Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebagai makhluk sosial, setiap manusiamempunyai kecenderungan
untuk hidup bersama dan berkelompok dengan sesamanya, serta
mendiami suatu daerah tertentu. Sekelompok manusia yang hidup
bersama disebut masyarakat. Masyarakat-masyarakat yang mempunyai
perbedaan dalam hal ras, suku, watak dan agama akan berkumpul
bersama dalam tempat tertentu akan membentuk suatu bangsa.

Tempat dari suatu bangsa itu tinggal disebut negara. Dalam negara itu
juga, perilaku suatu bangsa harus diatur atau dalam hal ini bangsa
harus tunduk pada aturan yang berlaku di negara yang ditempatinya.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, sebuah bangsa terdiri dari beragam
masyarakat. Karena perbedaan ini pula, tidak jarang terjadi konflik yang
memicu perpecahan antar masyarakat dalam bangsa pada suatu
negara. Perpecahan dalam suatu bangsa ini dapat diselesaikan dengan
integrasi nasional. Tetapi dalam kenyataannya, masyarakat Indonesia
saat ini masih belum bisa menerapkan Integrasi Nasional dalam
menghadapi masalah-masalah bangsa yang memicu perpecahan.

Oleh sebab itu, penulis membuat makalah yang berjudul Hakekat


Bangsa dan Negara, serta Pentingnya Integrasi Nasional. Hal ini
dimaksudkan agar kita lebih bisa memahami tentang hakikat bangsa
dan negara, serta pentingnya integrasi nasional dalam mengatasi
masalah yang memicu perpecahan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian hakekat bangsa ?
2. Apa pengertian hakekat Negara ?
3. Bagaimanakah peran penting Integrasi Nasional di Negara
Indonesia ?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian hakekat bangsa
2. Untuk mengetahui pengertian hakekat negara
3. Mengetahui peranan penting Integrasi Nasional di Negara
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hakikat Bangsa
2.1.1. Pengertian bangsa
Konsep bangsa memiliki dua pengertian ( Badri Yatim,1999),yaitu
bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis dan bangsa dalam
pengertian politis.

a. Bangsa dalam Arti Sosiologis Antropologis

Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan


hidup masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-masing anggota
persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama,
dan adat istiadat. Ikatan demikian disebut ikatan primorbial. Persekutuan
hidup masyarakat semacam ini dalam suatu Negara dapat merupakan
persekutuan hidup yang mayoritas dan dapat pula persekutuan hidup
minoritas. Contoh : amerika serikat terdiri dari bangsa Negro, bangsa
Indian, bangsa Cina, bangsa Yahudi, dan lain-lain.

b. Bangsa dalam Arti Politis.

Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu


daerah yang sama dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya
sebagai suatu kekuasaan tertinggi keluar dan kedalam. Jadi mereka
diikat oleh kekuasaan politik yaitu Negara. Misalnya bangsa Moro,
bangsa Yahudi, bangsa Kurdi, dan bangsa Tamil.

2.1.2. Proses Pembentukan Bangsa-Negara


Secara umum dikenal adanya 2 proses pembentukan bangsa-negara,
yaitu model ortodoks dan model mutakhir.

1. Model Ortodoks.
Model ortodoks yatu bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu,
untuk kemudian bangsa itu membentuk suatu Negara tersendiri. Contoh
bangsa Yahudi berupaya mendirikan negara Israel.

Ciri-ciri model Ortodoks :

1. Tidak mengalami perubahan unsur karena suatu bangsa


membentuk suatu Negara.
2. Membutuhkan waktu yang singkat saja,yaitu hanya
membentuk struktur pemerintahan, bukan pembentukan
identitas kultular baru.
3. Muncul setelah terbentuknya bangsa Negara.
4. Partisipasi politik dianggap sebagai bagian terpisah dari
proses integrasi nasional.
2. Model mutakhir.

Model mutakhir berawal dari adanya Negara terlebih dahulu yang


terbentuk melalui proses tersendiri, sedangkan penduduk Negara
merupakan sekumpulan suku bangsa dan ras. Contohnya adalah
kemunculan Negara Amerika Serikat pada tahun 1776.

