Anda di halaman 1dari 15

Green Jobs Di Sektor Kehutanan : Upaya Penurunan Laju Deforestasi

dan Komitmen Indonesia Terhadap Perubahan Iklim Melalui Forest


And Other Land Uses (Folu) Net Sink 2030

Ayuning Tias, Alfito Rafif Amanda


Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
@ayuvrg2001@gmail.com

Abstrak
Kehutanan merupakan sektor yang menyumbang emisi terbesar di Indonesia. Tingginya emisi di sektor
kehutanan ini tidak lepas dari adanya praktik deforestasi yang mengancam hutan-hutan di indonesia hingga saat
ini. Dalam rangka menanggulangi emisi di sektor kehutanan ini pemerintah telah menggunakan pendekatan dan
kebijakan baru melalui forest and other land uses (FOLU) net sink 2030. Salah satu opsi yang dapat dilakukan
dan mempunyai pengaruh terhadap FOLU net sink 2030 serta untuk meminimalisir atau bahkan menghentikan
praktik deforestasi adalah melalui pekerjaan hijau. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi
pekerjaan hijau terhadap laju penurunan deforestasi di indonesia dan pengaruhnya terhadap FOLU net sink
2030. Penulisan artikel ini menggunakan metode penelitian normatif dan menggunakan pendekatan konseptual.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pekerjaan hijau sangat berpotensi untuk menurunkan laju
deforestasi di hutan-hutan indonesia serta berpengaruh terhadap komitmen indonesia dalam upaya mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim melalui kebijakan FOLU net sink 2030.
Kata kunci: Deforestasi; FOLU Net Sink 2030; Pekerjaan Hijau.

Abstract
Forestry is the sector that contributes the largest emission in Indonesia. The high emission in the forestry sector cannot be
separated from the existence of deforestation practices that threaten the forests in Indonesia to date. In order to tackle
emissions in the forestry sector, the government has adopted a new approach and policy through forest and other land uses
(FOLU) net sink 2030. One option that can be done and has an impact on FOLU net sink 2030 is to minimize or even stop
deforestation practices. is through green work. The purpose of this study was to determine the potential for green jobs to
reduce deforestation rates in Indonesia and their effect on the 2030 FOLU net sink. The writing of this article uses a
normative research method and uses a conceptual approach. The results of this study indicate that green work has the
potential to reduce the rate of deforestation in Indonesia's forests and affect Indonesia's commitment to climate change
mitigation and adaptation through the FOLU net sink 2030 policy.

Keywords: Deforestation; FOLU Net Sink 2030; Green Jobs.

A. PENDAHULUAN

Pada November tahun 2021 lalu telah diadakan Conference of the parties ke 26

(COP26) yang dilaksanakan di Glasgow, Skotlandia. COP26 atau konferensi perubahan iklim

ke 26 merupakan pengambil keputusan tertinggi dari United Nations Framework Convention

on Climate Change (UNFCCC) yang bertemu setiap tahun untuk mengevaluasi kebijakan

iklim setiap negara dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. COP26 ini dihadiri

oleh 197 negara dan menghasilkan tiga kesepakatan yaitu menghentikan pembangkit listrik

energi batubara secara bertahap, terus menjaga suhu bumi tidak naik 1,5 Celsius, serta

1
mempercepat mitigasi krisis iklim dengan meninjau komitmen penurunan emisi 2030 dalam

Nationally Determined Contributions (NDC) tiap negara pada tahun 2022.1

Indonesia mengirimkan kembali dokumen NDC paling baru (Updated NDC) dengan

komitmen yang sama seperti NDC sebelumnya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca

sebesar 29% dengan usaha sendiri dan 41% dengan dukungan internasional dengan skenario

Business as Usual (BAU). Indonesia juga telah mengirimkan dokumen Long-Term Strategy for

Low Carbon and Climate Resilience (LTS-LCCR) 2050 yang merupakan visi jangka panjang

pembangunan rendah karbon dan berketahanan iklim dimana salah satu kebijakan yang

dilakukan oleh pemerintah dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim adalah

penyerapan karbon bersih di sektor kehutanan dan lahan (FOLU Net Sink) pada tahun 2030.

