Abstrak
Kehutanan merupakan sektor yang menyumbang emisi terbesar di Indonesia. Tingginya emisi di sektor
kehutanan ini tidak lepas dari adanya praktik deforestasi yang mengancam hutan-hutan di indonesia hingga saat
ini. Dalam rangka menanggulangi emisi di sektor kehutanan ini pemerintah telah menggunakan pendekatan dan
kebijakan baru melalui forest and other land uses (FOLU) net sink 2030. Salah satu opsi yang dapat dilakukan
dan mempunyai pengaruh terhadap FOLU net sink 2030 serta untuk meminimalisir atau bahkan menghentikan
praktik deforestasi adalah melalui pekerjaan hijau. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi
pekerjaan hijau terhadap laju penurunan deforestasi di indonesia dan pengaruhnya terhadap FOLU net sink
2030. Penulisan artikel ini menggunakan metode penelitian normatif dan menggunakan pendekatan konseptual.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pekerjaan hijau sangat berpotensi untuk menurunkan laju
deforestasi di hutan-hutan indonesia serta berpengaruh terhadap komitmen indonesia dalam upaya mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim melalui kebijakan FOLU net sink 2030.
Kata kunci: Deforestasi; FOLU Net Sink 2030; Pekerjaan Hijau.
Abstract
Forestry is the sector that contributes the largest emission in Indonesia. The high emission in the forestry sector cannot be
separated from the existence of deforestation practices that threaten the forests in Indonesia to date. In order to tackle
emissions in the forestry sector, the government has adopted a new approach and policy through forest and other land uses
(FOLU) net sink 2030. One option that can be done and has an impact on FOLU net sink 2030 is to minimize or even stop
deforestation practices. is through green work. The purpose of this study was to determine the potential for green jobs to
reduce deforestation rates in Indonesia and their effect on the 2030 FOLU net sink. The writing of this article uses a
normative research method and uses a conceptual approach. The results of this study indicate that green work has the
potential to reduce the rate of deforestation in Indonesia's forests and affect Indonesia's commitment to climate change
mitigation and adaptation through the FOLU net sink 2030 policy.
A. PENDAHULUAN
Pada November tahun 2021 lalu telah diadakan Conference of the parties ke 26
(COP26) yang dilaksanakan di Glasgow, Skotlandia. COP26 atau konferensi perubahan iklim
on Climate Change (UNFCCC) yang bertemu setiap tahun untuk mengevaluasi kebijakan
iklim setiap negara dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. COP26 ini dihadiri
oleh 197 negara dan menghasilkan tiga kesepakatan yaitu menghentikan pembangkit listrik
energi batubara secara bertahap, terus menjaga suhu bumi tidak naik 1,5 Celsius, serta
1
mempercepat mitigasi krisis iklim dengan meninjau komitmen penurunan emisi 2030 dalam
Indonesia mengirimkan kembali dokumen NDC paling baru (Updated NDC) dengan
komitmen yang sama seperti NDC sebelumnya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca
sebesar 29% dengan usaha sendiri dan 41% dengan dukungan internasional dengan skenario
Business as Usual (BAU). Indonesia juga telah mengirimkan dokumen Long-Term Strategy for
Low Carbon and Climate Resilience (LTS-LCCR) 2050 yang merupakan visi jangka panjang
pembangunan rendah karbon dan berketahanan iklim dimana salah satu kebijakan yang
dilakukan oleh pemerintah dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim adalah
penyerapan karbon bersih di sektor kehutanan dan lahan (FOLU Net Sink) pada tahun 2030.
Data Climate Watch di tahun 2018 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk 10 besar
negara penyumbang emisi gas rumah kaca. Tercatat emisi gas rumah kaca yang dihasilkan
Indonesia sebesar 1703,86 MtCO₂e atau setara 3,4 persen dari emisi dunia. 2 Sektor kehutanan
menjadi sektor penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di Indonesia. Hal ini terjadi
akibat masih seringnya praktik deforestasi di Indonesia dan deforestasi ini selalu terjadi di
setiap tahun. Deforestasi yang terjadi di indonesia akan menyebabkan lepasnya beberapa
emisi gas rumah kaca yang disimpan di dalam pohon ke atmosfer, sehingga laju deforestasi
yang semakin tinggi ini mengakibatkan emisi gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer
pun juga semakin besar jumlahnya.3 Pemerintah melalui kementerian lingkungan hidup dan
kehutanan (KLHK) mengklaim bahwa terjadi penurunan laju deforestasi sebesar 75% pada
periode tahun 2019-2020 sebesar 115 ribu hektare,4 meskipun terjadi penurunan laju
deforestasi tetapi faktanya sampai dengan saat ini deforestasi masih terus terjadi di hutan-
hutan Indonesia.