Ciri-ciri Model Mutakhir:

1. Mengalami perubahan unsur karena dari banyak kelompok


suku bangsa menjadi satu bangsa.
2. Memerlukan waktu yang lama karena harus mencapai
kesepakatan tentang identitas cultural yang baru.
3. Kesadaran politik warga muncul mendahului bahkan
menjadi kondisi awal terbentuknya bangsa Negara.
4. Partisipasi politik dan rezim politik merupakan hal yang tak
terpisahkan dari proses integrasi nasional.
2.2. Hakikat Negara
2.2.1 Pengertian Negara.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, negara mempunyai dua
pengertian.Pertama,negara adalah organisasi di suatu wilayah yang
mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah ditaati
rakyatnya. Kedua, negara adalah kelompok sosial yang menduduki
wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik
dan pemerintah yang efektif, mempunyai satu kesatuan politik, berdaulat
sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.
Pengertian negara dari pendapat para ahli, antara lain sebagai berikut.

1. George Jellinek.

Negara ialah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah


berkediaman di wilayah tertentu.

2. Kranenburg.

Negara adalah organisasi yang timbul karena kehendak dari suatu


golongan atau bangsanya sendiri.

3. Roger F. Soultau.

Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau yang


mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.

4. Soenarko.

Negara adalah organisasi kekuasaan masyarakat yang mempunyai


daerah tertentu dimanakekuasaan daerah berlaku sepenuhnya
sebagai sovereign.
5. George Wilhelm Fredrich Hegel.

Negara merupakan organsasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesis


dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal.

6. R. Djokosoetono.

Negara ialah suatu negara masyarakat atau kumpulan manusia yang


berada dibawah suatu pemerintahan yang sama.

7. Jean Bodin.

Negara adalah suatu persekutuan keluarga dengan segala


kepentingannya yang dipimpin oleh akal dari sutu kuasa yang berdaulat.
8. Mirriam Budiardjo.

Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh


sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warganya ketaatan
pada perundangan melalui penguasaan kontrol dari kekuasaan yang
sah.

2.2.2 Unsur-unsur Negara


Negara bisa berdiri jika telah memenuhi unsure-unsur Negara sebagai
berikut.

1. Rakyat.

Yaitu orang-orang yang bertempat tinggal di wilayah itu, tunduk pada


kekuasaan Negara dan mendukung negar bersangkutan.

2. Wilayah.

Yaitu daerah yang menjadi kekuasaan Negara serta menjadi tempat


tinggal bagi rakyat Negara. Wilayah Negara mencakup wilayah darat,
laut, dan udara.

3. Pemerintah yang berdaulat.

Yaitu adanya penyelenggara Negara yang memiliki kekuasaan


menyelenggarakan pemerintahan di Negara tesebut. Pemerintah
tersebut memiliki kedaulatan baik ke dalam maupun ke luar. Kedaulatan
ke dalam berarti Negara memiliki kekuasaan untuk ditaati oleh rakyatnya
. kedaulatan ke luar artinya Negara mampu mempertahankan diri dari
serangan Negara lain.

2.2.3 Teori terjadinya Negara.


Beberapa teori terjadinya Negara adalah sebagai berikut :

1) Teori hukum alam.

Teori hukum alam merupakan hasil pemikiran paling awal, yaitu masa
pelato dan aristoteles. Menurut teori hokum alam, terjadinya Negara
adalah suatu yang alamiah. Negara terjadi secara alamiah , bersumber
dari manusia sebagai makhluk social yang memiliki kecenderungan
berkumpul dan saling berhubungan untuk mencapai kebutuhan
hidupnya.

2) Teori ketuhanan.

Teori ini muncul setelah lahirnya agama-agama beasar di dunia yaitu


islam dan Kristen. Menurut teori ketuhanan terjadinya Negara adalah
karena kehendak tuhan, didasari kepercayaan bahwa segala sesuatu
berasal dari tuhan dan terjadi atas kehendak tuhan. Pemimpin dalam
suatu Negara adalah sebagai wakil tuhan. Teori ini dikemukakan oleh :
Freiderich Julius Stahl, Thomas Aquinas, dan Agustinus.

