Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH : HAKIKAT BANGSA DAN NEGARA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial, setiap manusiamempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dan
berkelompok dengan sesamanya, serta mendiami suatu daerah tertentu. Sekelompok manusia yang
hidup bersama disebut masyarakat. Masyarakat-masyarakat yang mempunyai perbedaan dalam hal ras,
suku, watak dan agama akan berkumpul bersama dalam tempat tertentu akan membentuk suatu
bangsa.

Tempat dari suatu bangsa itu tinggal disebut negara. Dalam negara itu juga, perilaku suatu bangsa harus
diatur atau dalam hal ini bangsa harus tunduk pada aturan yang berlaku di negara yang ditempatinya.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, sebuah bangsa terdiri dari beragam masyarakat. Karena perbedaan
ini pula, tidak jarang terjadi konflik yang memicu perpecahan antar masyarakat dalam bangsa pada
suatu negara. Perpecahan dalam suatu bangsa ini dapat diselesaikan dengan integrasi nasional. Tetapi
dalam kenyataannya, masyarakat Indonesia saat ini masih belum bisa menerapkan Integrasi Nasional
dalam menghadapi masalah-masalah bangsa yang memicu perpecahan.

Oleh sebab itu, penulis membuat makalah yang berjudul “Hakekat Bangsa dan Negara, serta Pentingnya
Integrasi Nasional”. Hal ini dimaksudkan agar kita lebih bisa memahami tentang hakikat bangsa dan
negara, serta pentingnya integrasi nasional dalam mengatasi masalah yang memicu perpecahan.

1.2 Rumusan Masalah

Apa pengertian hakekat bangsa ?

Apa pengertian hakekat Negara ?

Bagaimanakah peran penting Integrasi Nasional di Negara Indonesia ?


1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Untuk mengetahui pengertian hakekat bangsa

Untuk mengetahui pengertian hakekat negara

Mengetahui peranan penting Integrasi Nasional di Negara Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Hakikat Bangsa

2.1.1. Pengertian bangsa

Konsep bangsa memiliki dua pengertian ( Badri Yatim,1999),yaitu bangsa dalam pengertian sosiologis
antropologis dan bangsa dalam pengertian politis.

a. Bangsa dalam Arti Sosiologis Antropologis

Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan hidup masyarakat yang berdiri
sendiri yang masing-masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa,
agama, dan adat istiadat. Ikatan demikian disebut ikatan primorbial. Persekutuan hidup masyarakat
semacam ini dalam suatu Negara dapat merupakan persekutuan hidup yang mayoritas dan dapat pula
persekutuan hidup minoritas. Contoh : amerika serikat terdiri dari bangsa Negro, bangsa Indian, bangsa
Cina, bangsa Yahudi, dan lain-lain.

b. Bangsa dalam Arti Politis

Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan mereka
tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi keluar dan kedalam. Jadi mereka
diikat oleh kekuasaan politik yaitu Negara. Misalnya bangsa Moro, bangsa Yahudi, bangsa Kurdi, dan
bangsa Tamil.

2.1.2. Proses Pembentukan Bangsa-Negara


Secara umum dikenal adanya 2 proses pembentukan bangsa-negara, yaitu model ortodoks dan model
mutakhir.

1. Model Ortodoks.

Model ortodoks yatu bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu, untuk kemudian bangsa itu
membentuk suatu Negara tersendiri. Contoh bangsa Yahudi berupaya mendirikan negara Israel.

Ciri-ciri model Ortodoks :

Tidak mengalami perubahan unsur karena suatu bangsa membentuk suatu Negara.

Membutuhkan waktu yang singkat saja,yaitu hanya membentuk struktur pemerintahan, bukan
pembentukan identitas kultular baru.

Muncul setelah terbentuknya bangsa Negara.

Partisipasi politik dianggap sebagai bagian terpisah dari proses integrasi nasional.

