DOSEN PENGAMPUH:
LALU ADI PERMADI
KELOMPOK 8
Nama-Nama Kelompok
1.Detri R.Wandik
2.
Kata Pengantar
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Pariwisata di Desa Sade" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang manusia Pentingnya pengembangan wisata di daerah lombok
tentunya.Wisata ini juga tuntuntu juga bermanfaat bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis jugaUcapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Daftar Isi
1. Cover
2. Kata Pengantar
3. Daftar isi
4. Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Pengertian
5. Kajian Teori
6. Pembahasan
7. Penutup
8. Daftar isi
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam arti yang sangat luas, kebudayaan dapat dinyatakan sebagai keseluruhan masalah-
masalah sepiritual, material, segi-segi intelektual dan emosional yang beragam,dan memberi
watak kepada suatu masyarakat atau kelompok sosial.Kebudayaan juga dapat pula diartikan
sebagai segenap perwujudan dan keseluruhan hasil pikiran (logika), kemauan (etika), serta
perasaan (estetika) manusia dalam rangka perkembangan pribadi manusia; hubungan manusia
dengan manusia,hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan Tuhan
(Bandem, 1995).
Para ahli kebudayaan menekankan pentingnya aspek kebudayaan diperhitungkan dalam
pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat
(1990), adalah kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dirinya dengan belajar.
Selanjutnya menurut Koentjaraningrat, ada tujuh unsur kebudayaan secara universal, yaitu;
(1). Bahasa, (2). Sistem teknologi, (3).
Sitem mata pencaharian atau ekonomi, (4). Organisasi sosial, (5). Sitem pengetahuan, (6).
Religi, dan (7). Kesenian.
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan
kecil, dan pendukungnya terdiri dari kelompok-kelompok suku bangsa yang sangat beragam
wujudnya.
Jika dipandang dari sudut budaya, di Indonesia terdapat budaya-budaya yang sangat beragam
(pluralistik), mulai dari adanya budaya lokal, suatu kebudayaan yang berlaku dalam
lingkungan keluarga; kebudayaan daerah, suatu kebudayaan yang disepakati oleh daerah atau
suku bangsa tertentu seperti kebudayaan Jawa, Bali, Minang, Sunda, Bugis, Sasak, Dayak,
Papua, Madura, dan sebagainya.
Wawasan aneka budaya (multikultural) dalam dasawarsa terakhir ini banyak sekali
ditampilkan dan dianjurkan dalam berbagai forum (Edi Sedyawati 2002), namun sebenarnya
perlu disadari bahwa situasi aneka budaya itu tidak sama di semua negara, meskipun sama-
sama mempunyai keanekaragaman budaya.
Pariwisata di Indonesia akhir-akhir ini berkembang dengan pesat. Hampir seluruh daerah atau
provinsi mengembangkan program pariwisata dengan cara menjual atau menawarkan
keindahan dan keunikan budaya serta lingkungan alamnya.
Sektor pariwisata memiliki potensi sebagai penggerak perekonomian yang sangat luas, yang
salah satunya dapat dilihat dari banyaknya kunjungan wisatawan pada obyek-obyek
pariwisata. Oleh karena itu sektor pariwisata menjadi salah satu faktor penting yang
diharapkan mampu menggantikan peranan sektor non migas.
Kesadaran tentang arti penting pariwisata terhadap perekonomian Indonesia telah
mendorong pemerintah untuk melakukan berbagai upaya untuk mempromosikan pariwisata
agar dapat memainkan peranan dengan tindakan yang nyata melalui campur tangan
pemerintah dengan adanya kebijakan dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan dan
diharapkan dapat memacu pertumbuhan.
Permasalahan yang dihadapi pariwisata diantaranya adalah kesadaran akan perilaku
pengunjung yang datang ke tempat wisata tersebut yang dimana faktornya kesadaran akan
kebersihan masih rendah, pelayanan yang diberikan di berbagai event-event dan kegiatan
yang dipertunjukkan kurang memuaskan, sarana dan prasarana yang disediakan masih
terbatas dan sebagainya, yang semuanya itu masih perlu mendapat perhatian serius karena
dapat mempengaruhi perilaku 2 konsumen atau wisatawan dalam pengambilan keputusan
tentang obyek wisata yang akan dikunjungi.
Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang atau organisasi dalam mencari,
membeli, memakai, mengevaluasi, dan membuang produk ataupun jasa setelah dikonsumsi
untuk memenuhi kebutuhannya. Atau Menurut Schiffman dan Kanuk [2000]: adalah proses
yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, &
bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi
kebutuhannya.
Konsumen dapat merupakan seorang individu maupun suatu organisasi, mereka memiliki
peran yang berbeda dalam perilaku konsumsi. Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam
beberapa tahap diantaranya tahap sebelum pembelian, pembelian, dan tahap setelah
pembelian barang atau jasa. Pada tahap sebelum pembelian konsumen biasanya melakukan
pencarian informasi mengenai produk dan jasa tersebut.
Pengertian perilaku konsumen adalah suatu proses yang dilalui oleh seorang konsumen dalam
mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi serta bertindak pada konsumsi barang dan
jasa, maupun ide yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan orang tersebut.
2. Menurut Mowen
Pengertian perilaku konsumen adalah berbagai tindakan terhadap produk dan jasa, termasuk
didalamnya adalah proses keputusan yang mengawali serta mengikuti tindakan pembelian
tersebut. Tindakan tersebut dilakukan dengan terlibat secara langsung dalam proses
memperoleh, mengkonsumsi, membuang suatu produk “barang atau jasa”.
4. Menurut The American Marketing Association
The American Marketing Association, consumer behavior adalah proses membagi interaksi
dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku dan lingkungan, dimana seseorang melakukan
pertukaran aspek kehidupan.
Mencakup proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang dilakukan konsumen secara fisik
dalam pengevaluasian, perolehan, penggunaan dan mendapatkan barang atau jasa
Pengembangan desa wisata sebagai destinasi berbasis ekowisata yang berkelanjutan perlu
adanya perhatian terhadap beberapa aspek psikologis yang mengiringi kebutuhan untuk
berwisata dan pemilihan destinasinya, antara lain persepsi, motivasi dan preferensi
wisatawan. Selanjutnya, aspek-aspek tersebut dielaborasikan dengan tujuh pilar
pengembangan ekowisata, yang kemudian dapat dipetakan pola perilaku (behavior patterns)
wisatawan.
Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang model
perilaku wisatawan pada destinasi desa wisata untuk memperoleh pengalaman, kepuasan,
kenangan dan pendidikan, serta memberikan manfaat ekologi, sosial-budaya, dan ekonomi
kepada masyarakat. Penelitian ini menganalisis perilaku wisatawan di desa wisata dengan
mengacu pada proses perilaku 3 tahap berwisata yaitu sebelum aktivitas berwisata (pre-
activity), aktivitas selama berwisata (on-going activity), dan aktifitas setelah berwisata (post-
activity).
Kegiatan sebelum berwisata terdiri dari aspek persepsi awal, motivasi, dan preferensi
terhadap desa wisata sebagai pilihan tujuan. Aktivitas selama berwisata dianalisis dengan
mengamati perilaku wisatawan di desa wisata selama berwisata, dan kegiatan setelah
berwisata dianalisis dengan menyelidiki persepsi akhir, kepuasan, dan keinginan untuk
kembali mengunjungi desa wisata. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner tertutup dengan
metode One Score- One Indicator Scoring System.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. perilaku pengunjung
Pengertian Perilaku Wisatawan/ pengunjung
Pemasaran pada dasarnya bertujuan memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta
keinginan wisatawan yang dituju atau wisatawan sasaran (target wisatawan). Bidang ilmu
perilaku wisatawan (tourist behavior) mempelajari bagaimana individu, kelompok, dan
organisasi memilih, membeli, memakai, serta memanfaatkan suatu produk dalam rangka
memuaskan kebutuhan dan keinginan wisatawan. Tantangan terbesar yang dihadapi daerah
tujuan wisata, khususnya bagian pemasaran, selama ini bagaimana mempengaruhi perilaku
wisatawan agar dapat mendukung produk (barang dan jasa) yang ditawarkan kepada
wisatawan. Tujuan terpenting dari setiap promosi adalah mempengaruhi wisatawan untuk
berkunjung, namun tindakan pembelian hanyalah salah satu bagian dari keseluruhan proses
perilaku konsumen.