Data Climate Watch di tahun 2018 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk 10 besar

negara penyumbang emisi gas rumah kaca. Tercatat emisi gas rumah kaca yang dihasilkan

Indonesia sebesar 1703,86 MtCO₂e atau setara 3,4 persen dari emisi dunia. 2 Sektor kehutanan

menjadi sektor penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di Indonesia. Hal ini terjadi

akibat masih seringnya praktik deforestasi di Indonesia dan deforestasi ini selalu terjadi di

setiap tahun. Deforestasi yang terjadi di indonesia akan menyebabkan lepasnya beberapa

emisi gas rumah kaca yang disimpan di dalam pohon ke atmosfer, sehingga laju deforestasi

yang semakin tinggi ini mengakibatkan emisi gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer

pun juga semakin besar jumlahnya.3 Pemerintah melalui kementerian lingkungan hidup dan

kehutanan (KLHK) mengklaim bahwa terjadi penurunan laju deforestasi sebesar 75% pada

periode tahun 2019-2020 sebesar 115 ribu hektare,4 meskipun terjadi penurunan laju

deforestasi tetapi faktanya sampai dengan saat ini deforestasi masih terus terjadi di hutan-

hutan Indonesia.

1
Forest Digest (2021), COP26 selesai. Apa hasilnya?. diakses melalui
https://www.forestdigest.com/detail/1433/hasil-cop26, pada 10 Juni 2022.
2
Climate Watch (2018), Total Including Land Use Change and Forestry, diakses melalui
https://www.climatewatchdata.org/ghg-emissions?end_year=2018&sectors=total-including-lucf&start_year=1990,
pada 10 Juni 2022.
3
Dewi, R, & Maruf, A (2017). Analisis Penciptaan Green Jobs (Pekerjaan Hijau) di Indonesia Menggunakan
Model Skenario Investasi Hijau. Journal of Economics Research and Social Sciences, journal.umy.ac.id, hlm. 54.
4
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Laju Deforestasi Indonesia Turun 75, 03%, diakses
melalui https://www.menlhk.go.id/site/single_post/3645/laju-deforestasi-indonesia-turun-75-03, pada 10 Juni
2022.

2
Dalih pertumbuhan ekonomi selalu menjadi alasan utama pemerintah untuk terus

mendorong industri-industri ekstraktif yang merupakan salah satu faktor terjadinya

deforestasi di Indonesia, terutama dalam pemulihan kondisi ekonomi pasca pandemi Covid-

19. Faktor-faktor yang menyebabkan deforestasi di Indonesia antara lain di sebabkan oleh

ekspansi perkebunan kelapa sawit, Hutan Tanaman Industri (HTI) pulp and paper, dan

pertambangan batubara. Ketiga industri ektraktif ini yang kemudian menyebabkan

deforestasi besar-besaran di Indonesia. Faktor-faktor dibalik terjadinya deforestasi ini pun

berkembang meliputi faktor-faktor sosial, ekonomi dan politik yang kemudian mendominasi

semakin meluasnya skala pemanfaatan sumber daya alam sehingga memicu penguasaan

dan pembukaan lahan dan berdampak pada berkurangnya tutupan hutan dan terjadinya

deforestasi.

Salah satu upaya untuk menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi dan

pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan adalah melalui green jobs

(pekerjaan hijau). Green jobs merupakan suatu pekerjaan yang dianggap ramah dan

berwawasan lingkungan dengan tujuan untuk menyelamatkan bumi, melestarikan alam,

dan mengurangi dampak perubahan iklim serta mengurangi emisi gas rumah kaca. 5 Dalam

konsep Hukum Lingkungan, green jobs merupakan implementasi dari Sustainable

Development Goals (SDGs)6 dalam tujuan 8 dan tujuan 9 yaitu untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan serta pekerjaan

yang layak pada tahun 2030. Tentunya green jobs juga dapat berkontribusi di tengah upaya

Indonesia dalam menurunkan angka deforestasi, serta diharapkan tercapainya net sink di

sektor kehutanan dan lahan (FOLU Net Sink) pada tahun 2030.

Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka akan dibahas lebih lanjut mengenai

penerapan green jobs dalam menanggulangi praktik derorestasi di Indonesia serta implikasi

terhadap Forest and Other Land Uses (FOLU) Net Sink 2030. Oleh karena itu, dapat ditarik

suatu permasalahan yaitu: Bagaimana potensi green jobs dalam upaya penurunan laju

deforestasi di Indonesia serta bagaimana pengaruh green jobs terhadap kebijakan Forest and

Other Land Uses (FOLU) Net Sink 2030?


5
Dewi, R, & Maruf, A (2017). Analisis Penciptaan Green Jobs (Pekerjaan Hijau) di Indonesia Menggunakan
Model Skenario Investasi Hijau. Journal of Economics Research and Social Sciences, journal.umy.ac.id, hlm. 57.
6
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan rencana aksi global yang berlaku sejak 2016 hingga 2030
dan termuat 17 tujuan dan 169 target, guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi
lingkungan.

