilmu
pengetahuan induk (mater scientarium) yaitu filsafat. Oleh karena itu Ilmu Negara
juga tidak dapat berdiri sendiri dan harus bekerja sama dengan ilmu pengetahuan
lainnya.
Selain memiliki hubungan yang bersifat umum dengan ilmu pengetahuan
lainnya, maka Ilmu Negara juga memiliki hubungan yang bersifat khusus dengan
ilmu pengetahuan sosial tertentu yang memiliki obyek penelitian yang sama, yaitu
negara. Dalam hal ini maka Ilmu Negara memiliki hubungan yang khusus dengan
Ilmu Politik, Ilmu Hukum Tata Negara, Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara
6.1 Hubungan Ilmu Negara dengan Hukum
Hubungan antara ilmu negara dengan hukum sebenarnya agak
sederhana dalam Teori Kedaulatan Negara. Hukum merupakan kemauan negara
yang telah dinyatakan. Negara memiliki wewenang untuk memerintah, yaitu
memaksakan kemauannya kepada orang lain secara tidak terbatas, seperti yang
dikemukakan oleh Jellineck bahwa negara mempunyai kekuasaan untuk
memerintah. Hanya negara yang mempunyai kekuasaan untuk memaksakan
dengan tiada bersyarat kemauannya kepada yang lain. Negara adalah bentuk ikatan

32
manusia-manusia yang tinggal di dalamnya yang dilengkapi dengan kekuasaan
untuk memerintah.

6.2 Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Politik


Politik secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu polis. Polis
adalah kota yang dianggap negara yang terdapat dalam kebudayaan Yunani kuno.
Jean Bodin adalah orang pertama yang menggunakan istilah ilmu politik.
Ilmu Negara merupakan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat teoritis dan
seluruh hasil penyelidikan yang telah dilakukan oleh Ilmu Negara dipraktekkan
oleh Ilmu Politik yang merupakan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat praktis.
Ilmu Negara lebih menitikberatkan pada kepada hal-hal yang bersifat
teoritis oleh karena itu kurang dinamis. Ilmu Negara lebih memperhatikan unsur-
unsur statis dari negara yang mempunyai tugas utama untuk melengkapi dan
memberikan pengertian-pengertian pokok yang jelas tentang negara.
Sebaliknya, Ilmu Politik menitikberatkan pada faktor-faktor yang
konkret yang terutama terpusat pada gejala kekuasaan, baik yang mengenai
organisasi negara maupun yang mempengaruhi tugas-tugas negara. Oleh karena itu
Ilmu Politik bersifat lebih dinamis dibandingkan Ilmu Negara.

7. Hubungan Ilmu Negara dengan Hukum Tata Negara


Hukum Tata Negara pada dasarnya adalah peraturan-peraturan yang
mengatur organisasi negara dari tingkat atas sampai bawah, stsruktur, tugas dan
wewenang alat perlengkapan negara,hubungan antar alat perlengkapan tersebut
secara hirarki maupun horizontal, wilayah negara, kedudukan warga negara serta
hak asasinya.

33
Hubungan Tata Negara dengan Ilmu Negara dapat dilihat dari dua segi,
yaitu :
 Segi Sifat
Hukum Tata Negara merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat praktis, sehingga
dapat diterapkan langsung. Sedangkan Ilmu Negara merupakan ilmu pengetahuan
yang bersifat teoritis sehingga tidak dapat digunakan secara langsung.
 Segi Manfaat
Ilmu negara tidak mementingkan bagaimana caranya suatu hukum itu harus
dilaksanakan, oleh karena itu ilmu negara lebih mementingkan negara secara
teoritis sedangkan Hukum Tata Negara dan Hukum administrasi Negara lebih
mementingkan segi prakteknya.
Selain itu, para ahli juga ada yang menyampaikan pendapat mereka
mengenai hubungan antara HTN dengan Ilmu Negara, diantaranya adalah :
1 Dasril Radjab
Ilmu negara merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki pengertian-
pengertian pokok dan sendi-sendi dasar teoritis yang bersifat umum bagi Hukum
Tata Negara. Oleh karena itu untuk dapat mengerti Hukum Tata Negara harus
terlebih dahulu memiliki pengetahuan secara umum tentang negara (Ilmu Negara).
Dengan demikian, Ilmu Negara dapat memberikan dasar-dasar teoritis untuk
Hukum Tata Negara positif dan Hukum Tata Negara merupakan penerapan di
dalam kenyataan bahan-bahan teoritis dari Ilmu Negara.
2 Jellinek
Berdasarkan sistematika Jellinek maka jelaslah hubungan antara HTN dengan
ilmu negara, yaitu keduanya merupakan bagian dari staatswissenschaft dalam arti
luas.

8. Hubungan Ilmu Negara dengan Perbandingan Hukum Tata Negara


Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara bertugas untuk menganalisis secara
teratur, menetapkan secara sistematis mengenai sifat-sifat yang melekat pada
negara, faktor-faktor yang menimbulkan, mengubah atau menghilangkan suatu
negara dll.

34
Selain itu, Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara juga bertugas untuk
mengadakan perbandingan antara negara-negara, menyelidiki dan menetapkan
bagian-bagian atau unsur-unsur, sifat-sifat, corak umum dari negara yang
merupakan genus suatu bangsa.
Hasil penyelidikan dari ilmu negara yang bersifat umum akan menjadi
dasar bagi penyelidikan Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara selanjutnya yang
akan menerangkan, menjelaskan dan membandingkan antara negara yang satu
dengan yang lainnya.

8.1 Sistematika Ilmu Negara

Georg Jellinek dalam bukunya yang berjudul Allgemeine Staatslehre


menciptakan suatu sistematis yang lengkap dan teratur dari Ilmu Negara. Menurut
Jellinek, Ilmu Kenegaraan (Staatswissenschaft) dapat dibedakan dalam dua : yaitu
:
1) Staatswissenschaft dalam arti sempit
Yaitu ilmu pengetahuan mengenai negara dimana titik berat pembahasannya
terletak pada negara sebagai objeknya.
Staatswissenschaft dalam arti sempit dapat dibedakan lagi ke dalam :

a. Beschreibende staatswissenschaft atau lebih dikenal sebagai statenkunde Yaitu


ilmu pengetahuan mengenai negara yang melukiskan negara dari segi
masyarakat/penduduk,alam,flora dan fauna.
b. Theoritische staatswissenschaft atau lebih dikenal sebagai Ilmu Negara
(Staatsleer)

Ilmu pengetahuan mengenai negara yang menganalisa dan mengolah bahan-


bahan dari Beschreibende staatswissenschaft untuk kemudian disusun dalam
suatu sistematika serta melengkapinya dengan sendi-sendi pokok dan
pengertian pokok dari negara.
Theoritische staatswissenschaft dapat dibagi lagi ke dalam :
 Allgemeine staatslehre
Yaitu ilmu negara umum yang membahas teori-teori tentang negara yang
berlaku umum terhadap semua negara. Jellinek membahas Ilmu Negara Umum

35
dengan menggunakan Teori Dua Segi atau zweiseiten theori. Berdasarkan teori
tersebut maka Jellinek membedakan lagi Allgemeine Staatslehre dalam :
a) Allgemeine soziale staatslehre (peninjauan dari sudut sosiologis).
Melakukan peninjauan dari segi sosiologis. Yang termasuk ke dalam
Allgemeine Soziale adalah :
Teori mengenai sifat hakekat negara
Teori mengenai pembenaran hukum atau penghalalan negara
Teori mengenai terjadinya hukum negara
Teori mengenai tujuan negara
Teori mengenai penggolongan tipe-tipe negara dll.
b) Allgemeine staatsrechtslehre (peninjauan dari sudut yuridis).
Termasuk di dalamnya adalah :
Teori mengenai bentuk negara dan bentuk pemerintahan
Teori mengenai kedaulatan negara.
Teori mengenai unsur negara
Teori mengenai fungsi negara
Teori mengenai konstitusi negara.
Teori mengenai lembaga perwakilan
Teori mengenai alat-alat perlengkapan negara
Teori mengenai sendi-sendi pemerintahan
Teori mengenai kerjasama antar negara
2) Besondere Staatslehre
Yaitu ilmu negara khusus yang membahas teori-teori tentang negara yang
hanya berlaku pada suatu negara tertentu.
 Praktische staatswissenschaft atau lebih dikenal dengan politiek
Yaitu ilmu pengetahuan mengenai negara yang menguraikan tentang tata
cara mempraktekkan teori-teori ilmu negara.
Ilmu Politik dalam sistematika Jellinek mempunyai arti yang berbeda dengan
Political Science yang dikenal di negara-negara Anglo Saxon. Di negara-negara
Anglo Saxon, ilmu politik merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
Sedangkan di negara-negara Eropa Kontinental, ilmu politik tidak berdiri sendiri

36
tetapi berkaitan erat dengan staatswissenschaft. Pelaksanaan ilmu politik
merupakan hasil penyelidikan dari theoritical science.
Negara-negara Eropa Kontinental adalah negara-negara di daratan Eropa
kecuali Inggris. Sedangkan negara-negara Anglo Saxon adalah Inggris dan daerah
jajahannya.
 Rechtswissenschaft
Yaitu ilmu pengetahuan mengenai negara yang titik berat pembahasannya
terletak pada segi yuridis/hukum dari suatu negara.
Rechtwissenschaft terdiri dari Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha
Negara/Hukum Administrasi Negara dan Hukum Antar Negara.

8.2 Ilmu Negara Khusus Republik Indonesia

Dalam klasifikasi Jellineck, ilmu negara umum (algemeine staatsleer)


bersifat teoritis, abstrak dan universal, sedangkan ilmu negara khusus lebih dekat
kepada realitas ketatanegaraan suatu negara.
Ilmu negara khusus adalah ilmu negara teoritis yang khusus berlaku hanya
untuk satu negara tertentu saja. Melalui pendekatan deduktif, ilmu negara khusus
menjangkau permulaan dari HTN positif sehingga ada hubungan antara ilmu
negara umum dan HTN positif.
Menurut Padmo Wahyono, teori ilmu negara umum yang bersifat universal
merupakan hasil perbandingan dari teori-teori ilmu negara khusus dengan
menghilangkan sifat-sifat khusus yang akan diperoleh suatu abstraksi universal.
Ilmu negara khusus merupakan embrio dari HTN positif. Ilmu negara khusus
merupakan komplementer (pelengkap) bagi ilmu negara umum.

8.3 Sejarah Perkembangan Ilmu Negara

Ilmu pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil pemikiran manusia dan


manusia mempunyai kebebasan untuk menyatakan pemikirannya. Ilmu
pengetahuan bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan masyarakat. Oleh
karena itu ilmu pengetahuan dapat dikatakan sebagai lambang utama dari
kemajuan.

37
8.4 Zaman Yunani Purba
Pengetahuan dan penyelidikan tentang negara mulai ada sejak zaman
Yunani Purba. Bangsa Yunani memang dikenal sebagai bangsa yang pertama kali
memiliki peradaban yang sangat tinggi. Sejak Yunani Purba mengenal
pemerintahan yang demokratis, setiap orang bebas mengemukakan pendapatnya.
Saat itu, negara masih bersifat polis-polis atau the Greek State. Keberadaan
polis pada awalnya merupakan suatu tempat di puncak bukit dimana orang-orang
mendirikan rumah dan tempat tersebut kemudian dikelilingi dengan tembok untuk
menjaga penduduknya terhadap serangan musuh dari luar.
Polis merupakan organisasi yang tertinggi. Polis tidak hanya mengatur
hubungan antar organisasi yang ada dalam polis, tetapi juga mengatur kehidupan
pribadi warganya. Oleh karena polis identik dengan masyarakat negara atau negara
maka polis merupakan negara kota (standstaat/citystate).
Pemerintahan di dalam polis merupakan demokrasi langsung (directe
democratie/direct democracy/klassieke democratie) dimana rakyat dalam polis ikut
secara langsung menentukan kebijaksanaan pemerintah (direct government by all
the people). Hal ini dapat terjadi karena dua alasan, yaitu :
1. Pengertian kota identik dengan negara dengan wilayah yang sangat terbatas.
2. Jumlah penduduk masih sangat sedikit.
Oleh karena itu, salah satu ciri dari demokrasi adalah turut sertanya rakyat
dalam pemerintahan dan turut sertanya rakyat secara langsung berasal dari zaman
Yunani Purba. Dengan turut serta secara langsung dalam pemerintahan berarti
rakyat melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan. Pada saat itu, yang
disebut ”rakayt” adalah warga kota (citizen) yang merupakan sebagian kecil dari
penduduk Athena.
Menurut Mac Iver, dalam bukunya The Web of Government, citizen adalah
city dwellers yang berada di daerah Athena. Sedangkan pengawasan rakyat
dijalankan dengan musyawarah rakyat (Yunani : ecleseia, Romawi : cometia).
Pada zaman Yunani Purba terdapat beberapa filsuf yang pemikirannya
banyak mempengaruhi kehidupan dan kebudayaan di dunia saat ini, diantaranya
adalah :

38
1. Socarates (  470 – 399 AD)
Kemenangan bangsa Yunani terhadap Persia meninggikan martabat dan
menimbulkan perasaan bangga pada diri bangsa Yunani. Disamping itu, bangsa
Yunani mulai menikmati kemakmuran yang dihasilkan dari perdagangan. Namun,
para pejabat negara Yunani mulai melupakan tugas mereka, bertindak sewenang-
wenang, korupsi dan tindakan-tindakan lainnya yang dirasakan oleh warga
negaranya sebagai tindakan yang sangat tidak adil.
Pada saat itu banyak bermunculan filsuf dari luar negeri terutama dari Asia
kecil yang datang ke Yunani untuk menjual ilmunya. Mereka termasuk ke dalam
golongan kaum Sophis, dan aliran mereka disebut Sophisme. Sophis berasal dari
kata sofia/sophia yang artinya bijaksana/kebijaksanaan. Namun, tindakan kaum
Sophis sangat tidak bijaksana karena mereka menyebarkan dan menganjurkan
paham mengenai hukum, keadilan serta negara yang bersifat merusak masyarakat.
Seperti yang dikatakan oleh Thrasymachus bahwa keadilan merupakan keuntungan
atau apa yang berguna daripada yang lebih kuat.
Dalam keadaan demikan, munculah Socrates dengan metode dialektis/tanya
jawab (dialog) yang mencoba mencari pengertian-pengertian tertentu, dasar
hukum dan keadilan objektif yang dapat diterapkan kepada setiap orang. Menurut
Socrates, dalam hati kecil setiap manusia terdapat hukum dan keadilan sejati sebab
setiap manusia adalah bagian dari nur/cahaya Tuhan. Walaupun seringkali tertutup
oleh sifat-sifat buruk namun rasa hukum dan keadilan sejati dalam hati kecil
manusia tetap ada. Hal ini dapat dipahami sebab dalam ajaran agama Islam
dikatakan bahwa Allah meniupkan ruhnya kepada manusia, berarti dalam diri
manusia ada sebagian kecil ruh Allah. Dalam agama Katolikpun dikatakan bahwa
manusia adalah anak Allah dan mempunyai dimensi Ilahi. Oleh karena itu dalam
diri setiap manusia pasti ada unsur kebaikan.
Selanjutnya, Socrates berpendapat bahwa negara bukanlah organisasi yang
dibuat untuk kepentingan pribadi. Negara adalah suatu susunan yang objektif
bersandarkan kepada sifat hakikat manusia dan bertugas untuk melaksanakan
hukum yang objektif yang memuat keadilan bagi masyarakat umum. Oleh karena
itu negara harus berdasarkan keadilan sejati agar manusia mendapatkan
ketenangan.

39
Namun, ajaran Socrates dianggap membahayakan negara dan Socrates
dijatuhi hukuman mati dengan diperintahkan untuk meminum racun.
2. Plato ( 429 – 347 AD)
Plato merupakan murid Socrates dan mendirikan sekolah mengenai ilmu
filsafat yaitu Academia. Berbeda dengan Socrates, Plato meninggalkan beberapa
buku, termasuk buku yang berisi tanya jawabnya dengan Socrates. Buku karangan
Plato yang terpenting adalah :
a. Politeia (The Republic) tentang Negara
b. Politicos ( The Stateman) tentang ahli Negara
Dalam Politikos dibedakan antara penguasa dengan ahli Negara. Ahli
Negara yang sejati harus menjalankan pendidikan ke arah kebijaksanaan,
keadilan dan berpendirian sesuai dengan Politeia.
c. Nomoi (The Law) mengenai undang-undang.
Buku karangan Plato lainnya adalah :
a. Gorgias mengenai kebahagiaan
b. Sophist mengenai hakikat pengetahuan
c. Phaedo mengenai keabadian jiwa
d. Phaedrus mengenai cinta kasih.
e. Protogoras mengenai hakikat kebajikan.

Plato meneruskan ajaran Socrates. Dalam ajaran tunggalnya, yaitu Politeia


digambarkan adanya suatu negara sempurna (ideale staat). Oleh karena itu ajaran
Plato disebut Idealisme. Menurut ajara Plato, dunia dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :
a. Dunia cita yang bersifat immateriil  idea atau kenyataan sejati berada
di alam cita yang berada di luar ’dunia palsu’.
b. Dunia alam yang bersifat maeriil  dunia fana yang bersifat palsu.
Dunia cita bersifat sempurna dan sejati, sedangkan dunia alam bersifat palsu
dan tidak sempurna oleh karena itu apa yang ada di dunia alam harus diusahakan
mendekati bentuk yang sempurna yang ada dalam dunia cita. Pandangan Plato
bersifat normatief karena ia menghendaki bangunan di dunia alam sama dengan
dunia cita.

40
Berkaitan dengan dunia cita, maka cita-cita mutlak dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu :
c. Logika atau cita kebenaran (idee der waarheid)
d. Estetika (asthetica) atau cita keindahan dan kesenian (idee der
schoonheid)
e. Etika (ethica) atau cita kesusilaan.
Menurut Plato, asal mula negara adalah karena banyaknya kebutuhan hidup
dan keinginan manusia dan manusia tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan
dan keinginannya. Oleh karena itu kemudian manusia bekerja sama dan mendapat
pembagian tugas sesuai kemampuannya untuk memenuhi kebutuhannya. Negara
merupakan satu keluarga besar, satu kesatuan,oleh karena itu negara harus dapat
memelihara dirinya sendiri. Agar dapat memelihara dirinya sendiri maka luas suatu
negara harus diukur. Suatu negara tidak boleh memiliki luas yang tidak diketahui.
Negara yang ada di dunia bersifat tidak sempurna karena hanya merupakan
bayangan dari negara yang sempurna (de ideale staat) yang ada dalam dunia cita.
Dunia cita merupakan bagian dari filsafat. Tujuan negara adalah untuk
mempelajari, mengetahui dan mencapai cita yang sebenarnya. Tujuan manusia
dalam negara adalah mencapai good life (kebahagiaan, sempurna),
Untuk mewujudkan negara yang sempurna ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi. Socrates mengemukakan dua buah syarat, kemudian Plato menambahkan
satu syarat lagi. Syarat-syarat tersebut adalah :
a. Negara harus dijalankan oleh pegawai yang terdidik khusus.
b. Pemerintahan harus dijalankan untuk kepentingan umum.
c. Rakyat harus mencapai kesempurnaan kesusilaan.
Selanjutnya, dalam bagian kedelapan dari Politeia, Plato menguraikan tentang
bentuk negara, dimana negara dapat dibedakan dalam lima macam, yaitu :
a. Aristokrasi (Aristocratie/aristocracy)  Aristoi ≈ cerdik pandai/golongan
ningrat dan Archien/cratia ≈ memerintah. Jadi, aristokrasi adalah pemerintahan
yang dipegang oleh sejumlah cerdik pandai yang memerintah berdasarkan
keadilan. Jika ternyata kemudian golongan tersebut memerintah demi kepentingan
golongannya sendiri

41
Aristokrasi adalah pemerintahan yang dipegang oleh sejumlah kecil cerdik pandai
yang memerintah berdasarkan keadilan.
b. Oligarhi (Oligarchie/oligarchy)  oligos ≈ sedikit, kecil dan archien ≈
memerintah. Apabila golongan kecil itu memerintah dan memperoleh kekayaan
yang berlimpah sehingga timbul hak-hak milik pribadi, maka lahirlah timokrasi.
c. Timokrasi (timocratie/timocraty)  berasal dari kata plutos (kekayaan)
dan criteria (memerintah)
d. Demokrasi (democratie/democracy)  berasal dari kata demos (rakyat)
dan cratein (memerintah). Jika rakyat salah dalam menggunakan hak dan
kemerdekaannya maka hal tersebut akan melahirkan apa yang disebut anarki
(anarchie). Anarki berasal dari kata a artinya tidak dan archien artinya memerintah.
Jadi, tanpa ada pmerintahan maka keadaan akan kacau balau (chaos). Keadaan ini
memerlukan seorang pemimpin yang dapat bertindak dengan keras dan tegas dan
hal ini melahirkan tirani.
e. Tirani (tyranie/tyrany)  yaitu suatu pemerintahan yang dipegang oleh
seorang tiran yang bertindak sewenang-wenang sehingga sangat jauh dari cita-cita
tentang keadilan.
Menurut Plato, timbulnya masyarakat adalah karena saling membutuhkan,
oleh karena itu masyarakat saling bertukar jasa. Masyarakat adalah susunan
manusia dimana setiap anggota harus memberi dan menerima. Negara harus
memperhatikan pertukaran timbal balik tersebut dan harus berusaha sebaik-
baiknya. Dalam sistem ini, manusia bertindak sebagai penyelenggara berbagai
macam tugas yang diperlukan dan harga mereka bagi masyarakat tergantung dari
nilai pekerjaan yang mereka lakukan. Yang terpenting bagi setiap individu adalah
suatu kedudukan yang memungkinkan mereka untuk berbuat sesuatu.
Pertukaran jasa menimbulkan asas pembagian kerja dan pengkhususan
tugas yaitu diferensiasi kerja dan spesialisasi. Setiap orang memiliki bakat yang
berbeda, oleh karena itu pekerjaannya disesuaikan dengan bakat yang dimilikinya.
Keadilan sosial menurut Plato adalah suatu prinsip dari suatu masyarakat
yang terdiri dari manusia yang berbeda-beda yang bersatu karena saling
membutuhkan dimana setiap orang harus melakukan pekerjaannya dan menerima

42
apa yang menjadi haknya. Pembagian kerja dan spesialisasi tugas di lapangan
merupakan syarat bagi kerjasama dalam masyarakat.
Berdasarkan pokok-pokok teorinya dapat diketahui dasar alasan Plato
mengemukakan negara utopia tentang asal usul negara. Berkaitan dengan asal mula
negara maka dapat ditarik garis paralel antara sifat negara dengan sifat manusia
yang menimbulkan tiga macam sifat yaitu kebenaran, keberanian dan kebutuhan.
Hal ini pada akhirnya menimbulkan tiga kelas dalam negara utopia (ideal-etis),
yaitu :
a. The Rulers (penguasa)  yaitu golongan pegawai yang terdidik khusus
yang merupakan pemimpin negara yang mengusahakan tercapainya
kesempurnaan. Para penguasa disebut juga Philosopher King. Oleh karena itu
menurut Plato, negara harus dipimpin oleh orang yang bijaksana.
b. The Guardians (pengawal negara)  yaitu mereka yang
menyelenggarakan keamanan, ketertiban dan keselamatan negara.
c. The Artisan (para pekerja)  yaitu mereka yang menjamin tersedianya
makanan bagi golongan penguasa dan pengawal negara.