Para ahli mendefinisikan perilaku wisatawan, menurut Morrisan (2007:64) perilaku
wisatawan adalah proses dan kegiatan yang terlibat ketika orang mencari, memilih,
menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk dan jasa untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginan mereka. Menurut Loudon dan Della Bitta (Buchari Alma, 2008:236) “Tourist
behavior may be defined as the decision process and physical activity individuals engage in
when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services“. (Perilaku wisatawan
adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini
melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-
barang dan jasa-jasa).
Perilaku wisatawan menurut Ali Hasan (2008:129) adalah respon psikologis yang
kompleks yang muncul dalam bentuk perilaku atau tindakan yang khas secara perseorangan
yang langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan produk serta menentukan
proses pengambilan keputusan dalam melakukan pembelian produk termasuk dalam
melakukan pembelian ulang, yang dimaksud adalah wisatawan berkunjung ke daerah tujuan
wisata, membeli souvenir, dan suatu saat wisatawan tersebut kembali berkunjung karena
merasa nyaman dan percaya.
Jurnal Ani Wijayanti (2004:108), menggambarkan perilaku wisatawan, yaitu
“Tourist behavior can be defined as the behavior that tourist display in searching for,
purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will
satisfy they needs”. Perilaku yang diperhatikan wisatawan dalam mencari, membeli,
menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat
memuaskan wisatawan untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk
atau jasa yang ditawarkan di daerah tujuan wisata.
Menurut Kotler dan Keller (2009:189) mengemukakan tentang definisi perilaku
wisatawan yaitu, “Tourist behaviour is study of how individuals, groups, and organizations
select, buy, use, and dispose of goods, services, ideas, or experiences to satisfy their needs
and wants”. Dapat dijelaskan bahwa pemasar atau perusahaan harus memahami tentang apa
yang menjadi kebutuhan dan keinginan wisatawan baik itu berupa jasa, ide-ide, atau
pengalaman yang mampu memuaskan keinginan dan kebutuhan wisatawan.
Terdapat beberapa hal yang penting yang dapat diungkapkan dari definisi yang telah
dipaparkan oleh para ahli, perilaku wisatawan adalah suatu proses yang terdiri dari beberapa
tahap yaitu.
1. Tahap perolehan (acquisition), mencari (searching) dan membeli (purchasing).
2. Tahap konsumsi (consumption) yang berupa menggunakan (using) dan mengevaluasi
(evaluating).
3. Tahap tindakan pasca pembelian (disposition) yang berupa tindakan wisatawan.
4. Perilaku wisatawan dalam mempengaruhi unit-unit pengambil keputusan (decision unit)
menurut Kotler dan Keller (2009:190) terdiri dari, wisatawan sendiri yang membentuk pasar
wisatawan (tourist market) dan wisatawan organisasional yang membentuk pasar bisnis
(business market). Adapun konsep personal tourist dalam definisi perilaku wisatawan dapat
lebih dijelaskan bahwa personal wisatawan merupakan individu yang membeli barang dan
jasa untuk dirinya sendiri, memenuhi kebutuhan keluarga dan dijadikan hadiah untuk orang
lain sehingga personal wisatawan merupakan pengguna terakhir .
B. desa sade
Salah satu kepulauan yang terdapat di Indonesia adalah Pulau Lombok. Pulau Lombok
memiliki banyak kebudayaan tradisional. Salah satu dari budaya tradisional yang terdapat di
Pulau Lombok ini adalah Desa Sade. Desa Sade adalah Desa Tradisional Sasak atau yang
biasa disebut dengan suku asli Pulau Lombok. Desa Sade ini berada di Rembitan, Kecamatan
Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Desa Sade dikenal sebagai
desa yang masih mempertahankan adat suku Sasak.
Jadi di desa ini baik itu rumah adat, baju adat, bahasa, kebiasaan dan lain sebagainya
semuanya masih seperti zaman dulu, masih kental dengan segala budaya dan tradisinya. Oleh
karena itu, desa ini dikenal dengan Desa Tradisional Suku Sasak Asli atau Sasak tulen. Suku
Sasak Sade terkenal di telinga wisatawan yang datang ke Lombok karena rumah adatnya
yang unik. Rumah adat Desa Sade Lombok ini, berbeda dengan rumah lainnya.