3) Teori perjanjian

Teori perjanjian muncul sebagai reaksi atas teori hukum alam dan
kedaulatan tuhan. Mereka menganggap kedua teori tersebut belum
mampu menjelaskan dengan baik bagaimana terjadinya Negara. Teori
ini dilahirkan oleh pemikir-pemikir Eropa yaitu : Thomas Hobbes, John
Locke, J.J. Rouseau, dan Montesquieu.

Menurut teori perjanjian Negara terjadi sebagai hasil perjanjian antar


manusia. Negara pada dasarnya adalah wujud perjanjian dari
masyarakat sebelum bernegara untuk kemudian menjadi masyarakat
bernegara.

2.2.4 Fungsi dan Tujuan Negara.


Fungsi Negara merupakan upaya Negara untuk mencapai tujuannya.
Fungsi Negara bias dibilang sebagai tugas Negara. Negara sebagai
organisasi kekuasaan yang dibentuk untuk menjalankan tugas-tugasnya.

Menurut Montesquieu Negara memiliki 3 fungsi yaitu:

1. Fungsi Legislatif (Membuat undang-undang.)

2. Fungsi Eksekutif (Melaksanakan undang-undang.)


3. Fungsi Yudikatif (Mengawasi agar semua peraturan ditati.)

Ketiga fungsi ini popular dengan sebutan Trias Politika.


Sedangkan menurut Mirriam Budiardjo, fungsi pokok Negara adalah
sebagai berikut.

1. Negara bertidak sebagai stabilisator. Melaksanakan


penertiban untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah
pemberontakan dalami masyarakat.
2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat. Fungsi ini dijalankan dengan melaksanakan
pembangunan di segala bidang.
3. Pertahanan. Fungsi Negara untuk menjaga kemungkinan
serangan dari luar
4. Menegakkan keadilan.
Hal ini dilaksanakan melalui badan-badan pengadilan.

Di bawah ini adalah beberapa tujuan Negara menurut para ahli.

1. Roger H. Soltau.

Tujuan Negara ialah memungkinkan rakyatnya berkembang serta


menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin.

2. Harold J. Laski.

Tujuan Negara ialah menciptakan keasaan dimana rakyatnya dapat


mencapai terkabulnya keinginan-keinginan secara meksimal.

3. Plato.

Tujuan Negara adalah memajukan kesusilaan manusia, baik sebagai


individu maupun sebagai mekhluk social.

2.3 Integrasi Nasional


2.3.1 Integrasi Nasional
Indonesia sebagai sebuah negara dalam realitasnya terpisah pada
beberapa bagian dan tingkatan, dari segi geografis dipisahkan oleh
lautan dengan beratus-ratus pulau besar dan beribu-ribu pulau kecil.
Kadangkalanya banyak pulau yang belum diberi nama, bahkan
belakangan ini dua pulau yang berada di kawasan Kalimantan telah
menjadi milik Negara Malaysia. Dari perspektif kewilayahan tampak
pembagian Indonesia Bagian Timur dan Indonesia Bagian Barat, atau
kawasan perkotaan dan perdesaan. Realitas itu menyebabkan pula
kewargaan penduduk Indonesia berbeda-beda dari segi kebudayaan.
Pengelompokkan kewargaan serupa itu diwujudkan dalam satuan-
satuan etnik. Menurut kajian Hildred Geetz, terdapat 300 kelompok etnik
dan 250 jenis bahasa yang setiap kelompok etnik itu memiliki identitas
kebudayaan sendiri, termasuk di dalamnya bahasa-bahasa yang
digunakannya.