2. Model mutakhir.

Model mutakhir berawal dari adanya Negara terlebih dahulu yang terbentuk melalui proses tersendiri,
sedangkan penduduk Negara merupakan sekumpulan suku bangsa dan ras. Contohnya adalah
kemunculan Negara Amerika Serikat pada tahun 1776.

Ciri-ciri Model Mutakhir:

Mengalami perubahan unsur karena dari banyak kelompok suku bangsa menjadi satu bangsa.

Memerlukan waktu yang lama karena harus mencapai kesepakatan tentang identitas cultural yang baru.

Kesadaran politik warga muncul mendahului bahkan menjadi kondisi awal terbentuknya bangsa Negara.

Partisipasi politik dan rezim politik merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses integrasi nasional.

2.2. Hakikat Negara

2.2.1 Pengertian Negara

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, negara mempunyai dua pengertian. Pertama,negara adalah
organisasi di suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah ditaati rakyatnya. Kedua,
negara adalah kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi di
bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif, mempunyai satu kesatuan politik, berdaulat
sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.

Pengertian negara dari pendapat para ahli, antara lain sebagai berikut.

1. George Jellinek

Negara ialah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah berkediaman di wilayah
tertentu.

2. Kranenburg.

Negara adalah organisasi yang timbul karena kehendak dari suatu golongan atau bangsanya sendiri.

3. Roger F. Soultau.

Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau yang mengendalikan persoalan bersama atas
nama masyarakat.

4. Soenarko.

Negara adalah organisasi kekuasaan masyarakat yang mempunyai daerah tertentu dimanakekuasaan
daerah berlaku sepenuhnya sebagai sovereign.

5. George Wilhelm Fredrich Hegel.

Negara merupakan organsasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesis dari kemerdekaan individual dan
kemerdekaan universal.

6. R. Djokosoetono.

Negara ialah suatu negara masyarakat atau kumpulan manusia yang berada dibawah suatu
pemerintahan yang sama.
7. Jean Bodin.

Negara adalah suatu persekutuan keluarga dengan segala kepentingannya yang dipimpin oleh akal dari
sutu kuasa yang berdaulat.

8. Mirriam Budiardjo.

Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat dan yang
berhasil menuntut dari warganya ketaatan pada perundangan melalui penguasaan kontrol dari
kekuasaan yang sah.

2.2.2 Unsur-unsur Negara

Negara bisa berdiri jika telah memenuhi unsure-unsur Negara sebagai berikut.

1. Rakyat.

Yaitu orang-orang yang bertempat tinggal di wilayah itu, tunduk pada kekuasaan Negara dan
mendukung negar bersangkutan.

2. Wilayah.

Yaitu daerah yang menjadi kekuasaan Negara serta menjadi tempat tinggal bagi rakyat Negara. Wilayah
Negara mencakup wilayah darat, laut, dan udara.

3. Pemerintah yang berdaulat.

Yaitu adanya penyelenggara Negara yang memiliki kekuasaan menyelenggarakan pemerintahan di


Negara tesebut. Pemerintah tersebut memiliki kedaulatan baik ke dalam maupun ke luar. Kedaulatan ke
dalam berarti Negara memiliki kekuasaan untuk ditaati oleh rakyatnya . kedaulatan ke luar artinya
Negara mampu mempertahankan diri dari serangan Negara lain.

2.2.3 Teori terjadinya Negara.

Beberapa teori terjadinya Negara adalah sebagai berikut :


1) Teori hukum alam.

Teori hukum alam merupakan hasil pemikiran paling awal, yaitu masa pelato dan aristoteles. Menurut
teori hokum alam, terjadinya Negara adalah suatu yang alamiah. Negara terjadi secara alamiah ,
bersumber dari manusia sebagai makhluk social yang memiliki kecenderungan berkumpul dan saling
berhubungan untuk mencapai kebutuhan hidupnya.

2) Teori ketuhanan.