Rumah adat Desa Sade Lombok sangat sederhana dan dalam pembangunannya masih
menggunakan bahan yang didapat oleh warganya dari alam. Dinding dan lantai rumah adat
ini terbuat dari tanah liat atau gerabah. Sedangkan atapnya terbuat dari daun alang-alang yang
sudah kering.
Tak hanya itu, ada keunikan lain yang mungkin belum kalian ketahui yaitu, penduduk desa
setempat membersihkan lantai rumah adat Desa Sade menggunakan kotoran kerbau. Namun,
anehnya kotoran kerbau ini tidak berbau karena kotoran kerbau yang masih baru tersebut
dicampurkan dengan tanah liat lalu digosokkan ke lantai.
Unik bukan? Biasanya warga setempat membersihkan lantainya dengan kotoran kerbau
sebulan sekali. Hal ini yang membuat Desa Sade menjadi satu-satunya desa yang
membersihkan lantainya dengan kotoran kerbau. Selain rumah adat, Desa Sade juga terkenal
hingga mancanegara karena hasil kerajinan tangannya. Salah satu kerajinannya yaitu
berbahan dasar kayu. Desa Sade Sasak Lombok ini membuat kerajinan kayu yang sangat unik
dan indah Di pandang mata.
Tidak hanya itu, di Desa ini penduduknya juga membuat kerajinan kain tenun. Kain tenun
Desa Sade dibuat oleh kaum wanita yang berada dan bertempat tinggal di Desa Sade. Dalam
pembuatannya, kain tenun ini masih menggunakan Cara dan alat tradisional dengan
memanfaatkan kelincahan tangan si pembuat. Inilah yang membuat kain tenun Desa Sade
sangat kuat dan tidak mudah robek seperti kain-kain lainnya.
Ada beberapa kain tenun yang di buat di Desa Sade yaitu, kain tenun yang bernama sarung,
endek, rang-rang hingga songket. Semua kain tenun ini terbuat dari warna yang alami,
dengan benang yang kuat, serta kelincahan tangan para penenunnya.
Dengan segala keunikannya, desa ini pun menjadi tempat wisata favorit untuk mengenal
lebih dalam Suku Sasak asli pulau Lombok.
Jadi kunjungi Desa Sade Lombok yang kaya dengan keunikan dan Budaya yang masih
terasa. Jangan lupa ajak keluarga, teman, sahabat, pacar kalian, di jamin seru dan
menyenangkan. Selain liburan kalian juga bisa sambil belajar dan menambah wawasan
tentang budaya di Desa Sade ini
Daerah serta dekat dengan areal pengembangan kawasan Ekonomi Khusus Mandalika.
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan
pertimbangan tertentu dan tujuan tertentu. Oleh karena itu, strategi yang di gunakan untuk
penelitian ini adalah:
strategi yang akan dilakukan sebagai upaya pengembangan wilayah Sade menuju desa wisata.
Ada tiga strategi yang ditawarkan sebagai upaya pengembangan wilayah untuk penataan dan
pemanfaatan lebih lanjut yaitu:
Replikasi Dusun Sade
Replikasi merupakan salah satu kegiatan konservasi kawasan yang dilakukan tidak hanya
dengan tetap mempertahankan keaslian fisiknya namun juga mendatangkan nilai ekonomi
atau manfaat lain bagi masyarakat luas.
Upaya replikasi yang ditawarkan adalah Sade yang asli dibiarkan dengan arsitektur dan
keasliannya dengan tetap menjaga kearifan lokalnya. Namun tidak jauh dari Sade didirikan
perkampungan skala kecil menyerupai model bangunan dan lingkungan Sade asli.
Relokasi Dusun Sade
Upaya pelestarian ini dijalankan atas dasar karena alasan lingkungan sekitar yang ciri serta
nilainya dianggap kurang cocok lagi untuk struktur fisik yang ingin dipertahankan. Maka
pemindahan ke lokasi yang baru akan dianggap dapat lebih menjamin nilai dan bentuk fisik
yang ingin dipertahankan.