3
B. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian hukum normatif dan

menggunakan pendekatan konseptual (conseptual approach). Penulis menggunakan

pendekatan ini karena untuk membangun argumentasi dan untuk memecahkan

permasalahan hukum yang `dihadapi penulis harus mempelajari asas-asas hukum, kaidah

hukum, teori dan doktrin hukum.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Potensi Green Jobs Terhadap Laju Penurunan Deforestasi di Indonesia

Gagasan “Green Jobs” dibangun atas paradigma global bahwa untuk menciptakan

lapangan kerja, kesehateraan ekonomi, dan transisi menuju ekonomi rendah karbon dapat

berjalan beriringan. Oleh karena itu, penciptaan green jobs memiliki kausalitas dengan green

economy (ekonomi hijau) sehingga dapat menciptakan ekonomi yang bertujuan mengurangi
7
risiko lingkungan dan kerusakan ekologis. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)

mendefinisikan green jobs sebagai penciptaan lapangan perkerjaan yang layak secara

ekonomi dan dapat memangkas penggunaan energi dan bahan baku (dematerialize economy),

memangkas emisi gas rumah kaca (decarbonize economy), mengurangi limbah dan polusi,

melindungi dan memperbaiki kualitas lingkungan serta mampu beradaptasi dengan


8
perubahan lingkungan.

Berdasarkan definisi tersebut, apabila green jobs dapat diterapkan di Indonesia

terutama di sektor kehutanan maka akan sangat berkontribusi dalam menurunkan angka

deforesrasi yang selalu terjadi setiap tahunnya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS),
9
tercatat data deforestasi pada periode 2019-2020 mencapai 115,4 ribu hektare. Angka

tersebut memang menurun dari tahun-tahun sebelumnya yang mencapai lebih dari 400 ribu

7
Lee, T, & Heijden, J van der (2019). Does the knowledge economy advance the green economy? An evaluation of
green jobs in the 100 largest metropolitan regions in the United States. Energy & Environment,
journals.sagepub.com, hlm. 2.
8
ILO, (2008). Green Job: Towards decent work in a sustainable, low-carbon world. Washington,: United Nations
Environment Programme UNEP, ILO, IOE, ITUC.
9
Badan Pusat Statistik (2022), Angka Deforestasi Netto Indonesia di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan Tahun
2013-2019, diakses melalui https://www.bps.go.id/statictable/2019/11/25/2081/angka-deforestasi-netto-indonesia-
di-dalam-dan-di-luar-kawasan-hutan-tahun-2013-2019-ha-th-.html
pada 11 Juni 2022.

4
hektare dalam 5 tahun terakhir. Angka deforestasi yang masih tergolong tinggi tersebut

tentunya akan menyebabkan hilangnya lahan hutan dalam skala besar yang pada akhirnya

berdampak buruk terhadap keberlanjutan lingkungan maupun kehidupan sosial baik di

masa sekarang ataupun di masa yang akan datang.

Hasil analisis Forest Watch Indonesia pada tahun 2018 menemukan sekitar 72%

deforestasi yang terjadi di Sumatera Utara, Kalimantan Timur, dan Maluku Utara
10
merupakan daerah yang telah dibebani izin pengelolaan. Deforestasi dalam skala besar

yang terjadi di tiga Provinsi tersebut disebabkan oleh industri ektraktif seperti HTI pulp and

paper, perkebunan kelapa sawit, dan pertambangan batubara. Ketiga industri ektraktif ini

memang menguntungkan dari segi ekonomi, namun disisi lain ketiga industri ektraktif ini

juga menyebabkan kerusakan lingkungan akibat dari deforestasi. Deforestasi yang terjadi di

tiga Provinsi ini telah menyebabkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, tanah longsor,

kekeringan serta hilangnya habitat bagi satwa.

Praktik deforestasi di Indonesia sebenarnya merupakan representasi dari paradigma

antroposentrisme yang bertolak dari keserakahan manusia dalam memanfaatkan sumber

daya alam. Antroposentrisme merupakan teori etika lingkungan hidup yang memandang

manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta, sehingga alam hanya dilihat sebagai obyek
11
belaka, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia. Paradigma

antroposentrisme ini menyebabkan manusia mengekploitasi sumber daya alam hanya demi

memenuhi kepentingannya dan mengutamakan profit serta tidak pernah memperdulikan

kelestarian alam. Hal inilah yang terjadi dalam sistem ekonomi di Indonesia saat ini, dimana

aspek ekologi dan lingkungan selalu dikesampingkan dan industri ektraktif terus didorong

sehingga hutan selalu dikorbankan dengan dalih demi pertumbuhan ekonomi.