1
Forest Digest (2021), COP26 selesai. Apa hasilnya?. diakses melalui
https://www.forestdigest.com/detail/1433/hasil-cop26, pada 10 Juni 2022.
2
Climate Watch (2018), Total Including Land Use Change and Forestry, diakses melalui
https://www.climatewatchdata.org/ghg-emissions?end_year=2018§ors=total-including-lucf&start_year=1990,
pada 10 Juni 2022.
3
Dewi, R, & Maruf, A (2017). Analisis Penciptaan Green Jobs (Pekerjaan Hijau) di Indonesia Menggunakan
Model Skenario Investasi Hijau. Journal of Economics Research and Social Sciences, journal.umy.ac.id, hlm. 54.
4
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Laju Deforestasi Indonesia Turun 75, 03%, diakses
melalui https://www.menlhk.go.id/site/single_post/3645/laju-deforestasi-indonesia-turun-75-03, pada 10 Juni
2022.
2
Dalih pertumbuhan ekonomi selalu menjadi alasan utama pemerintah untuk terus
deforestasi di Indonesia, terutama dalam pemulihan kondisi ekonomi pasca pandemi Covid-
19. Faktor-faktor yang menyebabkan deforestasi di Indonesia antara lain di sebabkan oleh
ekspansi perkebunan kelapa sawit, Hutan Tanaman Industri (HTI) pulp and paper, dan
berkembang meliputi faktor-faktor sosial, ekonomi dan politik yang kemudian mendominasi
semakin meluasnya skala pemanfaatan sumber daya alam sehingga memicu penguasaan
dan pembukaan lahan dan berdampak pada berkurangnya tutupan hutan dan terjadinya
deforestasi.
pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan adalah melalui green jobs
(pekerjaan hijau). Green jobs merupakan suatu pekerjaan yang dianggap ramah dan
dan mengurangi dampak perubahan iklim serta mengurangi emisi gas rumah kaca. 5 Dalam
Development Goals (SDGs)6 dalam tujuan 8 dan tujuan 9 yaitu untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan serta pekerjaan
yang layak pada tahun 2030. Tentunya green jobs juga dapat berkontribusi di tengah upaya
Indonesia dalam menurunkan angka deforestasi, serta diharapkan tercapainya net sink di
sektor kehutanan dan lahan (FOLU Net Sink) pada tahun 2030.
Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka akan dibahas lebih lanjut mengenai
penerapan green jobs dalam menanggulangi praktik derorestasi di Indonesia serta implikasi
terhadap Forest and Other Land Uses (FOLU) Net Sink 2030. Oleh karena itu, dapat ditarik
suatu permasalahan yaitu: Bagaimana potensi green jobs dalam upaya penurunan laju
deforestasi di Indonesia serta bagaimana pengaruh green jobs terhadap kebijakan Forest and
3
B. METODE PENELITIAN
permasalahan hukum yang `dihadapi penulis harus mempelajari asas-asas hukum, kaidah
Gagasan “Green Jobs” dibangun atas paradigma global bahwa untuk menciptakan
lapangan kerja, kesehateraan ekonomi, dan transisi menuju ekonomi rendah karbon dapat
berjalan beriringan. Oleh karena itu, penciptaan green jobs memiliki kausalitas dengan green
economy (ekonomi hijau) sehingga dapat menciptakan ekonomi yang bertujuan mengurangi
7
risiko lingkungan dan kerusakan ekologis. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)
mendefinisikan green jobs sebagai penciptaan lapangan perkerjaan yang layak secara
ekonomi dan dapat memangkas penggunaan energi dan bahan baku (dematerialize economy),
memangkas emisi gas rumah kaca (decarbonize economy), mengurangi limbah dan polusi,
terutama di sektor kehutanan maka akan sangat berkontribusi dalam menurunkan angka
deforesrasi yang selalu terjadi setiap tahunnya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS),
9
tercatat data deforestasi pada periode 2019-2020 mencapai 115,4 ribu hektare. Angka
tersebut memang menurun dari tahun-tahun sebelumnya yang mencapai lebih dari 400 ribu
7
Lee, T, & Heijden, J van der (2019). Does the knowledge economy advance the green economy? An evaluation of
green jobs in the 100 largest metropolitan regions in the United States. Energy & Environment,
journals.sagepub.com, hlm. 2.