Konsep pengembangan wilayah dengan strategi relokasi yang ditawarkan kepada para
responden adalah relokasi
Dusun Sade dilakukan mengkonservasi keseluruhan Sade dan menyediakan lahan baru untuk
menampung perkembangan penduduk dan sekaligus mengembangkan lahan tersebut sebagai
area pariwisata (kegiatan ekonomi),
kawasan pertanian dan ruang kawasan desa adat yang terkoneksi dengan kawasan dusun-
dusun sekitar (sebagai Sade 2) yang relatif mempunyai kesamaan adat istiadat dan berpotensi
sebagai objek wisata.
Revitalisasi Dusun Sade.
Revitalisasi adalah suatu upaya pelestarian dalam menghidupkan kembali sesuatu (bangunan,
lingkungan, atau kawasan suatu kota) yang telah punah, dimana pada masa lalu sesuatu
tersebut pernah berjaya dan terkenal yang kemudian telah hilang (punah) yang bertujuan
untuk menarik kegiatan aktivitas publik dalam kerangka budaya dan ekonomi (Peraturan
Pemerintah, No.36/2005).
Konsep revitalisasi yang dapat dilakukan adalah Sade tetap dibiarkan seperti aslinya dengan
melakukan perawatan terhadap bagian-bagian yang rusak serta mengkonservasi sejumlah
rumah yang memiliki nilai budaya dan arsitektur yang tinggi dengan mengubah fungsi rumah
tinggal tersebut menjadi museum desa.
B. SEJARAH DESA
SADE Sejak tahun 1975 desa tradisional ini dikunjungi oleh para wisatawan, baik wisatawan
lokal maupun dari mancanegara. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat telah
menetapkan Desa Sade sebagai Desa Wisata pada tahun 1989. Menurut sejarah desa ini telah
ada sejak 600 tahun yang lalu dan masyarakat menganut ajaran Watte Telu, namun ajaran itu
kini telah ditinggalkan dan semua masyarakatnya memeluk islam. Penghuni di Desa Sade
Lombok ini sekitar 700 jiwa. Mata pencaharian penduduk di Desa Sade Lombok Tengah ini
adalah bertani dan pekerjaan menenun dan merupakan pekerjaan sambilan kaum wanita,
setelah selesai bekerja di sawah. Mereka menenun dengan hanya mengunakan alat tenun
tradisional yang sangat sederhana. Hasil tenunan mereka sangat beraneka ragam seperti,
taplak meja, kain sarung, kain songket, selendang, dan lain-lain.
Bale Tani adalah bangunan yang dipergunakan sebagai tempat tinggal, dan Lumbung adalah
bangunan yang biasa digunakan sebagai tempat menyimpan padi hasil panen atau untuk
menyimpan segala kebutuhan. Rumah adat suku Sasak yang disebut Bale Tani, terbuat dari
kayu dengan dinding-dinding yang terbuat dari anyaman bambu dan beratapkan daun alang –
alang kering. Lantai dari Bale Tani ini adalah campuran tanah, getah pohon dan abu jerami
yang kemudian diolesi dengan kotoran kerbau. Bale Tani terbagi menjadi dua bagian yaitu
Bale Dalam dan Bale Luar, ruangan Bale Dalam biasanya diperuntukkan untuk anggota
keluarga wanita, yang sekaligus merangkap sebagai dapur. Sedangkan ruangan Bale Luar
diperuntukkan untuk anggota keluarga lainnya, dan juga berfungsi sebagai ruang tamu.
D. KEUNIKAN DESA
WISATA SADE Keunikan yang dimiliki Desa sade ini menjadikan ia sebagai desa yang
berbeda dengan desa pada umumnya di Lombok, sebut saja rumah adat yang ada di desa ini,
diantaranya memiliki ruangan dengan bagian-bagian tertentu. Ruangan tersebut di Desa Sade
disebut “Bale”, antara Bale Dalam dan Bale Luar ini dipisahkan dengan pintu geser dan anak
tangga. Di dalam ruangan Bale Dalam ini, terdapat dua buah tungku yang menyatu dengan
lantai terbuat dari tanah liat yang digunakan untuk memasak. Masyarakat di perkampungan
Desa Sade Lombok ini biasanya memasak dengan menggunakan kayu sebagai bahan
bakarnya.
Bale Dalam ini tidakmemiliki jendela dan hanya memiliki satu buah pintu sebagai jalan untuk
keluar-masuk yang hanya terletak di bagian depan Bale.