Negara Indonesia menganut faham nasionalisme. Nasionalisme adalah


suatu faham yang mengajarkan bangsa yang bernegara yang dibangun
dari masyarakat yang majemuk, dan warganya tersebut sungguh-
sungguh bertekad untuk membangun masa depan secara bersama,
dengan terlepas dari berbagai perbedaan ras, etnik, dan agama atau
misalnya, dari ikatan kesetiaan yang melekat sejak lahir terhadap suku
daerah kelahirannya. Suatu negara akan berfungsi dengan baik apabila
memiliki dukungan idiologi nasionalisme, dan juga tidak kalah
pentingnya adalah dukungan demokrasi. Nasionalisme dibangun dari
semangat rakyat untuk bersatu, sedangkan demokrasi menjamin jati diri
rakyat, penghormatan dan perlindungnya. Dalam hal ini keikutsertaan
dalam kehidupan bernegara diwajibkan, sehingga semangat
nasionalisme dan demokrasi dapat dibangun dengan baik yang
diharapkan akan tercipta suatu stabilitas nasional yang tangguh,
sekalipun dalam negara demokrasi berbagai kepentingan tidak akan
hilang tetapi dapat ditekan atau larut dalam berbagai organisasi politik
yang ada. Semua itu dapat tercapai apabila pemerintahan itu baik,
seperti menegakkan keadilan dalam mengalokasikan sumber daya
nasional, baik antar sektor maupun antar wilayah, sehingga etnik
diperlakukan dengan adil, dapat hidup dengan tenang, aman, serta
dapat melaksanakan seluruh kegiatan kehidupan sosial dengan baik.
Tetapi sebaliknya bila pemerintah mengalami kemunduran dalam
kinerjanya, maka masing-masing golongan yang ada dalam masyarakat
akan berjuang untuk memperoleh hak, serta akan memenuhi aspirasi
sebagai kepentingan yang syah, maka demikian akan timbul
kebangkitan etnik, dan lebih jauhnya lagi akan terjadi suatu gejolak di
masyarakat.

Berikut ini beberapa pengertian tentang integrasi Menurut Claude Ake


(dalam Nazaruddin Syamsuddin, Integrasi dan Ketehanan Nasional di
Indonesia (Lemhanas, Jakarta 1994, hal3), integrasi nasional pada
dasarnya mencakup dua masalah pokok, yaitu:

1. Bagaimana membuat rakyat tunduk dan patuh kepada


tuntutan-tuntutan negara, yang mencakup perkara
pengakuan rakyat terhadap hak-hak yang dimiliki negara.
2. Bagaimana meningkatkan konsensus normatif yang
mengatur prilaku politik setiap anggota masyarakat,
konsensus ini tumbuh dan berkembang diatas nilai-nilai
dasar yang dimiliki bangsa secara keseluruhan.
Sedangkan menurut pakar sosiologi, Manrice Duverger dalam bukunya,
mengatakan sebagai berikut,Integrasi didefinisikan sebagai
dibangunnya interdependensi yang lebih rapat antara bagian-bagian
antara organisme hidup atau antara nggota-anggota dalam masarakat
sehingga integrasi adalah proses mempersatukan masyarakat,yang
cenderung membuatnya menjadi suatu kata yang harmonis yang
didasarkan pada tatanan yang oleh angota-anggotanya dianggap sama
harminisnya.Dari dua pengertian tersebut diatas pada hakekatnya
integrasi merupakan upaya politik/ kekuasaan untuk menyatukan semua
unsur masyarakat yang majemuk harus tunduk kepada aturan-aturan
kebijakan politik yang dibangun dari nilai-nilai kultur yang ada dalam
masyarakat majemuk tadi, sehingga terjadi kesepakatan bersama dalam
mencapai tujuan-tujuan nasional di masa depan untuk kepentingan
bersama. Proses integrasi disebabkan adanya, kebersamaan sejarah,
ada ancaman dari luar yang dapat mengganggu keutuhan NKRI, adanya
kesepakatan pemimpin, homogenitas social budaya serta agama,dan
adanya saling ketergantungan dalam bidang politik dan
ekonomi.Nazarudin berpendapat istilah integrasi nasional merujuk
kepada perpaduan seluruh unsur dalam rangka melaksanakan
kehidupan bangsa, meliputi social, budaya, dan ekononi. Maka
pengertian integrasi nasional adalah menekankan pada persatuan
persepsi dan prilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

2.3.2 Dimensi Integrasi


Integrasi mempunyai dua dimensi, antara lain: integrasi horizontal dan
integrasi vertikal. Dimensi vertikal dalam integrasi nasional bertujuan
mengintegrasikan persepsi dan prilaku elite dan masa dengan cara
menghilangkan, mengurangi perbedaan kesenjangan antara kelompok
yang berpengaruh dengan yang dipengaruhi. Sedangkan dimensi
horizontal mengintegrasikan antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat, dengan cara menjembatani perbedaan perbedaan yang
ditimbulkan oleh factor-faktor teritorial/ kultur dengan mengurangi
kesenjangan yang ditimbulkan oleh factor-faktor tersebut.