Teori ini muncul setelah lahirnya agama-agama beasar di dunia yaitu islam dan Kristen. Menurut teori
ketuhanan terjadinya Negara adalah karena kehendak tuhan, didasari kepercayaan bahwa segala
sesuatu berasal dari tuhan dan terjadi atas kehendak tuhan. Pemimpin dalam suatu Negara adalah
sebagai wakil tuhan. Teori ini dikemukakan oleh : Freiderich Julius Stahl, Thomas Aquinas, dan
Agustinus.

3) Teori perjanjian

Teori perjanjian muncul sebagai reaksi atas teori hukum alam dan kedaulatan tuhan. Mereka
menganggap kedua teori tersebut belum mampu menjelaskan dengan baik bagaimana terjadinya
Negara. Teori ini dilahirkan oleh pemikir-pemikir Eropa yaitu : Thomas Hobbes, John Locke, J.J. Rouseau,
dan Montesquieu.

Menurut teori perjanjian Negara terjadi sebagai hasil perjanjian antar manusia. Negara pada dasarnya
adalah wujud perjanjian dari masyarakat sebelum bernegara untuk kemudian menjadi masyarakat
bernegara.

2.2.4 Fungsi dan Tujuan Negara.

Fungsi Negara merupakan upaya Negara untuk mencapai tujuannya. Fungsi Negara bias dibilang sebagai
tugas Negara. Negara sebagai organisasi kekuasaan yang dibentuk untuk menjalankan tugas-tugasnya.

Menurut Montesquieu Negara memiliki 3 fungsi yaitu:

1. Fungsi Legislatif (Membuat undang-undang.)


2. Fungsi Eksekutif (Melaksanakan undang-undang.)

3. Fungsi Yudikatif (Mengawasi agar semua peraturan ditati.)

Ketiga fungsi ini popular dengan sebutan Trias Politika.

Sedangkan menurut Mirriam Budiardjo, fungsi pokok Negara adalah sebagai berikut.

Negara bertidak sebagai stabilisator. Melaksanakan penertiban untuk mencapai tujuan bersama dan
mencegah pemberontakan dalami masyarakat.

Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Fungsi ini dijalankan dengan melaksanakan
pembangunan di segala bidang.

Pertahanan. Fungsi Negara untuk menjaga kemungkinan serangan dari luar

Menegakkan keadilan.

Hal ini dilaksanakan melalui badan-badan pengadilan.

Di bawah ini adalah beberapa tujuan Negara menurut para ahli.

1. Roger H. Soltau.

Tujuan Negara ialah memungkinkan rakyatnya berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya
sebebas mungkin.

2. Harold J. Laski.

Tujuan Negara ialah menciptakan keasaan dimana rakyatnya dapat mencapai terkabulnya keinginan-
keinginan secara meksimal.
3. Plato.

Tujuan Negara adalah memajukan kesusilaan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai mekhluk
social.

2.3 Integrasi Nasional

2.3.1 Integrasi Nasional

Indonesia sebagai sebuah negara dalam realitasnya terpisah pada beberapa bagian dan tingkatan, dari
segi geografis dipisahkan oleh lautan dengan beratus-ratus pulau besar dan beribu-ribu pulau kecil.
Kadangkalanya banyak pulau yang belum diberi nama, bahkan belakangan ini dua pulau yang berada di
kawasan Kalimantan telah menjadi milik Negara Malaysia. Dari perspektif kewilayahan tampak
pembagian Indonesia Bagian Timur dan Indonesia Bagian Barat, atau kawasan perkotaan dan perdesaan.
Realitas itu menyebabkan pula kewargaan penduduk Indonesia berbeda-beda dari segi kebudayaan.
Pengelompokkan kewargaan serupa itu diwujudkan dalam satuan-satuan etnik. Menurut kajian Hildred
Geetz, terdapat 300 kelompok etnik dan 250 jenis bahasa yang setiap kelompok etnik itu memiliki
identitas kebudayaan sendiri, termasuk di dalamnya bahasa-bahasa yang digunakannya.

