Anda di halaman 1dari 10

Nama : Ayuning Tias

Kelas :I
Npm : 20300097
Mk : Hukum Tata Negara

PEMAHAMAN TENTANG NEGARA DAN


HUBUNGAN LUAR NEGERI

A. Definisi Negara

Negara adalah sebuah organisasi atau badan tertinggi yang memiliki kewenangan untuk
mengatur perihal yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas serta memiliki
kewajiban untuk mensejahterakan, melindungi dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pengertian Negara menurut Ahli

1. John Locke dan Rousseau, negara merupakan suatu badan atau organisasi hasil dari
perjanjian masyarakat.
2. Max Weber, negara adalah sebuah masyarakat yang memiliki monopoli dalam
penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam wilayah tertentu.
3. Mac Iver, sebuah negara harus memiliki tiga unsur poko, yaitu wilayah, rakyat, dan
pemerintahan.
4. Roger F.Soleau, negara adalah alat atau dalam kata lain wewenang yang
mengendalikan dan mengatur persoalan-persoalan yang bersifat bersama atas nama
masyarakat.
5. Prof. Mr. Soenarko, Negara adalah organisasi masyarakat yang mempunyai daerah
tertentu dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai suatu kedaulatan.
6. Prof. Miriam Budiardjo memberikan pengertian Negara adalah organisasi dalam suatu
wilayah dapat memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua
golongankekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan
bersama itu. Jadi Negara adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu
dan diorganisasi oleh pemerintah negara yang sah, yang umumnya mempunyai
kedaulatan (keluar dan ke dalam).

Pengertian negara dapat ditinjau dari empat sudut yaitu:

1. Negara sebagai organisasi kekuasaan

Negara adalah alat masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan
antara manusia dalam masyarakat tersebut. Pengertian ini dikemukakan oleh Logemann dan
Harold J. Laski. Logemann menyatakan bahwa negara adalah organisasi kekuasaan yang
bertujuan mengatur masyarakatnya dengan kekuasaannya itu. Negara sebagai organisasi
kekuasaan pada hakekatnya merupakan suatu tata kerja sama untuk membuat suatu kelompok
manusia berbuat atau bersikap sesuai dengan kehendak negara itu.
2. Negara sebagai organisasi politik

Negara adalah asosiasi yang berfungsi memelihara ketertiban dalam masyarakat


berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang diberi
kekuasaan memaksa. Dari sudut organisasi politik, negara merupakan integrasi dari
kekuasaan politik atau merupakan organisasi pokok dari kekuasaan politik. Sebagai
organisasi politik negara Bidang Tata Negara berfungsi sebagai alat dari masyarakat yang
mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan antar manusia dan sekaligus menertibkan
serta mengendalikan gejala–gejala kekuasaan yang muncul dalam masyarakat. Pandangan
tersebut nampak dalam pendapat Roger H. Soltou dan Robert M Mac Iver. Dalam bukunya
“The Modern State”, Robert M Mac Iver menyatakan : “Negara ialah persekutuan manusia
(asosiasi) yang menyelenggarakan penertiban suatu masyarakat dalam suatu wilayah
berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh pemerintah yang dilengkapi kekuasaan
memaksa. Menurut RM Mac Iver, walaupun negara merupakan persekutuan manusia, akan
tetapi mempunyai ciri khas yang dapat digunakan untuk membedakan antara negara dengan
persekutuan manusia yang lainnya. Ciri khas tersebut adalah : kedualatan dan keanggotaan
negara bersifat mengikat dan memaksa.

3. Negara sebagai organisasi kesusilaan

Negara merupakan penjelmaan dari keseluruhan individu. Menurut Friedrich Hegel :


Negara adalah suatu organisasi kesusilaan yang timbul sebagai sintesa antara kemerdekaan
universal dengan kemerdekaan individu. Negara adalah organisme dimana setiap individu
menjelmakan dirinya, karena merupakan penjelmaan seluruh individu maka negara memiliki
kekuasaan tertinggi sehingga tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi dari negara.
Berdasarkan pemikirannya, Hegel tidak menyetujui adanya : Pemisahan kekuasaan karena
pemisahan kekuasaan akan menyebabkan lenyapnya negara. Pemilihan umum karena negara
bukan merupakan penjelmaan kehendak mayoritas rakyat secara perseorangan melainkan
kehendak kesusilaan. Dengan memperhatikan pendapat Hegel tersebut, maka ditinjau dari
organisasi kesusilaan, negara dipandang sebagai organisasi yang berhak mengatur tata tertib
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, sementara manusia sebagai penghuninya
tidak dapat berbuat semaunya sendiri.