Pada dasarnya, permasalahan deforestasi di Indonesia dapat diminimalisir atau

bahkan dapat dihentikan dengan adanya green jobs. Dalam Konstitusi telah mengamanatkan

pada Pasal 33 ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 yang menyatakan bahwa perekonomian

nasional diselenggarakan dengan berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan


12
lingkungan,. Berlandaskan konstitusi tersebut, seharusnya Indonesia dapat mendorong
10
Barri, MF (2018). Deforestasi tanpa henti: potret deforestasi di Sumatera Utara, Kalimantan Timur, dan Maluku Utara.,
Forest Watch Indonesia, hlm. 7.
11
Keraf A.S. (2010). Etika Lingkungan Hidup. Jakarta, Kompas Media Nusantara, hlm. 47.
12
UUD NRI Tahun 1945 Pasal 33 ayat (4).

5
terciptanya perekonomian yang berwawasan lingkungan, berkelanjutan, inklusif dan

tentunya berkeadilan melalui green jobs. Oleh karenanya, dengan adanya green jobs maka

dapat menggantikan pekerjaan yang tidak ramah lingkungan atau non-green jobs khususnya

di sektor kehutanan sehingga berpotensi meminimalisir atau bahkan menghentikan praktik

deforestasi di hutan-hutan Indonesia. Di sektor kehutanan green jobs bertujuan mendorong

terciptanya pembangunan berkelanjutan dan rendah karbon sehingga fungsi hutan sebagai

penyerap karbon dan penyangga kehidupan serta tempat biodiversitas tetap terjaga

keberadaannya.

Pembangunan berkelanjutan sendiri di populerkan oleh lembaga yang bernama

World Commission on Environment and Development (WCED) atau sering disebut sebagai

Brundlant Commission yang mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai

pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan


13
generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka . Sementara itu, World Survey

memberikan definisi yang lebih luas yaitu pembangunan berkelanjutan adalah

pembangunan dalam aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan yang menjamin kesejahteraan

dan martabat manusia, integritas ekologi, kesetaraan gender serta menjamin keadilan sosial
14
pada masa sekarang dan masa yang akan datang.

Di Indonesia, salah satu peraturan perundang-undangan yang mengatur prinsip

pembangunan berkelanjutan adalah Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH). Prinsip pembangunan

berkelanjutan tertuang dalam Pasal 3 huruf i bahwa mewujudkan pembangunan

berkelanjutan merupakan salah satu tujuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan


15
hidup. Maka dari itu, hadirnya green jobs sebagai pekerjaan ramah lingkungan di

Indonesia merupakan suatu bentuk perlindungan terhadap hutan dan pengelolaannya

dilakukan secara bijaksana sehingga menghindari adanya praktik deforestasi serta dapat

mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Pekerjaan yang ramah lingkungan atau green jobs

dapat diterapkan diberbagai sektor yang dapat berpengaruh terhadap deforestasi di

13
Sharon Beder (2006), Environmental Principles and Policies: An Interdiciplin my Introduction, Oxford, UK:
Earthscan, hlm. 18.
14
Women, UN (2014). World Survey on the role of women in development 2014: Gender Equality and Sustainable
Development, hlm. 26.
15
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 3
huruf i.

6
Indonesia, antara lain sektor kehutanan, sektor pariwisata, sektor kewirausahaan, sektor Non

Governmental Organization (NGO) dan terakhir sektor energi.

Di sektor kehutanan yang dapat berpengaruh terhadap deforestasi di Indonesia

misalnya poduksi hutan alam yang mengikuti hukum sustainable forest management (SFM),
16
konsesi hutan alam yang berkelanjutan, jasa hutan, dan perlindungan dan konservasi.

Pekerjaan-pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang menyeimbangkan aspek ekonomi,

lingkungan, dan sosial sehingga pertumbuhan ekonomi dapat berdampingan dengan

keberlanjutan hutan dan tentunya berkontribusi untuk meminimalisir atau menghentikan

praktik deforestasi. Contoh lainnya dari green jobs adalah dengan mendirikan Startup

terutama yang bergerak di bidang penyelamatan hutan. Misalnya Startup Lindungi Hutan

dari Semarang, yang bertujuan untuk melindungi hutan-hutan di Indonesia melalui

platform crowdfunding.

Di sektor pariwisata ada ecotourism (ekowisata) yang merupakan jenis pariwisata

berbasis lingkungan dengan mempelajari atau melihat langsung dari alam baik flora, fauna

atau sosial budaya setempat, sehingga secara tidak langsung ecotourism ini juga memberikan

edukasi kepada masyarakat atau wisatawan terhadap pentingnya menjaga kelestarian alam

agar keberadaan hutan sebagai tempat bagi keanekaragaman hayati tetap terjaga. Di sektor

kewirausahaaan terdapat ecopreneur yang merupakan wirausaha berbasis lingkungan dan

memperhatikan aspek ekologi dalam menjalankan usahanya, sehingga wirausaha ini sangat

memperhatikan dampak lingkungan yang akan terjadi akibat usaha yang dilakukan.