Negara Indonesia menganut faham nasionalisme. Nasionalisme adalah suatu faham yang mengajarkan
bangsa yang bernegara yang dibangun dari masyarakat yang majemuk, dan warganya tersebut sungguh-
sungguh bertekad untuk membangun masa depan secara bersama, dengan terlepas dari berbagai
perbedaan ras, etnik, dan agama atau misalnya, dari ikatan kesetiaan yang melekat sejak lahir terhadap
suku daerah kelahirannya. Suatu negara akan berfungsi dengan baik apabila memiliki dukungan idiologi
nasionalisme, dan juga tidak kalah pentingnya adalah dukungan demokrasi. Nasionalisme dibangun dari
semangat rakyat untuk bersatu, sedangkan demokrasi menjamin jati diri rakyat, penghormatan dan
perlindungnya. Dalam hal ini keikutsertaan dalam kehidupan bernegara diwajibkan, sehingga semangat
nasionalisme dan demokrasi dapat dibangun dengan baik yang diharapkan akan tercipta suatu stabilitas
nasional yang tangguh, sekalipun dalam negara demokrasi berbagai kepentingan tidak akan hilang tetapi
dapat ditekan atau larut dalam berbagai organisasi politik yang ada. Semua itu dapat tercapai apabila
pemerintahan itu baik, seperti menegakkan keadilan dalam mengalokasikan sumber daya nasional, baik
antar sektor maupun antar wilayah, sehingga etnik diperlakukan dengan adil, dapat hidup dengan
tenang, aman, serta dapat melaksanakan seluruh kegiatan kehidupan sosial dengan baik. Tetapi
sebaliknya bila pemerintah mengalami kemunduran dalam kinerjanya, maka masing-masing golongan
yang ada dalam masyarakat akan berjuang untuk memperoleh hak, serta akan memenuhi aspirasi
sebagai kepentingan yang syah, maka demikian akan timbul kebangkitan etnik, dan lebih jauhnya lagi
akan terjadi suatu gejolak di masyarakat.

Berikut ini beberapa pengertian tentang integrasi Menurut Claude Ake (dalam Nazaruddin Syamsuddin,
Integrasi dan Ketehanan Nasional di Indonesia (Lemhanas, Jakarta 1994, hal3), integrasi nasional pada
dasarnya mencakup dua masalah pokok, yaitu:

Bagaimana membuat rakyat tunduk dan patuh kepada tuntutan-tuntutan negara, yang mencakup
perkara pengakuan rakyat terhadap hak-hak yang dimiliki negara.

Bagaimana meningkatkan konsensus normatif yang mengatur prilaku politik setiap anggota masyarakat,
konsensus ini tumbuh dan berkembang diatas nilai-nilai dasar yang dimiliki bangsa secara keseluruhan.

Sedangkan menurut pakar sosiologi, Manrice Duverger dalam bukunya, mengatakan sebagai
berikut,“Integrasi didefinisikan sebagai “dibangunnya interdependensi yang lebih rapat antara bagian-
bagian antara organisme hidup atau antara nggota-anggota dalam masarakat” sehingga integrasi adalah
proses mempersatukan masyarakat,yang cenderung membuatnya menjadi suatu kata yang harmonis
yang didasarkan pada tatanan yang oleh angota-anggotanya dianggap sama harminisnya.Dari dua
pengertian tersebut diatas pada hakekatnya integrasi merupakan upaya politik/ kekuasaan untuk
menyatukan semua unsur masyarakat yang majemuk harus tunduk kepada aturan-aturan kebijakan
politik yang dibangun dari nilai-nilai kultur yang ada dalam masyarakat majemuk tadi, sehingga terjadi
kesepakatan bersama dalam mencapai tujuan-tujuan nasional di masa depan untuk kepentingan
bersama. Proses integrasi disebabkan adanya, kebersamaan sejarah, ada ancaman dari luar yang dapat
mengganggu keutuhan NKRI, adanya kesepakatan pemimpin, homogenitas social budaya serta
agama,dan adanya saling ketergantungan dalam bidang politik dan ekonomi.Nazarudin berpendapat
istilah integrasi nasional merujuk kepada perpaduan seluruh unsur dalam rangka melaksanakan
kehidupan bangsa, meliputi social, budaya, dan ekononi. Maka pengertian integrasi nasional adalah
menekankan pada persatuan persepsi dan prilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