4. Negara sebagai integrasi antara pemerintah dan rakyat

Negara sebagai kesatuan bangsa, individu dianggap sebagai bagian integral negara
yang memiliki kedudukan dan fungsi untuk menjalankan negara. Menurut Prof. Soepomo,
ada 3 teori tentang pengertian negara:
1) Teori Perseorangan (Individualistik)
Negara adalah merupakan sauatu masyarakat hukum yang disusun berdasarkan perjanjian
antar individu yang menjadi anggota masyarakat. Kegiatan negara diarahkan untuk
mewujudkan kepentingan dan kebebasan pribadi. Penganjur teori ini antara lain : Thomas
Hobbes, John Locke, Jean Jacques Rousseau, Herbert Spencer, Harold J Laski.
2) Teori Golongan (Kelas)
Negara adalah merupakan alat dari suatu golongan (kelas) yang mempunyai kedudukan
ekonomi yang paling kuat untuk menindas golongan lain yang kedudukan ekonominya lebih
lemah. Teori golongan diajarkan oleh : Karl Marx, Frederich Engels, Lenin
3) Teori Intergralistik (Persatuan)
Negara adalah susunan masyarakat yang integral, yang erat antara semua golongan, semua
bagian dari seluruh anggota masyarakat merupakan persatuan masyarakat yang organis.
Negara integralistik merupakan negara yang hendak mengatasi paham perseorangan dan
paham golongan dan negara mengutamakan kepentingan umum sebagai satu kesatuan. Teori
persatuan diajarkan oleh : Bendictus de Spinosa, F. Hegel, Adam Muller

Unsur-unsur Negara

1. Penduduk

Penduduk merupakan warga negara yang memiliki tempat tinggal dan juga memiliki
kesepakatan diri untuk bersatu. Warga negara adalah pribumi atau penduduk asli Indonesia
dan penduduk negara lain yang sedang berada di Indonesia untuk tujuan tertentu.

2. Wilayah
Wilayah adalah daerah tertentu yang dikuasai atau menjadi teritorial dari sebuah
kedaulatan. Wilayah adalah salah satu unsur pembentuk negara yang paling utama. Wilaya
terdiri dari darat, udara dan juga laut-laut.

3. Pemerintah
Pemerintah merupakan unsur yang memegang kekuasaan untuk menjalankan roda
pemerintahan.

4. Kedaulatan
Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi yang untuk membuat undang-undang dan
melaksanakannya dengan semua cara.

Disamping ketiga unsur pokok (konstitutif) tersebut masih ada unsur tambahan
(disebut unsur deklaratif) yaitu berupa Pengakuan dari negara lain. Unsur negara tersebut
diatas merupakan unsur negara dari segi hukum tata negara atau organisasi negara

Fungsi Negara

a. Fungsi Pertahanan dan Keamanan


Negara wajib melindungi unsur negara(rakyat, wilayah, dan pemerintahan)
dari segala ancaman, hambatan, dan gangguan, serta tantangan lain yang berasal dari
internal atau eksternal. Contoh: TNI menjaga perbatasan negara
b. Fungsi Keadilan
Negara wajib berlaku adil dimuka hukum tanpa ada diskriminasi atau
kepentingan tertentu. Contoh: Setiap orang yang melakukan tinfakan kriminal
dihukum tanpa melihat kedudukan dan jabatan.
c. Fungsi Pengaturan dan Keadilan
Negara membuat peraturan-perundang-undangan untuk melaksanakan
kebijakan dengan ada landasan yang kuat untuk membentuk tatanan kehidupan
bermasyarakat, berbangsan dan juga bernegara.
d. Fungsi Kesejahteraan dan Kemakmuran
Negara bisa mengeksplorasi sumber daya alam yang dimiliki untuk
meningkatkan kehidupan masyarakat agar lebih makmur dan sejahtera.

Sifat Negara

3. Sifat memaksa
Negara dapat memaksakan kehendak melalui hukum atau kekuasaan. Negara memiliki
kekuasaan memaksa agar masyarakat tunduk dan patuh terhadap negara tanpa tidak ada
pemaksaan fisik
Hak negara ini memiliki sifat legal agar tercipta tertib di masyarakat dan tidak ada ersama
anarki. Paksaan fisik dapat dilakukan terhadap hak milik
2. Sifat monopoli
Negara menetapkan tujuan ersama dalam masyarakat. Negara dapat menguasai hal-hal seperti
sumberdaya penting untuk kepentingan orang banyak. Negara mengatasi paham individu dan
kelompok.
3. Sifat totalitas
Semua hal tanpa pengecualian menjadi wewenang negara.