8
ILO, (2008). Green Job: Towards decent work in a sustainable, low-carbon world. Washington,: United Nations
Environment Programme UNEP, ILO, IOE, ITUC.
9
Badan Pusat Statistik (2022), Angka Deforestasi Netto Indonesia di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan Tahun
2013-2019, diakses melalui https://www.bps.go.id/statictable/2019/11/25/2081/angka-deforestasi-netto-indonesia-
di-dalam-dan-di-luar-kawasan-hutan-tahun-2013-2019-ha-th-.html
pada 11 Juni 2022.
4
hektare dalam 5 tahun terakhir. Angka deforestasi yang masih tergolong tinggi tersebut
tentunya akan menyebabkan hilangnya lahan hutan dalam skala besar yang pada akhirnya
Hasil analisis Forest Watch Indonesia pada tahun 2018 menemukan sekitar 72%
deforestasi yang terjadi di Sumatera Utara, Kalimantan Timur, dan Maluku Utara
10
merupakan daerah yang telah dibebani izin pengelolaan. Deforestasi dalam skala besar
yang terjadi di tiga Provinsi tersebut disebabkan oleh industri ektraktif seperti HTI pulp and
paper, perkebunan kelapa sawit, dan pertambangan batubara. Ketiga industri ektraktif ini
memang menguntungkan dari segi ekonomi, namun disisi lain ketiga industri ektraktif ini
juga menyebabkan kerusakan lingkungan akibat dari deforestasi. Deforestasi yang terjadi di
tiga Provinsi ini telah menyebabkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, tanah longsor,
daya alam. Antroposentrisme merupakan teori etika lingkungan hidup yang memandang
manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta, sehingga alam hanya dilihat sebagai obyek
11
belaka, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia. Paradigma
antroposentrisme ini menyebabkan manusia mengekploitasi sumber daya alam hanya demi
kelestarian alam. Hal inilah yang terjadi dalam sistem ekonomi di Indonesia saat ini, dimana
aspek ekologi dan lingkungan selalu dikesampingkan dan industri ektraktif terus didorong
bahkan dapat dihentikan dengan adanya green jobs. Dalam Konstitusi telah mengamanatkan
pada Pasal 33 ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 yang menyatakan bahwa perekonomian
5
terciptanya perekonomian yang berwawasan lingkungan, berkelanjutan, inklusif dan
tentunya berkeadilan melalui green jobs. Oleh karenanya, dengan adanya green jobs maka
dapat menggantikan pekerjaan yang tidak ramah lingkungan atau non-green jobs khususnya
terciptanya pembangunan berkelanjutan dan rendah karbon sehingga fungsi hutan sebagai
penyerap karbon dan penyangga kehidupan serta tempat biodiversitas tetap terjaga
keberadaannya.
World Commission on Environment and Development (WCED) atau sering disebut sebagai
pembangunan dalam aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan yang menjamin kesejahteraan
dan martabat manusia, integritas ekologi, kesetaraan gender serta menjamin keadilan sosial
14
pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
dilakukan secara bijaksana sehingga menghindari adanya praktik deforestasi serta dapat
mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Pekerjaan yang ramah lingkungan atau green jobs
13
Sharon Beder (2006), Environmental Principles and Policies: An Interdiciplin my Introduction, Oxford, UK:
Earthscan, hlm. 18.
14
Women, UN (2014). World Survey on the role of women in development 2014: Gender Equality and Sustainable
Development, hlm. 26.
15
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 3
huruf i.