Berkaitan dengan asal-usul negara, menurut Plato, negara tumbuh dibaginya


atas berbagai taraf, yaitu :
a. Plato berpendapat bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri, untuk hidup
manusia memerlukan bantuan dari mahluk lain.
b. Karena manusia tidak dapat hidup sendiri maka manusia berkumpul untuk
merundingkan cara untuk memperoleh bahan-bahan primer (sandang,pangan
dan papan). Kemudian terjadilah pembagian pekerjaan dimana setiap orang
harus menghasilkan sesuatu lebih dari yang diperlukan sendiri untuk kemudian
ditukarkan dengan orang lain. Hal in imenimbulkan berdirinya desa.
c. Antara desa dengan desa terjadi kerjasama dan seterusnya sehingga
kemudian terbentuk negara. Antara negara yang satu dengan negara yang
lainnya juga saling membutuhkan sehingga terjadilah hubungan internasional.

43
Menurut Plato, ada tiga masalah penting yang harus diperhatikan, yaitu
a. Harus ada an organic unity in social life.
Dalam masyarakat harus ada satu kesatuan yang organis. Namun, kesatuan ini
sering terganggu oleh adanya dua penyakit masyarakat, yaitu penyakit
property dan family relationship. Penyakit inilah yang seringkali menimbulkan
perpecahan dalam masyarakat.
b. Harus ada systematic education
Stabilitas negara terletak dalam sistem pendidikan. Watak yang baik diperoleh
dengan memulai pendidikan di masa kanak-kanak dan meneruskan pendidikan
sesuai dengan taraf umur dan jiwanya.
c. Harus ada rational basic of aristocracy government
Pemerintahan harus dikendalikan oleh manusia-manusia yang berilmu dan
berpengetahuan.
3. Aristoteles (384-322 AD)
Aristoteles adalah murid Plato. Ia seorang filsuf yang mempunyai banyak
pengaruh pada abad pertengahan. Aristoteles pernah ditugaskan oleh raja Philippus
untuk mendidik Iskandar Dzulkarnain (342AD). Pada tahun 335 AD ia kembali ke
Yunani dan mendirikan sekolah Lyceum di Yunani.
Aristoteles melanjutkan pemikiran idealisme Plato ke realisme. Oleh
karena itu filsafat Aristoteles adalah ajaran tentang kenyataan (ontology) yaitu
suatu cara berfikir yang realistis dan metode penyelidikannya bersifat induktif
empiris. Aristoteles dijuluki sebagai Bapak Ilmu Pengetahuan Empiris (Vader der
Empirische Wetenschap).
Aristoteles tidak membagi dunia ke dalam dua bagian seperti Plato. Ia
hanya mengakui adanya satu dunia. Buku yang dikarang oleh Aristoteles
berdasarkan penyelidikannya adalah :
a. Ethica atau Nicomachean Etics
Ethica merupakan pengantar bagi politica
b. Politica
Politica terdiri dari 8 buku, antara lain membicarakan tentang bentuk Negara,
undang-undang, hubungan sosial dan hal lain yang bersifat riil.

44
c. Rhetorica
Dalam rhetorica, Aristoteles berpendapat bahwa tujuan hukum adalah untuk
mencapai keadilan. Hukum mempunyai tugas murni, yakni memberikan kepada
setiap orang apa yang menjadi haknya.
Aristoteles sependapat dengan Plato mengenai tujuan Negara. Dimana
Negara bertujuan untuk :
a. Menyelenggarakan kepentingan warga Negara
b. Berusaha supaya warga Negara hidup baik dan bahagia (good life) didasarkan
atas keadilan. Keadilan itu memerintah dan harus ada dalam Negara.
Berkaitan dengan terjadinya Negara, menurut Aristoteles, manusia berbeda
dengan hewan sebab hewan dapat hidup sendiri sedangkan manusia sudah
dikodratkan untuk hidup dengan manusia lain. Untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, manusia membutuhkan manusia lain. Manusia merupakan Zoon
Politicon.
Manusia dapat hidup berbahagia di dalam dan karena Negara. Oleh karena
itu manusia tidak dapat dipisahkan dari Negara karena merupakan bagian dari
Negara atau masyarakat. Dengan demikian, negaralah yang utama. Paham ini
disebut universalism bukan collectivism.
Oleh karena itu tujuan Negara adalah kesempurnaan warga yang
berdasarkan atas keadilan, keadilan memerintah dan harus menjelma di dalam
Negara. Selain itu, hukum berfungsi untuk memberi kepada manusia setiap apa
yang menjadi haknya.
Artistoteles berpendapat bahwa dalam setiap negara yang baik, hukumlah
yang mempunyai kedaulatan tertinggi, bukan orang perorangan. Aristoteles
menyukai penguasa yang memerintah berdasarkan konstitusi dan memerintah
dengan persetujuan warganegaranya, bukan pemerintah diktatur.
Menurut Aristoteles, pemerintahan yang didasarkan konstitusi
mengandung tiga unsur, yaitu :
 Pemerintahan untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan
perorangan atau golongan saja.
 Pemerintahan yang dijalankan menurut hukum, bukan sewenang-wenang.

45
 Pemerintahan yang mendapatkan persetujuan dari warga negaranya, bukan
suatu despotisme yang hanya dipaksakan.
Selanjutnya, menurut Aristoteles, berkaitan dengan bentuk Negara, terdapat
3 bentuk dasar, yaitu :
a. Bentuk cita (ideal form)
Bentuk cita dapat terjadi jika pemerintahannya ditujukan kepada
kepentingan umum yang berdasarkan atas keadilan, dan keadilan tersebut harus
menjelma di dalam Negara.
Terdapat 3 macam bentuk Negara yang termasuk ke dalam bentuk cita yang
didasarkan pada ukuran kuantitatif, yaitu mengenai jumlah orang yang
memerintah, yaitu :
1) Pemerintahan satu orang (one man rule)  monarchi.
2) Pemerintahan beberapa/sedikit orang (a few man rule)  aristokrasi.
3) Pemerintah orang banyak dengan tujuan untuk kepentingan umum (the many
man or the people rule)  politeia, polity atau republic.
.
b. Bentuk pemerosotan (corruption or degenerate form)
Bentuk pemerosotan dapat terjadi apabila pemerintahannya ditujukan
kepada kepentingan pribadi dari pemegang kekuasaan, timbulnya kesewenang-
wenangan dan diabaikannya kepentingan umum dan keadilan.
Bentuk Negara yang termasuk dalam bentuk pemerosotan juga ada 3 macam yang
didasarkan pada ukuran kualitatif yaitu berhubungan dengan tujuan yang hendak
dicapai, yaitu:
1) Bila kepentingannya didasarkan pada kepentingan satu orang secara sendiri
untuk kepentingan pribadi  tirani/despotie
2) Bila tujuannya didasarkan pada kepentingan segolongan orang atau beberapa
orang  oligarchi, clique form atau plutocrasi (plutos : kekayaan, cratein/cratia :
memerintah  pemerintahan dimana pimpinan Negara berada di tangan
segolongan orang kaya).
3) Bila tujuannya didasarkan tidak untuk kepentingan rakyat seluruhnya tetapi
nama rakyat yang dipakai  demokrasi.

46
c. Bentuk gabungan (mixed form) antara bentuk cita dengan bentuk pemerosotan
Dalam kenyataannya, bentuk Negara cita tidak pernah terlaksana,
melainkan selalu menjadi bentuk campuran. Oleh sebab itu dalam kenyataannya
bentuk Negara dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Bentuk Negara campuran (mixed form)
b. Bentuk Negara pemerosotan (corruption or degenerate form).
4. Epicurus (342-271 AD)
Pendapat Epicurus menyimpang dari pendapat umum yang ada di Yunani
saat itu. Menurut pendapat Epicurus, masyarakat ada karena adanya kepentingan
manusia sehingga yang berkepentingan bukanlah masyarakat sebagai satu kesatuan
tetapi manusia-manusia itu yang merupakan bagian dari masyarakat. Manusia
sebagai warga di dalam Negara dimisalkan sebagai sebutir atom atau sebutir pasir,
jadi bersifat atomistis, hanya memikirkan hidup untuk diri sendiri. Pandangan ini
disebut pandangan yang bersifat individualistis.
Berdasarkan pandangan individualistis, Epicurus berpendapat bahwa
terjadinya Negara disebabkan karena adanya kepentingan perorangan. Dan tujuan
Negara adalah menjaga tata tertib dan keamanan dalam masyarakat dan tidak
memperdulikan macam, sifat atau bentuk Negara. Sedangkan tujuan masyarakat
adalah kepentingan pribadi. Agar tidak timbul perselisihan diantara warga maka
dibuatlah undang-undang sebagai hasil dari suatu perjanjian.

47
5. Zeno (  300 AD)
Zeno merupakan pemimpin aliran filsafat Stoazijnen (stoa : jalan pasar
yang bergambar/beschilderde marktgaanderij) yang hidup dalam zaman yang serba
sulit, sama dengan Epicurus. Zeno mengajarkan pahamnya kepada murid-
muridnya di jalan yang bergambar. Aliran stoazijnen menimbulkan hukum alam
(natuurrecht) atau hukum asasi dalam kebudayaan Yunani.
Ajaran hukum alam membedakan alam menjadi dua bagia, yaitu :
a. Kodrat manusia (natuur van de mens)
Kodrat manusia dilihat kepada sifat-sifat manusia. Yaitu kodrat yang
terletak dalam budi manusia yang merupakan zat hakikat sedalam-dalamnya dari
manusia, dan budi itu bersifat tradisional.
Agama bersifat pantheistisch (pan : dimana-mana; theos :Tuhan  Tuhan ada
dimana-mana). Dengan demikian, agama meyakini bahwa Tuhan ada dimana-
mana. Tuhan merupakan kodrat itu sendiri. Manusia merupakan bagian dari kodrat,
otomatis, manusia merupakan bagian dari Tuhan sehingga budi manusia merupakan
bagian dari budi Tuhan. Oleh karena Tuhan bersifat abadi maka budi Tuhan juga
bersifat abadi, budi manusiapun abadi. Hal ini mengakibatkan hukum sebagai
ciptaan budi manusia juga bersifat abadi.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hukum alam bersifat abadi,
meliputi segala-galanya karena berlaku bagi setiap orang dalam waktu, tempat dan
keadaan bagaimanapun.
Manusia dilukiskan secara statis sehingga hukum bagi manusia juga tidak
mengalami perubahan. Oleh karena itu tidak ada perbedaaan antara hukum yang
berlaku sekarang (ius constitutum) dan hukum yang akan datang (ius
constituendum).
Oleh karena itu paham kenegaraan didasarkan pada sifat tersebut, yaitu cosmo
politis yang tidak mengenal perasaan kebangsaan. Negara tidak usah berdasarkan
perasaan kebangsaan, harus diusahakan suatu Negara ayang meliputi seluruh dunia
atau Negara yang merupakan Negara dunia.

48
b. Kodrat benda (natuur van de zaak)
Yaitu kodrat benda yang timbul dalam kebudayaan Yunani. Yaitu kodrat
yang mempunyai pengertian sentral kosmos, sebagai lawan dari chaos.
Menurut Socrates, Plato dan Aristoteles, pelukisan dunia sebagai kosmos
merupakan satu kesatuan yang teratur sedangkan di dunia dalam bentuk chaos,
tidak ada paksaan terhadap suatu aturan, tidak terdapat suatu tatanan sehingga
dalam masyarakat terdapat kekacauan.
6. Polybios (204-122 AD)
Mengenai negara, Polybios melanjutkan paham Aristoteles. Menurut
Polybios, proses perkembangan, pertumbuhan dan kemerosotan bentuk-bentuk
negara secara psikologis bertalian dengan sifat-sifat manusia menurut ajaran
Aristoteles, yaitu bahwa tidak adanya bentuk negara yang abadi disebabkan karena
terkandung benih-benih pengrusakan, seperti pemberontakan, revolusi dll.
Benih-benih tersebut disebabkan karena sifat-sifat manusia, yaitu :
a. Keinginan akan persamaan
Yaitu terdapatnya hasrat persamaan terhadap mereka yang merasa dirinya sama
dengan orang-oranglain .
b. Keinginan akan perbedaan
Yaitu terdapatnya hasrat perbedaan terhadap mereka yang merasa dirinya berbeda
dengan orang lain.
9. Zaman Romawi
7. Masa Kerajaan
Yaitu masa koningschap atau kerajaan. Bentuk negara adalah monarki dan
dipimpin oleh seorang raja.
9.1 Masa Republik
Republik atau republiek berasal dari kata res (kepentingan) dan publica
(umum).Republik adalah pemerintahan yang dijalankan untuk kepentingan umum.
9.2 Masa Prinsipat
Masa principat dimulai dari masa Caesar. Walaupun pada saat itu, raja-raja
Romawi belum mempunyai kewibawaan, namun pada hakekatnya mereka
memerintah secara mutlak.

49
Kemutlakan ini didasarkan pada Caesarismus, yaitu adanya perwakilan
yang menghisap, dari pihak Caesar terhadap kedaulatan rakyat.
Kedaulatan rakyat saat itu disalahgunakan, dimana dalam lapangan ilmu negara
digunakan konstruksi Ulpianus yang menyatakan, bahwa : kedaulatan rakyat
diberikan kepada prinsep atau raja melalui suatu perjanjian yang termuat dalam
undang-undang yang disusun olehnya dan diatur dalam Lex Regia. Jadi, landasan
hukumnya adalah perjanjian yang terletak dalam lapangan hukum perdata. Setelah
kekuasaan diberikan kepada Prinsep maka rakyat pada kenyataannya tidak dapat
meminta pertanggung jawaban atas perbuatan prinsep. Ahli hukum (doktoris iuris)
yang terkenal pada saat itu adalah Gajus, Modestinus, Paulus, Papinianus dan
Ulpianus.
Dalam caesarismus dikenal semboyan yang berbunyi :
a. Solus publica suprema lex (kepentingan umum mengatasi undang-undang)
b. Princepes legibus solutus est (Rajalah yang menentukan kepentingan umum).
Pada dasarnya, pemerintahan untuk kepentingan umum tersebut
dirumuskan dalam undang-undang sehingga derajat kepentingan umum lebih tinggi
dari undang-undang. Namun, yang merumuskan kepentingan umum adalah raja.
Otomatis, dalam merumuskan kepentingan umum tersebut raja bertindak demi
kepentingan pribadinya.
Dengan demikian, princep dengan berkedok kedaulatan rakyat memerintah
demi kepentingan umum, sebenarnya memerintah dengan sewenang-wenang.
Peraturan hukum Romawi pada abad ke-6 atas perintah Kaisar Justinianus
(527-565) dikodifikasi dan dinamakan Corpus Iuris Civilis yang terdiri atas 4
bagian :
a. Institutiones
Merupakan buku pelajaran atas lembaga-lembaga hukum Romawi dan berlaku
sebagai himpunan undang-undang.

50
b. Pandectae atau Digesta
Merupakan himpunan karangan yang memuat pendapat para ahli hukum Romawi.
Jika hakim ragu-ragu mengenai putusan atas suatu hal maka putusannya harus
didasarkan pada pandectae/digesta.
c. Codex
Merupakan kumpulan undang-undang yang dibuat dan ditetapkan oleh raja-raja
Romawi.
d. Novallae
Merupakan himpunan tambahan dan penjelasan keterangan bagi codex.
9.3 Masa Dominat
Dominat atau dominaat adalah masa dimana kaisar secara terang-terangan
menjadi raja mutlak, bertindak menyeleweng, menginjak-injak hukum dan
kemanusiaan. Hal ini terlihat dengan adanya manusia dibakar hidup-hidup, manusia
diadu dengan manusia lain atau dengan singa (gladiator) dan dijadikan tontonan
umum, rakyat kelaparan sementara raja dan pengikutnya berpesta pora.
Zaman Abad Pertengahan
9.4 Agustinus
Bukunya yang terkenal ialah :
a. Civitas Dei (Negara Tuhan)
Civitas dei merupakan kerajaan Tuhan yang abadi, tetapi semangat
keduniawian terdapat dalam Gereja Kristus sebagai wakil dari civitas dei di dunia
yang fana.
b. Civitas Terrena (Diabolis) atau negara setan
Merupakan hasil kerja setan atau keduniawian. Jika sudah mendapat
ampunan dari Tuhan, barulah civitas terrena menjadi baik.
Civitas terrena mengabdikan diri pada civitas dei. Oleh karena itu dalam
civitas terrena terjadi percampuran antara agama, ilmu pengetahuan dan kesenian.
Civitas terrena merupakan persiapan menuju civitas dei.
Imperium Romawi dapat dimisalkan dengan civitas terrena yang tumbuh,
berkembang dan akhirnya musnah karena keserakahan. Agar jangan sampai hal
tersebut terulang kembali, maka pemimpin negara harus memimpin dengan
semangat civitas dei yaitu mempraktekkan dan menganjurkan agar agama Kristen

51
dimasukkan ke dalam negara seperti yang telah dijalankan oleh Konstantin
Theodisius di Konstatinopel
Kesimpulannya adalah bahwa pada waktu itu yang memegang peranan
penting adalah negara, segala sesuatu harus tunduk pada agama. Negara
dipersiapkan untuk menjadi negara Tuhan. Keberadaan negara-negara di dunia
adalah untuk memberantas musuh-musuh gereja.
8. Thomas Aquino
Thomas Aquino merupakan tokoh dari aliran hukum alam.
Menurut sumbernya, hukum alam dapat berupa :
a. Hukum alam yang bersumber dari Tuhan (irrasional)
b. Hukum alam yang bersumber dari rasio manusia.
Dalam buku-bukunya yang sangat terkenal, Summa Theologica dan De Regimene
Principum, Thomas Aquino membentangkan pemikiran hukum alamnya yang
banyak mempengaruhi gereja dan bahkan menjadi dasar pemikiran gereja hingga
saat ini.
Thomas Aquino membagi hukum ke dalam 4 golongan hukum, yaitu :
a. Lex Aeterna
Merupakan rasion Tuhan sendiri yang mengatur segala hal dan merupakan sumber
dari segala hukum. Rasio ini tidak dapat ditangkap oleh panca indera manusia.
b. Lex Divina
Merupakan bagian dari rasio Tuhan yang dapat ditangkap oleh manusia
berdasarkan waktu yang diterimanya.
c. Lex Naturalis
Merupakan hukum alam yaitu yang merupakan penjelmaan dari lex aeterna di
dalam rasio manusia.
d. Lex Positivis
Yaitu hukum yang berlaku dan merupakan pelaksanaan dari hukum alam oleh
manusia berhubung dengan syarat khusus yang diperlukan oleh keadaan dunia.
Hukum positif terdiri dari hukum positif yang dibuat oleh Tuhan, seperti yang
terdapat dalam kitab suci dan hukum positif buatan manusia.

52
Mengenai konsepsinya tentang hukum alam, Thomas Aquino membagi asas-asas
hukum alam dalam dua jenis, yaitu :
a. Principia Prima (asas-asas umum)
Yaitu asas-asas yang dengan sendirinya dimiliki oleh manusia sejak kelahirannya,
berlaku mutlak dan tidak dapat berubah dimanapun dan dalam keadaan apapun.
Oleh karena itu manusia diperintahkan untuk berbuat baik dan dilarang melakukan
kejahatan, sebagaimana yang terdapat dalam 10 perinta Tuhan.
b. Principia Secundaria (asas-asas yang diturunkan dari asas-asas umum)
9. Dante Alighieri
Pada tahun 1313, Dante menerbitkan bukunya, De Monarchia, salah satu
karya besarnya dan merupakan satu-satunya peninggalan Dante yang merupakan
karya kenegaraan. Dalam bukunya, Dante memimpikan suatu kerajaan dunia yang
melawan kerajaan Paus. Kerajaan dunia tersebut yang akan menyelenggarakan
perdamaian dunia. Tujuan negara menurut Dante adalah untuk menyelenggarakan
perdamaian dunia dengan cara memberlakukan undang-undang yang sama bagi
semua umat.
De Monarchia terdiri atas 3 bab, yaitu :
a. Bab I mempersoalkan kerajaan dunia.
Pada bab I, Dante menekankan perlunya kerajaan dunia, yaitu untuk
kepentingan dunia itu sendiri dalam rangka menyelenggarakan perdamaian dunia.
Kerajaan dunia merupakan kemerdekaan dan keadilan tertinggi. Rakyat
yang hidup dengan berbagai peraturan yang berbeda diatasi dengan peraturan yang
dapat menciptakan kerjasama diantara masyarakat.
Kerajaan dunia (imperium) merupakan satu kesatuan kekuasaan, sebab jika
kerajaan dibagi maka akan musnah.
b. Bab II menyelidiki apakah kaisar Jerman itu merupakan kaisar yang sah?
c. Apakah kekuasaan kaisar berasal dari Tuhan atau berasal dari perantara?
Genesis dianggap sebagai sumber bagi teori Innocentius III untuk Teori
Cahayanya sebagai kunci kekuasan Paus yang berasal dari Mattheus, Teori Dua
Belah Pedang dari Bernard Clairvaux, demikian pula ajaran Hadiah dari Constantin.
semua teori tersebut ditafsirkan oleh Dante sehingga akhirnya dia menyimpulkan
bahwa kaisar memperoleh kekuasaan langsung dari Tuhan untuk memerintah dan

53
mengurus negara, dan tidak bergantung pada perantara yang menjelma dalam diri
Paus. Paus hanya berkuasa dalam segala hal yang berkaitan dengan rohani.
Pendapat Dante didukung oleh golongan Franciskaan, yaitu para paderi yang
menganjurkan agar Paus bersifat pendeta kembali yang hidup dengan sederhana
dan semata-mata untuk kesucian Tuhan. oleh karena itu, Paus jangan mencampuri
urusan kemewahan dunia yang dapat merusak kepercayaan rakyat.
Teori Cahaya :
Golongan Canonist berpendapat bahwa Paus memperoleh kekuasaan yang asli di
atas dunia ini. Raja tidak memiliki kekuasaan yang asli sebab kekuasaannya berasal
dan diturunkan dari Paus yang asli. Seperti halnya matahari dan bulan, Paus adalah
matahari yang bersinar sedangkan bulan adalah raja yang mendapat sinar dari
matahari.
10. Marsiglio di Padua (Marsilius dari Padua)
Pada tahun 1324, terbit karya Marsiglio yang terkenal, yaitu Defenser Pacis,
yang terdiri dari tiga buku atau dictiones, yaitu :
a. Dictio Pertama menguraikan dasar-dasar negara.
Pada dictio pertama diuraikan asal usul negara didasarkan pada perkembangan
alam. Oleh karena itu, negara merupakan badan iudicialis seu consiliativa yang
hidup dan bebas. Tujuan tertinggi negara adalah mempertahankan perdamaian,
memajukan kemakmuran dan memberi kesempatam kepada rakyat untuk
mengembangkan dirinya secara bebas. Tugas utama negara untuk mencapai hal
tersebut adalah menciptakan undang-undang demi kepentingan dan kesejahteraan
rakyat.
Kekuasaan tertinggi dalam negara dan pemerintahan terletak pada pembuat
undang-undang sehingga pemerintahan hanya alat dari pembuat undang-undang.
Pembuat undang-undang adalah rakyat sebab kedaulatan tertinggi ada di tangan
rakyat dan sumber undang-undang adalah rakyat secara keseluruhan.
Pemerintahan berada di tangan rakyat dan bertanggung jawab kepada rakyat.
Rakyat boleh menghukum penguasa jika ternyata penguasa melanggar undang-
undang.

