Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rabiatul Adawiah

NPM : 2306306341
1. Upaya apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kerusakan lingkungan tersebut?
Jawab:
Kerusakan lingkungan merupakan salah satu masalah global yang semakin mendesak untuk
diatasi. Kerusakan ini disebabkan oleh berbagai faktor baik dari polusi udara, pencemaran air,
deforestasi, perubahan iklim, dan banyak lagi. Upaya penanggulangan kerusakan lingkungan
dan pemeliharaan biodiversitas harus berfokus pada pemahaman yang mendalam tentang
ekologi, sosial, dan ekonomi yang terlibat dalam masalah ini. Selain itu, keterlibatan aktif
dari pemerintah, masyarakat sipil, organisasi lingkungan, dan sektor bisnis juga sangat
penting untuk mencapai tujuan ini. Kebijakan dan Regulasi Lingkungan Pemerintah juga
harus memiliki peraturan yang ketat terkait dengan lingkungan dalam mengawasi dan
mengendalikan aktivitas yang dapat merusak alam. berikut beberapa upaya yang dapat
dilakukan dalam mengatasi kerusakan lingkungan baik upaya secara lokal, regional, maupun
global.
1. Pelestarian Habitat
Upaya pelestarian habitat alam liar, seperti hutan, terumbu karang dan lahan basah
adalah salah satu kunci untuk melindungi keanekaragaman hayati. Termaksud dalam hal
ini adalah pembentukan taman nasional, cagar alam, kawasan lindung ataupun kawasan
konservasi. Peraturan pelaksana UU No. 5 Tahun 1990 mengakomodasi partisipasi
masyarakat seperti pada Peraturan Menteri Kehutanan No. P.19 Tahun 2004 Tentang
Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, disusul
dengan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.56 Tahun 2006 tentang Pedoman Zonasi
Taman Nasional yang memberikan ruang bagi peran masyarakat dalam penetapan zona
kawasan Taman Nasional. Berbagai program kolaborasi (co-management) pengelolaan
taman nasional mulai dilakukan, bentuk kemitraan lain seperti Kesepakatan Konservasi
Masyarakat (KKM) juga diharapkan menjadi mekanisme partisipasi masyarakat dalam
konservasi dengan tetap memperhatikan hak biokulturalnya.
2. Pengurangan polusi
Mengurangi polusi air, udara dan tanah dengan menerapkan regulasi ketat terhadap
emisi polutan dari industri dan transportasi. Menindaklanjuti komitmen Indonesia dalam
rangka mengurangi emisi GRK dan dalam rangka pembangunan rendah karbon,
Pemerintah Indonesia sudah melakukan beberapa kegiatan untuk memandu agar
Pembangunan Rendah Karbon tersebut dapat dicapai. Pada tahun 2011, Pemerintah
Indonesia menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 61 tahun 2011 tentang Rencana
Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN GRK). RAN-GRK, tersebut
berisi berbagai program/kegiatan mitigasi perubahan iklim dan kegiatan pendukung
lainnya dalam upaya penurunan emisi GRK yang mencakup 5 (lima) sektor utama, yaitu :
kehutanan dan lahan gambut, pertanian, energi dan transportasi, industri, dan limbah
3. Pendidikan dan kesadaran
Berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini, baik pada lingkup global
maupun nasional, sebagai besar bersumber dari perilaku manusia. Masalah lingkungan
hidup adalah masalah moral, persoalan perilaku manusia. Maka, perlu etika dan moralitas
untuk mengatasinya. Etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam
bergaul dengan lingkungannya. Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya
keanekaragaman hayati dan dampak negatif kerusakan lingkungan juga cukup
berpengaruh. Masyarakat tentunya harus berkontribusi dalam mengatasi masalah
lingkungan yang ada. Karena sebagai warga negara yang baik masyarakat haruslah
memiliki rasa kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup di negaranya. Upaya
masyarakat ini dibagi menjadi empat yaitu upaya pelestarian pada tanah, udara, hutan
(flora dan fauna) dan pantai. Berikut upaya yang perlu dilakukan masyarakat terkait
biodiversity:
 Hal yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi kerusakan tanah yang menyebabkan
terjadinya banjir dan tanah longsor adalah dengan melakukan kegiatan menanam
pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang gundul.
 Dalam hal pelestarian udara adalah menanam pohon karena pohon dapat menyerap
gas-gas berbahaya bagi manusia dan memproduksi oksigen.
 Melakukan usaha pengurangan emisi dengan menggunakan kendaraan ramah
lingkungan atau transportasi umum
 Untuk sektor industri dengan memasang filter pada cerobong asap untuk filtrasi gas
berbahaya yang dikeluarkan dari pabrik tersebut,
 Mengurangi penggunaan gas kimia yang dapat merusak ozon seperti freon pada AC.
 Melestarikan hutan
 Pelestarian ekosistem laut dan pantai. Abrasi pantai misalnya, hal ini dapat menjadi
ancaman untuk daerah pesisir karena dapat berdampak buruk pada kehidupan dan
ekonomi warga disekitar pantai. Kesadaran Masyarakat merupakan langkah awal
yang penting dalam upaya penanggulangan kerusakan lingkungan. Pendidikan dan
kampanye informasi dapat membantu meningkatkan kesadaran tentang dampak
aktivitas manusia terhadap lingkungan.
4. Regulasi/ Peraturan Pemerintah
Pemerintah berada di posisi penting dalam melindungi biodiversitas melalui legislasi dan
regulasi yang ketat terkait dengan penggunaan lahan, eksploitasi sumber daya alam, dan
perlindungan spesies-spesies yang terancam punah. Berikut beberapa peraturan yang
sudah diterapkan dalam menjaga biodiversitidi Indonesia:
a. Undang-undang No 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang menegaskan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan,
dan penegakan hukum.
b. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Pengesahan Cartagena Protocol On
Biosafety To The Convention On Biological Diversity (Protokol Cartagena tentang
Keamanan Hayati atas Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati)
c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations
Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai
Keanekaragaman Hayati)
d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
e. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
f. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk
Rekayasa Genetik
g. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2009 tentang
pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah.
5. Kebijakan nasional ( ekonomi hijau)
Paradigma pembangunan ekonomi baru yang diperkenalkan di Indonesia adalah ekonomi
hijau. Konsep ekonomi hijau Indonesia, selain menekankan pada efisiensi pemanfaatan
sumber daya, juga menekankan pada internalisasi biaya lingkungan, upaya pengentasan
kemiskinanan, penciptaan lapangan kerja yang layak, serta memastikan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan. Pada prinsipnya, ekonomi hijau bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memberi kesempatan yang adil dan
meminimalkan kerusakan lingkungan dan pembangunan ekonomi yang sesuai dengan
daya dukung lingkungan. Ekonomi hijau dapat diimplementasikan melalui pembangunan
rendah karbon, efisiensi sumber daya alam, dan inklusif secara sosial. Beberapa contoh
program pada strategi efisiensi sumber daya alam antara lain konsumsi dan produksi yang
berkelanjutan, produksi bersih dan industri hijau.
Pemerintah Indonesia terus mengembangkan standar-standar, indikator, manual, dan
kerangka kebijakan untuk menunjang implementasi pembangunan berkelanjutan. Pada
tahun 1997, Indonesia telah menyusun National Sustainable Development Strategy
(Agenda 21) yang berisi rekomendasi bagi pengelola sektor dalam penerapan prinsip
pembangunan berkelanjutan hingga tahun 2020. Selain itu, telah pula ditetapkan bahwa
pembangunan berkelanjutan menjadi salah satu isu strategik yang diarusutamakan dalam
RPJMN 2010-2014 dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahunnya. Dengan
demikian, diharapkan dapat : (i) teradopsi secara integral pertimbangan ekonomi, sosial,
dan lingkungan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di berbagai sektor dan
daerah; (ii) terpelihara kualitas lingkungan hidup yang ditunjukkan dengan membaiknya
indeks kualitas lingkungan hidup; dan (iii) terpeliharaindeks kualitas lingkungan hidup
yang disepakati, disusun, dan digunakan sebagai salah satu alat untuk mengukur
pembangunan yang berkelanjutanelain itu terdapat beberapa kebijakan nasional lainnya
yang sudah diterapkan oleh pemerinta Indonesia dalam menjaga biodiversity di negara
kita.
6. Kolaborasi Internasional
Kolaborasi internasional pada Dekade Keempat (2002-2012), ditandai dengan Deklarasi
Johannesburg, yang merupakan hasil dari World Summit on Sustainable Development di
Johannesburg, Afrika Selatan, diselenggarakan pada tanggal 2 – 11 September 2002.
Selain itu juga melahirkan Johannesburg Plan of Implementation yang merupakan cetak
biru tindakan komprehensif yang akan diambil secara global, nasional dan regional oleh
berbagai organisasi, aktor, kelompok besar dan komunitas lokal untuk melindungi
lingkungan alam yang terkena dampak langsung oleh manusia. Selain itu, ada Konvensi
Keanekaragaman Hayati (UN Convention on Biodiversity/UNCBD) yang merupakan
instrumen hukum internasional pertama yang secara eksplisit mengakui keterkaitan antara
kearifan lokal masyarakat adat dan masyarakat lokal dengan konservasi keanekaragaman
hayati. Pasal 8(j) dan 10(c) dari konvensi ini mewajibkan 193 negara anggotanya untuk
melindungi kearifan lokal masyarakat dengan menjamin integritas budaya, mendorong
penggunaan sumber daya hayati tradisional yang berkelanjutan dan menghargai struktur
pembuatan kebijakan dalam masyarakat adat dan masyarakat lokal tersebut.
Perlindungan terhadap lingkungan secara lebih jelas baru dimulai pada abad ke20, terlihat
dengan semakin banyaknya perjanjian-perjanjian baik bersifat bilateral maupun
multilateral tentang perlindungan terhadap lingkungan disepakati oleh negara-negara di
dunia. Peranjian-perjanjian tersebut pada umumnya dipelopori oleh negara maju dan
kemudian diikuti oleh negara-negara berkembang.
Konsep pembangunan berkelanjutan yang mulai menjadi agenda internasional sejak
konferensi Stockholm telah menghasilkan berbagai kesepakatan internasional,
kelembagaan kerjasama internasional, maupun aksi dan kebijakan tingkat nasional terkait
lingkungan dan pembangunan. Isu lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan
diangkat dan dikonsolidasikan lebih lanjut dalam konferensi Rio – UN Conference on
Environment and Development (UNCED) yang diselenggarakan pada tahun 1992 di Rio
de Jainero yang juga dikenal sebagai Earth Summit (KTT Bumi). Konferensi Rio
menghasilkan serangkaian dokumen dan kesepakatan terkait pembangunan berkelanjutan
dan lingkungan hidup, yaitu (i) Deklarasi Rio, (ii) Agenda 21, (iii) Prinsip Kehutanan,
(iv) Kesepakatan tentang Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological
Diversity/CBD), dan (v)Kerangka Konvensi Perubahan Iklim (United NationFramework
Convention on Climate Change/UNFCCC). Selain itu, ada Deklarasi Manila yang
membahas tentang Industri Hijau. disebutkan beberapa poin penting dari kerangka kerja
aksi peningkatan efisiensi produksi dalam rangka memajukan daya saing ekonomi dan
perdagangan dari industri yang ada di wilayah yaitu (UNIDO, 2010): 1. Memanfaatkan
secara efektif materi, energi dan air melalui implementasi berkelanjutan dari produksi
bersih; 2. Mendorong inovasi, pengembangan dan transfer teknologi ramah lingkungan
(EST); 3. Inovasi dan produksi bersih, Research and Development (R & D), serta
pelatihan dan pendidikan akan menjadi kunci yang cocok untuk memelihara dan
mengembangkan teknologi ramah lingkungan yang akan mendukung ekonomi hijau di
wilayah tersebut; 4. Menangani industri hijau dalam konteks pembangunan berkelanjutan,
yang memberikan kontribusi untuk pengentasan kemiskinan, penyediaan pekerjaan yang
layak, pembangunan sosial, dan lingkungan yang lebih baik bagi semua; 5.
Menumbuhkan lingkungan bisnis yang layak, kondusif untuk investasi, dan pembiayaan,
sistem energi bersih, produksi bersih, sumber daya yang efisien, industri rendah karbon,
dan jasa lain yang sesuai di wilayah tersebut. Berkenaan dengan hal tersebut, pemerintah
perlu menyiapkan strategi yang praktis untuk melaksanakan tindakan-tindakan menuju
percepatan penggunaan sumber energi terbarukan dan aplikasi yang luas dari teknologi
yang tepat, dan transfer ESTs untuk teknologi bersih; 6. Mendorong penerapan strategi
dan rencana pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, dengan
mengintegrasikan konsumsi dan produksi ke dalam kebijakan pembangunan nasional dan
menghubungkan pertumbuhan ekonomi, degradasi lingkungan melalui peningkatan
efisiensi dalam penggunaan energi, material, dan air dalam proses produksi, seperti yang
disebut dalam pelaksanaan rencana Johannesburg; dan 7. Mendukung dan memajukan
pengembangan kapasitas pasokan nasional untuk barang dan jasa lingkungan, termasuk
daur ulang dan industri pengolahan limbah, melalui layanan tepat lainnya

Sumber:
Parmawati, Rita. 2019. Valuasi Ekonomis Sumberdaya Alam dan Lingkungan Menuju
Ekonomi Hijau. Malang: UB Press.
Pitaloka, D. 2021. Implementasi Hukum Lingkungan Internasional Dalam Hukum Nasional
Indonesia. Jurnal Kompilasi Hukum Volume 6 No. 2: Universitas Mataram.
Subhan, A.M. 2018. Kolaborasi Pembangunan Ekonomi di Negara berkembang. Makassar:
CV Sah Media.
Kehati Indonesian Biodiversity Conservation Trust Fund. (2000). Kerusakan Lingkungan
Mengancam Keanekaragaman Hayati. Jakarta: Yayasan Kehati
Dewi, K I., et al. 2013. Kumpulan Pemikiran Pengembangan Green Economy di Indonesia.
Jakarta: Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

Anda mungkin juga menyukai