6
Indonesia, antara lain sektor kehutanan, sektor pariwisata, sektor kewirausahaan, sektor Non
misalnya poduksi hutan alam yang mengikuti hukum sustainable forest management (SFM),
16
konsesi hutan alam yang berkelanjutan, jasa hutan, dan perlindungan dan konservasi.
praktik deforestasi. Contoh lainnya dari green jobs adalah dengan mendirikan Startup
terutama yang bergerak di bidang penyelamatan hutan. Misalnya Startup Lindungi Hutan
platform crowdfunding.
berbasis lingkungan dengan mempelajari atau melihat langsung dari alam baik flora, fauna
atau sosial budaya setempat, sehingga secara tidak langsung ecotourism ini juga memberikan
edukasi kepada masyarakat atau wisatawan terhadap pentingnya menjaga kelestarian alam
agar keberadaan hutan sebagai tempat bagi keanekaragaman hayati tetap terjaga. Di sektor
memperhatikan aspek ekologi dalam menjalankan usahanya, sehingga wirausaha ini sangat
memperhatikan dampak lingkungan yang akan terjadi akibat usaha yang dilakukan.
green jobs dapat menempati posisi sebagai researcher, ecologist, campaigners, communication
specialist, dll. Green jobs di sektor ini bertujuan menjaga bumi agar tetap lestari termasuk
hutan, memberikan saran dan mengkritisi kebijakan pemerintah yang berdampak terhadap
demi terwujudnya lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi
manusia.
16
Dewi, R, & Maruf, A (2017). Analisis Penciptaan Green Jobs (Pekerjaan Hijau) di Indonesia Menggunakan
Model Skenario Investasi Hijau. Journal of Economics Research and Social Sciences, journal.umy.ac.id, Vol. 1 (1), hlm.
57.
7
Green jobs juga dapat dilakukan di sektor energi yang tentunya juga sangat berkaitan
dengan praktik deforestasi di Indonesia. Seperti yang diketahui bahwa sumber energi listrik
yang digunakan sampai saat ini masih bergantung pada batubara yang mengakibatkan
Sumber Daya Mineral (KESDM) pada 2018, tercatat batubara mendominasi produksi listrik
nasional sebesar 56,4%, sedangkan energi baru dan terbarukan (EBT) hanya 17,1% dan
17
sisanya berasal dari gas sebesar 20,2% serta bahan bakar minyak (BBM) sebesar 6.3%. Oleh
karena itu, jika green jobs diterapkan di sektor energi dan beralih dari energi fosil (batubara)
ekologi, membuat green jobs mempunyai dampak positif terhadap kualitas lingkungan dan
ketersediaan sumber daya alam serta meminimalisir terjadinya deforestasi atau bahkan
B. Pengaruh Green Jobs Terhadap Kebijakan Forest and Other Land Uses (FOLU) Net
Sink 2030
Perubahan iklim merupakan ancaman serius yang kini dihadapi semua penduduk di
berbagai negara. Dampak dari perubahan iklim ini sangat kompleks dan mencakup berbagai
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU
PPLH) adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh
aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan komposisi atmosfir secara global dan
juga berupa perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang
menyebutkan bahwa pada periode 2011-2020 suhu permukaan global mencapai 1.09 Celsius
dimana pada tahun 2016-2020 menjadi tahun terpanas sejak tahun 1850. Laporan tersebut
juga menyebutkan bahwa aktivitas manusia menyebabkan dampak serius dari perubahan
17
Kementerian, ESDM (2020). Outlook Energi Indonesia 2019, Jakarta, hlm. 9.
18
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1
angka 19.
19
IPCC (2021), Climate Change 2021: The Physical Science Basis, Contribution of Working Group I to the Sixth
Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change, Cambridge University Press.