54
b. Dictio Kedua menguraikan dasar-dasar gereja dan hubungannya dengan
negara.
Marsilius menentang teori cahaya, ajaran dua belah pedang dan hadiah dari
Constantin. Marsilius menginginkan agar Paus dipillih oleh rakyat sehingga
kekuasaan tertinggi diletakkan di tangan badan permusyawaratan gereja-gereja
(concilie).
Dalam hubungan antara negara dan gereja, Marsilius berpendapat bahwa
kedudukan gereja adalah di bawah negara sehingga gereja tidak berhak membuat
undang-undang sebab hanya rakyat yang berhak untuk membuat undang-undang.
c. Dictio Ketiga menguraikan kesimpulan-kesimpulan.
Secara umum banyak sarjana atau para ahli yang mempunyai pendapat
sendiri tentang sifat hakikat suatu negara berkaitan dengan pandangan hidup yang
dianutnya. Diantaranya adalah :
a. Socrates
Menurut Socrates, setiap orang menginginkan kehidupan yang aman dan
tentram. Oleh karena itu kemudian mereka membentuk suatu kelompok dan tinggal
di atas bukit. Socrates menyebut kelompok tersebut sebagai polis dan ia
berpendapat bahwa polis identik dengan masyarakat dan masyrakat identik dengan
negara.
b. Plato
Menurut Plato, negara adalah keiginan manusia untuk bekerja sama untuk
memenuhi kepentingan mereka.
Plato adalah peletak dasar ajaran idealisme

c. Aristoteles
Aristoteles adalah murid Plato. Buku yang ditulisnya diantaranya adalah
Eticha yang berisi ajaran tentang keadilan. Ajaran tentang negara ditulisnya dalam
Politica. Aristoteles mengembangkan ajaran realisme.
Menurut Aristoteles, negara adalah gabungan dari keluarga sehingga
menjadi kelompok yang besar. Kebahagiaan dalam negara akan tercapai jika
kebahagiaan individu sudah tercipta. Sebaliknya, bila manusia ingin bahagia maka

55
ia harus bernegara karena manusia saling membutuhkan dalam kepentingan
hidupnya.
Selanjutnya, Aristoteles berpendapat bahwa negara adalah kesatuan
manusia dan manusia tidak dapat terlepas dari kesatuannya. Negara harus
menyelenggarakan kemakmuran bagi warganya, namun negara juga merupakan
organisasi kekuasaan yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur agar tingkah
laku manusia sesuai dengan tata tertib dalam masyarakat.
d. Oppenheimer
Negara merupakan suatu alat dari golongan yang kuat untuk melaksanakan
suatu tertib masyarakat.
e. Leon Duguit
Negara adalah kekuasaan orang-orang kuat yang memerintah orang lemah.
Bahkan dalam negara modern, kekuasaan orang kuat diperoleh dari faktor-
faktor politik.
f. R. Krannenburg
Negara pada hakekatnya adalah suatu organisasi kekuasaan, diciptakan oleh
sekelompok manusia yang disebut bangsa. Jadi, menurut Krannenburg, yang harus
ada lebih dahulu adalah sekelompok manusia yang mempunyai kesadaran untuk
mendirikan suatu organisasi dengan tujuan untuk memelihara kepentingan
kelompok tersebut. Jadi, yang terpenting (primer) adalah kompok manusia,
sedangkan yan sekunder adalah negara.
g. Logemann
Negara pada hakeketnya adalah suatu organisasi kekuasaan maka organisasi
itu memiliki kewibawaan. Artinya, negara dapat memaksakan kehendaknya pada
semua orang yang ada dalam organisasi.

56
12. Teori Bernegara Republik Indonesia

Pendekatan Sosiologis
Teori Sifat Hakikat Negara dapat memberikan pemahaman mengenai suatu
negara, apa sebenarnya suatu negara. Jika dilihat dari sisi sosiologis maka negara
dapat dipahami sebagai anggota masyarakat atau zoon politicon. Negara
merupakan wadah bagi suatu bangsa untuk menggambarkan cita-cita kehidupan
bangsanya.
Secara historis, peninjuan masalah sifat hakikat negara dapat dilihat dari
perkembangan istilah ’negara’ itu sendiri.
Berdasarkan perkembangan sejarah mengenai istilah negara, terdapat
beberapa istilah yang sering dijadikan padanan kata ’negara’ yang masing-masing
memiliki karakter tersendiri, antara lain :
1. Polis (city state)
2. Country (country state)
3. Civitas/civiteit
4. Land (mis : England, Deutschland)
Sejak bangsa-bangsa di Eropa sudah menetap dan tidak
mengembara (nomaden) lagi, maka bernegara umumnya
diartikan memiliki atau menguasai sebidang tanah atau wilayah
tertentu.
Dengan kata lain, penguasaan atas tanah menumbuhkan
kewenangan kenegaraan (teori patrimonial) dimana struktur
sosial yang dihasilkan disebut feodalisme atau landlordisme.
Negara dalam keadaan demikian disebut sebagai tanah (land).
Hal ini tampak pada sebuta England, Holland, Deutchland dll.
5. Rijk/reich
Pengertian tanah (land) berkembang lebih lanjut, yaitu bahwa
tanah tersebut mendatangkan kemakmuran atau kekayaan
(reichrijk-dom), dimana negara diartikan sebagai rijk (Belanda)
atau reich (Jerman) artinya kekayaan sekelompok manusia
(dinasti), misalnya Frankrijk, Oostenrijk dll.
6. La stato, staat,state (nation-state)

57
Keadaan pra-liberal berakhir dengan tumbuhnya paham
liberalisme yang dipelopori oleh John Locke, Thomas Hobbes
dan J.J. Rouseau.
Negara tidak lagi dipandang sebagai suatu tanah atau kekayaan
(land atau reich) melainkan sebagai suatu status hukum (staat –
state), suatu masyarakat hukum (legal society) sebagai hasil dari
perjanjian masyarakat (social contract).
Jadi, negara adalah hasil dari perjanjian masyarakat, dari
individu-individu yang bebas, sehingga hak asasi mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi dari Negara.
7. Kerajaan (monarchy)
8. Negara/nagara/negeri
9. Desha, desa,desh (mis : Bangladesh)
Negara dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta (Jawa Kuno),
yaitu Nagara. Secara historis-geopolitik, keberadaan negara Inonesia bukanlah
sebagai suatu bentuk negara kecil (city state/polis) melainkan sebagai suatu
archipelagic state (negara kepulauan) yang disebut sebagai nusantara (rangkaian
nusa)
Berdasarkan sejarah ketatanegaraan Indonesia dapat diketahui bahwa
Indonesia pernah ditata dalam bentuk kerajaan-kerajaan besar yang dikuasai oleh
dinasti-dinasti (wangsa). Dua kerajaan besar yang ada di Indonesia saat itu yang
dapat disebut sebagai nagara adalah Sriwijaya dan Majapahit, selain itu Mataram
dan Demak juga dapat disebut sebagai negara. Istilah negara pada masa itu
menunjuk pada suatu pemerintahan yang berbentuk monarki atau kerajaan.
Kerajaan-kerajaan besar tersebut selain diarahkan sebagai civitas terena
(duniawi) juga diarahkan sebagai civitas dei (keagamaan). Para raja, ratu atau sultan
umumnya berkuasa secara absolut. Dalam keadaan demikian maka tidak seluruh
hak asasi rakyat terjamin secara penuh karena masih didominasi oleh kekuasaan
absolut dari raja yang masing-masing memiliki karakter yang berbeda, ada yang
bijaksana dan ada pula yang tiran.

58
Berdasarkan sejarah tersebut dapat disimpulkan bahwa hakikat negara
adalah suatu ikatan sosial atau dalam status hidup bersama sebagai komunitas
politik dimana hak-hak warga negaranya mendapatkan jaminan dari penguasa.
Secara sosiologis, hakikat suatu negara dapat dilihat sebagai :
a. Ikatan suatu bangsa
Maksudnya adalah suatu komunitas sosiologis yang hidup bersama dalam
suatu wilayah, senasib sepenanggungan dalam menjalankan hidupnya.
b. Organisasi kewibawaan
Negara sebagai organisasi yang memiliki wibawa untuk memutuskan hal-
hal yang penting bagi kehidupan bersama. Kewibawaan ini ditunjukkan dengan
adanya kepatuhan komunitas untuk melaksanakan putusan bersama tersebut.
c. Organisasi jabatan (ambten organisatie)
Negara terbagi dalam jabatan-jabatan yang menjalankan fungsi-fungsi
tertentu. Organisasi ini muncul karena organisasi kewibawaan mengasumsikan
adanya jabatan-jabatan untuk menjalankan fungsi-fungsi tersebut secara bersama.
d. Organisasi kekuasaan (dwang organisatie)
Negara merupakan alat untuk menjalankan kekuasaan dalam arti luas.
Kekuasaan ini dapat memaksakan kehendak orang yang berkuasa. Oleh sebab itu
banyak orang yang ingin menjadi pejabat negara untuk memperoleh kekuasaan.
Secara yuridis, hakikat suatu negara adalah sebagai :
1. Pemilik atau penguasa atas tanah (teori Patrimonial-Feodal)
2. Pihak yang menguasai atau memerintah
3. Sebagai pelindung hak asasi manusia
Teori Perjanjian Masyarakat (Social Contract-Pactum Unionis) menempatkan
hakikat negara sebagai pelindung hak asasi manusia dimana negara merupakan
pelaksana dari kehendak umum (volente generale).
4. Penjelmaan tata hukum nasional
Hans Kelsen berpendapat bahwa hakikat negara sebagai penjelmaan tata hukum
nasional, personificatie van het rechtorde karena eksistensi negara tampak dari
adanya sistem hukum yang berlaku dalam mengatur kehidupan komunitas bangsa
tersebut.

59
Berdasarkan pendapat para founding fathers dan framers of the constitution
of the Republic of Indonesia, hakikat Negara RI adalah sebagai
 Ikatan sosiologis bangsa Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam suku
bangsa, bahasa dan budaya.
 Organisasi kewibawaan yang menunjukkan eksitensi pemerintahan yang
secara efektif mengambil keputusan-keputusan nasional bagi
berlangsungnya kehidupan bangsa Indonesia.
 Organisasi jabatan yang mengatur struktur jabatan-jabatan dalam
pemerintahan guna menjalankan fungsi dan tujuan negara yang telah
ditetapkan dalam konstitusi.
 Organisasi kekuasaan yang menentukan segala bentuk kekuasaan di
bawahnya (forma-formarum) dan memaksakan berlakunya norma-norma
yang ada dalam masyarakat (norma-normarum).
 Penguasa atas cabang-cabang produksi yang penting dan yang menguasai
hajat hidup o0rang banyak.
 Penguasa atas bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya.
 Organisasi publik yang melindungi hak asasi warga negaranya, baik di
dalam maupun di luar negeri.
 Organisasi yang melaksanakan cita-cita hukum dalam kehidupan bernegara,
menciptakan kepastian hukum, keadilan dan kedamaian hidup warga
negaranya. Dalam hal ini negara merupakan alat untuk merealisasikan
keadilan sosial.
Hal yang terpenting dari hakikat negara adalah bahwa negara merupakan
alat untuk mengantarkan bangsa Indonesia mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat. Dengan demikian hakikat negara tidak hanya untuk merealisasikan
kemakmuran duniawi tetapi juga untuk memfasilitasi pelaksanaan nilai-nilai
ketuhanan keberagaman setiap individu dan kelompok warga negara yang religius
(teosentrism). Pelaksanaan kebebasan beragama dalam menjalankan ajarannya dan
berkelompok tertentu diperbolehkan selama bukan merupakan aliran sesat yang
akan menyesatkan umat beragama itu sendiri.

60
13. Teori Pembenaran Hukum Negara (Die Lehren von der Rechtsfertigung des
Staates)

Teori pembenaran hukum dari negara atau teori penghalang tindakan


penguasa (Rechtvaardiging theorieen) membahas tentang dasar-dasar yang
dijadikan alasan sehingga tindakan penguasa negara dapat dibenarkan.
Keberadaan negara (existence) dapat dibenarkan berdasarkan sumber-
sumber kekuasaan, antara lain :
 Kewenangan langsung atau tidak langsung dari Tuhan yang diterapkan
dalam bentuk konstitutif dan kepercayaan yang diformalkan dalam
ketentuan negara (Teori Teokrasi).
 Kekuatan jasmani dan rohani serta materi (finansial) yang diefektifkan
sebagai alat berkuasa. Dalam bentuk yang modern seperti kekuatan militer
yang represif, kharisma para rohaniawan yang berpolitik atau dalam bentuk
money politics (Teori Kekuatan).
 Adanya perjanjian, baik perjanjian perdata maupun publik serta adanya
pandangan dari perspektif hukum kekeluargaan dan hukum benda (Teori
Yuridis).
Secara rasional, suatu pemerintahan tidak mungkin lagi menyandarkan
wewenang dan kekuasaannya atas dasar kekuatan fisik angkatan perang (militer)
yang represif, mitos-mitos feodalistik maupun teokratik. Hal-hal yang bersifat
irrasional dan dipaksakan semakin lama semakin ditinggalkan sejalan dengan
perkembangan pemikiran filsafat dan politik serta teknologi. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa tanpa ada legitimasi yang rasional maka suatu negara tidak
mungkin akan berjalan secara efektif.
Legitimasi atas suatu negara memegang peranan yang penting karena
walaupun memiliki kekuasaan namun suatu pemerintahan negara tidak mungkin
berjalan efektif tanpa adanya legitimasi yang penuh. Pemerintahan negara dan alat-
alat perlengkapannya sebagai instrumen penataan masyarakat yang memegang
kekuasaan politik utama harus memiliki pembenaran atau pendasaran yang sah
(legitimasi) atas kekuasaan yang dijalankan agar ia dapat melaksanakan fungsinya
secara efektif.

61
A. Pembenaran Negara dari Sudut Ke-Tuhanan (TheoCratische Theorieen)
Teori ini beranggapan bahwa tindakan penguasa/negara selalu benar karena negara
diciptakan oleh Tuhan.
Tuhan menciptakan negara dengan dua cara, yaitu :
 Secara langsung → cirinya adalah seseorang berkuasa karena mendapat
wahyu dari Tuhan.
 Secara tidak langsung → seseorang berkuasa karena kodrat Tuhan.
Tokoh-tokoh penganut paham ini antara lain adalah :
1. Agustinus
Agustinus dalam bukunya De Civitate Dei menjelaskan bahwa negara pada
dasarnya terdiri dari dua macam, yaitu :
a. Civitas Dei (Negara Tuhan)
Yaitu negara yang langsung dipimpin oleh Tuhan. Negara Tuhan di dunia diwakili
oleh gereja dan atau oleh kerajaan-kerajaan lain yang tunduk pada pimpinan gereja
yang otomatis tunduk pada Tuhan.
b. Civitas Terrana/Civitas Diaboli
Civitas terrana adalah negara duniawi. Menurut Agustinus, Civitas terrana disebut
juga civitas diaboli karena dibuat oleh setan. Negara dunia hanya mengejar
kepuasan duniawi sehingga menimbulkan keserakahan, kebencian, peperangan,
penderitaan dan akhirnya keruntuhan.
2. Thomas Aquinas
Menurut Thomas Aquinas, negara yang burukpun bukan buatan setan tetapi
tetap diakui sebagai perwujudan kekuasaan dan kehendak Tuhan. Negara timbul
dari pergaulan antara manusia yang ditentukan oleh hukum dan tata alam. Hukum
tata alam juga terjadi dari kehendak Tuhan dan menurut hukum Tuhan.
Tuhan menjadikan manusia sebagai mahluk yang bergaul dan memberikan
seorang pemimpin (raja). Oleh karena itu, kekuasaan raja dalam memimpin negara
juga berasal dari Tuhan.
3. Ludwig von Haller
Menurut Ludwig von Heller, sifat negara adalah ketertiban. Dalam negara
ada tuan dan hamba, ada yang kuat dan yang lemah, ada yang tinggi dan rendah
serta ada yang kaya dan miskin. Yang kuat berkuasa memerintah yang lemah. Hal

62
ini merupakan kodrat alam dan itulah yang dikehendaki dan diatur oleh Tuhan.
Manusia dengan segala kecerdasannya tidak mungkin dapat mengubah keadaan
yang telah ditentukan oleh Tuhan. Dari kuasa dan kehendak Tuhanlah asal segala
kekuasaan dan asal berdirinya negara.
4. Friedrich Julius Sthal
Dalam bukunya, Die Philosophie des Rechts, ia berpendapat bahwa negara
timbul dari takdir ilahi. Kekuasaan dapat tampak sebagai penyusunan kekuasaan
oleh manusia, baik dalam keluarga, kelompok, suku, bangsa atau gereja. Namun,
pada hakekatnya, kekuasaan terjadi karena kehendak dan kekuasaan Tuhan.
Peperangan, penyerbuan,penaklukan, penyerahan dll terjadi karena kehendak
Tuhan. Selain itu, Friedrich juga berpendapat bahwa negara adalah The March of
God in the World (laku Tuhan di dunia).
B. Pembenaran Negara dari Sudut Kekuatan
Berdasarkan teori ini, siapa yang memiliki kekuatan akan mendapatkan
kekuasaan dan memegang pemerintahan.
Kekuatan tersebut meliputi :
a. Kekuatan jasmani (physic)
b. Kekuatan rohani (phychis)
c. Kekuatan materi (kebendaan)
d. Kekuatan politik.
1. Charles Darwin
Menurut teori evolusi Charles Darwin, bahwa kehidupan di alam semesta
merupakan suatu perjuangan untuk mempertahankan hidup, yang kuat akan
menindas yang lemah. Oleh karena itu semua orang berusaha untuk kuat dan
unggul.
Semua imperium ditegakkan berdasarkan kekuasaan ini, misalnya Napoleon,
Hitler, Mussolini dan Stalin.

63
2. Leon Duguit
Pihak yang dapat memaksakan kehendaknya adalah pihak yang kuat (lesplus forts).
Kekuatan tersebut mengandung beberapa faktor, misalnya keistimewaan fisik,
intelegensia, ekonomi dan agama.
3. Paul Laband, George Jellineck, von Jhering
Mereka berpendapat bahwa suatu kenyataan yang wajar harus diterima bahwa
kekuasaan dan kedaulatan sepenuhnya ada di tangan negara dan pemerintahan.
4. Franz Oppenheimer
Dalam bukunya, Der Staat, ia berpendapat bahwa negara adalah suatu susunan
masyarakat yang oleh golongan yang menang dipaksakan kepada golongan yang
ditaklukan dengan maksud untuk mengatur kekuasaan golongan yang satu atas
golongan yang lain dan melindungi terhadap ancaman pihak lain. Tujuan dari
semuanya adalah pemerasan ekonomi dari golongan yang menang terhadap yang
kalah.

64
C. Pembenaran Negara dari Sudut Hukum
Teori ini menyatakan bahwa tindakan pemerintah dibenarkan karena
didasarkan kepada hukum.
Teori ini merinci lagi hukum ke dalam 3 jenis, yaitu :
a. Hukum Keluarga (Teori Patriarchal)
Teori patriachal berdasarkan hukum keluarga karena pada zaman dulu masyarakat
masih sangat sederhana dan negara belum terbentuk. Masyarakat hidup dalam
kesatuan-kesatuan keluarga besar yang dipimpin oleh kepala keluarga.
b. Hukum Kebendaan (Teori Patrimonial)
Patrimonial berasal dari istilah patrimonium yang berarti hak milik. Raja
mempunyai hak milik terhadap daerahnya, oleh karena itu semua penduduk di
daerahnya harus tunduk pada raja. Raja biasanya mendapat bantuan dari kaum
bangsawan untuk mempertahankan wilayahnya. Jika perang berakhir maka raja
memberikan hak atas tanah kepada bangsawan. Hak atas tanah berpindah dari raja
kepada bangsawan sehingga para bangsawan mendapat hak untuk memerintah
(overheidsrechten).
c. Hukum Perjanjian (Teori Perjanjian)
Tokohnya antara lain adalah :
1. Thomas Hobbes
Menurut Thomas Hobbes, manusia harus selalu mempunyai kekuatan karena
memiliki rasa takut diserang oleh manusia lain yang lebih kuat. Oleh karena itu
rakyat mengadakan perjanjian dan dalam perjanjian tersebut, raja tidak
diikutsertakan. Oleh karena itu raja mempunyai kekuasaan mutlak setelah hak-hak
rakyat diserahkan kepadanya (Monarchie Absoluut).
2. Hon Locke
Rakyat dan raja mengadakan perjanjian. Oleh karena itu raja berkuasa untuk
melindungi rakyatnya. Jika raja bertindak sewenang-wenang maka rakyat dapat
meminta pertanggung jawabannya. Perjanjian antara raja dengan rakyatnya
menimbulkan monarki terbatas (monarchie constitusionil) karena kekuasaan raja
dibatasi oleh konstitusi.