2.3.2 Dimensi Integrasi

Integrasi mempunyai dua dimensi, antara lain: integrasi horizontal dan integrasi vertikal. Dimensi
vertikal dalam integrasi nasional bertujuan mengintegrasikan persepsi dan prilaku elite dan masa
dengan cara menghilangkan, mengurangi perbedaan kesenjangan antara kelompok yang berpengaruh
dengan yang dipengaruhi. Sedangkan dimensi horizontal mengintegrasikan antara kelompok-kelompok
dalam masyarakat, dengan cara menjembatani perbedaan –perbedaan yang ditimbulkan oleh factor-
faktor teritorial/ kultur dengan mengurangi kesenjangan yang ditimbulkan oleh factor-faktor tersebut.

Nazaruddin Sjamsudin mengatakan “Integrasi lazim dikonsepsikan sebagai suatu proses ketika kelompok
sosial tertentu dalam masyarakat saling menjaga keseimbangan untuk mewujudkan kedekatan
hubungan-hubungan social, ekonomi, politik. Kelompok-kelompok sosial tersebut bisa terwujud atas
dasar agama dan kepercayaan, suku, ras dan kelas. Konsepsi tersebut mengisyaratkan bahwa integrasi
tercipta melalui proses interaksi dan komunikasi yang intensif (dengan tetap mengakui adanya
perbedaan. Kemudian jalan menuju proses intagrasi tidak selalu lancar atau mulus seringkali
menemukan hambatan-hambatan , itu jelas ada seperti adanya primordialisme, suku, ras, agama dan
bahasa. Dalam setiap kebijakan pemerintah selalu ada reaksi setuju dan tidak setuju, hal tersebut adalah
wajar apabila suatu negara dibentuk dari suatu masyarakat yang majemuk, ada yang merasa
diuntungkan dan ada yang merasa dirugikan okeh kebijakan tersebut. Kelompok yang merasa dirugikan
dengan adanya kebijakan tersebut akan merasa tidak puas maka kelompok tersebut akam menyalurkan
kekecewaannya dalam masyarakat melalui kelompok-kelompok yang ada didalammya.Integrasi
masyarakat dalam negara dapat tercapai apabila :

Terciptanya kesepakatan dari sebagian besar anggotanya terhadap nilai-nilai social tertentu yang
bersifat fundamental dan krusial

Sebagian besar anggotanya terhimpun dalam berbagai unit socialyang saling mengawasi dalam aspek-
aspek sosial yang potensial.

Terjadinya saling ketergantungan diantara kelompok-kelompok sosial yang terhimpun didalam


pemenuhan kebutuhan ekonomi secara menyeluruh

2.3.3 Faktor Pendorong dan Penghambat serta Contoh Integrasi Nasional

2.3.3.1 Faktor-faktor pendorong integrasi nasional sebagai berikut:

Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.

Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah Pemuda
tanggal 28 Oktober 1928.

Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan merebut,
menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan oleh banyak
pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.

Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan UUD
1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan bahasa Indonesia.

Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila, dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Pengembangan budaya gotong royong yang merupakan ciri khas kepribadian bangsa Indonesia secara
turun temurun.

2.3.3.2 Faktor-faktor penghambat integrasi nasional sebagai berikut:

1. Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-

faktor kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang
dianut, ras dan sebagainya.

2. Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan luas.

3. Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong keutuhan,
kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

4. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan


menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar
golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa.

5. Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan kelebihan-
kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.

6. Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa, baik melewati kontak langsung maupun kontak tidak langsung. Kontak langsung,
antara lain melalui unsur-unsur pariwisata, sedangkan kontak tidak langsung, antara lain melalui media
cetak (majalah, tabloid), atau media elektronik (televisi, radio, film, internet, telepon seluler yang
mempunyai fitur atau fasilitas lengkap). Hal itu akan berdampak adanya westernisasi atau gaya hidup
kebarat-baratan/meniru gaya hidup orang Eropa atau Amerika, pergaulan bebas, penyalahgunaan
narkotika, minum minuman keras, dan sebagainya.

Contoh-contoh untuk mendukung terwujudnya integrasi nasional yang dapat dilakukan sebagai berikut:

Pertukaran pelajar antarprovinsi se-Indonesia.

Pengiriman misi kebudayaan dari para pelajar ke berbagai daerah di Indonesia.

Mengadakan festival seni dan budaya antarpelajar se-Indonesia.

Mengadakan perlombaan antarpelajar se-Indonesia untuk lebih mengenalkan budaya lokal masing-
masing daerah kepada seluruh rakyat Indonesia

Contoh wujud integrasi nasional yang telah dilakukan Indonesia, antara lain sebagai berikut:

1. Pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta oleh Pemerintah Republik Indonesia yang
diresmikan pada tahun 1976. Di kompleks Taman Mini Indonesia Indah terdapat anjungan dari semua
propinsi di Indonesia (waktu itu ada 27 provinsi). Setiap anjungan menampilkan rumah adat beserta
aneka macam hasil budaya di provinsi itu, misalnya adat, tarian daerah, alat musik khas daerah, dan
sebagainya.

2. Sikap toleransi antarumat beragama, walaupun agama kita berbeda dengan teman, tetangga atau
saudara, kita harus saling menghormati.

3. Sikap menghargai dan merasa ikut memiliki kebudayan daerah lain, bahkan mau mempelajari budaya
daerah lain, misalnya masyarakat Jawa atau Sumatra, belajar menari legong yang merupakan salah satu
tarian adat Bali. Selain anjungan dari semua propinsi di Indonesia, di dalam komplek Taman Mini
Indonesia Indah juga terdapat bangunan tempat ibadah dari agama-agama yang resmi di Indonesia,
yaitu masjid (untuk agama Islam), gereja (untuk agama Kristen dan Katolik), pura (untuk agama Hindu)
dan wihara (untuk agama Buddha). Perlu diketahui, bahwa waktu itu agama resmi di Indonesia baru 5
(lima) macam.
4. Diadakan Pekan Olahraga Nasional (PON), yaitu perlombaan bidang olahraga tingkat nasional yang
diselenggarakan setiap 4 (empat) tahun sekali. Melalui Pekan Olahraga Nasional akan terpupuk
persatuan Indonesia dan menggali potensi para atlet daerah untuk dapat berkembang mewakili negara
di tingkat internasional.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1) Bangsa adalah adalah suatu masyarakat yang berdiri sendiri dan masing-masing anggota persekutuan
hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, dan adat istiadat dalam suatu daerah yang
sama dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi keluar dan
kedalam

2) Negara adalah negara adalah organisasi di suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang
sah ditaati rakyatnya atau juga dapat diartikan sebagai kelompok sosial yang menduduki wilayah atau
daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif, mempunyai
satu kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.

3) Integrasi Nasional adalah proses mempersatukan masyarakat,yang cenderung membuatnya menjadi


suatu kata yang harmonis yang didasarkan pada tatanan yang oleh angota-anggotanya dianggap sama
harminisnya. Integrasi Nasional sangat penting diterapkan dalam negara Indonesia mengingat
beragamnya masyarakat Indonesia sehingga rentan terjadi konflik yang rentan memicu perpecahan.
Disini Integrasi Nasional berperan penting sebagai alat pemersatu dan peredam konflik tersebut agar
tidak sampai menyebabkan pemecahan

Anda mungkin juga menyukai