Di sektor Non Governmental Organization (NGO) berbasis lingkungan atau kehutanan,

green jobs dapat menempati posisi sebagai researcher, ecologist, campaigners, communication

specialist, dll. Green jobs di sektor ini bertujuan menjaga bumi agar tetap lestari termasuk

hutan, memberikan saran dan mengkritisi kebijakan pemerintah yang berdampak terhadap

lingkungan khususnya yang berdampak terhadap hutan sehingga mencegah terjadinya

deforestasi dan kerusakan lingkungan. NGO juga mengkampanyekan isu-isu lingkungan

demi terwujudnya lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi

manusia.

16
Dewi, R, & Maruf, A (2017). Analisis Penciptaan Green Jobs (Pekerjaan Hijau) di Indonesia Menggunakan
Model Skenario Investasi Hijau. Journal of Economics Research and Social Sciences, journal.umy.ac.id, Vol. 1 (1), hlm.
57.

7
Green jobs juga dapat dilakukan di sektor energi yang tentunya juga sangat berkaitan

dengan praktik deforestasi di Indonesia. Seperti yang diketahui bahwa sumber energi listrik

yang digunakan sampai saat ini masih bergantung pada batubara yang mengakibatkan

praktik deforestasi besar-besaran di Kalimantan. Berdasarkan data Kementerian Energi dan

Sumber Daya Mineral (KESDM) pada 2018, tercatat batubara mendominasi produksi listrik

nasional sebesar 56,4%, sedangkan energi baru dan terbarukan (EBT) hanya 17,1% dan
17
sisanya berasal dari gas sebesar 20,2% serta bahan bakar minyak (BBM) sebesar 6.3%. Oleh

karena itu, jika green jobs diterapkan di sektor energi dan beralih dari energi fosil (batubara)

ke EBT maka secara tidak langsung dapat menyelamatkan hutan-hutan di Indonesia

terutama di Kalimantan. Sifatnya yang ramah lingkungan dan memperhatikan aspek

ekologi, membuat green jobs mempunyai dampak positif terhadap kualitas lingkungan dan

ketersediaan sumber daya alam serta meminimalisir terjadinya deforestasi atau bahkan

dapat menghentikan deforestasi di masa yang akan datang.

B. Pengaruh Green Jobs Terhadap Kebijakan Forest and Other Land Uses (FOLU) Net

Sink 2030

Perubahan iklim merupakan ancaman serius yang kini dihadapi semua penduduk di

berbagai negara. Dampak dari perubahan iklim ini sangat kompleks dan mencakup berbagai

aspek kehidupan manusia. Definisi perubahan iklim sendiri menurut Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU

PPLH) adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh

aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan komposisi atmosfir secara global dan

juga berupa perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang

dapat dibandingkan.18 Laporan terbaru Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

menyebutkan bahwa pada periode 2011-2020 suhu permukaan global mencapai 1.09 Celsius

dimana pada tahun 2016-2020 menjadi tahun terpanas sejak tahun 1850. Laporan tersebut

juga menyebutkan bahwa aktivitas manusia menyebabkan dampak serius dari perubahan

iklim di banyak wilayah di seluruh dunia.19

17
Kementerian, ESDM (2020). Outlook Energi Indonesia 2019, Jakarta, hlm. 9.
18
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1
angka 19.
19
IPCC (2021), Climate Change 2021: The Physical Science Basis, Contribution of Working Group I to the Sixth
Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change, Cambridge University Press.

8
Saat ini dunia sedang mengalami dampak nyata dari perubahan iklim, di mana suhu

bumi mulai terasa lebih hangat serta tingginya laju pencairan es di kutub utara dan selatan

yang mengakibatkan semakin naiknya permukaan air laut dari tahun ke tahun. Sejumlah

bencana alam juga terjadi di berbagai negara yang merupakan dampak serius dari

perubahan iklim, salah satunya adalah kebakaran hutan yang melanda Turki, Yunani, Italia,

Perancis, Aljazair, Lebanon, California, dan Rusia pada pertengahan tahun 2021 lalu.20

Dampak dari perubahan iklim di Indonesia menyebabkan berbagai macam bencana

hidrometeorologi seperti banjir, kekeringan, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan

(karhutla), dan lain sebagainya. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana

(BNPB) per 31 Desember 2021, tercatat total bencana alam pada tahun 2021 sebanyak 3.092

kasus dengan banjir yang paling sering terjadi yakni sebanyak 1.298 kasus. 21 Angka-angka

tersebut tentunya menjadi indikasi bahwa lingkungan dan sumber daya alam yang kita

punya tidak dikelola dengan tidak adil dan semestinya yang pada akhirnya akan

memperburuk dampak dari perubahan iklim.

Melihat dampak perubahan iklim yang semakin ektrem, negara-negara di seluruh

dunia termasuk Indonesia berkomitmen untuk menghambat laju peningkatan suhu bumi.