8
Saat ini dunia sedang mengalami dampak nyata dari perubahan iklim, di mana suhu
bumi mulai terasa lebih hangat serta tingginya laju pencairan es di kutub utara dan selatan
yang mengakibatkan semakin naiknya permukaan air laut dari tahun ke tahun. Sejumlah
bencana alam juga terjadi di berbagai negara yang merupakan dampak serius dari
perubahan iklim, salah satunya adalah kebakaran hutan yang melanda Turki, Yunani, Italia,
Perancis, Aljazair, Lebanon, California, dan Rusia pada pertengahan tahun 2021 lalu.20
hidrometeorologi seperti banjir, kekeringan, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan
(karhutla), dan lain sebagainya. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) per 31 Desember 2021, tercatat total bencana alam pada tahun 2021 sebanyak 3.092
kasus dengan banjir yang paling sering terjadi yakni sebanyak 1.298 kasus. 21 Angka-angka
tersebut tentunya menjadi indikasi bahwa lingkungan dan sumber daya alam yang kita
punya tidak dikelola dengan tidak adil dan semestinya yang pada akhirnya akan
dunia termasuk Indonesia berkomitmen untuk menghambat laju peningkatan suhu bumi.
Kesepakatan negara-negara di seluruh dunia guna mencegah perubahan iklim ini tertuang
dalam Perjanjian Paris (Paris Agreement) dan di tandai dengan lahirnya Nationally Determined
Contributions (NDC) sebagai rencana dan komitmen serta kontribusi setiap negara dalam
memangkas emisi gas rumah kaca guna menghentikan peningkatan suhu bumi agar tidak
lebih dari 2 Celsius dan mengupayakan pada batas 1,5 Celsius pada tahun 2030
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement to The United Nation Framework
Convention on Climate Change dan berkomitmen untuk untuk mengurangi emisi gas rumah
kaca sebesar 29% dengan usaha sendiri dan 41% dengan dukungan internasional dari
20
Sicca Pradita S (2021), Peta Kebakaran Hutan di Dunia Dalam Beberapa Pekan Terakhir, diakses melalui
https://www.kompas.com/global/read/2021/08/19/182729070/peta-kebakaran-hutan-di-dunia-dalam-beberapa-
pekan-terakhir?page=all , Pada 12 Juni 2022.
21
BNPB (2021), Infografis Bencana Tahun 2021, diakses melalui
https://twitter.com/BNPB_Indonesia/status/1476906797449441281 , pada 12 Juni 2022.
9
Dalam mencapai target tersebut, salah satu kebijakan yang diambil oleh pemerintah
adalah dengan menetapkan Forest and Other Land Uses (FOLU) Net Sink 2030. FOLU Net Sink
2030 sendiri merupakan pendekatan baru dalam komitmen Indonesia terhadap upaya
penurunan emisi gas rumah kaca. Melalui agenda FOLU Net Sink 2030, Indonesia
menegaskan komitmennya dalam mengendalikan emisi gas rumah kaca dari sektor
kehutanan dan penggunaan lahan sehingga terjadi netralitas karbon di sektor kehutanan
pada tahun 2030 mendatang. Seperti yang diketahui bahwa sektor perubahan lahan dan
kehutanan (land use change and forestry) menjadi sektor penyumbang emisi gas rumah kaca
terbesar di Indonesia. Berdasarkan data Climate Watch pada tahun 2018, tercatat emisi yang
dihasilkan dari sektor perubahan lahan dan kehutanan mencapai 734,28 MtCO₂e.22
FOLU Net Sink dipandang sebagai suatu cara yang lebih efektif dan merupakan
solusi alternatif dari pemerintah daripada harus mewujudkan nol deforestasi (zero
pandemi Covid-19, sehingga nol deforestasi memang mustahil untuk dilakukan pada saat
ini. FOLU Net Sink merupakan penyerapan karbon bersih yang merujuk pada jumlah
penyerapan emisi karbon yang jauh lebih banyak dari yang dilepaskannya. Untuk mencapai
target net sink di sektor kehutanan dan penggunaan lahan pada tahun 2030 mendatang maka
pembangunan serta pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 harus sejalan dengan
Green jobs merupakan salah satu opsi yang dapat diterapkan guna mewujudkan
FOLU Net Sink pada tahun 2030 mendatang. Jenis pekerjaan ini mempunyai kausalitas
dengan green economy (ekonomi hijau) sehingga masuknya green jobs selain dapat
berupa terjaganya kualitas lingkungan. Green jobs juga selaras dengan amanat konstitusi
pada Pasal 28H ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang menegaskan bahwa negara menjamin
kualitas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia.