65
Dalam perjanjian masyarakat tersebut terdapat dua macam pactum, yaitu :
A. Pactum Uniones  perjanjian untuk membentuk suatu kesatuan (kolektivitas)
antara individu-individu.
B. Pactum Subjectiones  perjanjian untuk menyerahkan kekuasaan antara rakyat
dengan raja.
Jhon Locke berpendapat bahwa pactum uniones dan pactum subjectiones memiliki
pengaruh yang sama kuatnya sehingga dalam penyerahan kekuasaah, raja harus
berjanji akan melindungi hak asasi rakyatnya.
Ajaran Jhon Locke hampir sama dengan ajaran Monarchemachen yaitu suatu aliran
yang timbul dalam abad pertengahan yang memberikan reaksi atas kekuasaan raja
yang mutlak. Aliran tersebut mengadakan perjanjian untuk membatasi kekuasaan
raja. Hasil perjanjian tersebut diletakkan dalam Leges Fundamentalis yang
menetapkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak. Oleh karena itu ajaran Jhon
Locke sering disebut sebagai warisan Monarchemachen.
3. J.J. Rousseau
Menurut Rousseau, kedaulatan dan kekuasaan rakyat tidak pernah diserahkan
kepada raja. Jika raja memerintah maka raja hanya merupakan mandataris rakyat.
Menurut Rousseau, hal yang pokok dari perjanjian masyarakat adalah menemukan
suatu bentuk kesatuan, membela dan melindungi kekuasaan bersama disamping
kekuasaan pribadi dan milik setiap orang sehingg semua orang dapat bersatu,
namun setiap orang tetap bebas dan merdeka. Rouseeau tidak mengenal adanya
hak alamiah, hak dasar atau hak asasi.
Dalam perjanjian masyarakat berarti setiap orang menyerahkan semua haknya
kepada masyarakat. Akibat adanya perjanjian masyarakat adalah :
A. Terciptanya kemauan umum (Volonte Generale)
Yaitu kesatuan dari kemauan orang-orang yang telah menyelenggarakan
perjanjian masyarakat.Volonte generale merupakan kekuasaan yang tertinggi atau
kedaulatan.

66
B. Terbentuknya masyarakat (Gemeinschaft)
Gemeinschaft merupakan kesatuan dari orang-orang yang
menyelenggarakan perjanjian masyarakat. Masyarakatlah yang memiliki kemauan
umum, kekuasaan tertinggi atau kedaulatan yang tidak dapat dilepaskan yang
disebut sebagai kedaulatan rakyat.
Perjanjian masyarakat telah menciptakan negara. Berarti, ada peralihan dari
keadaan bebas ke keadaan bernegara.
D. Pembenaran Negara dari Sudut Lain
a. Teori Ethis/Teori Etika
Berdasarkan teori ini, suatu negara ada karena adanya suatu keharusan
susila. Berdasarkan teori ini maka ada 3 pendapat dari para ahli ilmu negara, yaitu:
1. Plato dan Aristoteles
Menurut Plato dan Aristoteles, manusia tidak akan berarti bila belum bernegara.
Negara merupakan sesuatu hal yang mutlak, tanpa negara maka tidak ada manusia.
Oleh karena itu seluruh tindakan negara dapat dibenarkan.
2. Immanuel Kant
Menurut Immanuel Kant, tanpa adanya negara maka manusia tidak dapat tunduk
pada hukum yang dikeluarkan. Negara adalah ikatan manusia yang tunduk pada
hukum, akibatnya tindakan negara dibenarkan.
3. Wolft
Wolf berpendapat bahwa keharusan untuk membentuk negara merupakan
keharusan moral yang tertinggi.
b. Teori Absoulut dari Hegel
Menurut Hegel, tujuan manusia adalah kembali pada citacita yang abolut.
Penjelmaan cita-cita yang absolut dari manusia adalah negara. Tindakan negara
dibenarkan karena negara adalah sesuatu yang dicita-citakan oleh manusia.

67
c. Teori Psychologis
Teori ini menyatakan bahwa alasan pembenaran negara didasarkan pada unsur
psychologis manusia, seperti rasa takut, rasa sayang dll sehingga segala tindakan
negara dapat dibenarkan.

E. Teori Pembenaran Negara Republik Indonesia

Jika dikaikan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka


berdasarkan teori legitimasi yang menjadi pembenaran (dasar pembenar) kekuasaan
negara di Indonesia , yaitu :
1. Legitimasi Sosiologis
Pengakuan masyarakat atas adanya kekuasaan negara terlihat dari
kenyataan politik yang menunjukkan adanya kekuatan kelembagaan negara yang
menguasai kehidupan warga negaranya.
Legitimasi sosiologis yang telah mengalami proses artikulatif dalam
institusi-institusi politik yang artikulatif dipahami sebagai legitimasi politik. Proses
tarik menarik kepentingan antara pihak yang berkuasa yang terwujud dalam
keputusan politik dianggap telah memiliki legitimasi politik.
2. Legitimasi Yuridis
Pembenaran dari sudut yuridis (hukum) terlihat dari adanya dasar hukum
yang jelas atas keberadaan suatu negara. Dasar hukum dari keberadaan negara
Repubik Indonesia adalah proklamasi kemerdekaan. Jika dilihat dari Teori Kontrak
maka proklamasi merupakan Unilateral Contract yang mendapat pengakuan dari
dunia internasional. Karena sudah mendapat pengkuan dari dunia internasional
maka negara Republik Indonesia merupakan subjek hukum internasional yang
memiliki hak dan kewajiban tertentu sebagai anggota masyarakat hukum
internasional.
Keberadaan konstitusi negara yaitu UUD 1945 menegaskan dasar yuridis
eksistensi ketatanegaraan sebagai komunitas politik yang mandiri, tidak berada di
bawah kedaulatan negara lain dan mampu mempertahankan kemerdekaan secara
politis dan sosiologis. Selain itu, keberadaan unsur-unsur negara menjadi dasar
legitimasi de jure bagi Republik Indonesia.

68
3. Legitimasi Etis-Filosofis
Dasar keabsahan negara secara etis dapat dilihat dari pendapat Wolf dan
Hegel, yaitu bahwa pembentukan negara merupakan keharusan moral yang
tertinggi untuk mewujudkan cita-cita tertinggi dari manusia dalam suatu
lingkungan politik yang bernama negara.
Legitimasi etis (moral) mempersoalkan keabsahan wewenang kekuasaan
politik dari segi norma moral, bukan dari kekuatan politik riil yang ada dalam
masyarakat, bukan pula atas dasar ketentuan hukum (legalitas) tertentu.
Legitimasi etis-filosofis merupakan penyempurnaan akhir dari kemauan
dan kemampuan pihak penguasa. Walaupun suatu pemerintahan memiliki banyak
legitimasi sebagai dasar kekuasaannya, namun tanpa adanya legitimasi etis yang
berpihak pada kepentingan kepentingan kemanusiaan maka pemerintahan tersebut
pasti akan dijatuhkan, baik melalui pemberontakan sosial, demonstrasi people
power, revolusi, reformasi (evolusi) atau pergantian melalui mekanisme
konstitusional.
Tindakan berkuasa dari negara dibenarkan karena negara merupakan cita-cita
manusia yang membentuknya. Dalam konteks negara Republik Indonesia,
keberadaan negara dimaksudkan untuk merealisasikan tujuan etis secara kolektif.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa suatu pemeritahan negara seharusnya berdiri
tergak di atas legitimasi yang kokoh, di atas seluruh legitimasi. Tidak hanya bersifat
teologis, sosiologis (mendapat pengkuan masyarakat) dan yuridis (berlaku sebagai
hukum positif dalam format yuridis ketatanegaraan tertentu) namun juga
etisfilosofis.
Suatu legitimasi dapat mengalami krisis bila orang atau lembaga yang
memiliki legitimasi tersebut tidak memiliki kecakapan (skill) yang cukup untuk
mengelola negara secara keseluruhan. Oleh karena itu legitimasi harus pula diikuti
oleh capability dan capacity untuk mengimplementasikan program yang langsung
menyentuh rakyat karena pada dasarnya rakyatlah pemegang legitimasi yang
tertinggi. Keamanan dan kesejahteraan rakyat merupakan ukuran utama untuk
menilai kemampuan legitimasi pemerintahan suatu negara.

69
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kekuasaan yang sah (legitimated) tidak
selalu berbanding lurus dengan kecakapan pemerintahannya. Pemerintah yang sah
(legitimated government) tidak selalu cakap dalam mengelola negara.
Keberadaan negara dibenarkan sebagai perpanjangan tangan dari kekuasaan
Tuhan yang memerintahkan hambanya agar hidup teratur dalam mengabdi kepada-
Nya. Bernegara merupakan manifestasi pengabdian hamba terhadap Khaliqnya.
Pandangan ini umumnya disebut teokratis. Namun sebenarnya lebih tepat
teosentris (berorientasi kepada Tuhan) sebagai wujud bangsa yang religius.
Bangsa Indonesia mengakui keberadaan negaranya sebagai rahmat Tuhan
Yang Maha Esa (Pembukaan UUD 1945 : ”Dengan rahmat Tuhan Yang Maha
Esa...”)
Bangsa Indonesia menyadari bahwa Tuhan telah memberikan rahmat dan
berkahnya bagi bangsa Indonesia, dan hal ini merupakan wujud legitimasi teologis.

14. Teori Terjadinya Negara

Suatu negara tidak terjadi begitu saja tetapi melalui suatu proses dengan
dipenuhinya satu unsur kepada unsur lainnya sehingga pada akhirnya seluruh unsur
terpenuhi. Dengan dipenuhinya seluruh unsur tersebut maka kapasitas negara
sebagai entitas politik tidak diragukan lagi sebagai subjek hukum (legal entity).
Dalam hukum internasional disebut sebagai subjek hukum internasional yang
berkapasitas penuh dalam kedaulatannya.
Proses terjadinya negara dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu :
1. Terjadinya Negara Secara Primer (Primair Staatswording)
Teori terjadinya negara secara primer adalah teori yang membahas tentang
terjadinya negara yang tidak dihubungkan dengan negara yang telah ada
sebelumnya.
Menurut teori ini, perkembangan negara secara primer melalui 4 phase, yaitu :

1. Phase Genootshap (Genossenschaft)


Fase ini merupakan pengelompokkan dari orang-orang yang menggabungkan
dirinya untuk kepentingan bersama dan disadarkan pada persamaan. Mereka
menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama. Kepemimpinan

70
dipilih secara Primus Inter Pares (yang terkemuka diantara yang sama). Pada
fase ini yang terpenting adalah unsur bangsa.
2.Phase Reich (Rijk)
Pada fase ini, kelompok orang yang telah menggabungkan diri tersebut telah
sadar akan hak milik atas tanah sehingga kemudian muncul tuan-tuan tanah
yang berkuasa atas tanah dan orang-orang yang menyewa tanah. Hal ini
menimbulkan sistem feodalisme .Pada fase ini yang terpenting adalah unsur
wilayah.
3. Phase Staat
Pada fase ini masyarakat telah sadar dari tidak memiliki negara menjadi
memiliki negara.
Pada fase ini yang terpenting adalah bahwa ketiga unsur dari negara (bangsa,
wilayah dan pemerintahan yang berdaulat) telah terpenuhi.
4. Phase nation state
Pada fase ini rakyat memegang kekuasaan yang tertinggi.
Fase ini dapat dibagi dua lagi,yaitu :
1) Phase democratsiche Natie
Democratische Natie terbentuk atas dasar kesadaran demokrasi nasional,
kesadaran akan adanya kedaulatan di tangan rakyat.
2) Phase Dictatuur (dictum)
Ada 2 pendapat mengenai fase dictatuur, yaitu :
a) Menurut pendapat para sarjana Jerman, bentuk diktator merupakan
perkembangan lebih lanjut dari democtatische natie.
b) Menurut pendapat sarjana lainnya, dictatuur merupakan penyelewengan dari
democratische natie.

71
2. Terjadinya Negara Secara Sekunder (Scundaire Staats Wording)
Teori terjadinya negara secara sekunder membahas terjadinya negara
dihubungkan dengan negara-negara yang telah ada sebelumnya. Berdasarkan teori
ini,yang terpenting adalah adanya pengakuan (erkening).
Pengakuan (erkening) dapat dibedakan dalam tiga macam, yaitu :

a. Pengakuan De Facto
Pengakuan de facto adalah pengakuan yang bersifat sementara terhadap
terbentuknya suatu negara baru. Hal ini disebabkan karena pada kenyataannya
memang telah terbentuk suatu negara baru namun apakah terbentuknya negara
baru tersebut telah melalui prosedur hukum atau tidak masih memerlukan penelitian
lebih lanjut. Oleh karena itu pengakuan yang diberikan masih bersifat sementara.
Pengakuan de facto dapat meningkat kepada pengakuan de jure jika ternyata
terbentuknya negara baru tersebut memang telah melalui prosedur hukum yang
sebenarnya.
b. Pengakuan De Jure (Pengakuan Yuridis)
Pengakuan de jure adalah pengakuan yang seluas-luasnya dan bersifat tetap
terhadap timbulnya suatu negara baru karena terbentuknya negara baru tersebut
berdasarkan hukum.
c. Pengakuan atas Pemerintahan De Facto
Pengakuan terhadap pemerintahan de facto adalah pengakuan hanya
terhadap pemerintahan suatu negara sedangkan wilayahnya tidak diakui.
Unsur-unsur yang harus ada dalam suatu negara adalah pemerintahan, wilayah dan
rakyat. Dengan demikian jika yang ada hanya pemerintahannya maka itu bukanlah
negara karena tidak seluruh unsurnya terpenuhi.
Suatu negara, selain dapat terbentuk atau timbul juga dapat runtuh atau
lenyap. Runtuh atau lenyapnya suatu negara dapat disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu :

72
1. Hilangnya negara karena faktor alam.
Suatu negara yang sudah ada menjadi lenyap karena faktor alam. Alam
menyebabkan wilayah suatu negara menjadi hilang lenyap. Misalnya : negara
Atlantis.
Hilangnya negara karena faktor alam antara lain disebabkan karena :
a. Gunung meletus
b. Pulau yang terendam air laut.

2. Hilangnya negara karena faktor sosial.


Maksudnya adalah bahwa hilangnya atau lenyapnya suatu negara yang
semula ada dan diakui oleh negara lain tetapi hilang karena factor social. Factor
social tersebut diantaranya adalah :
 Penaklukan
 Revolusi (kudeta yang berhasil)
 Perjanjian
 Penggabungan.

Teori terjadinya negara, baik terjadinya Negara secara primer maupun


sekunder berhubungan erat dengan syarat keberadaan sebuah negara. Syarat
adanya entitas hegara harus memenuhi unsur-unsur primer dan sekunder.
1. Unsur primer, meliputi :

a. Penduduk (rakyat)
b. Wilayah
c. Pemerintahan

Unsur-unsur primer ini harus dipenuhi untuk eksistensi negara. Tanpa adanya
unsur primer maka tidak mungkin ada negara.
2. Unsur sekunder
Unsur sekunder adalah pengakuan. Unsur ini merupakan unsur tambahan
yang akan menguatkan keberadaan suatu negara dalam masyarakat hukum
internasional. Negara yang baru muncul dalam komunitas hukum internasional
memerlukan pengakuan dari negara lain atas eksistensinya sebagai suatu negara.

73
Walaupun merupakan unsur tambahan namun pengakuan juga akan menentukan
secara signifikan kelanjutan hidup suatu negara. Seperti halnya manusia, negara
juga tidak akan bisa hidup tanpa adanya hubungan dengan manusia atau negara lain.
Hal ini diperlukan untuk memenuhi keperluan hidupnya, bertukar kebudayaan dan
teknologi etc.

15. Terjadinya Negara Republik Indonesia

Jika dikaitkan dengan teori terjadinya Negara, maka terjadinya Negara


Republik Indonesia secara teoritis-historis telah memenuhi unsur primer dan
sekunder.
Pada awalnya komunitas suku bangsa di Indonesia hidup dalam suatu
bentuk kelompok-kelompok kekeluargaan (genossenschaft-gemeinschaft).
Kemudian muncul wilayah-wilayah yang diperintah oleh kerajaan-kerajaan kecil
dan kerajaan-kerajaan besar yang memiliki kekayaan yang luar biasa (reick, rijk).
Kemudian kelompok-kelompok kehidupan bersama di nusantara ini memunculkan
kesadaran bersama sebagai bangsa melalui Kongres Pemuda 1928. hal ini
merupakan embrio dalam memasuki tahap bangsa-bangsa (staat--state). Tahap
selanjutnya adalah terbentuknya suatu nation-state dimana rakyat Indonesia
memegang kekuasaan tertinggi dan memiliki kedaulatan (rakyat berdaulat-
democratische natie)
Melalui Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 dan
perjuangan panjang Perjanjian Linggarjati, Roem-Royen, KMB dan diplomasi
internasional. Kemudian pada akhirnya Negara Republik Indonesia diakui
keberadaannya sebagai subjek hukum internasional yang baru, sebagai negara baru
yang sederajat dengan negara lainnya dalam komunitas internasional.
Demokrasi terpimpin pada masa pemerintahan Soekarno dan Soeharto
merupakan pemerintahan yang dictatuur-dictatorship. Bentuk ini tidak dianggap
sebagai perkembangan selanjutnya dari democratische natie tetapi merupakan
anomalia sejarah dan merupakan bentuk penyimpangan atau penyelewengan
kedaulatan rakyat. The rule of law and the people menyimpang menjadi the rule of
man. Bentuk akhir yang hingga saat ini terus diperjuangkan adalah bentuk Negara
hukum yang demokratis.

74
16. Teori Tujuan Negara (Die Lehren vom Zweck des Staates)

Setiap negara pasti memiliki tujuan tertentu yang berbeda antara satu
negara dengan negara lainnya. Para ahli ilmu negara sebagian berpendapat bahwa
tujuan negara dihubungkan dengan tujuan akhir manusia dan ada pula yang
menghubungkan antara tujuan negara dengan kekuasaan.
Tujuan negara menurut pendapat para ahli, antara lain adalah :
1. Hegel
Menurut Hegel, negara mempunyai kemampuan sendiri dalam mengejar
pelaksanaan idee umumu. Oleh karena itu tujuan negara adalah negara itu sendiri.
Negara memelihara dan menyempurnakan diri sendiri. Kewajiban tertinggimanusia
adalah menjadi warga negara sesuai dengan undang-undang.
Hegel menciptakan teori dialektika : melalui tese, antitese dan sintese lahir dan
timbullah kemajuan.
2. Agustinus
Menurut Agustinus, tujuan negara dihubungkan dengan cita-cita manusia hidup di
alam yang kekal yaitu sesuatu yang diinginkan Tuhan.
3. Shang Yang
Shang Yang menghubungkan tujuan negara dengan mencari kekuasaan semata
sehingga negara identik dengan penguasa.
4. John Locke
Menurut John Locke, pembentukan political or civil society menyebabkan manusia
tidak melepaskan hak asasinya.
Tujuan negara adalah memelihara dan menjamin hak asasi,yaitu :
a. Hak hidup/nyawa (leven)
b. Hak atas badan (lijf)
c. Hak atas harta benda (vermogen)
d. Hak atas kehormatan (eer)
e. Hak kemerdekaan (vrij heid)
5. Rousevelt
Rousevelt membagi hak kemerdekaan ke dalam :
a. Freedom from want
b. Freedom from fear

75
c. Freedom of speech
d. Freedom of religion
6. Mahatma Gandhi
a. Freedom from want
b. Freedom from fear
c. Freedom of speech
d. Freedom of religion
e. Freedom of doing mistake
7. Soekarno
a. Freedom from want
b. Freedom from fear
c. Freedom of speech
d. Freedom of religion
e. Freedom of doing mistake
f. Freedom to be free

76
8. Kaum dikatator
Kaum dikatator menganut paham bahwa negara merupakan tujuan. Warga
negara harus mengorbankan apapun yang diperintahkan pemegang kuasa. Jadi
penjelmaannya adalah negara kekuasaan.
9. Zaman modern
Umumnya, pada zaman modern, tujuan negara adalah menyelenggarakan
kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat demi tercapainya masyarakat adil dan
makmur.
Tujuan suatu negara dapat dibedakan berdasarkan filosofi, situasi-kondisi
dan sejarah dari negara yang bersangkutan. Secara garis besar, teori tujuan negara
membagi arah tujuan negara menjadi tiga, yaitu
1. Mencapai kekuasaan politik
Negara identik dengan penguasa. Oleh sebab itu tujuan negara adalah
membangun kekuasaan secara efektif. Penguasa (pemerintah) menggunakan
kekuasaannya untuk memaksakan kepentingannya. Setiap penguasa selalu ingin
mempertahankan, memperkuat dan memperluas kekuasannya. Setelah memiliki
kekuasaan yang kuat (langgeng-absolut) maka penguasa menjadi korup, tiran dan
despotik (semena-mena dan kejam).
Lord Acton berpendapat bahwa karakter kekuasaan yang demikian adalah:
Power tends to corrupt; absolute power corrupts absolutely.
2. Mencapai kemakmuran material
Negara bertujuan untuk mewujudkan kemakmuran atau kesejahteraan
material karena negara sebagai organisasi masyarakat berusaha untuk memenuhi
kebutuhan materialnya secara terstruktur melalui pemerintahan yang ada.
Dalam ilmu negara umum, tujuan negara untuk mencapai kemakmuran
melahirkan tipikal negara yang berbeda, yaitu :
a) Polizei Staat → negara yang bertujuan untuk mencapai kemakmuran
bagi raja/negara.
b) Formele Rechtstaat → tujuan negara adalah mencapai kemakuran
individu.
c) Materiele Rechtstaat → tujuan negara adalah mencapai kemakmuran
rakyat (Social Service State – negara kesejahteraan).