Nazaruddin Sjamsudin mengatakan Integrasi lazim dikonsepsikan


sebagai suatu proses ketika kelompok sosial tertentu dalam masyarakat
saling menjaga keseimbangan untuk mewujudkan kedekatan hubungan-
hubungan social, ekonomi, politik. Kelompok-kelompok sosial tersebut
bisa terwujud atas dasar agama dan kepercayaan, suku, ras dan kelas.
Konsepsi tersebut mengisyaratkan bahwa integrasi tercipta melalui
proses interaksi dan komunikasi yang intensif (dengan tetap mengakui
adanya perbedaan. Kemudian jalan menuju proses intagrasi tidak selalu
lancar atau mulus seringkali menemukan hambatan-hambatan , itu jelas
ada seperti adanya primordialisme, suku, ras, agama dan bahasa.
Dalam setiap kebijakan pemerintah selalu ada reaksi setuju dan tidak
setuju, hal tersebut adalah wajar apabila suatu negara dibentuk dari
suatu masyarakat yang majemuk, ada yang merasa diuntungkan dan
ada yang merasa dirugikan okeh kebijakan tersebut. Kelompok yang
merasa dirugikan dengan adanya kebijakan tersebut akan merasa tidak
puas maka kelompok tersebut akam menyalurkan kekecewaannya
dalam masyarakat melalui kelompok-kelompok yang ada
didalammya.Integrasi masyarakat dalam negara dapat tercapai apabila :

1. Terciptanya kesepakatan dari sebagian besar anggotanya


terhadap nilai-nilai social tertentu yang bersifat fundamental
dan krusial
2. Sebagian besar anggotanya terhimpun dalam berbagai
unit socialyang saling mengawasi dalam aspek-aspek sosial
yang potensial.
3. Terjadinya saling ketergantungan diantara kelompok-
kelompok sosial yang terhimpun didalam pemenuhan
kebutuhan ekonomi secara menyeluruh
2.3.3 Faktor Pendorong dan Penghambat serta
Contoh Integrasi Nasional
2.3.3.1 Faktor-faktor pendorong integrasi nasional
sebagai berikut:
1. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan
seperjuangan.
2. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia
sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928.
3. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia,
sebagaimana dibuktikan perjuangan merebut, menegakkan,
dan mengisi kemerdekaan.
4. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan
Negara, sebagaimana dibuktikan oleh banyak pahlawan
bangsa yang gugur di medan perjuangan.
5. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan
Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945, bendera
Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa
kesatuan bahasa Indonesia.
6. Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda
Pancasila, dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
7. Pengembangan budaya gotong royong yang merupakan
ciri khas kepribadian bangsa Indonesia secara turun
temurun.
2.3.3.2 Faktor-faktor penghambat integrasi nasional
sebagai berikut:
1. Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam
faktor-
faktor kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya,
bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan sebagainya.

2. Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang
dikelilingi oleh lautan luas.

3. Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan


gangguan yang merongrong keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa,
baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

4. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan


dan hasil-hasil pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak puas
dan keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar
golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan
unjuk rasa.

5. Adanya paham etnosentrisme di antara beberapa suku bangsa


yang menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap
rendah budaya suku bangsa lain.
6. Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya
asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa, baik melewati
kontak langsung maupun kontak tidak langsung. Kontak langsung,
antara lain melalui unsur-unsur pariwisata, sedangkan kontak tidak
langsung, antara lain melalui media cetak (majalah, tabloid), atau media
elektronik (televisi, radio, film, internet, telepon seluler yang mempunyai
fitur atau fasilitas lengkap). Hal itu akan berdampak adanya westernisasi
atau gaya hidup kebarat-baratan/meniru gaya hidup orang Eropa atau
Amerika, pergaulan bebas, penyalahgunaan narkotika, minum minuman
keras, dan sebagainya.

Contoh-contoh untuk mendukung terwujudnya integrasi nasional yang


dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Pertukaran pelajar antarprovinsi se-Indonesia.