Selain Bale Tani dan Lumbung, masih ada lagi bangunan yang menjadi bangunan khas
Sasak. Bangunan ini sering disebut dengan Berugak. Berugak adalah sebuah bangunan
panggung berbentuk segi empat yang tidak memiliki dinding, tiangnya terbuat dari bambu
beratapkan alang-alang, dan disangga oleh empat tiang (sekepat), atau enam tiang (sekenem).
Berugak berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamu, dan juga biasa digunakan sebagai
tempat untuk berkumpul, berbincang – bincang serta bersantai selepas bekerja atau sebagai
tempat pertemuan internal keluarga. Biasanya Berugak terdapat di depan samping kiri atau
samping kanan Bale Tani. Ada beberapa keunikan dan kegiatan/atraksi lokal yang terdapat di
Desa Sade sebagai berikut
Penduduk dan Kearifan Lokal
Desa Sade memiliki luas sekitar 5,5 Hektar, dan rumah tradisional sejumlah 150 dan setiap
rumah terdiri dari satu kepala keluarga, dengan jumlah penduduk sekitar 700 orang yang
kesemuanya masih merupakan satu keturunan, karena masyarakatnya melakukan perkawinan
antar saudara sesame masyarakat desa setempat dan bagi mereka pernikahan seperti ini
mudah dan cukup murah, dibandingkan menikah dengan perempuan dari desa lain dan harus
mengeluarkan beberapa ekor kerbau.
2. Bangunan di Desa Sade
Lumbung Pare atau Lumbung padi adalah jenis atap yang di gunakan di Desa Sade. Setiap
Bangunan di desa ini seperti masjid, rumah, lumbung padi dan tempat pertemuan umum
memiliki ciri khas arsitektur Suku Sasak dimana dindingnya menggunakan pagar anyaman
dari bambu dan tiang terbuat dari kayu, dengan atap yang terbuat dari alang-alang kering.
Keistimewaan dari bangunan yang di desain seperti ini adalah akan menyejukkan di saat
cuaca terik dan terasa hangat ketika malam hari. Salah satu keunikan dari rumah yang ada
adalah cara perawatannya. Lantainya terbuat dari tanah liat yang di campur dengan sedikit
sekam padi dan setiap sekali dalam seminggu atau pada waktu-waktu tertentu seperti sebelum
di mualainya upacara adat lantai rumah digosok dengan kotoran kerbau dicampur sedikit air,
kemudian setelah kering disapu dan digosok dengan batu.
Penggunaan kotoran kerbau ini berfungsi untuk membersihkan lantai dari debu membuat
lantai terasa halus dan lebih kuat. Masyarakat setempat percaya bahwa kotoran kerbau
tersebut dapat mengusir serangga sekaligus menangkal serangan magis yang ditujukan pada
penghuni rumah.Karena desa ini berada di gundukan perbukitan tanah liat jarak antar
bangunan sangat rapat, tersusun rapi keatas dan masing-masing bangunan dihubungkan
dengan jalan setapak.
Bagian dalam dari setiap rumah di Desa Sade terbagi menjadi tiga bagian. Bagian depan
untuk tidur anak laki-laki dan orang tua. Sementara bagian kedua lebih tinggi 1 meter yang
berisi dapur, lumbung dan tempat tidur anak perempuan. Kemudian bagian terahir yaitu
sebuah ruangan kecil yang digunakan untuk tempat melahirkan oleh sang ibu. Rata-rata kaum
pria Desa Sade adalah petani yang mengandalkan perairan dari musim hujan, di tempat ini
tidak ada sistem irigasi sehingga panen hanya dapat dilakukan sekali dalam.
3. Atraksi Budaya
Lombok Anda juga dapat melihat atraksi budaya pada waktu tertentu di Desa Sade seperti
permainan alat musik tradisional yang dikenal dengan Gendang Beleq, Tarian Cupak
Gerantang dan juga Tarian Presean, kesemuanya itu dapat dilakukan di Lombok.