77
3. Mencapai kebahagiaan akhirat (konsep eksatologis → eksatologis : akhir
zaman)
Negara memberikan fasilitas kepada rakyatnya agar dapat bebas
melaksanakan kaidah agamanya untuk mempersiapkan kehidupan sesudah
kematian (life after death).
Penguasa negara berpendapat bahwa kehidupan di dunia hanya sementara
dan kehidupan akhirat adalah kehidupan yang abadi. Oleh karena itu seluruh warga
negara harus mempersiapkan dirinya untuk ”kehidupan yang sesungguhnya”.
Negara harus mengarahkan warga negranya agar menjadi manusia yang beriman,
bertakwa, berilmu dan berteknologi.
Konsekuensi logisnya negara melarang adanya kegiatan yang bertentangan dengan
norma/kaidah agama (nilai-nilai ketuhanan).

17. Tujuan Negara Republik Indonesia

Tujuan hakiki dari negara Republik Indonesia termuat dalam alinea ke-4
Pembukaan UUD 1945, yaitu sebagai berikut :
1. Mencapai ketuhanan (kemerdekaan, perdamaian abadi)
Negara mengarahkan warga negaranya untuk selamat di dunia dan akhirat
sesuai dengan keyakinan agamanya. Negara juga harus sepenuhnya memberikan
kebebasan warga negaranya untuk melaksanakan ajaran agamanya dan membuat
hukum nasional yang mendukung ajaran agama yang dianut oleh warganegaranya.
Negara mengatasi pertikaian yang mungkin muncul melalui mufakat lintas
agama, ras dan antar golongan. Negara melarang kegiatan yang bertentangan nilai-
nilai ketuhanan. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Mencapai kemanusiaan univesalitas yang melindungi segenap bangsa dan
melaksanakan ketertiban dunia
Negara harus mewujudkan kehidupan yang manusiawi, adil dan beradab
yang berkorelasi positif dengan upaya perlindungan hak asasi manusia.

78
Tujuan ini menjadi tugas inti dari negara, yaitu melindungi nilai-nilai
kemanusiaan (tidak hanya bagi warga negaranya tetapi juga bagi seluruh umat
manusia).
Kemanusiaan harus didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan yang universal.
Kemanusiaan juga harus didasarkan pada pembentukan masyarakat yang beradab
(civilized society) sebagaimana yang dikonstruksikan dalam masyarakat madani
(civil society)
3. Mencapai kesatuan bangsa dan mencerdaskan kehidupan bangsa
Mencapai kesatuan sebagai suatu nation state yang komprehensif. Kesatuan
komunitas yang sadar dalam lokalitas dan globalitas kemanusiaan. Nasionalisme
yang rasional dan humanisme yang religius. Pemerintah dibentuk untuk menyadari
cita-cita tersebut sehingga rakyat cerdas dan memahami hidupnya dan dapat
menjalani hidupnya dengan baik.
4. Mencapai kerakyatan hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
Mencapai kerakyatan dimaksudkan sebagai kolektivitas yang melaksanakan
aspirasi rakyat dengn tuntutan hikmah kebijaksanaan. Konkretnya melalui lembaga
permusyawaratan (MPR) dan lembaga perwakilan (DPR dan DPD).
Demokrasi Indonesia berkaitan secara menyeluruh dengan sila-sila lainnya
dalam Pancasila.
5. Mencapai keadilan sosial (memajukan kesejahteraan umum)
Mencapai keadilan sosial merupakan tugas negara untuk memberikan
kemakmuran ekonomi dan kesejahteraan spiritual bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tujuan ekonomi negara dikonstruksikan dalam penataan keadilan sosial.
Kemakmuran material harus dicapai melalui penataan keadilan. Keadilan harus
lebih diutamakan daripada keadilan. Keadilan tanpa kemakmuran lebib berarti
daripada sebaliknya. Negara harus menjadi alat untuk mencapai keadilan. Keadilan
akan menyelamatkan seluruh warga negara.

79
18. Teori Tipe-Tipe Negara

Teori tipe-tipe negara bermaksud membahas tentang penggolongan negara


didasarkan pada ciri-ciri khas yang ada pada suatu negara. Berdasarkan sejarah
teori kenegaraan Eropa Barat maka pembagian tipe-tipe negara secara kronologis
adalah sebagai berikut :
17.1 Tipe Negara Menurut Sejarah
a. Tipe Negara Timur Purba (Alt Orientalische Staaten)
Negara Timur Purba bertipe tirani dimana raja berkuasa mutlak.
Ciri-ciri negara Timur Purba adalah :
1) Bersifat terokratis/theocraties (keagamaan)
Negara teokrasi adalah negara yang hanya mendasarkan satu agama saja dalam
negaranya.
Negara teokrasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
 Teokrasi langsung → raja dianggap juga sebagai Tuhan atau dewa oleh
warganegaranya.
 Teokrasi tidak langsung
2) Pemerintahan bersifat absolut.
b. Tipe Negara Yunani Kuno
Pada intinya, tipe negara Yunani Kuno :
a. Adanya negara kota (polis/city state)
 Besarnya negara kota hanya sebesar kota yang dilingkari benteng
pertahanan.
 Jumlah penduduknya sedikit, hanya sekitar 300 ribu penduduk.
b. Demokrasi langsung.
Dalam pelaksanaan demokrasi langsung, rakyat diberi pelajaran ilmu
pengetahuan (encyclopaedie). Pemerintahan berjalan dengan mengumpulkan
rakyat di suatu tempat yang disebut acclesia. Dalam rapat dikemukakan
kebijaksanaan pemerintah dan rakyat ikut memecahkan masalah. Pemerintahan
selalu dipegang oleh ahli-ahli filsafat.
Dalam negara Yunani Kuno demokrasi dapat dilaksanakan secara langsung, hal ini
disebabkan karena :

80
 Wilayahnya tidak terlalu luas
 Jumlah penduduk yang masih sedikit, dan dari jumlah yang sedikit tersebut
hanya warga polis saja yang berhak ikut demokrasi, para pedagang dari
luar polis dan budak belian tidak mempunyai hak untuk ikut melaksanakan
demokrasi.
c. Tipe Negara Romawi
Tipe negara Romawi adalah Imperium. Yunani sendiri kemudian menjadi
negara jajahan Romawi.
Ciri tipe negara Romawi Kuno adalah :
 Primus inter pares (yang terkemuka diantara yang sama)
 Adanya raja-raja yang absolut (Caesar)
Pemerintahan di Romawi dipegang oleh Caesar yang menerima seluruh
kekuasaan dari rakyat (Caesarismus). Pemerintahan Caesar adalah mutlak atau
absolut.
 Adanya kodifikasi hukum.
Undang-undang di Romawi dinamakan Lex Regia.
d. Tipe Negara Abad Pertengahan
Ciri khas tipe negara pada abad pertengahan adalah :
 Teokratis
 Feodalisme
 Dualisme dalam bernegara, yaitu dualisme (pertentangan) antara:
 Penguasa dengan rakyat.
 Pemilik dan penyewa tanah (yang menyebabkan
timbulnya feodalisme).
 Negarawan dan gerejawan (yang menimbulkan
sekularisme).
Akibat adanya dualisme ini timbul keinginan dari rakyat untuk membatasi
hak dan kewajiban raja dan rakyat. Hal ini dikemukakan oleh aliran
monarchomachen (golongan anti raja yang mutlak). Perjanjian yang mereka
sepakati diletakkan dalam leges fundamentalis yang berlaku sebagai undang-
undang.

81
e. Tipe Negara Modern
Ciri-ciri negara modern adalah :
 Berlakunya asas demokrasi
Kedaulatan ada di tangan rakyat dan demokrasi menggunakan sistem dan
lembaga perwakilan.
 Dianutnya paham negara hukum
 Susunan negaranya adalah kesatuan.
Di dalam satu negara hanya ada satu pemerintahan,yaitu pemerintahan pusat
yang mempunyai wewenang tertinggi.

17.2 Tipe Negara Ditinjau Dari Sisi Hukum.


Jika ditinjau dari sisi hukum maka penggolongan tipe negara didasarkan
pada hubungan antara penguasa dan rakyat. Tipe negara dapat dibedakan dalam :

a. Tipe Negara Policie (Polizei Staat)


Pada tipe ini negara bertugas menjaga tata tertib, dengan kata lain negara
penjaga malam. Pemerintahan bersifat monarchi absolut.
Pengertian policie mencakup dua arti, yaitu :
 Penyelenggara negara positif (bestuur)
 Penyelenggara negara negatif (menolak bahaya yang mengancam negara)

b. Tipe Negara Hukum (Rechstaats)


Istilah negara hukum merupakan terjemahan dari rechstaat. Istilah rechtstaat
mulai populer di Eropa sejak abad XIX. Konsep rechtstaat lahir dari suatu
perjuangan menentang absolutisme.
Ciri-ciri rechtstaat adalah :
 Adanya UUD atau Konstitusi yang memuat ketentuan tertulis tentang hubungan
antara penguasa dengan rakyat.
 Adanya pembagian kekuasaan negara.
 Diakui dan dilindunginya hak-hak kebebasan rakyat.

82
Ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa ide pokok dari rechstaat adalah
adanya pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia yang bertumpu
pada prinsip kebebasan dan persamaan. Adanya pembagian kekuasaan bertujuan
untuk menghindari penumpukan kekuasaan dalam satu tangan yang cenderung akan
disalahgunakan.
Menurut Wirjono Prodjodikoro, negara hukum berarti suatu negara yang di dalam
wilayahnya adalah :
o Semua alat-alat perlengkapan negara dalam tindakannya baik terhadap
warganegara maupun dalam hubungannya dengan alat-alat
perlengkapan yang lain tidak boleh sewenang-wenang dan harus
memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
o Semua penduduk dalam hubungan kemasyarakatan harus tunduk pada
peraturan hukum yang berlaku.
Jika dilihat dari segi ilmu politik, Franz Magnis Suseno mengambil 4 ciri negara
hukum yaitu :
1) Kekuasaan dijalankan sesuai dengan hukum positif yang berlaku.
2) Kegiatan negara berada di bawah kontrol kekuasaan kehakiman yang efektif.
3) Berdasarkan sebuah UUD yang menjamin HAM.
4) Menurut pembagian kekuasaan.
Salah satu asas penting dalam negara hukum adalah asas legalitas. Substansi dari
asas legalitas adalah menghendaki agar setiap tindakan badan/pejabat administrasi
harus berdasarkan undang-undang. Tanpa dasar undang-undang maka
badan/pejabat administrasi tiak berwenang melakukan suatu tindakan yang dapat
mempengaruhi atau mengubah keadaan hukum warga negaranya.

Asas legalitas berkaitan erat dengan dua gagasan, yaitu :


1. Gagasan demokrasi
Gagasan demokrasi menuntut agar setiap bentuk undang-undang dan
berbagai keputusan mendapat persetujuan dari wakil rakyat.
2. Gagasan negara hukum.

83
Gagasan negara hukum menuntut agar penyelenggaraan kenegaraan dan
pemerintahan harus didasarkan pada undang-undang dan memberikan jaminan
terhadap hak-hak dasar rakyat yang tertuang dalam undang-undang.
Menurut Sjachran Basah, asas legalitas berarti upaya mewujudkan paham
kedaulatan hukum dan paham kedaulatan rakyat yang berdasarkan prinsip-prinsip
monodualistis yang sifat hakikatnya konstitutif.
Menurut Indroharto, penerapan asas legalitas akan menunjang berlakunya
kepastian hukum dan berlakunya persamaan perlakuan.

Ada tiga bentuk tipe negara hukum :


1. Tipe Negara Hukum Liberal
Tipe negara ini menghendaki agar negara berstatus pasif, artinya adalah
bahwa warga negara harus tunduk pada peraturan-peraturan negara. Penguasa
dalam bertindak harus sesuai dengan hukum. Kaum liberal menghendaki agar
antara penguasa dan rakyat harus ada persetujuan dalam bentuk hukum.
2. Tipe Negara Formil
Yaitu negara hukum yang mendapat pengesahan dari rakyat. Segala
tindakan penguasa memerlukan suatu bentuk hukum tertentu, harus berdasarkan
undang-undang. Negara hukum formil disebut pula sebagai negara demokratis
yang berlandaskan negara hukum.
Menurut Stahl, negara hukum formil harus memenuhi empat unsur,yaitu :
 Harus ada jaminan terhadap hak asasi manusia
 Adanya pemisahan kekuasaan
 Pemerintahan didasarkan pada undang-undang
 Harus ada peradilan administrasi.
3. Tipe Negara Hukum Materiil
Negara hukum materiil merupakan perkembangan lebih lanjut dari negara
hukum formil. Jika pada negara hukum formil tindakan penguasa harus berdasarkan
undang-undang (asas legalitas) maka dalam negara hukum materiil untuk
kepentingan warga negara dalam hal keadaan yang mendesak maka penguasa
dibenarkan bertindak menyimpang dari undang-undang (asas opportunitas).

84
c. Tipe Negara Kemakmuran
Pada tipe negara kemakmuran,negara mengabdi sepenuhnya kepada
masyarakat. Dalam negara kemakmuran, negara merupakan satu-satunya alat untuk
menyelenggarakan kemakmuran rakyat. Negara aktif menyelenggarakan
kemakmuram untuk kepentingan seluruh rakyat dan negara.
Jadi, pada tipe negara ini maka tugas negara semata-mata adalah menyelenggarakan
kemakmuran untuk rakyat semaksimal mungkin.

19. Tipe Negara Kesatuan Republik Indonesia

Dalam sejarah teori ketatanegaraan tersebut kita dapat menemukan tipe


negara modern yaitu adanya demokrasi perwakilan dan merupakan bangunan
negara hukum yang demokratis. Bentuk negara hukum yang demokratis
(democratische-rechstaat/welfare state) menjadi cita-cita seluruh negara modern
saat ini.
Berdasarkan karakteristik tipe negara tersebut maka kita dapat
menyimpulkan bahwa Negara Republik Indonesia dapat dikategorikan sebagai
negara modern. Konstitusi negara Republik Indonesia yang telah diamandemen
dalam Pasal 1 ayat (1,2 dan 3) telah dengan jelas menyebutkan karakteristik cita-
cita negara modern tersebut, yaitu :
Pasal 1 UUD 1945
1. Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik
2. Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang
Dasar.
3. Negara Indonesia adalah negara hukum.

85
Selain itu, alasan bahwa Indonesia dapat dikategorikan sebagai negara
modern adalah sebagai berikut :
1. Negara RI tidak memiliki ciri-ciri seperti yang terdapat dalam tipe negara
Timur Kuno, Yunani Kuno, Romawi Kuno dll yang berciri teokrasi, absolut,
negara kota dengan demokrasi langsung, kerajaan yang absolut atau
feodalistis.
2. Konstitusi negara RI baik sebelum maupun setelah amandemen telah
mencanangkan adanya demokrasi perwakilan dan berupaya menciptakan
bangunan negara hukum yang demokratis.
Pemilihan presiden secara langsung dalam sistem pemilu di Indonesia tidak
berarti bahwa kita melaksanakan demokrasi secara langsung. Wujud demokrasi
langsung yang sesungguhnya adalah dengan sistem referendum dimana rakyat
terlibat secara langsung dan merupakan subjek yang langsung memutuskan
berbagai kebijakan.
Dalam sistem pemilu di Indonesia, rakyat memilih presiden secara langsung
namun presiden yang nanti terpilihlah yang bertindak sebagai eksekutif yang akan
memutuskan kebijaksanaan yang akan dijalankan dalam pemerintahan. Oleh
karena itu lebih tepat jika Indonesia menjalankan demokrasi perwakilan atau
menjalankan republik.
3. Negara RI mensyaratkan rakyat untuk pada hukum dan nilai-nilai
Ketuhanan yang dianutnya. Hal ini memunculkan konsep bahwa negara
kita berciri negara nomokratis yaitu nomokratis Pancasila. Nomokratis →
nomoi (hukum) dan kratein (pemerintahan atau kekuasaan).
Penegasan Indonesia sebagai negara hukum terdapat dalam Pasal 1 ayat (3)
UUD 1945 Amandement yaitu Negara Indonesia adalah negara hukum.
Konsekuensi dari negara hukum adalah bahwa seluruh sikap, kebijakan, perilaku
alat negara dan penduduk harus berdasar dan sesuai hukum. Dalam negara hukum,
hukumlah yang memegang komando tertinggi dalam penyelenggaraan negara.
Dengan demikiran dapat disimpulkan bahwa dalam teori tipe-tipe utama
negara yang berkembang dalam sejarah kita dapat mengetahui bahwa negara RI
dikonstruksikan untuk menjadi negara modern, yaitu negara hukum yang
demokratis dan merupakan nomokrasi Pancasila.

86
20. Teori Bentuk Negara Dan Bentuk Pemerintahan
19.1 Bentuk Negara
Bentuk negara menyatakan susunan atau organisasi negara secara
keseluruhan, mengenai struktur negara yang meliputi segenap umsur-unsurnya,
yaitu daerah, bangsa dan pemerintahan. Bentuk negara melukiskan dasar negara,
susunan dan tata tertib suatu negara berhubungan dengan organ tertinggi di negara
itu itu dan kedudukan masing-masing organ dalam kekuasaan negara. Teori bentuk
negara bermaksud membahas sistem penjelmaan politis dari unsur-unsur negara.
1. Monarchie
Monarchie (Kerajaan, Kesultanan, Kekaisaran) ialah negara yang dikepalai
oleh seorang raja, bersifat turun temurun dan menjabat untuk seumur hidup. Selain
raja, kepala negara monarki dapat berupa Kaisar (Kaisar Jepang dan China sebelum
dijajah Inggris), Syah (Syah Iran) dan Sultan (Sultan Brunei).
Bentuk negara monarki dapat dibedakan dalam tiga macam, yaitu :
a. Monarki Mutlak (Absolut)
Yaitu seluruh kekuasaan negara berada di tangan raja dimana raja
mempunyai kekuasaan dan wewenang mutlak dan tidak terbatas.
Misalnya :
o Prancis di bawah Louis XIV dan XVI
o Spanyol di bawah Raja Philip II
o Rusia di bawah Tsar Nicholas
b. Monarki Terbatas (Monarki Terbatas/Monarki dengan undang-undang).
Yaitu suatu negara monarki dimana kekuasaan raja dibatasi oleh
konstitusi/UUD.
Misalnya :
Kerajaan Inggris dengan konstitusinya yang bersumber pada kebiasaan (konvensi).

87
c. Monarki Parlementer
Yaitu suatu monarchi dimana terdapat suatu parlemen dimana para menteri
bertanggung jawab sepenuhnya.
Contoh : Kerajaan Belanda.
2. Republik
Republik berasal dari bahasa latin, respublica yang artinya kepentingan
umum. Negara republik adalah negara dengan pemerintahan rakyat yang dikepalai
oleh Presiden sebagai kepala negara yang dipilih dari dan oleh rakyat untuk masa
jabatan tertentu (Di AS, presiden menjabat selama 4 tahun dan di Indonesia selama
5 tahun).
Negara yang berbentuk republik contohnya adalah Republik Indonesia,
Republik Filipina, Republik Rakyat China.
Macam-macam bentuk republik :
o Republik dengan sistem pemerintahan secara langsung (system
referendum) → Yunani Kuno dan Romawi Kuno.
o Republik dengan sistem pemerintahan perwakilan rakyat (system
parlementer) → Republik Indonesia pada saat berlakunya UUD 1950.
o Republik dengan sistem pemisahan kekuasaan (system presidensil) →
Republik Indonesia.
Pendapat beberapa ahli tentang bentuk negara adalah sebagai berikut :
1. Niccolo Machiavelli
Dalam bukunya Il Principe (Sang Raja), Niccolo Machiavelli menyatakan
bahwa bentuk negara adalah republik dan monarki.
2. Jellinek
Dalam bukunya Algemeine Staatslehre, Jellinek membedakan bentuk
negara monarki dan republik berdasarkan pembenukan kemauan negara.
Bila pembentukan kemauan negara ditentukan oleh seorang saja maka bentuk
negaranya adalah monarki. Sedangkan jika kemauan negara ditentukan oleh lebih
dari satu orang maka negara yang terbentuk adalah republik.
Namun, jika bertitik tolak pada pendapat Jellinek, maka negara Inggris,
Swedia, Norwegia, Denmark, Nederland dan Belgia harus dikategorikan sebagai
negara republik sebab negara-negara tersebut terbentuk karena kemauan orang

88
banyak, namun kenyataannya menurut HTN, negara-negara tersebut berbentuk
monarki. Dengan demikian, alasan Jellinek kurang dapat diterima.
3. Leon Duguit
Dalam bukunya, Traitede Droit Constitutionel, ia berpendapat bahwa untuk
menentukan apakah suatu negara berbentuk republik atau monarki adalah dengan
menggunakan ’cara penunjukkan/pengangkatan kepala negara’.
Jika kepala negara diangkat berdasarkan keturunan maka bentuk negaranya
adalah monarki. Sedangkan jika kepala negara diangkat berdasarkan pemilihan
maka bentuk negaranya adalah republik.
4. Otto Koellreuter
Otto menggunakan ukuran kesamaan dan ketidaksamaan dalam
membedakan bentuk negara. Sebenarnya ia setuju dengan Duguit tetapi karena ia
seorang fasis Jerman,maka Ia membagi negara ke dalam tiga bentuk, yaitu
 Monarki
Monarki adalah suatu negara yang diperintah oleh suatu dinasti,
dimana kepala negara diangkat berdasarkan keturunan. Oleh karena
itu ia beranggapan bahwa pada dasarnya adalah ketidaksamaan
karena tidak setiap orang dapat menjadi kepala negara.

 Republik

Bentuk republik didasarkan pada asas kesamaan, kepala negara


diangkat berdasarkan kemauan orang banyak dan setiap orang
memiliki hak yang sama untuk menjadi kepala negara. Kepala
negara dalam negara republik tidak diangkat berdasarkan keturunan
atau kepribadian melainkan karena kemauan rakyat secara politis
dan kenegaraan.

