Anda di halaman 1dari 28

KONSEP DAYA DUKUNG:

Manajemen Daya Dukung


Ekowisata
Daya Dukung Pariwisata:
Fantasi yang Menggoda atau
Realitas yang Berguna?
McCool SF, Lime DW. 2001.
Journal of Sustainable Tourism. 9(5):372-388
KONSEP DAYA DUKUNG
• Organisme hidup dengan ukuran tubuh yang berbeda memiliki
kebutuhan kuantitatif dan kualitatif yang berbeda, menunjukkan
bahwa ukuran daya dukung merupakan fungsi dari tujuan pemilik
lahan sesuai dengan karakteristik lingkungannya‘
• Ketersediaan kondisi yang sesuai untuk hidup menentukan jumlah
organisme yang dapat hidup di lingkungannya' (Carey 1993)
• Daya dukung dalam konteks manajemen didasarkan pada asumsi neo-
Malthus bahwa populasi tumbuh secara eksponensial, tetapi pada
akhirnya terbatas sehingga pertumbuhan terjadi dalam pola logistik
(kurva sigmoid) (Gamar 1).
Gambar 1. Model pertumbuhan populasi neo-Malthus
Gambar 2. Saat ini,
penelitian dan pengelolaan
tempat rekreasi secara
implisit mengasumsikan
bahwa tingkat penggunaan
dan dampak terkait secara
linier, seperti yang
ditunjukkan secara
skematis pada Garis B
Gambar 3. Keberadaan daya
dukung bawaan atau intrinsik
digambarkan pada Garis C.
Dampak meningkat secara
perlahan sebagai tanggapan
atas penggunaan rekreasi dan
kemudian mencapai ambang
batas di mana kondisi
memburuk dengan cepat.
Daerah ambang ini kemudian
akan mewakili daya dukung
pariwisata dan rekreasi.
Gambar 4. Garis A: Hubungan yang
menunjukkan bahwa (1) dampak
akan muncul setiap kali
penggunaan wisata diizinkan); (2)
untuk daerah dengan tingkat
kunjungan yang sudah tinggi,
pengurangan penggunaan harus
sangat dramatis sebelum dampak
diharapkan dapat diredam; dan (3)
setelah dampak parah, perbaikan
mungkin sulit dan memakan waktu
untuk dicapai.
MANAJEMEN DAYA DUKUNG EKOWISATA
• Lime (1970) juga menunjukkan bahwa penggunaan rekreasi
menyebabkan perubahan kuantitatif dan kualitatif pada lingkungan,
yang mengarah ke pertanyaan tentang seberapa banyak penggunaan
dan jenis perubahan apa yang dapat diterima - pertanyaan yang
paling baik dapat diatasi dengan memahami tujuan pengelolaan yang
ditetapkan. Hal ini menyiratkan bahwa kapasitas sosial tampak
sebagai fungsi dari motivasi dan harapan wisatawan
• Kapasitas sosial akan bervariasi tergantung pada motivasi yang dicari
wisatawan selama kunjungan ke alam sehingga berbagai daya dukung
rekreasi tergantung pada kebutuhan apa yang harus ditangani.
Gambar 5. Pengaruh
penjejalan terhadap kualitas
yang dihasilkan dari
pemenuhan kebutuhan yang
umumnya memotivasi rekreasi.
Pada sumbu horizontal, jumlah
orang bertambah ke kanan.
pada sumbu vertikal, kualitas
meningkat dengan ketinggian
(Wagar 1964)
• Daya dukung rekreasi : jumlah penggunaan rekreasional yang
diperbolehkan oleh tujuan pengelolaan suatu kawasan. Definisi ini
mengarah pada dua kesimpulan mendasar: (1) tidak ada yang namanya
daya dukung intrinsik atau bawaan; dan (2) suatu kawasan dapat memiliki
berbagai kapasitas, tergantung pada tujuan apa yang diproyeksikan untuk
kawasan tersebut
• Frissell dan Stankey (1972) menyatakan bahwa daya dukung adalah
"jumlah perubahan di suatu daerah" yang diizinkan oleh tujuan
pengelolaan suatu daerah. Oleh karena itu, publik berperan penting dalam
memberikan nilai dan etika yang diperlukan untuk mengembangkan tujuan
pengelolaan. Argumen ini menentukan seberapa banyak perubahan
lingkungan yang dapat diterima merupakan penilaian sosial, yang
diinformasikan oleh sains, dan dibuat dalam lingkungan politik.
• Jika pengunjung dan penduduk sekitar kawasan memiliki berbagai
persepsi tentang kondisi yang sesuai atau dapat diterima, bagaimana
cara memilih persepsi mana yang 'dihitung' atau paling dihitung
dalam membangun daya dukung?
• Perumusan daya dukung pariwisata berbasis numerik yang mencapai
kesepakatan antara tujuan keseluruhan pengelolan dengan tujuan
spesifik akan menghasilkan manfaat yang jauh lebih besar bagi
masyarakat lokal dibandingkan perumusan daya dukung di atas ilusi
objektivitas ilmiah (McCool dan Lime 2001).
ALTERNATIF PENDEKATAN DAYA DUKUNG BERBASIS NUMERIK:
Kerangka kerja
Kerangka kerja (framework) yang biasa digunakan dalam pengelolaan pariwisata:
❑ Limits of Acceptable Change (LAC)
❑ Visitor Impact Management (VIM)
❑ Visitor Experience and Resource Protection (VERP)
❑ Visitor Activity Management Planning (VAMP)
❑ Tourism Optimization Management Model (TOMM).