Kesepakatan negara-negara di seluruh dunia guna mencegah perubahan iklim ini tertuang

dalam Perjanjian Paris (Paris Agreement) dan di tandai dengan lahirnya Nationally Determined

Contributions (NDC) sebagai rencana dan komitmen serta kontribusi setiap negara dalam

memangkas emisi gas rumah kaca guna menghentikan peningkatan suhu bumi agar tidak

lebih dari 2 Celsius dan mengupayakan pada batas 1,5 Celsius pada tahun 2030

mendatang. Indonesia telah meratifikasi Perjanjian Paris tersebut melalui Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement to The United Nation Framework

Convention on Climate Change dan berkomitmen untuk untuk mengurangi emisi gas rumah

kaca sebesar 29% dengan usaha sendiri dan 41% dengan dukungan internasional dari

skenario Business as Usual (BAU) dalam NDC termutakhirnya.

20
Sicca Pradita S (2021), Peta Kebakaran Hutan di Dunia Dalam Beberapa Pekan Terakhir, diakses melalui
https://www.kompas.com/global/read/2021/08/19/182729070/peta-kebakaran-hutan-di-dunia-dalam-beberapa-
pekan-terakhir?page=all , Pada 12 Juni 2022.
21
BNPB (2021), Infografis Bencana Tahun 2021, diakses melalui
https://twitter.com/BNPB_Indonesia/status/1476906797449441281 , pada 12 Juni 2022.

9
Dalam mencapai target tersebut, salah satu kebijakan yang diambil oleh pemerintah

adalah dengan menetapkan Forest and Other Land Uses (FOLU) Net Sink 2030. FOLU Net Sink

2030 sendiri merupakan pendekatan baru dalam komitmen Indonesia terhadap upaya

penurunan emisi gas rumah kaca. Melalui agenda FOLU Net Sink 2030, Indonesia

menegaskan komitmennya dalam mengendalikan emisi gas rumah kaca dari sektor

kehutanan dan penggunaan lahan sehingga terjadi netralitas karbon di sektor kehutanan

pada tahun 2030 mendatang. Seperti yang diketahui bahwa sektor perubahan lahan dan

kehutanan (land use change and forestry) menjadi sektor penyumbang emisi gas rumah kaca

terbesar di Indonesia. Berdasarkan data Climate Watch pada tahun 2018, tercatat emisi yang

dihasilkan dari sektor perubahan lahan dan kehutanan mencapai 734,28 MtCO₂e.22

FOLU Net Sink dipandang sebagai suatu cara yang lebih efektif dan merupakan

solusi alternatif dari pemerintah daripada harus mewujudkan nol deforestasi (zero

deforestation). Mengingat Indonesia sedang berada di masa pemulihan ekonomi pasca

pandemi Covid-19, sehingga nol deforestasi memang mustahil untuk dilakukan pada saat

ini. FOLU Net Sink merupakan penyerapan karbon bersih yang merujuk pada jumlah

penyerapan emisi karbon yang jauh lebih banyak dari yang dilepaskannya. Untuk mencapai

target net sink di sektor kehutanan dan penggunaan lahan pada tahun 2030 mendatang maka

pembangunan serta pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 harus sejalan dengan

keberlajutan lingkungan dan memperhatikan aspek ekologi.

Green jobs merupakan salah satu opsi yang dapat diterapkan guna mewujudkan

FOLU Net Sink pada tahun 2030 mendatang. Jenis pekerjaan ini mempunyai kausalitas

dengan green economy (ekonomi hijau) sehingga masuknya green jobs selain dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi juga mempunyai dampak positif bagi lingkungan

berupa terjaganya kualitas lingkungan. Green jobs juga selaras dengan amanat konstitusi

pada Pasal 28H ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang menegaskan bahwa negara menjamin

kualitas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia.

Dengan hadirnya green jobs dapat membuka lapangan pekerjaan baru dan tentunya

akan berorientasi pada keberlanjutan lingkungan. Green jobs juga dapat merubah pekerjaan

dari yang tadinya hanya memperhatikan aspek ekonomi ke pekerjaan yang tidak hanya

22
Climate Watch (2018), Land Use Change and Forestry, diakses melalui https://www.climatewatchdata.org/ghg-
emissions?end_year=2018&sectors=land-use-change-and-forestry&start_year=1990 , Pada Januari 13 Juni 2022.

10
memperhatikan aspek ekonomi saja melainkan juga memperhatikan aspek ekologi sehingga

mampu menjaga dan melestarikan lingkungan serta mencegah kerusakan lingkungan yang

dapat memperburuk dampak dari perubahan iklim. Penerapan green jobs tentunya sejalan

dengan Sustainable Development Goals (SDGs) dalam mewujudkan tujuan 13 dan tujuan 15

untuk memitigasi perubahan iklim dan dampaknya serta menjaga ekosistem daratan dengan

mengelola hutan secara berkelanjutan.