Menenun Kain Songket
Kaum perempuan di desa ini melakukan pekerjaan menenun kain, ketrampilan menenun
merupakan bagian dari tradisi yang terus diwariskan dan menurut aturan adat bahwa seorang
anak gadis yang cukup umur tidak boleh menikah jika belum bisa menenun kain. Salah satu
produk kain tenun yang menjadi ciri khas Lombok adalah kain songket.dan juga wisatawan
dapat langsung melihat proses dan belajar bagaimana membuat kain tenun di Desa Sade yang
dimulai dari pemintalan kapas kering menjadi benang. Benang yang telah rapi kemudian akan
diberikan perwarna yang berasal dari bahan-bahan alami. Pembuatan kain songket sepanjang
2 meter memerlukan waktu pengerjaan antara dua minggu hingga tiga bulan, tergantung pada
tingkat kerumitan polanya dan jenisnya.
Penggunaan Alat
Hal lain yang paling menarik adalah penggunaan perlatan dalam keseharin mereka seperti
peralatan pemintalan kapas menjadi benang, alat tenun, alat pertanian dan sebagainya masih
menggunakan alat yang jauh dari kata modern. Peralatan yang digunakan sederhana namun
pembuatannya cukup rumit karena peralatan untuk menenun kain songket tersebut hanya bisa
dibuat oleh orang-orang tertentu
Pakaian Khas
Desa sade Biasanya pakaian adat daerah hanya digunakan dalam acara-acara tertentu di
daerah lain, berbeda dengan penduduk Desa Sade yang selalu mengenakan pakaian adat Suku
Sasak setiap hari, walapun tidak semua dari mereka, tapi paling tidak wisatawanyang dating
dapat langsung melihat mereka berpakaian dengan pakaian khas Suku Sasak dan juga dapat
merasakan suasan kehidupan zaman dahulu.
Berintraksi Dengan Penduduk
Berkunjung ke desa ini tidak hanya untuk melihat bentuk bangunan atau menonton
tariannya, untuk lebih merasakan pola kehidupan di masa lalu, pengunjung dapat berintraksi
dengan masyarakatnya yang ramah, bahkan mereka akan mempersilahkan anda masuk ke
dalam rumahnya dan melihat bagaimana mereka mengatur tata ruang yang memiliki nilai
kearifan lokal yang sangat terjaga dengan baik.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang
kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di daerah
tujuan wisata hingga kembali ke negara asalnya yang melibatkan berbagai hal seperti;
transportasi, penginapan, restoran, pemandu wisata, dan lain-lain. Pelayanan yang baik
terhadap wisatawan akan meningkatkan jumlah kunjungan di masa yang akan datang.
Dengan perkembangan pariwisata yang semangkin baik, akan memberi dampak bagi sektor
ekonomi, sosial dan budaya di masyarakat Kabupaten Lombok tengah.
Untuk mendukung berkembangnya Kepariwisataan di Kabupaten Lombok tengah, diperlukan
adanya identifikasi terhadap objek-objek wisata yang ada. Dengan identifikasi tersebut
nantinya bisa di ketahui Objek-objek wisata yang potensial untuk dikembangkan, serta upaya
penanganan masalah terhadap objek wisata yang kurang berkembang.
Pada bab sebelumnya telah dibahas analisis dan strategi oengembangan kepariwisataan di
Kabupaten Lombok Tengah, karakteristik wisatawan, komponen pendukung kepariwisataan
dan strategi pengembangan terhadap kepariwisataan.
Bab ini mencoba merumuskan kesimpulan dan arahan-arahan bagi pengembangan
kepariwisata di Kabupaten Lombok tengah. Arahan tersebut didasarkan astas kajian pustaka
tentang pengembangan pariwisata, potensi pariwisata, hasil analisis karakteristik wisatawan,
Analisis komponen kepariwisataan dan strategi pengembangan kawasan wisata. Arahan
pengembangan ini nantinya diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah
dalam mengembangkan Kepariwisatan di Kabuten Lombok tengah.
Pengembangan pariwisata memerlukan adanya fasilitas pelayanan untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan selama melakukan kunjungannya. Wisatawan adalah orang yang
melakukan perjalanan untuk sementara waktu ke tempattempat atau daerah yang sama sekali
asing baginya. Karena jauh dari tempat tinggalnya, maka wisatawan membutuhkan pelayanan
sesuai keinginannya, yaitu semenjak ia berangkat sampai ditempat tujuan, hingga ia kembali
kerumahnya.