89
 Autoritaren Fuhrerstaat

Kepala negara dalam Autoritaren Fuhrerstaat diangkat atas dasar


pikiran bahwa yang dapat berkuasa disebut ’ger Gedanken der
staatsautoritat.
Jadi dalam Autoritaren Fuhrerstaat, dasar ukurannya adalah
ketidaksamaan. Namun, asas ketidaksamaannya berbeda dengan
monarki. Asas ketidaksamaan dalam monarki bertitik tolak pada
keturunan atau dinasti. Sedangkan pada Autoritaren Fuhrerstaat,
ketidaksamaannya bertitik tolak pada pikiran yang dapat
menguasai negara.
5. Aristoteles
Aristoteles membedakan bentuk negara berdasarkan ukuran kuantitas untuk
bentuk ideal dan ukuran kualitas untuk bentuk pemerosotan.
Menurut Aristoteles, bentuk negara dibedakan dalam :
d. Monarki
Apabila yang memerintah satu orang untuk orang banyak maka bentuk
negaranya adalah monarki, jika merosot dimana ia memerintah berdasarkan
kepentingan sendiri maka bentuknya adalah diktatur atau tirani.
e. Aristokrasi
Bila negara diperintah oleh beberapa orang untuk kepentingan orang banyak
maka bentuk negara tersebut adalah aristokrasi. Pemerosotan dari bentuk aristokrasi
adalah jika beberapa orang memerintah untuk kepentingan golongan sendiri maka
bentuk negara menjadi oligarkhi, sedangkan jika untuk kepentingan orang kaya
maka dinamakan plutokrasi.
Aristokrasi adalah negara yang pimpinan tertingginya dipegang oleh
beberapa orang, biasanya dari golongan feodal, golongan yang berkuasa.
Golongan orang yang memegang kekuasaan dapat dibedakan berdasaran :
 Kelahiran (kebangsawanan)
 Umur
 Hak milik atas tanah
 Kekayaan

90
 Kerajinan
 Pendidikan
 Fungsi militer dll.
f. Politiea
Jika yang memerintah seluruh orang dan demi kepentingan seluruh orang
pula maka bentuk negaranya adalah politiea. Jika merosot menjadi perwakilan
maka bentuk negaranya dinamakan demokrasi.
6. Polybios
Menurut Polybios, demokrasi merupakan bentuk ideal sedangkan bentuk
pemerosotannya adalah ochlocratie atau mobocratie.
Demokrasi berasal dari kata demos (rakyat) dan kratein (kekuasaan).
Demokrasi adalah suatu negara dengan pemerintahan yang tertinggi terletak di
tangan rakyat dan setiap gerak langkah negara ditentukan oleh rakyat.
Macam-macam bentuk demokasi adalah :
a. Demokrasi Langsung
Yaitu negara demokrasi dimana semua warga negara ikut secara langsung
memilih serta ikut memikirkan jalannya pemerintahan.
Misalnya : Yunani Kuno, New England.
b. Demokrasi Perwakilan
Yaitu suatu negara demokrasi dimana tidak semua warga negaranya
diikutsertakan secara langsung dalam pemerintahan tetapi mereka memilih wakil-
wakil mereka yang duduk dalam badan-badan perwakilan (parlemen).
Misalnya : USA dengan parlemennya, Indonesia dengan DPR-nya.
7. C.F. Strong
Ia mengemukakan adanya 5 kriteria untuk melihat bentuk negara, yaitu :

a. Melihat negara tersebut, bagaimana bangunannya, apakah kesatuan


atau negara serikat.
b. Melihat bagaimana konstitusinya.
c. Melihat badan eksekutifnya, apakah bertanggung jawab kepada
parlemen atau tidak.

91
d. Mengenai badan perwakilan, bagaiaman disusunnya dan siapa saja
yan berhak duduk di badan perwakilan tersebut.
e. Bagaimana hukum yang berlaku di negara tersebut.

21. Bentuk Pemerintahan


Teori mengenai bentuk pemerintahan meninjau bentuk negara secara
yuridis. Bermaksud untuk mengungkapkan sistem yang menentukan hubungan
antara alat-alat perlengkapan negara dalam menentukan kebijakan negara. Hal ini
dapat ditemui dalam konstitusi negara.
Sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua istilah, yaitu :
1. Sistem
Menurut Carl J. Friedrich, sistem adalah suatu keseluruhan terdiri dari
beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional baik diantara bagian-
bagian maupun hubungan fungsional terhadap keseluruhannya. Sehingga
hubungan tersebut menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-bagian.
Akibatnya, jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan mempengaruhi
keseluruhannya.
2. Pemerintahan
Pemerintahan adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam
menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan negara sendiri.
Oleh karena itu jika kita membicarakan tentang sistem pemerintahan pada dasarnya
adalah membicarakan bagaimana pembagian kekuasaan serta hubungan antara
lembaga-lembaga negara menjalankan kekuasaan-kekuasaan negara itu, dalam
rangka menyelenggarakan kepentingan rakyat.
Pada dasarnya sistem pemerintahan dapat dibedakan dalam :
1. Sistem Parlementer
Sistem parlementer merupakan sistem pemerintahan dimana hubungan
antara eksekutif dan legislative (badan perwakilan) mempunyai hubungan yang
erat. Hal ini disebabkan karena adanya pertanggungjawaban para menteri kepada
parlemen. Setiap kabinet yang dibentuk harus mendapat dukungan kepercayaan
dengan suara terbanyak dari parlemen. Dengan demikian kebijakan parlemen atau
kabinet tidak boleh menyimpang dari apa yang dikehendaki oleh parlemen.

92
Ciri-ciri umum dari sistem pemerintahan parlementer adalah :
o Kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri dibentuk oleh atau atas
dasar kekuatan dan atau kekuasaan-kekuasaan yang menguasai
parlemen.
o Para kabinet mungkin seluruhnya atau para anggota kabinet mungkin
seluruh anggota parlemen, atau tidak seluruhnya dan mungkin pula
seluruhnya bukan anggota parlemen.
o Kabinet dengan ketuanya (eksekutif) bertanggung jawab kepada
parlemen.
o Kepala negara dengan saran PM dapat membubarkan kabinet.
o Kekuasaan kehakiman secara prinsipil tidak digantungkan kepada
lembaga eksekutif dan legislatif.

2. Sistem Presidensiil
Adalah suatu pemerintahan dimana kedudukan eksekutif tidak bertanggung
jawab kepada badan perwakilan rakyat. Dengan kata lain kekuasaan eksekutif
berada di luar pengawasan parlemen.
Ciri-ciri pemerintahan presidensiil :
o Presiden adalah kepala eksekutif yang memimpin kabinetnya yang
semuanya diangkat olehnya dan bertanggung jawab kepadanya. Ia
sekaligus merupakan kepala negra (lambang negara) dengan masa
jabatan yang telah ditentukan dengan pasti oleh UUD.
o Presiden tidak dipilih oleh badan legislatif tetapi dipilih oleh sejumlah
pemilih. Oleh karena itu ia bukan bagian dari badan legislatif seperti
dalam sistem pemerintahan parlementer.
o Presiden tidak bertanggung jawab kepada badan legislatif dan tidak
dapat dijatuhkan oleh badan legislatif. Sebaliknya, Presiden tidak dapat
membubarkan legislatif.
o Komparasi Sistem Pemerintahan Parlementer dengan Sistem
Pemerintahan Presidensiil
Perbedaan diantara dua sistem pemerintahan tersebut disebabkan karena
perbedaan latar belakang sejarah politik masing-masing negara.

93
Secara umum perbedaan diantara 2 sistem pemerintahan tersebut adalah :
Sistem Pemerintahan Sistem Pemerintahan
Parlementer Presidensiil
1. Latar Belakang Timbulnya 1. Latar Belakang Timbulnya
Timbul dari bentuk negara monarki Timbul dari keinginan untuk
yang kemudian mendapat pengaruh melepaskan diri dominasi
dari pertanggungjawaban menteri. kekuasaan raja dengan mengikuti
Raja berfungsi sebagai faktor ajaran Montesquieu dengan
stabilisasi jika terjadi perselisihan ajaran Trias Politika.
antara eksekutif dan legislatif. Misalnya : negara USA timbul
Misalnya : kerajaan Inggris, sebagai reaksi kebencian
Belanda, Perancis. terhadap raja George III
2 Keuntungan (Inggris).
Penyesuaian antara pihak eksekutif
dan legislatif dapat lebih mudah 2. Keuntungan
dicapai. Pemerintahan untuk jangka
3. Kelemahan waktu yang ditentukan itu stabil.
a. Pertentangan antara eksekutif dan 3. Kelemahan
legislatif dapat terjadi sewaktu- Dapat terjadi kemungkinan
waktu, menyebabkan kabinet harus tujuan negara yang telah
mengundurkan diri dan akibatnya ditetapkan oleh eksekutif berbeda
pemerintahan tidak stabil. dengan legislatif.
b. Sebaliknya, Presiden dapat
membubarkan legislatif.
c. Pada sistem parlementer dengan
multi partai (kabinet koalisi)
apabila terjadi mosi tidak percaya
dari beberapa partai politik
sehingga sering terjadi pergantian
kabinet.

94
3. Sistem Quasi
Sistem pemerintahan quasi merupakan bentuk variasi dari sistem
pemerintahan presidensiil dan parlementer. Dalam sistem ini dikenal dua macam
quasi, yaitu :
a. Quasi Presidensiil
Presiden merupakan kepala pemerintahan dengan dibantu oleh
kabinet (ciri presidensiil) tetapi dia bertanggung jawab kepada lembaga dimana dia
bertanggung jawab sehingga lembaga ini (legislatif) dapat menjatuhkan
presiden/eksekutif (ciri sistem parlementer).
Misalnya : sistem pemerintahan Republik Indonesia.
b. Quasi Parlementer
4. Sistem Referendum
Referendum adalah suatu kegiatan politik yang dilakukan oleh rakyat untuk
memberikan keputusan setuju atau tidak setuju terhadap kebijaksanaan yang
ditempuh oleh parlemen atau setuju atau tidak setuju terhadap kebijaksanaan yang
dimintakan persetujuan kepada rakyat.
Sistem referendum merupakan bentuk variasi dari sistem quasi (quasi
presidensiil) dan sistem presidensiil murni. Tugas pembuat undang-undang berada
di bawah pengawasan rakyat yang mempunyai hak pilih. Pengawasan itu dilakukan
dalam bentuk referendum.Dalam sistem ini pertentangan antara eksekutif dan
legislatif jarang terjadi.
Berkaitan dengan pengawasan rakyat dalam bentuk referendum maka
dikenal tiga macam sistem referendum, yaitu :
a. Referendum Obligator
Jika persetujuan dari rakyat mutlak harus diberikan dalam suatu pembuatan
peraturan perundang-undangan yang akan mengikat rakyat seluruhnya. Misalnya :
persetujuan yang dibuat oleh rakyat dalam pembuatan UUD.
b. Referendum Fakultatif
Sekelompok masyarakat berhak untuk meminta disahkannya suatu undang-
undang (melalui referendum) yang telah dibuat oleh parlemen setelah diumumkan.
Hal ini biasanya dilakukan terhadap undang-undang biasa.

95
c. Referendum consultatif
Yaitu referendum untuk soal-soal tertentu yang teknisnya rakyat tidak tahu.
Keuntungan dari sistem referendum adalah bahwa dalam setiap masalah negara,
rakyat ikut serta menanggulanginya dan kedudukan pemerintah stabil sehingga
pemerintah akan memperoleh pengalaman yang baik dalam menyelenggarakan
kepentingan rakyat.
Kelemahan dari sistem referendum adalah bahwa rakyat tidak mampu
menyelesaikan setiap masalah yang timbul karena untuk mengatasi suatu persoalan
diperlukan pengetahuan yang luas dari rakyat. Selain itu, sistem ini tidak dapat
dilaksanakan jika banyak terdapat perbedaan faham antara rakyat dan eksekutif
yang menyangkut kebijaksanaan politik.
Contoh sistem pemerintahan referendum adalah Swiss.
22. Sistem Pemerintahan Di Indonesia
 Sistem Pemerintahan Pra-Amandemen UUD 1945
a. Sistem Pemerintahan Menurut Sifatnya
Berdasarkan UUD 1945, sistem pemerintahan Indonesia adalah presidensiil,
namun bukan sistem presidensiil yang murni jika diukur dari syarat-syarat yang
harus ada dalam sistem presidensiil.
Pasal 4 dan 17 UUD 1945 menunjukkan bahwa pemerintahan Indonesia
menganut sistem presidensiil dimana presiden menjadi kepala eksekutif
(pemerintahan) dan mengangkat serta memberhentikan para menteri yang
bertanggung jawab kepadanya.
Namun, jika dilihat dari Pasal 5 ayat (1) dan dalam kaitannya dengan Pasal
21 ayat (2) UUD 1945, dapat disimpulkan bahwa sistem pemerintahan presidensiil
tersebut tidak sepenuhnya presidensiil karena berdasarkan pasal tersebut presiden
dan DPR bersama-sama membuat UU. Hal ini berarti bahwa sistem presidensiil
di Indonesia tidak berdasarkan pelaksanaan ajaran Trias Politika.
Ciri-ciri parlementer yang ada pada pemerintahan di Indonesia :
o Pertanggung jawaban Presiden kepada MPR
o Kedudukan Presiden sebagai mandataris pelaksana GBHN
Dengan demikian berdasarkan Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17 UUD 1945,
sistem pemerintahan di Indonesia adalah presidensiil karena presiden adalah

96
eksekutif dan menteri-menteri adalah pembantu presiden. Tetapi jika dilihat dari
sudut pertanggungjawaban presiden kepada MPR maka eksekutif dapat dijatuhkan
oleh lembaga negara lain (kepada siapa presiden bertanggung jawab, hal ini
merupakan ciri pemerintahan parlementer). Maka sistem pemerintahan di
Indonesia berdasarkan UUD 1945 dapat disebut quasi presidensiil.
b. Sistem Pemerintahan Menurut Pembagian Kekuasaan
UUD 1945 tidak menganut sistem pemisahan kekuasaan berdasarkan Trias
Politika sebagaimana diajarkan oleh Montesquieu, tetapi menganut sistem
pembagian kekuasaan, karena :
o UUD 1945 tidak membatasi secara tegas bahwa setiap kekuasaan harus
dilakukan oleh satu organ/badan tertentu yang tidak boleh saling
campur tangan.
o UUD 1945 tidak membatasi kekuasaan dibagi atas tiga bagian saja.
o UUD 1945 tidak membagi habis kekuasaan rakyat yang dilakukan oleh
MPR (Pasal 1 ayat 2) kepada lembagalembaga negara lainnya.
UUD 1945 menetapkan 4 kekuasaan dan 7 lembaga negara, yaitu :
 Kekuasaan eksaminatif (Inspektif) → BPK
 Kekuasaan legislatif → DPR, DPD
 Kekuasaan eksekutif (pemerintahan negara) → Presiden dan Wakil
Presiden.
 Kekuasaan yudikatif (kehakiman) → MA (Mahkamah Agung), MK
(Mahkamah Konstitusi) dan MY (Mahkaham Yudikatif)
Lembaga-lembaga lain yang tidak diatur oleh UUD 1945 termasuk dalam
organisasi pemerintahan yang disebut sebagai lembaga pemerintah (regering-
organen) dan lembaga administrasi negara (administrative-organen). Misalnya
Pemerintahan Daerah dan Pemerintahan Desa.

97
c. Pokok Pikiran Pemerintahan Negara Indonesia Menurut Penjelasan UUD
1945
Sistem pemerintahan di Indonesia adalah presidensiil. Hal ini dijelaskan
secara sistematis dalam Penjelasan UUD 1945 yang memuat 7 buah kunci pokok,
yaitu :
1. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechstaat)
Negara Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum dan bukan
kekuasaan belaka. Hal ini berarti bahwa negara dalam melaksanakan tindakan
apapun harus selalu dilandasi oleh hukum atau segala tindakannya harus dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum.
Negara hukum yang dimaksud oleh UUD 1945 bukanlah negara hukum
dalam arti formal (sebagai polisi lalu lintas atau penjaga malam) tetapi negara
hukum dalam arti material (dalam arti luas) yaitu negara tidak hanya melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia tetapi juga harus memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
2. Sistem Konstitusional
Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) dan tidak bersifat
absolutisme (kekuasaan yang tidak tak terbatas). Sistem ini menegaskan bahwa
pemerintahan negara dibatasi oleh konsitusi dan otomatis dibatasi juga oleh
ketentuan hukum yang merupakan produk konstitusional lainnya seperti GBHN,
UU dll.
Sistem ini juga memperkuat dan menegaskan sistem negara hukum.
Berdasarkan kedua sistem ini diharapkan dapat tercapai mekanisme hubungan tugas
dan hukum antara lembaga-lembaga negara yang dapat menjamin terlaksananya
sistem itu sendiri.
3. Kekuasaan negara yang tertinggi berada di tangan MPR
Kedaulatan rakyat dipegang oleh MPR sebagai penjelmaan seluruh rakyat
Indonesia.
Sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, MPR mempunyai tugas dan
wewenang, yaitu :
 Menetapkan UUD dan GBHN.
 Memilih dan mengangkat Presiden dan Wapres.

98
Majelis mengangkat dan melantik Kepala Negara dan Wakil Kepala Negara,
oleh karena itu Kepala Negara dan Wakil Kepala Negara harus tunduk dan
bertanggung jawab kepada MPR.
4. Presiden adalah penyelenggaran pemerintahan negara yang tertinggi di
bawah Majelis.
Presiden adalah penyelenggara pemerintahan tertinggi di bawah MPR.
Dalam menjalankan pemerintahan, kekuasaan dan tanggung jawab ada pada
Presiden (concentration of power and responsibility upon the President).
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
Presiden harus bekerja sama dengan DPR tetapi Presiden tidak bertanggun
jawab kepada DPR,artinya kedudukan Presiden tidak tergantung dari DPR.
Presiden harus mendapat persetujuan dari DPR untuk membentuk UU serta
menetapkan APBN. Presiden tidak dapat membubarkan DPR dan DPRpun tidak
dapat menjatuhkan presiden.
6. Menteri Negara adalah pembantu Presiden, Menteri Negara tidak
bertanggung jawab kepada DPR.
Kedudukan menteri tidak tergantung pada DPR tetapi pada Presiden.
Pengangkatan dan pemberhentian menteri merupakan wewenang sepenuhnya
Presiden (Pasal 17 ayat 2).
Menteri bertanggung jawab kepada Presiden.
Dengan petunjuk dan persetujuan Presiden, menteri-menterilah yang sebenarnya
menjalankan pemerintahan di bidangnya masing-masing.
7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas
Kepala negara bukanlah dikatator karena ia harus
mempertanggungjawabkan tindakannya kepada MPR.

 Sistem Pemerintahan Pasca-Amandemen UUD 1945


a. Perubahan Pertama UUD 1945
Perubahan terhadap UUD 1945 terjadi setelah timbulnya tuntutan reformasi,
yang diantaranya berkaitan dengan reformasi konstitusi (constitutional reform)
Sebelum terjadinya amandemen terhadap UUD 1945, kedudukan dan kekuasaan
presiden sangat dominan. Hal ini terlihat dalam kurun waktu demokrasi terpimpin
1959-1967 dimana MPR (S) yang merupakan lembaga tertinggi dikendalikan oleh

99
presiden. Sedangkan dalam kurun waktu 1967-1998, DPR yang berdasarkan UUD
1945 mempunyai hak inisiatif (mengajukan usul RUU) tidak dapat melakukan
haknya karena semua RUU berasal dari pemerintah.
Oleh karena itu, amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan dengan tujuan untuk :
 Mengurangi/mengendalikan kekuasaan presiden.
 Mengembalikan hak legislasi kepada DPR, sedangkan presiden berhak
untuk mengajukan RUU kepada DPR.
b. Perubahan Kedua UUD 1945
Perubahan kedua terhadap UUD 1945 dilakukan pada substansi yang
meliputi pemerintahan daerah, wilayah negara, warganegara dan penduduk, hak
asasi manusia, pertahanan dan keamanan negara, bendera, bahasa, lambang negara
dan lagu kebangsaan, serta DPR, khususnya tentang keanggotaan, fungsi, hak
maupun tentang tata cara pengisiannya. Berkaitan dengan pengisian keanggotaan
DPR, maka semua anggota DPR dipilih secara langsung oleh rakyat.
c. Perubahan Ketiga UUD 1945
Perubahan ketiga dilakukan menurut teori konstitusi, terhadap susunan
ketatanegaraan yang bersifat mendasar. Dari perubahan terhadap UUD 1945
terlihat bahwa sistem pemerintahan yang dianut adalah sistem pemerintahan
presidensiil.
Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensiil terlihat pada :
 Prosedur pemilihan presiden dan wakil presiden
 Pertanggung jawaban presiden dan wakil presiden atas kinerja kerjanya
sebagai lembaga eksekutif.
d. Perubahan Keempat UUD 1945
Ada sembilan item pasal substansial pada perubahan keempat UUD 1945,
antara lain :
1. Keanggotaan MPR
Berkaitan dengan keanggotaan MPR dinyatakan bahwa MPR terdiri atas
anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui pemilu. Hal ini berarti tidak ada
satupun anggota MPR yang keberadaannya diangkat sebagaimana yang terjadi
sebelum amandemen, dimana anggota MPR yang berasal dari unsur utusan daerah
dan ABRI melalui proses pengangkatan, bukan pemilihan.

100
2. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahap kedua
3. Kemungkinan Presiden dan Wakil Presiden berhalangan tetap.
4. Kewenangan Presiden
Kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara
mengalami perubahan mendasar dimana setiap kebijakan Presiden harus mendapat
persetujuan atau sepengetahuan DPR.
Perubahan keempat ini membatasi kewenangan Presiden yang sebelumnya.
5. Keuangan negara dan bank sentral
6. Pendidikan dan kebudayaan
7. Perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial
8. Aturan tambahan dan aturan peralihan
9. Kedudukan penjelasan UUD 1945.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang terjadi pada perubahan terhadap
UUD 1945, langsung atau tidak langsung mempengaruhi sistem pemerintahan,
diantaranya pada :

a. Konsep Negara Hukum

UUD 1945 pasca amandemen mempertegas deklarasi negara hukum, dari


yang semula hanya ada dalam Penjelasan, menjadi bagian dari Batang Tubuh UUD
1945.
Implementasi ketegasan konsep negara hukum Indonesia adalah sistem
pemilihan umum secara langsung oleh rakyat sehingga mereka bebas dalam
menentukan sikap dan pendapatnya.
Menurut Oemar Seno Adji, pemilu yang bebas merupakan hal yang sangat
fundamental bagi negara hukum karena melalui pemilu langsung, akuntabilitas
anggota parlemen semakin tinggi.