Lapangan pekerjaan berbasis green jobs diterapkan dengan tujuan untuk

meminimalisir atau menghambat dampak dari kerusakan lingkungan yang dapat

memperburuk perubahan iklim sehingga memicu bencana hidrometeorologi berupa banjir,

tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan bencana ektrem lainnya. Sifatnya

yang ramah lingkungan serta memperhatikan keberlanjutan lingkungan tentunya membuat

green jobs turut berkontribusi dalam menurunkan emisi gas rumah kaca serta dapat

mewujudkan net sink di sektor kehutanan dan penggunaan lahan pada tahun 2030

mendatang.

Green jobs juga akan menjamin ketersediaan sumber daya alam dan keberlanjutan

lingkungan yang dapat dinikmati generasi yang akan datang (future generation) sehingga

dapat juga dikatakan sebagai keadilan antar generasi (intergenerational equity). Keadilan antar

generasi artinya bahwa generasi yang saat ini punya tanggung jawab yang besar untuk

menjamin kehidupan dari generasi generasi selanjutnya, bahwa sumber daya alam yang ada

saat ini di Indonesia yang dinikmati oleh masyarakat saat ini juga harus bisa dinikmati

dengan tingkat yang sama oleh masyarakat masa depan.

Weiss berpandangan bahwa konsep keadilan antar generasi telah melahirkan

kewajiban lingkungan terhadap bumi yaitu perlindungan atas opsi (conservation of options),

perlindungan atas kualitas (conservation of quality), dan perlindungan atas akses (conservation

of access).23 Ketiga aspek perlindungan tersebut dimaksudkan agar setiap generasi

mempunyai tingkat pemanfaatan yang sama dari generasi sebelumnya. Ketiga aspek

perlindungan ini juga mempunyai peran guna mengubah paradigma pembangunan, dari

yang awalnya mendorong terjadinya konsumsi dan eksploitasi selama belum ada alasan

untuk menghentikannya, menjadi paradigma yang menghendaki adanya pemanfaatan

23
Weiss, E.B. (1986). Intergenerational Equity and Rights of Future Generation, The Modern World of Human
Rights : Essays in Honour of Thomas Buergenthal, hlm.608-609.

11
sumber daya alam secara berkelanjutan dan perlindungan lingkungan selama belum ada

alasan kuat untuk tidak melakukan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan

dan perlindungan lingkungan tersebut.24

Berpangkal dari konsep keadilan antar generasi inilah green jobs sebagai pekerjaan

yang ramah lingkungan mempunyai target agar sumber daya alam di Indonesia dapat

dikelola secara berkelanjutan serta meminimalisir terjadinya kerusakan lingkungan

khususnya di sektor kehutanan. Sektor kehutanan sendiri merupakan sektor penyumbang

emisi gas rumah kaca terbesar di Indonesia yang disebabkan oleh adanya praktik deforestasi

dalam skala besar. Oleh karena itu, green jobs sangat bepotensi dalam memenuhi komitmen

Indonesia terhadap Perjanjian Paris dalam upaya menurunkan emisi gas rumah kaca melalui

agenda FOLU Net Sink 2030.

C. SIMPULAN

Pada dasarnya, permasalahan deforestasi di Indonesia dapat diminimalisir atau

bahkan dapat dihentikan dengan adanya green jobs. Green jobs dapat diterapkan diberbagai

sektor seperti kehutanan, pariwisata, kewirausahaan, Non Governmental Organization (NGO),

dan energi. Kelima sektor tersebut saling berhubungan satu sama lain serta tentunya kelima

sektor tersebut dapat berkontribusi dalam meminimalisir atau bahkan menghentikan

deforestasi di masa depan. Green jobs sendiri merupakan pekerjaaan yang menyeimbangkan

aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial sehingga pertumbuhan ekonomi dapat berjalan

berdampingan dengan keberlanjutan lingkungan sehingga mencegah terjadinya kerusakan

lingkungan.

Green jobs merupakan salah satu opsi yang dapat diterapkan guna memenuhi

komitmen Indonesia dalam memangkas emisi gas rumah kaca melalui agenda FOLU Net

Sink 2030. Penerapan green jobs tentunya sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs)

dalam mewujudkan tujuan 13 dan tujuan 15 untuk memitigasi perubahan iklim dan

dampaknya serta menjaga ekosistem daratan dengan mengelola hutan secara berkelanjutan.