Tujuan Negara

Miriam Budiharjo(2010) menyatakan bahwa Negara dapat dipandang sebagai asosiasi


manusia yang hidup dan bekerjasama untuk mengejar beberapa tujuan bersama. Dapat
dikatakan bahwa tujuan akhir setiap negara adalah menciptaka kebahagiaan bagi rakyatnya.

Sedangkan tujuan Negara Indonesia adalah yang tertulis dalam pembukaan UUD
1945 alinea ke empat;
a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
b. Memajukan kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia

Asal Mula Terjadinya Negara


Berdasarkan kenyataan, negara terjadi karena sebab-sebab :

 Ocupatie - Pendudukan yaitu suatu wilayah yang diduduki oleh sekelompok manusia
 Separatie - Pelepasan, yaitu suatu daerah yang semual menjadi wilayah daerah
tertentu kemudaia melepaskan diri
 Peleburan, yaitu bebrapa negara meleburkan diri menjadi satu
 Pemecahan, yaitu lenyapnya suatu negara dan munculnya negara baru
Berdasarkan teori, negara terjadi karena

 Teori Ketuhanan, yaitu negara ada karena adanya kehendak Tuhan


 Teori Perjanjian masyarakat, yaitu negara ada karena adanya perjanjian individu-
individu (contrac social)
 Teori Kekuasaan, yaitu negara terbentuk karena adanya kekuasaan / kekuatan
 Teori Hukum Alam, yaitu negara ada karena adanya keinginan untuk memenuhi
kebutuhan manusia yang bermacam-macam.

Bentuk Negara
Berikut adalah bentuk negara yang ada di dunia

 Negara Kesatuan
 Negara Serikat
 Perserikatan Negara (Konfederasi)
 Uni, dibagi menjadi 2 yaitu Uni Riil dan Uni Personil
 Dominion
 Koloni
 Protektorat
 Mandat
 Trust

B. Hubungan Luar Negeri

Hubungan Luar Negeri adalah setiap kegiatan yang menyangkut aspek regional
dan internasional yang dilakukan oleh Pemerintah di tingkat pusat dan daerah, atau
lembaga-lembaganya, lembaga negara, badan usaha, organisasi politik, organisasi
masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau warga negara Indonesia. Hubungan
antara satu negara dengan negara lain Bisa berupa: hubungan politik, persahabatan,
perdagangan dll

Dalam menjalankan kegiatan politik internasional, Indonesia melakukan cara


yaitu dengan melakukan kerjasama dengan negara yang ada di dunia, sehingga Indonesia
membuat konsep Lingkaran konsentris politik luar negeri. Lingkaran konsentris
merupakan pembagian regional hubungan luar negeri yang dianggap mampu menjadi
acuan Indonesia untuk melakukan hubungan internasional. Lingkaran konsentris juga
dapat didefinisakan sebagai dua lingkaran atau lebih yang memiliki pusat yang sama. Dua
lingkaran atau lebih tersebut dapat diartikan bahwa Indonesia dapat menjalin kerjasama
dengan dua negara atau lebih agar dapat mewujudkan kepentingan nasional bangsa
Indonesia. 

Perjanjian Internasioanl
Traktat atau perjanjian internasional adalah sebuah perjanjian yang dibuat di
bawah hukum internasional oleh beberapa pihak yang utamanya adalah negara, walaupun
ada juga perjanjian yang melibatkan organisasi internasional. Traktat merupakan salah
satu sumber hukum internasional. Traktat merupakan salah satu sumber hukum
internasional. Hal-hal yang terkait dengan perjanjian internasional diatur dalam Konvensi
Wina tentang Hukum Perjanjian tahun 1969, dan sebagian dari isinya kini dianggap
melambangkan kebiasaan internasional sehingga menjadi norma hukum internasional
yang mengikat. Pada dasarnya praktik perjanjian internasional diatur oleh asas pacta sunt
servanda, yang berarti perjanjian tersebut mengikat semua pihak yang berjanji untuk
melaksanakan kewajibannya dengan iktikad baik.