101
b. Kedudukan Presiden

Sebelum amandemen UUD 1945, kedudukan dan kekuasaan Presiden


sangat dominan, terutama dalam praktek penyelenggaraan negara. Dengan
amandemen UUD 1945 maka kekuasaan Presiden dikurangi dengan
mengembalikan kekuasaan legislatif kepada DPR. Selain itu, periodisasi lembaga
kepresidenan dibatasi secara tegas, dimana seseorang hanya dapat dipilih sebagai
Presiden maksimal untuk dua kali periode jabatan.

c. Sistem Pemerintahan

UUD 1945 pasca amandemen menetapkan dengan jelas mengenai sistem


presidensiil dalam sistem pemerintahan.
Menurut Sri Soemantri, ciri-ciri sistem presidensiil dalam UUD 1945 pasca
amandemen antara lain adalah :
o Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara
langsung oleh rakyat.
o Presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR karena lembaga ini
tidak lagi bertindak sebagai pelaksana kedaulatan rakyat.

d. Kedudukan MPR dan DPR

Melalui amandemen UUD 1945, MPR tidak lagi berkedudukan sebagai


lembaga tertinggi negara dan pemegang kedaulatan rakyat yang tertinggi.
Hal ini berimplikasi pada kewenangan MPR yang dulu memiliki kedudukan
strategis, melalui amandemen maka kewenangannya menjadi :
o Mengubah dan menetapkan UUD
o Melantik Presiden dan atau Wakil Presiden
o Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut UUD 1945.

102
23. Susunan Negara
Susunan negara menyatakan struktur organisasi dan fungsi pemerintahan
dengan tidak menyinggung struktur daerah maupun bangsa.
Susunan negara juga menyangkut bentuk negara yang ditinjau dari segi
susunannya yaitu berupa :
o Negara kesatuan  yaitu negara yang bersusunan tunggal.
o Negara Federasi  yaitu negara yang bersusunan jamak.
a. Negara Kesatuan
Negara kesatuan disebut juga uniterisme atau eenheistaat, yaitu suatu negara
yang merdeka dan berdaulat dimana di seluruh negara yang berkuasa hanyalah satu
pemerintah yaitu pemerintah pusat. Pemerintah pusatlah yang mengatur seluruh
daerah. Jadi tidak terdiri dari beberapa negara yang berstatus negara bagian
(deelstaat) atau negara dalam negara.
Dengan demikian dalam negara kesatuan hanya ada satu pemerintah, yaitu
pemerintah pusat yang mempunyai kekuasaan serta wewenang tertinggi dalam
bidang pemerintahan negara, menetapkan kebijakan-kebijakan pemerintah dan
melaksanakan pemerintahan negara baik di pusat maupun di daerah serta di dalam
atau di luar negeri.
Negara kesatuan mewujudkan kebulatan tunggal, kesatuan (unity) dan
monosentris (berpusat pada satu).
Macam-macam negara kesatuan :
 Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi
Dalam negara kesatuan dengan sistem sentralisasi maka semua urusan
diurus oleh pemerintah pusat. Pemerintah daerah tidak mempunyai hak untuk
mengatur daerahnya, pemerintah daerah hanya melaksanakan apa yang telah
ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Contoh : Jerman di bawah Hitler.
 Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi
Dalam negara kesatuan dengan sistem desentralisasi maka kepada daerah
diberi kesempatan dan kekuasaan untuk mengatur rumah tangganya sendiri.
(otonomi daerah).
Contoh : Republik Indonesia.

103
b. Negara Federasi

Federasi berasal dari kata feodus yang berari perjanjian atau persetujuan.
Dalam negara federasi atau negara serikat (bondstaat/bundesstaat)
merupakan dua atau lebih kesatuan politik yang sudah atau belum berstatus negara
berjanji untuk bersatu dalam suatu ikatan politik, dimana ikatan tersebut akan
mewakili mereka secara keseluruhan. Jadi merupakan suatu negara bagian yang
masing-masing tidak berdaulat, karena yang berdaulat adalah persatuan dari
negara-negara tersebut yaitu negara serikat (pemerintah federal).
Jadi, awalnya masing-masing negara bagian tersebut merupakan negara
yang merdeka, berdaulat serta berdiri sendiri. Dengan menggabungkan dalam suatu
negara serikat maka negara yang tadinya berdiri sendiri, sekarang menjadi negara
bagian dan melepaskan sebagian kekuasaan yang dimilikinya dan menyerahkannya
kepada negara serikat.
Kekuasaan yang diserahkan disebutkan satu demi satu sehingga hanya
kekuasaan yang disebutkan saja yang diserahkan kepada negara serikat (delegated
powers). Umumnya, kekuaaan yang diserahkan adalah hal-hal yang berhubungan
dengan luar negeri, pertahanan negara, keuangan dan pos.
Dengan demikian kekuasaan yang diberikan bersifat terbatas karena
kekuasaan yang asli tetap ada pada negara bagian.
Anggota-anggota federasi tidak berdaulat dalam arti yang sesungguhnya
karena federasilah yang berdaulat. Anggota suatu federasi disebut negara bagian
(deelstaat, state, anton, lander).
Bentuk negara federasi tidak dikenal pada zaman kuno maupun abad
pertengahan, namun baru dikenal sekitar tahun 1787 ketika pembentuk konstitusi
Amerika Serikat memilih federasi sebagai bentuk pemerintahan mereka.
Menurut C.F. Strong, dalam bukunya Modern Political Institution diperlukan dua
syarat untuk mewujudkan suatu negara federasi, yaitu :
 Harus ada perasaan nasional (a sense of nationality) diantara anggota-
anggota kesatuan-kesatuan politik yang hendak berfederasi.
 Harus ada keinginan dari anggota-anggota kesatuan politik akan persatuan
(union).

104
Selain itu, negara federasi memiliki tiga ciri khas, yaitu :
o Adanya supremasi konstitusi federasi.
o Adanya pembagian kekuasaan (distribution of power) antara negara
bagian dengan negara federal.
o Adanya suatu kekuasaan tertinggi yang bertugas menyelesaikan
sengketa yang mungkin timbul antara negara bagian dengan negara
federal.
24. Aplikasi Di Indonesia
Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa : ”....maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara
Indonesia yang terbentuk dalam susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada.....”
Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 : ”Indonesia adalah negara kesatuan yang
berbentuk republik”.
Kemudian, sesuai dengan musyarawarah Badan PPKI menyimpulkan
bahwa bentuk negara adalah republik. Hal ini dapat dilihat dari beberapa definisi,
yaitu :
o Bentuk negara bukan monarki (kerajaan) → Pasal 1 ayat (1) : ”Negara
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan bukan
kerajaan.
o Kepala negara dipilih dan tidak turun temurun → Pasal 6 ayat (2) UUD
1945 : ”Presiden dan wapres dipilih oleh rakyat dan tidak turun
termururun.
o Masa jabatan kepala negara ditentukan dalam jangka waktu tertentu →
Pasal 7 UUD 1945 : Presiden dan wakil presiden memegang jabatan
selama lima tahun.

105
25. Teori Kedaulatan

Teori kedaulatan (Souvereiniteit) pertama kali dikemukakan oleh Jean


Bodin. Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi untuk menentukan hukum dalam
negara. Sifat-sifat kedaulatan adalah tunggal, asli dan tidak terbagi.
Setiap masyarakat dalam suatu negara mengakui adanya kekuasaan yang
paling tinggi dalam hidup mereka kekuasaan tertinggi inilah yang mendominasi
hidup mereka, menjadi alasan yang menguasai hidup mereka. Demikian pula
dengan suatu negara yang merupakan pencerminan rakyat mengakui adanya
kekuasaan yang tertinggi. Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau golongan
untuk dapat merubah sikap dari kebiasaan orang lain.
Pada intinya, hanya ada tiga hal yang dianggap berdaulat dalam suatu
masyarakat atau negara, yaitu :
1. Tuhan
Tuhan dikatakan memiliki kekuasaan tertinggi atau berdaulat karena
Tuhanlah yang menciptakan segala sesuatu dan berkuasa atas segala sesuatu.
2. Raja
Raja dikatakan berdaulat karena secara konkret dapat memerintah dan
mengatur rayat yang hidup dalam naungan kekuasaannya secara bijaksana. Namun
seringkali kekuasaan raja yang absolut menyebabkan tirani dan menindas rakyat
sehingga timbul pemikiran bahwa raja tidak pantas berdaulat, rakyatlah yang harus
berdaulat atas dirinya sendiri.
3. Rakyat
Rakyat diletakkan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi (berdaulat) untuk
menghindari penindasan dari raja yang absolut dan orang yang mengatasnamakan
agama.
Pada masa renaissance atau aufklarung (abad pencerahan), para pendeta
yang mengatasnamakan agama Kristen dan kaum Monarch di Eropa berebut
kekuasaan untuk menguasai kehidupan rakyat. Keduanya berusaha meyakinkan
rakyat sebagai wakil Tuhan di muka bumi (cari : teori Dua Pedang).
Pemikiran bahwa rakyatlah yang berdaulat menimbulkan ide kedaulatan
rakyat dan pemerintahan dari rakyat dan oleh rakyat melalui parlemen (demokrasi

106
perwakilan). Pelaksanaan teori kedaulatan rakyat berikutnya melahirkan teori
kedaulatan hukum. Sedangkan pelaksana teori kedaulatan raja dalam suasana
kedaulatan rakyat memunculkan teori kedaulatan negara.
Pada awalnya, dalam Ilmu Negara umum terdapat lima teori kedaulatan
namun pada perkembangan terakhir kaum pluralis memunculkan teori kedaulatan
plural yang meletakkan kedaulatan secara fungsional kepada beberapa hal/instansi.
Teori kedaulatan yang dikenal saat ini adalah :
o Teori Kedaulatan Tuhan  melahirkan sifat Teosentris = Teokrasi.
o Teori Kedaultan Raja  melahirkan sifat Monarkis.
o Teori Kedaulatan Rakyat  melahirkan sifat Demokratis
o Teori Kedaulatan Negara  melahirkan sifat Fascistis/Otoritarian.
o Teori Kedaulatan Hukum  melahirkan sifat Nomokratis
(rechstaat dan rule of law).
o Teori Kedaulatan Pluralis  melahirkan sifat Pragmatis-Pluralis.

 Teori Kedaulatan Tuhan


Teori Kedaulatan Tuhan mengatakan bahwa kekuasaan tertinggi dalam satu
negara adalah milik Tuhan. Teori ini berkembang pada abad pertengahan (abad V
– XV). Perkembangan teori ini berkaitan erat dengan perkembangan agama Katolik
yang baru muncul yang diorganisir oleh gereja. Sehingga pada saat itu ada dua
organisasi kekuasaan, yaitu organisasi kekuasaan negara yang diperintah oleh raja
dan organisasi kekuasaan gereja yang dikepalai oleh Paus.
Awalnya perkembangan agama Katolik/Kristen ditentang dengan sangat
kuat karena bertentangan dengan kepercayaan yang dianut yaitu pantheisme
(penyembahan kepada dewa-dewa). Namun pada akhirnya agama Kristen/Katolik
dapat berkembang dengan baik dan bahkan diakui sebagai satu-satunya agama
resmi, agama negara.
Sejak saat itu, gereja mempunyai kekuasaan yang nyata dan dapat mengatur
kehidupan negara, tidak saja yang bersifat keagamaan tetapi juga yang bersifat
keduniawian. Hal ini seringkali menimbulkan permasalahan karena baik gereja
maupun negara kadang-kadang mengeluarkan peraturan tersendiri untuk mengatasi
masalah yang sama. Selama peraturan tersebut tidak bertentangan tentu saja tidak

107
menimbulkan masalah, namun jika peraturan tersebut saling bertentangan maka
timbul persoalan, peraturn mana yang akn ditaati.
Penganut teori teokrasi antara lain adalah Augustinus, Thomas Aquinas dan
Marsilius.

 Teori Kedaulatan Raja


Menurut Marsilius, kekuasaan tertinggi dalam negara ada pada raja karena
raja adalah wakil Tuhan untuk melaksanakan kedaulatan di dunia. Oleh karena itu
raja berkuasa mutlak dan merasa bahwa seluruh tindakannya adalah kehendak
Tuhan. teori ini terutama dipakai pada zaman renaissance.

 Teori Kedaulatan Negara


Menurut George Jellineck, hukum diciptakan oleh negara. Adanya hukum
karena adanya negara. Jellineck mengatakan bahwa hukum merupakan
penjelmaan kemauan negara. Negara adalah satu-satunya sumber hukum, oleh
karena itu kekuasaan tertinggi harus dimiliki oleh negara.

 Teori Kedaulatan Hukum


Leon Duguit dalam bukunya, Traite de Droit Constitutionel berpendapat
bahwa hukum merupakan penjelmaan dari kemauan negara tetapi negara tunduk
pada hukum yang dibuatnya. Menurut Krabbe, yang memiliki kekuasaan tertinggi
dalam negara adalah hukum.
Atas kritik Krabe, Jellineck yang berpendapat bahwa kekuasaan tertinggi
dimiliki oleh negara, mempertahankan pendapatnya dengan mengemukakan teori
Selbstbindung yaitu teori yang menyatakan bahwa negara tunduk pada hukum
secara sukarela. Tetapi menurut Krabbe, selain negara masih ada faktor kesadaran
hukum dan rasa keadilan, dengan demikian, yang berdaulat tetap hukum dan bukan
negara.
Paham Krabbe dipengaruhi aliran historis yang dipelopori oleh Von
Savigny yang menyatakan bahwa hukum timbul bersama-sama dengan kesadaran
hukum masyarakat. Hukum tidak tumbuh atas kehendak negara atau kemauan
negara, oleh karena itu berlakunya hukum terlepas dari kemauan negara.

108
 Teori Kedaulatan Rakyat
Ajaran dari kaum Monarchomachen khususnya ajaran dari Johannes
Althusius diteruska oleh sarjana dari aliran hukum alam, tetapi sarjana dari aliran
hukum alam ini mempunyai kesimpulan baru yaitu bahwa semua individu melalui
perjanjian masyarakat membentuk masyarakat dan kepada masyarakat inilah para
individu menyerahkan kekuasaannya. Selanjutnya, masyarakat menyerahkan
kekuasaan tersebut kepada raja. Jadi sesungguhnya raja mendapatkan kekuasaan
dari individu-individu tersebut.
Individu-individu tersebut mendapatkan kekuasaan dari hukum alam.
Hukum alam inilah yang menjadi dasar kekuasaan raja. Dengan demikian
kekuasaan raja dibatasi oleh hukum alam dan karena raja mendapatkan kekuasaan
dari rakyat maka yang memegang kekuasaan tertinggi adalah rakyat. Jadi, yang
berdaulat adalah rakyat, raja hanya merupakan pelaksana dari apa yang telah
diputuskan atau dikehendaki oleh rakyat. Hal ini menimbulkan ide baru tentang
kedaulatan, yaitu kedaulatan rakyat yang dipelopori oleh J.J. Rousseau.
Menurut pendapat Rousseau, rakyat bukanlah penjumlahan dari individu-
individu di dalam negara tetapi kesatuan yang dibentuk oleh individu-individu dan
yang mempunyai kehendak. Kehendak diperoleh dari individu melalui perjanjian
masyarakat. Kehendak tersebut oleh Rousseau disebut kehendak umum (volonte
generale) yang dianggap mencerminkan kehendak umum.
Jika yang dimaksud rakyat adalah penjumlahan individu-individu dalam
negara maka kehendak yang ada padanya bukan kehendak umum (volonte
generale) tetapi volonte de tous. Jika pemerintahan negara dipegang oleh
beberapa/segolongan orang yang merupakan kesatuan tersendiri dalam negara dan
mempunyai kehendak sendiri (volonte de corps), maka volonte generale akan jatuh
bersamaan dengan jatuhnya volonte de corps. Jika pemerintahan hanya dipegang
oleh satu orang yang mempunyai kehendak sendiri (volonte particuliere) maka
volonte generale akan jatuh bersamaan dengan jatuhnya volonte particuliere. Oleh
karena itu pemerintahan harus dipegang oleh rakyat, rakyat mempunyai perwakilan
dalam pemerintahan agar volonte generale dapat terwujud.

109
Kedaulatan rakyat menurut Rousseau pada prinsipnya adalah cara untuk
memecahkan masalah berdasarkan sistem tertentu yang memenuhi kehendak
umum. Kehendak umum bersifat abstrak (hanya khayalan) dan kedaulatan adalah
kehendak umum.
Teori kedaulatan rakyat diikuti oleh Immanuel Kant yang mengatakan
bahwa tujuan negara adalah untuk menegakkan hukum dan menjamin kebebasan
warga negaranya. Kebebasan disini adalah kebebasan dalam batas perundang-
undangan dan yang berhak membuat undang-undang adalah rakyat. Oleh karena itu
undang-undang merupakan penjelmaan kemauan rakyat sehingga yang memiliki
kekuasaan tertinggi atau berdaulat adalah rakyat.

 Teori Kedaulatan Negara Republik Indonesia


Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 Amandemen ketiga menyatakan bahwa :
”Kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang”.
Berdasarkan pasal tersebut jelaslah bahwa negara Republik Indonesia menganut
teori kedaulatan rakyat. Rakyatlah yang memegang kekuasaan tertinggi.
Disamping itu, karena negara Republik Indonesia menganut demokrasi yang
berdasarkan konstitusi (constitutional democracy), maka kedaulatan harus
dilaksanakan berdasarkan konstitusi (menurut UUD).
Frasa ’menurut UUD’ menimbulkan tafsiran lebih lanjut bahwa kedaulatan
harus dijalankan berdasarkan pembagian kekuasaan yang ada dalam konstitusi.
Kedaulatan harus dijalankan secara fungsional oleh lembaga-lembaga yang
disebutkan oleh konstitusi. Hal ini berarti bahwa masing-masing lembaga
menjalankan kedaulatan berdasarkan fungsinya masing-masing. Dengan demikian
kedaulatan tidak lagi berada pada satu lembaga tetapi secara plural berada pada
lembaga-lembaga yang dibentuk UUD. Hal inilah yang menimbulkan teori
kedaulatan pluralis dimana kekuasaan tertinggi diletakkan menurut fungsi
kelembagaan masing-masing, mekanisme hubungan tata kerja antar lembaga dapat
berjalan dengan demokratis.
Sebagian pakar termasuk Ismail Sunny berpendapat bahwa selain menganut
kedaulatan rakyat, negara Republik Indonesia menganut teori kedaulatan Tuhan
dan kedaulatan Hukum sekaligus.

110
Pernyataan bahwa negara Republik Indonesia menganut teori kedaulatan
Tuhan didasarkan pada Pembukaan UUD 1945 (”Atas berkat rahmat Allah). Selain
itu, Pasal 29 UUD 1945 menyebutkan bahwa Negara berdasar atas Ketuhanan
Yang Maha Esa. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh sendi kehidupan negara
harus mengacu pada nilai-nilai Ketuhanan. Pilihan norma dan keputusan politik
tidak boleh menyimpang dari nilai ketuhanan (ajaran agama) yang diakui oleh
seluruh bangsa Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara mendudukkan sila
Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama. Sedangkan pernyataan bahwa
Indonesia menganut teori kedaulatan hukum terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) UUD
1945 amandemen ketiga yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum
(rechstaat) dan bukan negara atas kekuasaan belaka (machstaat).
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa Negara Republik Indonesia
menganut teori kedaulatan Tuhan, kedaulatan rakyat dan kedaulatan hukum
sekaligus. Dalam operasionalisasi kedaulatan, negara Republik Indonesia
menganut teori kedaulatan pluralis karena masing-masing lembaga berdaulat atas
fungsinya yang telah diberikan oleh konstitusi. Dikatakan pluralis karena tidak ada
lagi lembaga tunggal yang memegang kedaulatan.
26. Warga Negara Indonesia
Hak dan kewajiban negara diatur dalamhukum negara tertinggi, UUD 1945,
secara terperinci. Begitu pula dengan siapa saja yang dimaksud dengan orang
Indonesia, diatur dalam UUD 1945. Seseorang dapat disebut sebagai warga negara
Indonesia, menurut pasal 26 UUD 1945, yaitu:
1. Semua orang yang termasuk Indonesia asli dan orang dari bangsa
lain yang disahkan oleh UU sebagai warga negara.
2. Dalam UUD 1945, amandemen ke-2 disebutkan bahwa penduduk
ialah WNI dan WNA yang bertempat tinggal di wilayah Indonesia
3. Semua hal yang berkaitan dengan penduduk dan warga negara
tersebut diatur dalam UU.

111
Berdasarkan UU seseorang dikatakan sebagai warga negara Indonesia apabila:

1. Orang tersebut yang berdasarkan perjanjian Pemerintah RI dan sebelum


berlakunya UU Kewarganeraan Indonesia tahun 2006 sudah menjadi WNI
2. Anak dari perkawinan yang sah (diakui oleh hukum agama dan negara)
antara ayah dan ibu WNI
3. Anak dari perkawinan yang sah (diakui oleh hukum agama dan negara)
antara ayah WNI dan ibu WNA
4. Anak dari perkawinan yang sah ( resmi menurut agama dan negara) antara
ayah WNA namun ibunya WNI
5. Orang tersebut adalah anak dari perkawinan sah anatara ibu WNI dan ayah
tidak mempunyai status kewarganegaraan.
6. Anak dari perkawinan yang sah antara ibu WNI dan ayah WNA dan anak
tersebut tidak memperoleh kewarganegaraan dari negara asal ayah
7. Anak yang terlahir dari perkawinan yang sah dimana ayah adalah WNI dan
telah meninggal dengan masa tenggang 300 hari sebelum kelahiran
8. Anak yang terlahir bukan dari perkawinan yang sah namun ibunya adalah
WNI
9. Anak yang lahir bukan dari perkawinan yang sah dengan ibu WNA dan ayah
WNI, dimana ayahnya mengakui sebagai anak sebelum usia 18 tahun atau
sebelum kawin
10. Anak yang kelahirannya di wilayah Indonesia dengan status
kewarganegaraan ayah dan ibu yang tidak jelas atau tidak diketahui
keberadaannya.
11. Anak yang lahir diluar wilayah Indonesia dengan ayah dan ibu WNI namun
negara tempat dilahirkannya juga memberikan kewarganegaraan.
12. Anak dari ayah atau ibu WNA yang sudah dikabulkan permohononnya
menjadi WNI namun ayah dan ibunya telah meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau janji stia pada Indonesia.