Green jobs sebagai pekerjaan yang ramah lingkungan mempunyai target agar sumber daya

24
Sohn, L. B., & Weiss, E. B. (1987). Intergenerational Equity in International Law, Proceeding of the Annual
Meeting , American Society of International Law, Vol. 81, hlm.131.

12
alam di Indonesia dapat dikelola secara berkelanjutan serta meminimalisir terjadinya

kerusakan lingkungan khususnya di sektor kehutanan yang dapat memperburuk perubahan

iklim sehingga memicu bencana hidrometeorologi. Oleh karena itu, green jobs sangat

bepotensi dalam memenuhi komitmen Indonesia terhadap Perjanjian Paris dalam upaya

menurunkan emisi gas rumah kaca melalui agenda FOLU Net Sink 2030.

DAFTAR PUSTAKA

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, UUD NRI 1945,
Amandemen Keempat.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup, LN No. 140, TLN No. 5059.

Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, LN No. 1999, TLN No.
3886.

13
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi
Nasional dalam Rangka Mendukung Kebijakan Keuangan Negara untuk
Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau Menghadapi
Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem
Keuangan serta Penyelamatan Ekonomi Nasional, LN No. 131, TLN No. 6514.

Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional
dalam Rangka Mendukung Kebijakan Keuangan Negara untuk Penanganan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau Menghadapi Ancaman
yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan
serta Penyelamatan Ekonomi Nasional, LN No. 186, TLN No. 6542.

BUKU

Barri, MF (2018). Deforestasi tanpa henti: potret deforestasi di Sumatera Utara, Kalimantan Timur,
dan Maluku Utara., Forest Watch Indonesia.
ILO, (2008). Green Job: Towards decent work in a sustainable, low-carbon world. Washington:
United Nations Environment Programme UNEP, ILO, IOE, ITUC.
IPCC (2021), Climate Change 2021: The Physical Science Basis, Contribution of Working Group I to
the Sixth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change, Cambridge
University Press.
Kementerian, ESDM (2020). Outlook Energi Indonesia 2019, Jakarta.
Keraf, A. S. (2010). Etika lingkungan hidup. Jakarta, Penerbit Buku Kompas.

JURNAL

Dewi, R, & Maruf, A (2017). Analisis Penciptaan Green Jobs (Pekerjaan Hijau) di Indonesia
Menggunakan Model Skenario Investasi Hijau. Journal of Economics Research and Social
Sciences, journal.umy.ac.id.

Lee, T, & Heijden, J van der (2019). Does the knowledge economy advance the green
economy? An evaluation of green jobs in the 100 largest metropolitan regions in the
United States. Energy & Environment, journals.sagepub.com.

Sharon Beder (2006), Environmental Principles and Policies: An Interdiciplin my


Introduction, Oxford, UK: Earthscan.

Sohn, L. B., & Weiss, E. B. (1987). Intergenerational Equity in International Law,


Proceeding of the Annual Meeting , American Society of International Law, Vol. 81.

Weiss, E.B. (1986). Intergenerational Equity and Rights of Future Generation, The
Modern World of Human Rights : Essays in Honour of Thomas Buergenthal.

Women, UN (2014). World Survey on the role of women in development 2014: Gender
Equality and Sustainable Development.

14
INTERNET
Badan Pusat Statistik (2022), Angka Deforestasi Netto Indonesia di Dalam dan di Luar
Kawasan Hutan Tahun 2013-2019, diakses melalui
https://www.bps.go.id/statictable/2019/11/25/2081/angka-deforestasi-netto-indonesia-
di-dalam-dan-di-luar-kawasan-hutan-tahun-2013-2019-ha-th-.html.
BNPB (2021), Infografis Bencana Tahun 2021, diakses melalui
https://twitter.com/BNPB_Indonesia/status/1476906797449441281.
Climate Watch (2018), Land Use Change and Forestry, diakses melalui
https://www.climatewatchdata.org/ghg-emissions?end_year=2018&sectors=land-use-
change-and-forestry&start_year=1990.
_________, Total Including Land Use Change and Forestry diakses melalui
https://www.climatewatchdata.org/ghg-emissions?end_year=2018&sectors=total-
including-lucf&start_year=1990.
Forest Digest (2021), COP26 selesai. Apa hasilnya? diakses melalui
https://www.forestdigest.com/detail/1433/hasil-cop26.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2021), Laju Deforestasi Turun 75,03%,
diakses melalui https://www.menlhk.go.id/site/single_post/3645/laju-deforestasi-
indonesia-turun-75-03.
Sicca Pradita S (2021), Peta Kebakaran Hutan di Dunia Dalam Beberapa Pekan Terakhir,
diakses melalui https://www.kompas.com/global/read/2021/08/19/182729070/peta-
kebakaran-hutan-di-dunia-dalam-beberapa-pekan-terakhir?page=all , Kompas.com.

15

Anda mungkin juga menyukai