Terdapat berbagai jenis perjanjian, seperti perjanjian bilateral yang melibatkan


dua negara dan perjanjian multilateral yang diikuti oleh lebih dari dua negara. Untuk
membuat suatu perjanjian, diperlukan proses perundingan, penerimaan, dan otentikasi
naskah perjanjian. Setelah itu negara dapat menyatakan iktikadnya untuk terikat dengan
suatu perjanjian melalui penandatanganan, ratifikasi, dan aksesi. Negara-negara juga
dapat membuat pensyaratan, yaitu pernyataan sepihak yang bertujuan meniadakan atau
mengubah dampak hukum dari ketentuan tertentu dalam suatu perjanjian, asalkan
pensyaratan tersebut diperbolehkan oleh perjanjian yang bersangkutan dan juga tidak
bertentangan dengan maksud dan tujuan dari perjanjian tersebut.

C. Dasar Hukum yang mengatur tentang Hubungan Luar Negri dan Perjanjian
Internasional.

UU 37 tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri dilandasi pemikiran bahwa


penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri memerlukan
ketentuan-ketentuan yang secara jelas mengatur segala aspek yang menyangkut sarana
dan mekanisme pelaksanaan kegiatan tersebut.

Kebijakan yang diatur dalam UU 37 tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri
diantaranya adalah:

a. Penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri, termasuk
sarana dan mekanisme pelaksanaannya, koordinasi di pusat dan perwakilan,
wewenang dan pelimpahan wewenang dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri
dan pelaksanaan politik luar negeri.
b. Ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok mengenai pembuatan dan pengesahan
perjanjian internasional, yang pengaturannya secara lebih rinci, termasuk kriteria
perjanjian internasional yang pengesahannya memerlukan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat, ditetapkan dengan undang-undang tersendiri.
c. Perlindungan kepada warga negara Indonesia, termasuk pemberian bantuan dan
penyuluhan hukum, serta pelayanan konsuler.
d. Aparatur hubungan luar negeri.

Undang-Undang Nomor 37 tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri disahkan


Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie pada tanggal 14 September 1999 di Jakarta. UU 37
tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri diundangkan Menteri Sekretaris Negara
Muladi pada tanggal 14 September 1999 di Jakarta.
Pertimbangan Undang-Undang Nomor 37 tahun 1999 tentang Hubungan Luar
Negeri adalah:

a. bahwa sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat,
pelaksanaan hubungan luar negeri didasarkan pada asas kesamaan derajat, saling
menghormati, saling tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing, seperti
yang tersirat di dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
b. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, salah satu tujuan
Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial;
c. bahwa untuk mewujudkan tujuan sebagaimana dimaksud pada pertimbangan huruf b,
Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia selama ini telah melaksanakan
hubungan luar negeri dengan berbagai negara dan organisasi regional maupun
internasional;
d. bahwa pelaksanaan kegiatan hubungan luar negeri, baik regional maupun
international, melalui forum bilateral atau multilateral, diabadikan pada kepentingan
nasional berdasarkan prinsip politik luar negeri yang bebas aktif;
e. bahwa dengan makin meningkatnya hubungan luar negeri dan agar prinsip politik luar
negeri sebagaimana dimaksud pada pertimbangan huruf d dapat tetap terjaga, maka
penyelenggaraan hubungan luar negeri perlu diatur secara menyeluruh dan terpadu
dalam suatu Undang-undang;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut huruf a, b, c, d, dan e perlu dibentuk
Undang-undang tentang Hubungan Luar Negeri.

Dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri,
Indonesia terikat oleh ketentuan-ketentuan hukum dan kebiasaan internasional, yang
merupakan dasar bagi pergaulan dan hubungan antar negara. Oleh karena itu Undang-
undang tentang Hubungan Luar Negeri ini sangat penting artinya, mengingat Indonesia
telah meratifikasi Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik, Konvensi Wina
1963 tentang Hubungan Konsuler, dan Konvensi tentang Misi Khusus, New York 1969.

Undang-undang tentang Hubungan Luar Negeri merupakan pelaksanaan dari


ketentuan dasar yang tercantum di dalam Pembukaan dan Batang Tubuh Undang-Undang
Dasar 1945 dan Ketetapan-ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang berkenaan
dengan hubungan luar negeri. Undang-undang ini mengatur segala aspek
penyelenggaraan hubungan luar negeri dan palaksanaan politik luar negeri, termasuk
sarana dan mekanisme pelaksanaannya, perlindungan kepada warga negara Indonesia di
luar negeri dan aparatur hubungan luar negeri.