Dengan hadirnya green jobs dapat membuka lapangan pekerjaan baru dan tentunya
akan berorientasi pada keberlanjutan lingkungan. Green jobs juga dapat merubah pekerjaan
dari yang tadinya hanya memperhatikan aspek ekonomi ke pekerjaan yang tidak hanya
22
Climate Watch (2018), Land Use Change and Forestry, diakses melalui https://www.climatewatchdata.org/ghg-
emissions?end_year=2018§ors=land-use-change-and-forestry&start_year=1990 , Pada Januari 13 Juni 2022.
10
memperhatikan aspek ekonomi saja melainkan juga memperhatikan aspek ekologi sehingga
mampu menjaga dan melestarikan lingkungan serta mencegah kerusakan lingkungan yang
dapat memperburuk dampak dari perubahan iklim. Penerapan green jobs tentunya sejalan
dengan Sustainable Development Goals (SDGs) dalam mewujudkan tujuan 13 dan tujuan 15
untuk memitigasi perubahan iklim dan dampaknya serta menjaga ekosistem daratan dengan
tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan bencana ektrem lainnya. Sifatnya
green jobs turut berkontribusi dalam menurunkan emisi gas rumah kaca serta dapat
mewujudkan net sink di sektor kehutanan dan penggunaan lahan pada tahun 2030
mendatang.
Green jobs juga akan menjamin ketersediaan sumber daya alam dan keberlanjutan
lingkungan yang dapat dinikmati generasi yang akan datang (future generation) sehingga
dapat juga dikatakan sebagai keadilan antar generasi (intergenerational equity). Keadilan antar
generasi artinya bahwa generasi yang saat ini punya tanggung jawab yang besar untuk
menjamin kehidupan dari generasi generasi selanjutnya, bahwa sumber daya alam yang ada
saat ini di Indonesia yang dinikmati oleh masyarakat saat ini juga harus bisa dinikmati
kewajiban lingkungan terhadap bumi yaitu perlindungan atas opsi (conservation of options),
perlindungan atas kualitas (conservation of quality), dan perlindungan atas akses (conservation
mempunyai tingkat pemanfaatan yang sama dari generasi sebelumnya. Ketiga aspek
perlindungan ini juga mempunyai peran guna mengubah paradigma pembangunan, dari
yang awalnya mendorong terjadinya konsumsi dan eksploitasi selama belum ada alasan
23
Weiss, E.B. (1986). Intergenerational Equity and Rights of Future Generation, The Modern World of Human
Rights : Essays in Honour of Thomas Buergenthal, hlm.608-609.
11
sumber daya alam secara berkelanjutan dan perlindungan lingkungan selama belum ada
alasan kuat untuk tidak melakukan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan
Berpangkal dari konsep keadilan antar generasi inilah green jobs sebagai pekerjaan
yang ramah lingkungan mempunyai target agar sumber daya alam di Indonesia dapat
emisi gas rumah kaca terbesar di Indonesia yang disebabkan oleh adanya praktik deforestasi
dalam skala besar. Oleh karena itu, green jobs sangat bepotensi dalam memenuhi komitmen
Indonesia terhadap Perjanjian Paris dalam upaya menurunkan emisi gas rumah kaca melalui
C. SIMPULAN
bahkan dapat dihentikan dengan adanya green jobs. Green jobs dapat diterapkan diberbagai
dan energi. Kelima sektor tersebut saling berhubungan satu sama lain serta tentunya kelima
deforestasi di masa depan. Green jobs sendiri merupakan pekerjaaan yang menyeimbangkan
aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial sehingga pertumbuhan ekonomi dapat berjalan
lingkungan.
Green jobs merupakan salah satu opsi yang dapat diterapkan guna memenuhi
komitmen Indonesia dalam memangkas emisi gas rumah kaca melalui agenda FOLU Net
Sink 2030. Penerapan green jobs tentunya sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs)
dalam mewujudkan tujuan 13 dan tujuan 15 untuk memitigasi perubahan iklim dan
dampaknya serta menjaga ekosistem daratan dengan mengelola hutan secara berkelanjutan.
Green jobs sebagai pekerjaan yang ramah lingkungan mempunyai target agar sumber daya
24
Sohn, L. B., & Weiss, E. B. (1987). Intergenerational Equity in International Law, Proceeding of the Annual
Meeting , American Society of International Law, Vol. 81, hlm.131.