112
Meskipun tidak mudah, ada syarat yang harus dipenuhi WNA yang ingin menjadi
WNI, antara lain:

1. Usia 18 tahun
WNI yang belum berusia 18 tahun kewarganegaraannya mengikuti
orangtua. Sedangkan orang yang berusia 18 tahun atau sudah kawin harus
mengikuti prosedur menjadi WNI.
2. Tinggal di Indonesia
Ketika mengajukan permohonan syarat menjadi warga negara Indonesia,
orang tersebut telah tinggal di Indonesia selama 5 tahun berturut-turut atau
telah tinggal di Indonesia paling sedikit 10 tahun tidak dalam waktu
berturut-turut. Dibuktikan dengan dokumen-dokumen yang dimiliki.
3. Sehat jasmani dan rohani
Orang yang mengajukan permohonan WNI adalah orang yang sehat jasmani
dan rohani. Dibuktikan dengan pernyataan sehat dari dokter. Mengapa harus
demikian? Karena jangan sampai orang yang ingin menjadi WNI kemudian
diterima permohonannya ternyata membawa penyakit menular yang
berbahaya.
4. Berbahasa Indonesia
Permohon yang mengajukan permohonan menjadi WNI harus sudah dapat
berbahasa Indonesia secara pasif dan aktif meskipun belum pasif. Karena
bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan.
5. Mengakui pancasila dan UUD 1945
Pancasila adalah dasar negara yang menjadi pedoman hidup bangsa
Indonesia. Begitu pula dengan UUD 1945 yang merupakan konstitusi
Indonesia. Jadi, orang yang ingin menjadi WNI harus mengakui keduanya.
Karena ketika menjadi WNI orang harus tunduk terhadap aturan UUD 1945
dan menjalankan nilai-nilai pancasila sebagai ideologi terbuka.

113
6. Tidak pernah dipidana
Pemohon tidak boleh orang yang pernah dipidanan di negaranya dengan
hukuman lebih dari 1 tahun. Karena hukuman lebih dari 1tahun menandakan
tindak pidana kejahatan yang cukup berat.
7. Tidak menjadi kewarganegaraan ganda
Ketika resmi menjadi WNI harus rela melepaskan kewarganegaraan aslinya.
Hukum negara Indonesia tidak mengizinkan warga negaranya memiliki
kewarganegaraan ganda.
8. Mempunyai pekerjaan tetap
Orang yang mengajukan permohonan menjadi WNI adalah orang yang
mempunyai pekerjaan atau penghasilan tetap. Jangan sampai ketika
diterima sebagai WNI menjadi beban negara.
9. Membayar kas
Ketika mengajukan permohonan dan diterima maka pemohon harus
sejumlah uang yang ditentukan kepada kas negara sebagai uang
pewarganegaraan.
10. Surat keterangan imigrasi
Syarat tambahan menjadi WNI adalah surat keterangan imigrasi, yang
berisi keterangan tlah tinggal di Indonesia minimal 5 tahun berturut-turut.
Surat diserahkankepada kantor wilayah departemen hukum dan hak asasi
manusia di wilayah pemohon tinggal di Indonesia.
11. Surat keterangan dari kedutaan besar negara pemohon
Pemohon harus mempunyai surat kedutaan besar negara asalnya yang
menyatakan negara asalnya tidak keberatan apabila pemohon pindah
kewarganegaraan.
12. Legalisir semua dokumen
Semua dokumen dan administrasi yang menjadi syarat untuk mejadi WNI
haru dilegalisir. Khusus warga negara Amerika Serikat di Indonesia.
Sedangkan untuk pemohon dari negara lain dapat melegalisir semua
dokumen di departemen hukum dan hak asasi manusia di wilayah hukum
dimana dia tinggal.
13. Surat keterangan penghasilan

114
Berisi penyataan tentang pengahasilan dan pekerjaan pemohon selama ini.
Surat ini dikeluarkan oleh kecamatan berdasarkan surat pengantar kelurahan
sesuai surat keterangan perusahaan tempat pemhon bekerja.

14. Surat keterangan catatan kepolisian


Untuk mendukung tidak pernah dipidana lebih dari 1 tahun selama di negara
asalnya dan juga di Indonesia. Ini diperlukan agar jangan sampa pemerintah
Indonesia menerima permohonan WNI yang ternyata pelarian atas tindakan
kejahatan.
15. Semua dokumen lengkap
Semua dokumen yang disebutkan diatas harus dipenuhi secara lengkap
dengan 2 rangkap jika ini ingin menjadi WNI. Selanjutnya proses akan
berlangsung selama sekitar 3 sampai 7 bulan, hingga permohonan diterima
pemerintah Indonesia.
16. Mengucapkan janji setia dan sumpah setia
Setelah permohonan diterima, syarat terakhir menjadi WNI adalah
mengucapkan janji setia kepada negara kesatuan republik Indonesia. Isi
janji dan sumpah setia tentang kesetiaan pada NKRI dan pengakuan
terhadap UUD 1945 dan Pancasila.

Penyebab kehilangan kewarganegaraan. Setiap warga negara dapat dengan


sendirinya mengalami kehilangan status keawarganegaraan karena:

1. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri


2. Tidak menilak atau melepaskan kewarganegaraan lain sedangkanyang
bersangkutan mendapatkan kesempatan untuk itu
3. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin presiden
4. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia yang
bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing
5. Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing tersebut

115
6. Secara sukarela mengangkat sumpah atau janji seti kepada negara asing atau
bagian dari negara asing
7. Mempunyai paspor yang bersifat paspor dari negara asing yang masih
berlaku dari negara lain atas namanya
8. Bertempat tinggal diluar wilayah negara RI selama 5 tahun terus menerus
bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alas an yang sah dan dengan
sengaja tidak menyatakan keinginnya untuk tetap menjadi warga negara
Indonesia sebelum jangka waktu 5 tahun itu berkahir, dan setiap 5 tahun
berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin tetap
menjadi warga negara Indonesia kepada perwakilan republik Indonesia
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal
perwakilan republik Indonesia tersebut telah memberitahukan secara
tertulis kepada yang bersangkutan sepanjang yang bersangkutan tidak
menjadi tanpa kewarganegaraan
9. Warga negara Indonesia dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh
presiden atas permohonannnya sendiri apabila yang bersangkutan sudah
berusia 18 tahun atau sudah kawin, bertempat tinggal diluar negeri dan
dengan dinyatakan hilang kewarganegaraan RI tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan.
4.1 Masalah Kenegaraan di Indonesia

A. Masalah

Pengertian masalah adalah perselisihan dalam masyarakat yang terdorong akibat


dari interaksi sosial antar individu, interaksi sosial individu dan kelompok, atau
antara suatu kelompok dan kelompok lainnya. Dalam keadaan normal masyarakat
akan terintegrasi (bersatu) di dalam kehidupan yang sesuai pada hubungan unsur-
unsur kebudayaan atau masyarakat, akan tetapi apabila unsur yang telah menjadi
kaidah sosial ini bentrokan, maka dapat dipastikan bahwa hubungan-hubungan
sosial akan terganggu sehingga memungkinkan terjadi kegoyahan dalam kehidupan
kelompok. Selengkapnya, baca; Pengertian Masalah Sosial, Bentuk, Faktor,
Dampak, dan Contohnya

116
B. Faktor Pendorong Masalah

Faktor yang seringkali menjadi sumber masalah sosial di dalam kehidupan


masyarakat dan lingkungannya, antara lain;

1. Ekonomis

Faktor ekonomis menjadi salah satu sumber masalah sosial dalam masyarakat
lantaran faktor ini akan mengakibatkan kesenjangan sosial, serta kecemburuan yang
berakibat pada dorongan masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih
baik. Manusia yang memiliki keinginan tidak terbatas apabila kurang memenuhi
kebutuhannya akan memberikan peluang terjadi penyimpangan terhadap norma
sosial di masyarakat.

2. Biologis

Selain faktor ekonomis, seringkalipula yang menjadi latar belakang adanya sumber
masalah sosial adalah faktor biologis seseorang, yang terjadi karena lingkungan
tidak sehat sehingga menjadikan dia sebagai individu yang terjangkit dalam
penyakit menular.

3. Psikologis

Psikologis menjadi salah satu unsur yang memberi pengaruh dalam masalah sosial
di masyarakat. Faktor ini erat hubungannya dengan gonjangan jiwa serta fisiran
setiap manusia yang tidak bisa seimbang dengan alam sadarnya, kondisi ini akan
berkibat pada kegilaan serta ketidaknormalan dalam menjadi kehidupan.

4. Kebudayaan

Kasus masalah sosial di masyarakat yang terkhir, bisa terjadi karena kebudayaan
yang berbeda dari satu kelompok sosial ke dalam kelompok sosial lainnya.
Perbedaan ini bisa menyangkut pada sistem, adat, bentuk tubuh, paras wajah, kulit,
dan lain sebagainya.

117
Dari penjelasan pengeratian masalah sosial dan faktornya di atas, Indonesia sebagai
karakteristik negara berkembang dengan jumlah pendudukan yang besar tentusaja
tidak terlepas dari masalah sosial yang terjadi, masalah-masalah ini penting untuk
dipahami, lantaran menjadi objek kajian sosiologi. Selengkapnya, baca; Objek
Kajian Sosiologi dan Contohnya

C. Masalah di Indonesia

Berikut ini adalah contoh kasus mengenai macam-macam masalah sosial yang
terjadi di Indonesia, serta berbagai solusi masalah (problem solving) yang
diberikan.

 Kemiskinan

Kemiskinan adalah salah satu bentuk masalah sosial di Indonesia yang menjadi
tradisi dari tahun ke tahaun. Keadaan miskin ini akan memberikan efek yang kurang
bermanfaat, lantaran masyarakat miskin bukan hanya pada fisiknya yang terancam
akan tetapi dalam menjadi beban bagi negara.

Salah satu solusi yang bisa dilakukan dalam mengatasi masalah sosial kemiskinan
ini ialah dengan menrdorong masyarakat untuk berwirausaha (menjadi pelaku
usaha) di berbagai sektor yang potensial di Indonesia, seperti pada sektor
periwisata, makanan, dan bentuk lainnya.

 Pengangguran

Masalah sosial yang pada saat ini terjadi di Indonesia dan dapat memberikan efek
yang berarati adalah pengangguran. Faktor penyeba pengangguran ini adalah
kekalahan SDM (Sumber Daya Manusia) Indonesia untuk berkompetisi dengan
tenaga kerja dari negara lain.

Kaeadaan ini memicul negara dalam jumlah pendudukan yang tidak produktif.
Salah satu cara mengatasi pengangguran dan solusinya di Indonesia ialah dengan
memberikan pelatihan tenaa kerja, memberikan pelatihan bahasa, serta pelatihan
ketrampilan yang membuatnya laku bekerja di sektor unggulan Indonesia.

118
 Korupsi

Masalah sosial yang seringkali menjadi masalah yang menahun, dari tahun ke tahun
adalah korupsi yang menggunakan jabatan dengan memperkaya diri sendiri.
Masalah ini begitu pelik di alami Indonesia, bahkan pada saat ini masyarakat
Indonesia seringkali di hadapkan dengan para pejabat yang menggunakan kekayaan
negara untuk keperluan pribadi.

Baru-baru ini pada tahun 2018 misalnya, kasus korupsi di Indonesia merajalela
pada E-KTP yang memberikan efek kejerahan atas kepercayaan masyarakat dengan
Ketua DPR (Setya Novanto). Oleh karenannya cara atau solusi dalam mengatasi
korupsi ini bisa dilakukan dengan memberikan hukuman yang lebih berat
dibandingkan dengan hukuman yang saat ini diterpakan.

 Pertikaian

Masalah sosial yang terjadi di Indonesia salah satunya dianataranya adalah


pertikaian. Pengertian pertikaian ini adalah kekuarang kompakan masyarakat dalam
mencapai tujuan sehingga berakibat pada perselihan antar masyarakat. Pertikaian
bisa di latar belakangin dengan adanya perbedaan kepentingan serta kesenjangan
sosial yang terlalu tinggi.

Cara atau solusi dalam mengatasi pertikaian bisa dilakukan dengan terus menerus
mengejarkan pancasila sebagai Idiologi bangsa Indonesia yang sah, penanaman
kuat terhadap Pancasila ini menjadi solusi atas banyaknya pertikaian yang terjadi.
Selengkapnya, baca; Pengertian Pertikaian, Bentuk, dan Contohnya

 Kesenjangan Hukum

Masalah lainnya yang menjadi sumber masalah adanya tentang ketidakberjalanan


hukum di Indonesia dengan pandangan hukum tajam ke bawah (masyarakat bawah)
dibandingkan dengan ke atas (pada masyarakat kaya). Pandangan tentang perturan
hukum yang tidak berjalan sebagimana mestinya ini menjadi salah satu sumber
berlangsungnya masalah yang terjadi.

119
Satu-satunya cara atau solusi yang bisa dipergunakan dalam mangatasi masalah
sosial ini ialah dengan menjalankan hukum yang sesuai dengan aturan yang telah
disepakati, sebab kesesuaian ini akan berdampak pada kepercayaan masyarakat
dalam memandang hukum. Selengkapnya, baca; Pengertian Sosiologi Hukum,
Objek, Fungsi, dan Manfaatnya

 Pendidikan Yang Rendah

Pendidikan rendah menjadi salah satu masalah yang sering terjadi di Indonesia,
masalah ini berhubungan erat dengan kamampuan masyarakat dalam kualitas yang
diberikan. Dengan pendidikan rendah masyarakat tidak bisa bersaing dengan tenaga
kerja di luar negari, bahkan bangsa ini identik sebagai pemasok PRT (Pembantu
Rumah Tangga) ketika bekerja di luar negari.

Oleh karena itulah salah satu sektor dalam upaya mengetasi masalah sosial ini ialah
dengan meningkatan pendidikan dan terus menerus menyebarkan pendidikan yang
merata bagi daerah-daerah tertinggal di Indonesia, untuk saat in aplikasi nyata yang
bisa dilakukan ialah dengan memberikan program relawan pendidikan.

 Tingginya Penyakit Menular

Masalah sosial yang timbul di Indonesia berhubungan erat dengan faktor biologi,
yaitu tingginya penyakit menular yang ada di Indonesia. Penyakit ini pada
umumnya melanda daerah-daerah tertinggal di Indonesia, khususnya di wilayah
Indonesia Timur. Solusi yang diberikan atas masalah sosial ini ialah dengan
memberikan serta mengantispasi masyarakat melalui pengetahuan serta
penyuluhan tenaga media yang baik.

 Gizi Buruk

Masalah sosial yang ada di Indonesia dan menjadi salah satu yang belum dalam di
atasi adalah masalah sosial gizi buruk. Masalah ini berhubungan erat dengan sektor
pendapaatan masyarakat dalam memnuhi kebutuhan hidupnya. Gizi buruk akan

120
berdampak pada rusaknya SDM manusia Indonesia yang berkulitas, salah satu
solusi yang diberikan ialah dengan meningkatkan pendapatan masyarakat.

 Konflik Sosial Antar Kelompok

Masalah lainnya yang ada dan seringkali di alami masyarakat adanya konflik sosial.
Konfik ini sebagai contoh kelompok sosial di masyarakat yang tidak sepaham
dengan keadaan dan tujuan yang sama, bentuk konflik ini misalnya saja adalah
peperangan suku, budaya, atau lainnya.

Solusi yang diberikan dalam mengatasi masalah sosial ini misalnya saja dengan
terus menerus mengutakan integrasi masyarakat dengan melibatkan masyarakat
benar-benar sebagai pemilik negara yang sah, dengan cara inilah Indonesia bisa
mengatasi konflik sosial yang terjadi.

 Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja menjadi salah satu masalah sosial yang seringterjadi di


Indonesia, masalah ini berakibat pada rusaknya mental remaja dalam menghadapi
perkembangan perubahan sosial yang tinggi. Generasi mudah yang sudah rusak
bahkan bisa menjadi ancaman yang berarti bagi Indonesia.

Cara mengatasi masalah sosial kenakalan remaja ini ialah dengan memberikan
remaja peyuluhan serta bentuk kesibukan yang ada. Dorongan ini bisa dilakukan
dengan mmberikan fasilitas untuk mendapatkan beasiswa di luar negri bagi remaja
yang berpretasi. Baca juga; Contoh Kenakalan Remaja dan Solusinya

 Narkoba

Contoh lainnya yang berhubungan erat dengan masalah sosial di Indonesia adanya
penyebarluaskan narkoba yang menjadi salah satu ditakuti bagi Indonesia. Narkoba
sudah banyak dipasrakan di Indonesia, bahkan dari sejumlah kasus Pemerintah
Indonesia melalui kepolisian pernah menangkan jumlah 4 Ton sabu pada tahun
2018. Cara mengetasi masalah sosial bentuk ini ialah dengan memberikan

121
pemahaman kepada masyarakat tentang bahaya nerkoba sehingga dengan demikian
masyarakata akan mengetahui dampak negatif dari nerkoba ini.

 Disorganisasi Kelurga

Bentuk masalah sosial yang ada di Indonesia selanjutnya adalah disorganisasi


keluarga, hubungannya dengan hal ini ialah tingginya angka perceraian masyarakat
yang menyebabkan keturuanan mereka menjadi keturan yang broken home dan
sering mengelami gonjangan jiwa. Cara mengatasi bentuk masalah sosial seperti ini
ialah memberikan penanaman kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga
pernikahan. Selengkapnya, baca; Pengertian Disorganisasi Keluarga dan
Contohnya

 Konflik Ras

Bentuk contoh masalah sosial lainnya yang seringakli terjadi anatar masyarakat
Indonesia adalah konflik antar ras, karena tidak bisa menerima perbedaan yang ada
dalam kehidupan masyarakat. Sebagaiimana Indonesia dikenal sebagai masyarakat
multikultural. Pengertian masyarakat adalah kumpulan dua atau lebih orang untuk
bersatu dalam kurun waktu tertentu.

 Kemacetan

Salah satu bentuk masalah sosial di Indonesiayang sudah biasa terjadi adalah
kemacetan, hubungan kemacetan ini erat kaitannya dengan kondisi banyaknya
mobilitas masyarakat dari arah yang sama, keadaan ini seringkali terjadi di kota-
kota besar di Indonesia.

 Prilaku Konsumtif

Bentuk masalah sosial lainnya adalah prilaku masyarakat yang konsumtif, prilaku
ini berkeiatan dengan keinginan masyarakat menggunakan barang/jasa secara
berlebihan tanpa memikirakam bagimana cara membuatnya. Umumnya masyarakat
Indonesia hobi dengan prilaku ini yang menyebab perekonomian Indonesia
bergantung pada perekonomian negara lain.

122
 Kesehatan

Masalah sosial yang seringkali dialami oleh masyarakat tentang adanya kesehatan
yang mahal. Kesehatan ini dikendari dengan keadaan masyarakat yang kurang
mampu akan merasa kesulitan untuk mendapatkan haknya di dalam kesehatan.
Ketidakberdayaan inilah membuat masayakat miskin sudah mendapatkan masalah
kesehatan yang baik.

 Modernisasi

Bagian daripada masalah sosial yang sulit diatasi tentang transiasi masyarakat dari
tradisional ke modern. Masyarakat Indonesia cederung menggunakan cara-cara ya
terdisional sedangkan cara ini sudah mulai dtinggalkan oleh negara maju,
kettradisionalan ini berdampak pada dorongan masyarakat untuk menjadi
masyarakat yang modern. Selengkapnya, baca; Pengertian Modernisasi, Gejala,
Ciri, dan Teorinya

 Globalisasi

Maslah sosial lainnya yang bisa dimbul dari globalisasi ini sendiri adalah aspek
penggunakan teknoogi yang beroritentasi pada kegemaran bukan memanfaatkan
sebagi ladang mencari pengehasilan. Masalah ini timbul karena masyarakat tidak
bisa meminimalir dampak positif dan dampak negatif globalisasi yang terbentuk.
Selengkapnya, baca; Pengertian Globalisasi, Teori, dan Prosesnya

 Pengolaan SDA (Sumber Daya Alam)

Indikator dari masalah sosial lainnya adalah tentang pengelolaan SDA di Indonesia,
dinilai pengeolaannya masih mengandalakan bantuan SDM dari luar neegri,
kemadirian ini menjadi tidak terbentuk dalam masyarakat. Terutama kesaksian
terhadap berbagai jumlah SDA di Indonesia yang diambil begitusaja oleh
masyarakat asing, seperti freport, dan lains sebaginya.

123
 Kejahatan Seksual

Masalah lainnya yang ada di Indonesia adalah kasus terhadap kejahan seksual,
kejahatan ini berkiatan erat dengan sodomi, pemerkosaan, atau kasus lainnya yang
seringkali bahkan menimpa anak-anak. Kondisi ini tentsuaja menjadi hal yang
sangat di takutkan, lantaran akan berkibat pada bentuk oritentasi seks yang
menympang.

 Kekuarangmertaan Pembangunan

Terakhir, yang menjadi salah satu masalah sosial di Indonesia seringkali terjadi
adalah ketidakmerataan masyarakat dalam pembangunan. Daerah-daerah terpencil
di Indonesia bahkan sulit mengimbangi pembangunan pad daerah yang maju,
kondisi ini tentsuaja berakibat pada kehidupan masyarakat untuk melakukan
trasmigrasi, urbanisasi, dan mobilitas penduduk lainnya. Salah satu solusi yang bisa
diberikan adalah dengan terus menerus melakukan pemertaan pembangunan.
Pemerataan ini bisa menjadi simbul keadailan sosial bagi seluruh rakya Indonesia.

124
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Istilah kewaraganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukan hubungan


atau ikatan antara Negara dan kewarganegaraan. Kewarganegaraan diartikan segala
jenis hubungan dengan suatu Negara yang mengakibatkan adanya kewajiban
Negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan.
Pengetian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis.
b. Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil.
Pada tanggal 1 Agustus 2006, undang-undang No 12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia telah diundangkan dan diberlakukan sebagai
pengganti Undang-undang No 62 Tahun 1958.
Setiap Negara berdaulat berwenang menentukan siapa-siapa yang menjadi warga
Negara. Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal adanya asas
berdasar kelahiran dan asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan. Penentuan
kewarganegaraan didasarkan pada sisi kelahiran dikenal dua asas yaitu asas Ius Soli
dan asas Ius Sanguinis.
Hal-hal yang diatur dalam undang-undang ini adalah perihal, siapa yang menjadi
warga Negara Indonesia, syarat dan tata cara memperoleh Kewarganegaraan
Republik Indonesia, kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia, dan syarat
dan tata cara memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia.

125
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Negara

https://id.wikipedia.org/wiki/Kewarganegaraan

https://masalahukum.wordpress.com/2013/09/28/pengantar-ilmu-negara/

https://andruhk.blogspot.com/2016/10/ilmu-negara.html

http://hedisasrawan.blogspot.com/2014/11/17-masalah-yang-terjadi-di-
indonesia.html

126

Anda mungkin juga menyukai