Pokok-pokok materi yang diatur di dalam Undang-undang ini adalah:

a. Penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri, termasuk
sarana dan mekanisme pelaksanaannya, koordinasi di pusat dan perwakilan,
wewenang dan pelimpahan wewenang dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri
dan pelaksanaan politik luar negeri.
b. Ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok mengenai pembuatan dan pengesahan
perjanjian internasional, yang pengaturannya secara lebih rinci, termasuk kriteria
perjanjian internasional yang pengesahannya memerlukan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat, ditetapkan dengan undang-undang tersendiri.
c. Perlindungan kepada warga negara Indonesia, termasuk pemberian bantuan dan
penyuluhan hukum, serta pelayanan konsuler.
d. Aparatur hubungan luar negeri.

Penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri


melibatkan berbagai lembaga negara dan lembaga pemerintah beserta perangkatnya. Agar
tercapai hasil yang maksimal, diperlukan adanya koordinasi antara lembaga-lembaga
yang bersangkutan dengan Departeman Luar Negeri. Untuk tujuan tersebut, diperlukan
adanya suatu peraturan perundang-undangan yang mengatur secara jelas serta menjamin
kepastian hukum penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar
negeri, yang diatur dalam Undang-undang tentang Hubungan Luar Negeri.
Undang-undang tentang Hubungan Luar Negeri ini memberikan landasan hukum
yang kuat penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri,
serta merupakan penyempurnaan terhadap peraturan-peraturan yang ada mengenai
beberapa aspek penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar
negeri.
UU 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional adalah manifestasi
pelaksanakan politik luar negeri yang diabdikan kepada kepentingan nasional, Pemerintah
Republik Indonesia melakukan berbagai upaya termasuk membuat perjanjian
internasional dengan negara lain, organisasi internasional, dan subjek-subjek hukumi
nternasional lain. Setiap undang-undang atau keputusan presiden tentang pengesahan
perjanjian internasional ditempatkan dalam Lembaga Negara Republik Indonesia.
UU 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional menjabarkan hubungan dan
perjanjian internasional dalam UUD 1945. Pembuatan dan pengesahan perjanjian
internasional sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 sangat singkat.
Selama ini Perjanjian Internasional memnggunakan surat Presiden Republik Indonesia
No. 2826/HK/1960 tanggal 22 Agustus 1960 tentang "Pembuatan Perjanjian-Perjanjian
dengan Negara Lain" dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan semangat reformasi.
UU 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional disusun dalam rangka
mencapai tujuan Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum di dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial, Pemerintah Negara Republik Indonesia, sebagai
bagian dari masyarakat internasional, melakukan hubungan dan kerja sama internasional
yang mewujudkan dalam perjanjian internasional.
Pembuatan perjanjian internasional dilakukan melalui tahap penjajakan,
perundingan perumusan naskah, penerimaan, dan penandatanganan. Penandatanganan
suatu perjanjian internasional merupakan persetujuan atas naskah perjanjian internasional
tersebut yang telah dihasilkan dan/atau merupakan pernyataan untuk mengikatkan diri
secara definitif sesuai dengan kesepakatan para pihak.
UU 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional mengganggap bahwa
pembuatan dan pengesahan perjanjian internasional antara Pemerintah Republik
Indonesia dan pemerintah negara-negara lain, organisasi internasional, dan subjek hukum
internasional lain adalah suatu perbuatan hukum yang sangat penting karena mengikat
negara pada bidang-bidang tertentu, dan oleh sebab itu pembuatan dan pengesahan suatu
perjanjian internasional harus dilakukan dengan dasar-dasar yang jelas dan kuat, dengan
menggunakan instrumen peraturan perundang-undangan yang jelas.
Pengesahan perjanjian internasional dilakukan dengan undang-undang apabila
berkenaan dengan :

1. masalah politik, perdamaian, pertahanan, dan keamanan negara;


2. perubahan wilayah atau penetapan batas wilayah negara Republik Indonesia;
3. kedaulatan atau hak berdaulat negara;
4. hak asasi manusia dan lingkungan hidup;
5. pembentukan kaidah hukum baru;
6. pinjaman dan/atau hibah luar negeri.