Perbedaan utama antara framework dengan daya dukung adalah framework


hanya kerangka kerja pengambilan keputusan, bukan teori ilmiah. Meskipun
begitu, framework berguna dalam pemberian peluang untuk menemukan
tindakan pengelolaan alternatif yang sesuai standar yang ditetapkan pengelola.
MANAJEMEN DAYA DUKUNG EKOWISATA : Pengawetan berbasis
restorasi dan manajemen adaptif
Daya dukung merupakan instrumen penting manajemen ekowisata

Daya dukung ekowisata dapat ditentukan terutama dalam batasan


ekologi dan kerusakan kawasan. Bagaimanapun, sudut pandang
yang berorieantasi sumberdaya ini harus ditambah dengan
pertimbangan nilai kemanusiaan (J. A. Wagar 1964).

Daya dukung ekowisata telah diperluas menjadi konsep tiga


dimensi dengan menambahkan pertimbangan manajemen
(Manning and Lime 1996) (Gambar 6)
Gambar 6. Tiga dimensi daya
dukung ekowisata (dari Manning
dan Lime 1996).
Daya dukung, terdiri atas komponen deskriptif dan
komponen evaluatif atau preskriptif

Komponen deskriptif fokus pada fakta, data


obyektif. Sebagai contoh, hubungan antara jumlah
pengunjung dan penjejalan yang dirasakan (Gambar
7).
Gambar 7. Hubungan hipotetis antara
jumlah pengunjung dan dampak yang
ditimbulkan (adaptasi dari Manning dan
Lime 1996).
Komponen evaluatif atau preskriptif fokus pada issu yang
lebih subyektif tentang berapa banyak dampak atau
perubahan kawasan konservasi yang dapat diterima
(acceptable). Sebagai contoh, berapa level penjejalan yang
dirasakan yang diijinkan ?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan evaluatif/preskriptif
dapat ditemukan melalui perumusan tujuan manajemen
(terkadang disebut kondisi yang diinginkan) dan indikator
serta standarnya
Tujuan, indikator, dan standar manajemen
ekowisata
• Tujuan manajemen (=kondisi yang dikehendaki), luas/umum, pernyataan
naratif yang mendefinisikan tipe dan kualitas kondisi kawasan yang ingin
dipertahankan (dipreservasi).
• Indikator, lebih spesifik, variabel yang dapat diukur yang mencerminkan
esensi dari tujuan manajemen; merupakan proksi yang dapat dikuantifikasi
atau ukuran-ukuran dari tujuan manajemen. Indikator dapat termasuk
unsur sumberdaya, pengalaman, dan lingkungan manajemen (kebijakan,
legislasi, pedoman, dll.) yang penting dalam menentukan tipe dan kualitas
kondisi kawasan (yang dikehendaki).
• Standar mendefinisikan kondisi minimum yang dapat diterima dari
variabel-variabel indikator.
Contoh
• Menyediakan “kesendirian”, merupakan tujuan manajemen (kondisi
yang dikehendaki ) ekowisata bagi kebanyakan kawasan alami.
“kesendirian” suatu konsep yang sangat abstrak, bagaimana
“kesendirian” diukur?
• “kesendirian” dapat didefinisikan sebagai jumlah pengunjung lain di
sepanjang trail atau tempat berkemah. Dengan demikian, “jumlah
perjumpaan (dengan orang/kelompok lain) sepanjang trail dan/atau
di perkemahan secara potensial merupakan variabel indikator yang
bagus karena dapat diukur, dapat dikelola, dan sebagai proksi untuk
tujuan manajemen (kondisi yang dikehenaki), “sunyi”.
• Standar berapa banyak perjumpaan yang dapat dialami sepanjang
trail dan/atau di perkemahan sebelum “kesendirian” menurun
sampai tingkat yang tidak dapat diterima. Misal, hasil penelitian
menunjukkan:
Tidak lebih dari lima kelompok lain dijumpai sepanjang trail dapat diterima
Menginginkan berkemah di luar penglihatan dan suara kelompok lain.