12
alam di Indonesia dapat dikelola secara berkelanjutan serta meminimalisir terjadinya
iklim sehingga memicu bencana hidrometeorologi. Oleh karena itu, green jobs sangat
bepotensi dalam memenuhi komitmen Indonesia terhadap Perjanjian Paris dalam upaya
menurunkan emisi gas rumah kaca melalui agenda FOLU Net Sink 2030.
DAFTAR PUSTAKA
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, UUD NRI 1945,
Amandemen Keempat.
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, LN No. 1999, TLN No.
3886.
13
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi
Nasional dalam Rangka Mendukung Kebijakan Keuangan Negara untuk
Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau Menghadapi
Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem
Keuangan serta Penyelamatan Ekonomi Nasional, LN No. 131, TLN No. 6514.
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional
dalam Rangka Mendukung Kebijakan Keuangan Negara untuk Penanganan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau Menghadapi Ancaman
yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan
serta Penyelamatan Ekonomi Nasional, LN No. 186, TLN No. 6542.
BUKU
Barri, MF (2018). Deforestasi tanpa henti: potret deforestasi di Sumatera Utara, Kalimantan Timur,
dan Maluku Utara., Forest Watch Indonesia.
ILO, (2008). Green Job: Towards decent work in a sustainable, low-carbon world. Washington:
United Nations Environment Programme UNEP, ILO, IOE, ITUC.
IPCC (2021), Climate Change 2021: The Physical Science Basis, Contribution of Working Group I to
the Sixth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change, Cambridge
University Press.
Kementerian, ESDM (2020). Outlook Energi Indonesia 2019, Jakarta.
Keraf, A. S. (2010). Etika lingkungan hidup. Jakarta, Penerbit Buku Kompas.
JURNAL
Dewi, R, & Maruf, A (2017). Analisis Penciptaan Green Jobs (Pekerjaan Hijau) di Indonesia
Menggunakan Model Skenario Investasi Hijau. Journal of Economics Research and Social
Sciences, journal.umy.ac.id.
Lee, T, & Heijden, J van der (2019). Does the knowledge economy advance the green
economy? An evaluation of green jobs in the 100 largest metropolitan regions in the
United States. Energy & Environment, journals.sagepub.com.
Weiss, E.B. (1986). Intergenerational Equity and Rights of Future Generation, The
Modern World of Human Rights : Essays in Honour of Thomas Buergenthal.
Women, UN (2014). World Survey on the role of women in development 2014: Gender
Equality and Sustainable Development.
14
INTERNET
Badan Pusat Statistik (2022), Angka Deforestasi Netto Indonesia di Dalam dan di Luar
Kawasan Hutan Tahun 2013-2019, diakses melalui
https://www.bps.go.id/statictable/2019/11/25/2081/angka-deforestasi-netto-indonesia-
di-dalam-dan-di-luar-kawasan-hutan-tahun-2013-2019-ha-th-.html.
BNPB (2021), Infografis Bencana Tahun 2021, diakses melalui
https://twitter.com/BNPB_Indonesia/status/1476906797449441281.
Climate Watch (2018), Land Use Change and Forestry, diakses melalui
https://www.climatewatchdata.org/ghg-emissions?end_year=2018§ors=land-use-
change-and-forestry&start_year=1990.
_________, Total Including Land Use Change and Forestry diakses melalui
https://www.climatewatchdata.org/ghg-emissions?end_year=2018§ors=total-
including-lucf&start_year=1990.
Forest Digest (2021), COP26 selesai. Apa hasilnya? diakses melalui
https://www.forestdigest.com/detail/1433/hasil-cop26.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2021), Laju Deforestasi Turun 75,03%,
diakses melalui https://www.menlhk.go.id/site/single_post/3645/laju-deforestasi-
indonesia-turun-75-03.
Sicca Pradita S (2021), Peta Kebakaran Hutan di Dunia Dalam Beberapa Pekan Terakhir,
diakses melalui https://www.kompas.com/global/read/2021/08/19/182729070/peta-
kebakaran-hutan-di-dunia-dalam-beberapa-pekan-terakhir?page=all , Kompas.com.
15