Pertimbangan dalam UU 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional adalah:

a. bahwa dalam rangka mencapai tujuan Negara Republik Indonesia sebagaimana


tercantum di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial, Pemerintah Negara Republik Indonesia, sebagai bagian dari masyarakat
internasional, melakukan hubungan dan kerja sama internasional yang mewujudkan
dalam perjanjian internasional.
b. bahwa ketentuan mengenai pembuatan dan pengesahan perjanjian internasional
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 sangat singkat, sehingga perlu
dijabarkan lebih lanjut dalam suatu peraturan perundang-undangan;
c. bahwa surat Presiden Republik Indonesia No. 2826/HK/1960 tanggal 22 Agustus
1960 tentang "Pembuatan Perjanjian-Perjanjian dengan Negara Lain" yang selama ini
digunakan sebagai pedoman untuk membuat dan mengesahkan perjanjian
internasional sudah tidak sesuai lagi dengan semangat reformasi;
d. bahwa pembuatan dan pengesahan perjanjian internasional antara Pemerintah
Republik Indonesia dan pemerintah negara-negara lain, organisasi internasional, dan
subjek hukum internasional lain adalah suatu perbuatan hukum yang sangat penting
karena mengikat negara pada bidang-bidang tertentu, dan oleh sebab itu pembuatan
dan pengesahan suatu perjanjian internasional harus dilakukan dengan dasar-dasar
yang jelas dan kuat, dengan menggunakan instrumen peraturan perundang-undangan
yang jelas pula;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c, dan d
perlu dibentuk Undang-undang tentang Perjanjian Internasional;

Dasar hukum UU 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional adalah:

1. Pasal 5 Ayat (1), Pasal 11, dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar 1945 dan
Perubahannya (1999);
2. Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3882);

Undang-undang tentang Perjanjian Internasional merupakan pelaksanaan Pasal


11 Undang-Undang Dasar 1945 yang memberikan kewenangan kepada Presiden
untuk membuat kewenangan kepada Presiden untuk membuat perjanjian internasional
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Ketentuan Pasal 11 Undang-undang
Dasar 1945 bersifat ringkas sehingga memerlukan penjabaran lebih lanjut. Untuk itu,
diperlukan suatu perangkat perundang-undangan yang secara tegas mendefinisikan
kewenangan lembaga eksekutif dan legislatif dalam pembuatan dan pengesahan
perjanjian internasional serta aspek-aspek lain yang diperlukan dalam mewujudkan
hubungan yang dinamis antara kedua lembaga tersebut.
Perjanjian internasional yang dimaksud dalam undang-undang ini adalah
setiap perjanjian di bidang hukum publik, diatur oleh hukum internasional, dan dibuat
oleh Pemerintah dengan negara, organisasi internasional, atau subjek hukum
internasional lain. Bentuk dan nama perjanjian internasional dalam praktiknya cukup
beragam, antara lain : treaty, convention, agreement, memorandum of understanding,
protocol, charter, declaration, final act, arrangement, exchange of notes, agreed
minutes, summary record, process verbal, modus vivendi, dan letter of intent. Pada
umumnya bentuk dan nama perjanjian menunjukkan bahwa materi yang diatur oleh
perjanjian tersebut memiliki bobot kerja sama yang berbeda tingkatannya. Namun
demikian, secara hukum, perbedaan tersebut tidak mengurangi hak dan kewajiban
para pihak yang tertuang di dalam suatu perjanjian internasional bagi perjanjian
internasional, pada dasarnya menunjukkan keinginan dan maksud pada pihak terkait
serta dampak politiknya bagi para pihak tersebut.
Sebagai bagian terpenting dalam proses pembuatan perjanjian, pengesahan
perjanjian internasional perlu mendapat perhatian mendalam mengingat pada tahap
tersebut suatu negara secara resmi mengikatkan diri pada perjanjian itu.
Dalam praktiknya, bentuk pengesahan terbagi dalam empat kategori, yaitu (a).
ratifikasi (ratification) apabila negara yang akan mengesahkan suatu perjanjian
internasional turut menandatangani naskah perjanjian (b). aksesi (accesion) apabila
negara yang mengesahkan suatu perjanjian internasional tidak turut menandatangani
naskah perjanjian. (c). penerimaan (acceptance) dan penyetujuan (approval) adalah
pernyataan menerima atau menyetujui dari negara-negara pihak pada suatu perjanjian
internasional atas perubahan perjanjian-perjanjian internasional berlaku setelah
penandatanganan.
D. Perjanjian Internasional yang sudah diratifikasi

Anda mungkin juga menyukai