ARTINYA, maksimum lima perjumpaan dengan kelompok lain


sepanjang trail dan/atau tidak ada kelompok lain yang berkemah yang
terlihat dan terdengar suaranya, dapat menjadi standar manajemen
daya dukung kawasan konservasi.
Ciri-ciri indikator yang baik
1.Khusus (specific): indikator harus mendefinisikan kondisi khusus
daripada umum. Sebagai contoh, “sunyi” tidak akan menjadi
indikator yang baik karena terlalu umum. Tetapi, “jumlah kelompok
lain yang dijumpai sepanjang trail” akan menjadi variabel indikator
yang lebih baik
2.Obyektif (objective): indikator harus obyektif daripada subyektif.
Yaitu, variavel-variabel indikator harus dapat diukur secara absolut,
istilah-istilah yang tegas.
3.Andal dan dapat diulang (Reliable and repeatable): Suatu indikator
dapat diandalkan dan dapat diulang ketika pengukuran menghasilkan
hasil yang serupa dalam kondisi yang serupa
4.Berkaitan dengan penggunaan pengunjung (Related to visitor use):
indikator harus berkaitan dengan paling sedikit satu dari atribut-atribut
penggunaan pengunjung berikut: level penggunaan, tipe penggunaan
(aktivitas/kegiatan rekreasi), lokasi penggunaan, atau perilaku
pengunjung.
5.Sensitif (Sensitive) : Indikator harus peka terhadap penggunaan
pengunjung dalam periode waktu yang relatif singkat. Saat tingkat
penggunaan berubah, indikator harus merespons kira-kira pada derajat
proporsional yang sama
6.Dapat dikelola (manageable): Indikator harus responsif terhadap,
dan membantu menentukan keefektifan, tindakan pengelolaan.
7.Efisien dan efektif untuk mengukur (Efficient and effective to
measure): Indikator harus relatif mudah dan hemat biaya untuk
diukur.
8.Integratif atau sintetis (Integrative or synthetic): Ada banyak
potensi tujuan pengelolaan / kondisi yang diinginkan untuk dicapai
dan dipelihara dari kawasan konservasi. indikator integratif atau
sintetik — variabel yang merupakan proksi untuk lebih dari satu
komponen kawasan konservasi — sangat berguna. Misalnya, indikator
dampak jejak atau lokasi perkemahan mungkin berguna sebagai
ukuran kondisi sumber daya sekaligus indikator dimensi estetika dari
kualitas pengalaman pengunjung
9.Signifikan (Significant): Mungkin karakteristik yang paling penting
dari indikator, bahwa mereka membantu menentukan kualitas sumber
daya kawasan dan pengalaman pengunjung.
TUJUAN MANAJEMEN
DAYA DUKUNG EKOWISATA

Indikator-indikator yang menggambarkan kondisi


sumberdaya, pengalaman, dan pratik manajemen yang
dikehendaki

Tindakan
manajemen Pemantauan

Standar yang disepakati bersama


(norma sosial)

Gambar. Siklus Adaptive Management


PENGEMBANGAN EKOWISATA DI TAMAN
NASIONAL

Ekowisata dikembangkan di zone pemanfaatan !

Taman nasional dikelola dengan sistem zonasi


Zonasi: pembagian kawasan ke dalam zone-zone pengelolaan
Zone inti : Bagaimana dikelola ?
Zone pemanfaatan : Bagaimana dikelola ?
PENGEMBANGAN EKOWISATA DI
ZONE PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL
Inventarisasi potensi zone pemanfaatan  Tugas Pemerintah
Membagi zone kedalam petak-petak pemanfaatan/pengusahaan
(satuan izin usaha )  Tugas Pemerintah (minimal deliniasi batas
petak)
Menentukan tujuan manajemen daya dukung untuk setiap petak 
Tugas Pemerintah
Rencana akses ke setiap petak Tugas Pemerintah (trase jalan)
Menentukan variabel indikator sebagai proksi tujuan manajemen
daya dukung petak  Tugas Pemerintah / Pemegang Izin Usaha
(termuat dalam rencana usaha)
Menentukan standar bagi indikator manajemen daya dukung petak
petak  Tugas Pemerintah / Pemegang Izin Usaha (termuat dalam
rencana usaha)
Memantau indikator manajemen daya dukung petak  Tugas
Pemerintah / Pemegang IzinUsaha (termuat dalam rencana usaha)
Membandingkan indikator dengan standar  Tugas Pemerintah/
Pemegang Izin Usaha
Meningkatkan kinerja indikator yang berada di bawah standar 
Tugas Pemegang Izin Usaha
Salam sehat,
tetap semangat

Anda mungkin juga menyukai