2. Pengiriman misi kebudayaan dari para pelajar ke berbagai
daerah di Indonesia.
3. Mengadakan festival seni dan budaya antarpelajar se-
Indonesia.
4. Mengadakan perlombaan antarpelajar se-Indonesia untuk
lebih mengenalkan budaya lokal masing-masing daerah
kepada seluruh rakyat Indonesia
Contoh wujud integrasi nasional yang telah dilakukan Indonesia, antara
lain sebagai berikut:

1. Pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta oleh


Pemerintah Republik Indonesia yang diresmikan pada tahun 1976. Di
kompleks Taman Mini Indonesia Indah terdapat anjungan dari semua
propinsi di Indonesia (waktu itu ada 27 provinsi). Setiap anjungan
menampilkan rumah adat beserta aneka macam hasil budaya di provinsi
itu, misalnya adat, tarian daerah, alat musik khas daerah, dan
sebagainya.

2. Sikap toleransi antarumat beragama, walaupun agama kita berbeda


dengan teman, tetangga atau saudara, kita harus saling menghormati.

3. Sikap menghargai dan merasa ikut memiliki kebudayan daerah lain,


bahkan mau mempelajari budaya daerah lain, misalnya masyarakat
Jawa atau Sumatra, belajar menari legong yang merupakan salah satu
tarian adat Bali. Selain anjungan dari semua propinsi di Indonesia, di
dalam komplek Taman Mini Indonesia Indah juga terdapat bangunan
tempat ibadah dari agama-agama yang resmi di Indonesia, yaitu masjid
(untuk agama Islam), gereja (untuk agama Kristen dan Katolik), pura
(untuk agama Hindu) dan wihara (untuk agama Buddha). Perlu
diketahui, bahwa waktu itu agama resmi di Indonesia baru 5 (lima)
macam.

4. Diadakan Pekan Olahraga Nasional (PON), yaitu perlombaan bidang


olahraga tingkat nasional yang diselenggarakan setiap 4 (empat) tahun
sekali. Melalui Pekan Olahraga Nasional akan terpupuk persatuan
Indonesia dan menggali potensi para atlet daerah untuk dapat
berkembang mewakili negara di tingkat internasional.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Bangsa adalah adalah suatu masyarakat yang berdiri sendiri dan
masing-masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu
kesatuan ras, bahasa, agama, dan adat istiadat dalam suatu daerah
yang sama dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai
suatu kekuasaan tertinggi keluar dan kedalam

2) Negara adalah negara adalah organisasi di suatu wilayah yang


mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah ditaati rakyatnya atau juga
dapat diartikan sebagai kelompok sosial yang menduduki wilayah atau
daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan
pemerintah yang efektif, mempunyai satu kesatuan politik, berdaulat
sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.

3) Integrasi Nasional adalah proses mempersatukan masyarakat,yang


cenderung membuatnya menjadi suatu kata yang harmonis yang
didasarkan pada tatanan yang oleh angota-anggotanya dianggap sama
harminisnya. Integrasi Nasional sangat penting diterapkan dalam negara
Indonesia mengingat beragamnya masyarakat Indonesia sehingga
rentan terjadi konflik yang rentan memicu perpecahan. Disini Integrasi
Nasional berperan penting sebagai alat pemersatu dan peredam konflik
tersebut agar tidak sampai menyebabkan perpecahan
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terlesainya
Makalah ini. Shalawat dan Salam tak lupa pula kita sampaikan kepada penghulu alam
yaitu Nabi kita Muhammad Saw.

Makalah ini memberikan perhatian yang besar terhadap Ilmu Agama. Oleh
karena itu, selain menyajikan materi yang dikehendaki kurikulum, makalah ini juga
menyajikan aplikasi dari Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari.

Makalah ini disajikan secara sistematis dan mempermudah untuk


mempelajarinya.

Terimakasih atas perhatian kepada pembaca, kami mohon atas saran dan kritik
yang membangun terhadap kami nanti demi kesempurnaan makalah kami ini.

Hormat kami

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
..........................................................................................................................
Daftar Isi
......................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
........................................................................

BAB II : POKOK PEMBAHASAN


2.1.Hakikat Bangsa .
2.1.1 Pengertian Bangsa .

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan
..........................................................................................................

B. Saran..................................................................................................
................

Daftar Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai