DOSEN PENGAJAR :
DR.M.GENTA SOERIANTO, M.H
DISUSUN OLEH:
APEN TARUNA (2295101021)
RICKI WIRYANTO (2295101001)
BUDI NUARI PERDANA (2295101012)
2
Pengelolaan lingkungan hidup saat ini berbasis teknik ramah lingkungan.
Banyak penggiat lingkungan yang melakukan sosialisasi atau mengampanyekan arti
penting menjaga lingkungan hidup kepada masyarakat. Adapun tujuan sosialisasi yang
dilakukan semata-mata untuk mengajak masyakat menjaga lingkungan hidup dengan
sebaik-baiknya. Hal ini sebagaimana yang tertulis dalam Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 54 ayat 2
yang menyatakan penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar,
remediasi, rehabilitasi, restorasi, dan cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Guna Tanah.
d) Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan, dengan
tujuan pokoknya:
1) Menanggulangi kasus pencemaran.
2) Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
3) Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
e) Pemerintah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon
3) Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan
ozon di atmosfer
Gas freon yang digunakan untuk pendingin pada AC maupun kulkas serta
dipergunakan di berbagai produk kosmetika, adalah gas yang dapat bersenyawa dengan gas
ozon, sehingga mengakibatkan lapisan ozon menyusut. Lapisan ozon adalah lapisan di
atmosfer yang berperan sebagai filter bagi bumi, karena mampu memantulkan kembali sinar
ultraviolet ke luar angkasa yang dipancarkan oleh matahari. Sinar ultraviolet yang berlebihan
akan merusakkan jaringan kulit dan menyebabkan meningkatnya suhu udara. Pemanasan
global terjadi di antaranya karena makin menipisnya lapisan ozon di atmosfer.
c. Pelestarian hutan
Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa
diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak.
Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya
kerusakan hutan. Selain menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, hutan juga
penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air. Upaya yang dapat
dilakukan untuk melestarikan hutan antara lain:
1) Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
2) Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
3) Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
4) Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.
5) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan
mengenai pengelolaan hutan.
d. Pelestarian laut dan pantai
Selain hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial. Kerusakan biota laut dan
pantai banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir pantai, terumbu karang di
laut, pengrusakan hutan bakau, merupakan kegatan-kegiatan manusia yang mengancam
kelestarian laut dan pantai.
Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai disebabkan telah hilangnya
hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan pelindung alami terhadap gempuran ombak.
Upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan:
1) Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau
di areal sekitar pantai.
2) Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun
6
di dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.
3) Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia dalam mencari
ikan.
4) Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.
Hal ini dilakukan dengan pembentukan Kelompok Kerja Nasional ISO 14000 oleh
Bapedal pada tahun 1995 untuk membahas draf standar ISO tersebut sejak tahun 1995.
Anggota Kelompok Kerja tersebut berasal dari berbagai kalangan, baik Pemerintah,
Swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat, maupun pakar pengelolaan lingkungan.
Kementerian lingkungan hidup (Bapedal pada waktu itu) dan Badan Standardisasi Nasional
(BSN) bekerjasama dengan Kelompok kerja nasional ISO 14000 dan berbagai stakeholders
sejak tahun 1995 mengkaji, menyebarkan informasi, dan melakukan serangkaian kegiatan
penelitian dan pengembangan penerapan Sistem Manajemen Lingkungan.
7
2.4. Perkembangan Standar Manajemen Lingkungan
Tahun 1996-1998, serangkaian seminar, lokakarya, penelitian dan proyek
percontohan Sistem Manajemen Lingkungan telah diprakarsai oleh Kementerian
Lingkungan Hidup, bekerjasama dengan BSN dan berbagai pihak. Dengan perannya
sebagai fasilitator dalam pengembangan ISO 14000 di Indonesia, Kementerian Lingkungan
Hidup menyediakan media bagi semua pihak yang berkepentingan untuk aktif dalam
program pengembangan standar ISO 14000, yaitu melalui Kelompok Kerja Nasional ISO
14000 (Pokjanas ISO 14000).
Kelompok kerja tersebut sampai saat ini masih aktif dalam melaksanakan diskusi-
diskusi membahas penerapan standar ISO 14000. Sekretariat Pokjanas ISO 14000 tersebut
difasilitasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Asisten Deputi Urusan Standarisasi dan
Teknologi. Untuk menfasilitasi penerapan standar ISO 14000 di Indonesia dan
mempermudah penerapan dilapangan serta untuk menyamakan persepsi mengenai
pelaksanaannya, maka Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan BSN telah
melakukan adopsi terhadap beberapa Standar Internasional ISO 14000 menjadi Standar
Nasional Indonesia (SNI). Standar yang telah diadopsi tersebut diantaranya:
8
2.5. Gambaran Umum ISO 14000
International Organization For Standartization atau ISO yang berkedudukan
di Jenewa Swiss adalah badan federasi internasional dari badan-badan standarisasi
yang ada di 90 negara. Persetujuan internasional yang telah disepakati bersama
merupakan hasil utama dari badan internasional ini. ISO (International
Standarisation Organisation) adalah organisasi non-pemerintah dan bukan
merupakan bagian dari PBB atau WTO (World Trade Organization) walaupun
Standar-standar yang dihasilkan merupakan rujukan bagi kedua organisasi tersebut.
Anggota ISO, terdiri dari 110 negara, tidak terdiri dari delegasi pemerintah tetapi
tersusun dari institusi standarisasi nasional sebanyak satu wakil organisasi untuk
setiap negara.
International Organization For Standartization atau ISO 14000 adalah
standar sistem pengelolaan lingkungan yang dapat diterapkan pada bisnis apa pun,
terlepas dari ukuran, lokasi atau pendapatan. Tujuan dari standar adalah untuk
mengurangi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh bisnis dan untuk
mengurangi polusi dan limbah yang dihasilkan oleh bisnis. Versi terbaru ISO 14000
dirilis pada tahun 2004 oleh Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO) yang
memiliki komite perwakilan dari seluruh dunia. ISO-14000 memiliki beberapa seri,
yaitu :
a. ISO 14001 : Sistem Manajemen Lingkungan
b. ISO 14010 – 14015 : Audit Lingkungan
c. ISO 14020 – 14024 : Label Lingkungan
d. ISO 14031 : Evaluasi Kinerja Lingkungan
e. ISO 14040 – 14044 : Assessment/Analisa Berkelanjutan
f. ISO 14060 : Aspek Lingkungan dari Produk
Tujuan utama dari serangkaian norma-norma ISO 14000 adalah untuk
mempromosikan pengelolaan lingkungan yang lebih efektif dan efisien dalam organisasi
dan untuk menyediakan tools yang berguna dan bermanfaat – misalnya penggunaan biaya
yang efektif, system-based, fleksibel dan sehingga mencerminkan organisasi yang baik.
ISO 14000 menawarkan guidance untuk memperkenalkan dan mengadopsi sistem
manajemen lingkungan berdasar pada praktek-praktek terbaik, hampir sama di ISO 9000
pada sistem manajemen mutu yang sekarang diterapkan secara luas. ISO 14000 ada untuk
membantu organisasi meminimalkan bagaimana operasi mereka berdampak negatif pada
lingkungan. Struktur ini mirip dengan ISO 9000 manajemen mutu dan keduanya dapat
diimplementasikan berdampingan. Agar suatu organisasi dapat dianugerahi sertifikat ISO
14001 mereka harus diaudit secara eksternal oleh badan audit yang telah terakreditasi.
Badan sertifikasi harus diakreditasi oleh ANSI-ASQ, Badan Akreditasi Nasional di
9
Amerika Serikat, atau Badan Akreditasi Nasional di Irlandia.
10
2.6. ISO 14000 di Indonesia
Indonesia adalah salah satu negara yang menerapkan standar ISO 14000 dalam
pengelolaan lingkungan di dunia industri. Seperti yang disebutkan di atas bahwa negara
Indonesia telah menerapkan standar ISO dari tahun 1993. Hal ini terus dikembangkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan Kelompok
Kerja Nasional ISO 14000. Berbagai program seminar dan penelitian mengenai ISO 14000
terus dikembangkan di Indonesia. Pada tahun 1996-1998, serangkaian seminar, lokakarya,
penelitian dan proyek percontohan Sistem Manajemen Lingkungan telah diprakarsai oleh
Kementerian Lingkungan Hidup, bekerjasama dengan BSN dan berbagai pihak. Rangkaian
kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menjadi investasi awal bagi penerapan ISO 14001 di
Indonesia dalam menumbuhkan sisi “demand” maupun “supply” menuju mekanisme pasar
yang wajar.
Perusahaan perlu memiliki sistem pengelolaan lingkungan yang efisien and efektif.
Hal ini dikarenakan meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap kelestarian lingkungan,
semakin ketatnya peraturan-peraturan lingkungan dan tekanan dari pasar kepada
perusahaan-perusahaan mengenai komitmen terhadap lingkungan. Di dalam menguji
keandalan sistem para pemasoknya, perusahaan-perusahaan ini telah melakukan kajian
atau audit lingkungan untuk menilai kinerja lingkungannya (atau yang biasa disebut audit
pihak kedua). Tetapi untuk menyakinkan bahwa sistem perusahaan-perusahaan telah
memenuhi dan secara terus menerus dapat memenuhi persyaratan-persyaratan internasional
ini maka banyak perusahaan perlu melibatkan pihak independent sebagai penilai sistem
mereka. Dari perspektif ini maka muncullah badan-badan sertifikasi yang menjembatani
antara kebutuhan calon konsumen dengan para pemasok dalam masalah kinerja
lingkungan.
Berdasarkan diskusi dengan berbagai pihak berkepentingan di Indonesia,
kementrian lingkungan hidup menyadari potensi penerapan standar ISO 14000 bagi
peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan hidup Indonesia serta peningkatan peran serta
dunia usaha untuk secara pro-aktif mengelola lingkungan. Oleh karena itu, kementrian
lingkungan hidup mendorong dan memfasilitasi penerapan standar ISO 14000 di
Indonesia.
11
Berbagai seminar, lokakarya, pelatihan tentang ISO 14000 telah dilaksanakan sejak
tahun 1995, yang dimaksudkan menjadi motor penggerak penerapan standar ISO 14000 di
Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan populasi para praktisi dalam bidang tersebut serta
dengan pendekatan pemberdayaan pihak swasta yang kompeten, maka kementrian
lingkungan hidup mengharapkan agar peran motor penggerak penerapan standar ISO 14000
tersebut dilanjutkan oleh pihak swasta. Hal ini konsisten dengan latar belakang
pengembangan standar ISO 14000 yang dimotori oleh dunia usaha dan didukung oleh para
praktisi berpengalaman.
Terkait dengan komitmen memfasilitasi penerapan standar ISO 14000 tersebut,
kementrian lingkungan hidup pada saat ini mempunyai unit kerja Asisten Deputi Urusan
Standarisasi dan Teknologi. Fokus perhatian yang diberikan adalah efektifitas penerapan
sistem manajemen lingkungan, baik yang dengan sertifikasi ISO 14001 maupun yang tidak.
12
BAB III
PENUTUP
Menurut UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya
yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Semua manusia harus ikut serta dalam upaya melestarikan lingkungan karena
lingkungan adalah tempat dimana kita hidup. Dengan melestarikan lingkungan berarti kita
telah menyelamatkan beribu bahkan berjuta juta nyawa. Karena banyak nyawa yang
melayang itu banyak disebabkan adanya kerusakan lingkungan.
Upaya pemerintah untuk mengatasi kerusakan lingkungan yaitu dengan menyusun,
menerbitkan, dan memberlakukan Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang yang berkaitan
dengan lingkungan, membentuk Badan Pengendalian Lingkungan, serta mencanangkan
gerakan menanam sejuta pohon
International Organization For Standartization atau ISO 14000 adalah standar
sistem pengelolaan lingkungan yang dapat diterapkan pada bisnis apa pun, terlepas dari
ukuran, lokasi atau pendapatan. Tujuan dari standar adalah untuk mengurangi kerusakan
lingkungan yang disebabkan oleh bisnis dan untuk mengurangi polusi dan limbah yang
dihasilkan oleh bisnis. Versi terbaru ISO 14000 dirilis pada tahun 2004 oleh Organisasi
Internasional untuk Standarisasi (ISO) yang memiliki komite perwakilan dari seluruh
dunia. ISO-14000 memiliki beberapa seri, yaitu :
a. ISO 14001 : Sistem Manajemen Lingkungan
b. ISO 14010 – 14015 : Audit Lingkungan
c. ISO 14020 – 14024 : Label Lingkungan
d. ISO 14031 : Evaluasi Kinerja Lingkungan
e. ISO 14040 – 14044 : Assessment/Analisa Berkelanjutan
f. ISO 14060 : Aspek Lingkungan dari Produk
Negara Indonesia telah menerapkan standar ISO dari tahun 1993. Hal ini terus
dikembangkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Badan Standardisasi Nasional
(BSN) dan Kelompok Kerja Nasional ISO 14000. Berbagai program seminar dan
penelitian mengenai ISO 14000 terus dikembangkan di Indonesia. Pada tahun 1996-1998,
serangkaian seminar, lokakarya, penelitian dan proyek percontohan Sistem Manajemen
Lingkungan telah diprakarsai oleh Kementerian Lingkungan Hidup, bekerjasama dengan
BSN dan berbagai pihak.
Untuk meningkatkan kinerja lingkungan dalam bentuk pengurangan dampak
lingkungan, bisa didekati dengan paradigma eko-efisiensi yang berfokus pada usaha bisnis
menuju efisiensi yang secara langsung dan tak langsung akan mengurangi dampak pada
13
lingkungan dan efisiensi sumberdaya pula. Bila melihat dalam kacamata penerapan ISO
14001, langkah menuju eko-efisiensi dapat dicapai dengan cara melangkah setelah fase
pemenuhan peraturan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Suparmoko. (1997). Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Yogyakarta: BPFE.
15
16
Instrumen Lingkungan ISO
14000
Alpianor_E2F214002