Anda di halaman 1dari 20

MAKALA

MANAJEMEN PEMASARAN LANJUTAN

DOSEN PENGAMPUH:
LALU ADI PERMADI

KELOMPOK 8
Nama-Nama Kelompok
1.Detri R.Wandik
2.
Kata Pengantar

Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Pariwisata di Desa Sade" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang manusia Pentingnya pengembangan wisata di daerah lombok
tentunya.Wisata ini juga tuntuntu juga bermanfaat bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis jugaUcapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Daftar Isi
1. Cover
2. Kata Pengantar
3. Daftar isi
4. Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Pengertian

5. Kajian Teori
6. Pembahasan
7. Penutup
8. Daftar isi
BAB 1
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH


Perkembangan sektor pariwisata ini di satu sisi memberikan keuntungan ekonomis
yang cukup tinggi. Keuntungan ekonomis ini membawa pengaruh pada pendapatan negara
secara umum dan kesejahteraan masyarakat sekitar secara khusus. Kehadiran wisatawan
dapat diartikan sebagai kehadiran rezeki bagi sejumlah orang mulai para pemandu wisata,
tukang becak, sampai dengan para pedagang. Dengan demikian, sektor pariwisata bukan
sekedar memberikan keuntungan bagi pelaku-pelaku bidang pariwisata melainkan juga
memberikan keuntungan sektor-sektor lain di luar pariwisata.
Namun, karena tuntutan untuk mencari keuntungan ekonomi semata, ada sejumlah hal yang
pada akhirnya terkorbankan atau tidak diperhatikan. Misalnya saja, karena tuntutan
penyediaan penginapan bagi para wisatawan, sejumlah tempat dibongkar untuk mendirikan
hotel. Karena tuntutan pengembangan pariwisata terjadi pembebasan tanah besar-besaran.

Dalam arti yang sangat luas, kebudayaan dapat dinyatakan sebagai keseluruhan masalah-
masalah sepiritual, material, segi-segi intelektual dan emosional yang beragam,dan memberi
watak kepada suatu masyarakat atau kelompok sosial.Kebudayaan juga dapat pula diartikan
sebagai segenap perwujudan dan keseluruhan hasil pikiran (logika), kemauan (etika), serta
perasaan (estetika) manusia dalam rangka perkembangan pribadi manusia; hubungan manusia
dengan manusia,hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan Tuhan
(Bandem, 1995).
Para ahli kebudayaan menekankan pentingnya aspek kebudayaan diperhitungkan dalam
pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat
(1990), adalah kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dirinya dengan belajar.
Selanjutnya menurut Koentjaraningrat, ada tujuh unsur kebudayaan secara universal, yaitu;
(1). Bahasa, (2). Sistem teknologi, (3).
Sitem mata pencaharian atau ekonomi, (4). Organisasi sosial, (5). Sitem pengetahuan, (6).
Religi, dan (7). Kesenian.
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan
kecil, dan pendukungnya terdiri dari kelompok-kelompok suku bangsa yang sangat beragam
wujudnya.
Jika dipandang dari sudut budaya, di Indonesia terdapat budaya-budaya yang sangat beragam
(pluralistik), mulai dari adanya budaya lokal, suatu kebudayaan yang berlaku dalam
lingkungan keluarga; kebudayaan daerah, suatu kebudayaan yang disepakati oleh daerah atau
suku bangsa tertentu seperti kebudayaan Jawa, Bali, Minang, Sunda, Bugis, Sasak, Dayak,
Papua, Madura, dan sebagainya.
Wawasan aneka budaya (multikultural) dalam dasawarsa terakhir ini banyak sekali
ditampilkan dan dianjurkan dalam berbagai forum (Edi Sedyawati 2002), namun sebenarnya
perlu disadari bahwa situasi aneka budaya itu tidak sama di semua negara, meskipun sama-
sama mempunyai keanekaragaman budaya.
Pariwisata di Indonesia akhir-akhir ini berkembang dengan pesat. Hampir seluruh daerah atau
provinsi mengembangkan program pariwisata dengan cara menjual atau menawarkan
keindahan dan keunikan budaya serta lingkungan alamnya.
Sektor pariwisata memiliki potensi sebagai penggerak perekonomian yang sangat luas, yang
salah satunya dapat dilihat dari banyaknya kunjungan wisatawan pada obyek-obyek
pariwisata. Oleh karena itu sektor pariwisata menjadi salah satu faktor penting yang
diharapkan mampu menggantikan peranan sektor non migas.
Kesadaran tentang arti penting pariwisata terhadap perekonomian Indonesia telah
mendorong pemerintah untuk melakukan berbagai upaya untuk mempromosikan pariwisata
agar dapat memainkan peranan dengan tindakan yang nyata melalui campur tangan
pemerintah dengan adanya kebijakan dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan dan
diharapkan dapat memacu pertumbuhan.
Permasalahan yang dihadapi pariwisata diantaranya adalah kesadaran akan perilaku
pengunjung yang datang ke tempat wisata tersebut yang dimana faktornya kesadaran akan
kebersihan masih rendah, pelayanan yang diberikan di berbagai event-event dan kegiatan
yang dipertunjukkan kurang memuaskan, sarana dan prasarana yang disediakan masih
terbatas dan sebagainya, yang semuanya itu masih perlu mendapat perhatian serius karena
dapat mempengaruhi perilaku 2 konsumen atau wisatawan dalam pengambilan keputusan
tentang obyek wisata yang akan dikunjungi.

Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang atau organisasi dalam mencari,
membeli, memakai, mengevaluasi, dan membuang produk ataupun jasa setelah dikonsumsi
untuk memenuhi kebutuhannya. Atau Menurut Schiffman dan Kanuk [2000]: adalah proses
yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, &
bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi
kebutuhannya.

Konsumen dapat merupakan seorang individu maupun suatu organisasi, mereka memiliki
peran yang berbeda dalam perilaku konsumsi. Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam
beberapa tahap diantaranya tahap sebelum pembelian, pembelian, dan tahap setelah
pembelian barang atau jasa. Pada tahap sebelum pembelian konsumen biasanya melakukan
pencarian informasi mengenai produk dan jasa tersebut.

Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Para Ahli


Agar lebih dapat memahami apa yang dimaksud dengan perilaku konsumen maka kita dapat
merujuk pada pendapat beberapa ahli berikut in

1. Menurut Schiffman Dan Kanuk

Pengertian perilaku konsumen adalah suatu proses yang dilalui oleh seorang konsumen dalam
mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi serta bertindak pada konsumsi barang dan
jasa, maupun ide yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan orang tersebut.

2. Menurut Mowen

Pengertian perilaku konsumen adalah suatu aktivitas saat seseorang mendapatkan,


mengkonsumsi atau membuang suatu produk “barang atau jasa” pada saat proses pembelian.

3. Menurut Engel, Balckwell Dan Miniard

Pengertian perilaku konsumen adalah berbagai tindakan terhadap produk dan jasa, termasuk
didalamnya adalah proses keputusan yang mengawali serta mengikuti tindakan pembelian
tersebut. Tindakan tersebut dilakukan dengan terlibat secara langsung dalam proses
memperoleh, mengkonsumsi, membuang suatu produk “barang atau jasa”.
4. Menurut The American Marketing Association

The American Marketing Association, consumer behavior adalah proses membagi interaksi
dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku dan lingkungan, dimana seseorang melakukan
pertukaran aspek kehidupan.

5. Menurut Loudon dan Bitta (1995)

Mencakup proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang dilakukan konsumen secara fisik
dalam pengevaluasian, perolehan, penggunaan dan mendapatkan barang atau jasa

Pertumbuhan industri pariwisata telah mempengaruhi berkembangnya destinasi wisata baru


dengan beragam aktivitasnya, dan mendorong inisiatif masyarakat untuk mengembangkan
daerahnya hingga ke pelosok desa. Kegiatan ekowisata dapat mendorong kegiatan konservasi
alam dan budaya, serta mendorong pemenuhan kebutuhan berwisata. Pola perilaku wisatawan
perlu dianalisis untuk dapat mengelola dengan baik kunjungan wisatawan ke destinasi dan
untuk mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan.

Pengembangan desa wisata sebagai destinasi berbasis ekowisata yang berkelanjutan perlu
adanya perhatian terhadap beberapa aspek psikologis yang mengiringi kebutuhan untuk
berwisata dan pemilihan destinasinya, antara lain persepsi, motivasi dan preferensi
wisatawan. Selanjutnya, aspek-aspek tersebut dielaborasikan dengan tujuh pilar
pengembangan ekowisata, yang kemudian dapat dipetakan pola perilaku (behavior patterns)
wisatawan.

Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang model
perilaku wisatawan pada destinasi desa wisata untuk memperoleh pengalaman, kepuasan,
kenangan dan pendidikan, serta memberikan manfaat ekologi, sosial-budaya, dan ekonomi
kepada masyarakat. Penelitian ini menganalisis perilaku wisatawan di desa wisata dengan
mengacu pada proses perilaku 3 tahap berwisata yaitu sebelum aktivitas berwisata (pre-
activity), aktivitas selama berwisata (on-going activity), dan aktifitas setelah berwisata (post-
activity).

Kegiatan sebelum berwisata terdiri dari aspek persepsi awal, motivasi, dan preferensi
terhadap desa wisata sebagai pilihan tujuan. Aktivitas selama berwisata dianalisis dengan
mengamati perilaku wisatawan di desa wisata selama berwisata, dan kegiatan setelah
berwisata dianalisis dengan menyelidiki persepsi akhir, kepuasan, dan keinginan untuk
kembali mengunjungi desa wisata. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner tertutup dengan
metode One Score- One Indicator Scoring System.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. perilaku pengunjung
Pengertian Perilaku Wisatawan/ pengunjung
Pemasaran pada dasarnya bertujuan memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta
keinginan wisatawan yang dituju atau wisatawan sasaran (target wisatawan). Bidang ilmu
perilaku wisatawan (tourist behavior) mempelajari bagaimana individu, kelompok, dan
organisasi memilih, membeli, memakai, serta memanfaatkan suatu produk dalam rangka
memuaskan kebutuhan dan keinginan wisatawan. Tantangan terbesar yang dihadapi daerah
tujuan wisata, khususnya bagian pemasaran, selama ini bagaimana mempengaruhi perilaku
wisatawan agar dapat mendukung produk (barang dan jasa) yang ditawarkan kepada
wisatawan. Tujuan terpenting dari setiap promosi adalah mempengaruhi wisatawan untuk
berkunjung, namun tindakan pembelian hanyalah salah satu bagian dari keseluruhan proses
perilaku konsumen.
Para ahli mendefinisikan perilaku wisatawan, menurut Morrisan (2007:64) perilaku
wisatawan adalah proses dan kegiatan yang terlibat ketika orang mencari, memilih,
menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk dan jasa untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginan mereka. Menurut Loudon dan Della Bitta (Buchari Alma, 2008:236) “Tourist
behavior may be defined as the decision process and physical activity individuals engage in
when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services“. (Perilaku wisatawan
adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini
melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-
barang dan jasa-jasa).
Perilaku wisatawan menurut Ali Hasan (2008:129) adalah respon psikologis yang
kompleks yang muncul dalam bentuk perilaku atau tindakan yang khas secara perseorangan
yang langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan produk serta menentukan
proses pengambilan keputusan dalam melakukan pembelian produk termasuk dalam
melakukan pembelian ulang, yang dimaksud adalah wisatawan berkunjung ke daerah tujuan
wisata, membeli souvenir, dan suatu saat wisatawan tersebut kembali berkunjung karena
merasa nyaman dan percaya.
Jurnal Ani Wijayanti (2004:108), menggambarkan perilaku wisatawan, yaitu
“Tourist behavior can be defined as the behavior that tourist display in searching for,
purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will
satisfy they needs”. Perilaku yang diperhatikan wisatawan dalam mencari, membeli,
menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat
memuaskan wisatawan untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk
atau jasa yang ditawarkan di daerah tujuan wisata.
Menurut Kotler dan Keller (2009:189) mengemukakan tentang definisi perilaku
wisatawan yaitu, “Tourist behaviour is study of how individuals, groups, and organizations
select, buy, use, and dispose of goods, services, ideas, or experiences to satisfy their needs
and wants”. Dapat dijelaskan bahwa pemasar atau perusahaan harus memahami tentang apa
yang menjadi kebutuhan dan keinginan wisatawan baik itu berupa jasa, ide-ide, atau
pengalaman yang mampu memuaskan keinginan dan kebutuhan wisatawan.

Terdapat beberapa hal yang penting yang dapat diungkapkan dari definisi yang telah
dipaparkan oleh para ahli, perilaku wisatawan adalah suatu proses yang terdiri dari beberapa
tahap yaitu.
1.    Tahap perolehan (acquisition), mencari (searching) dan membeli (purchasing).
2.    Tahap konsumsi (consumption) yang berupa menggunakan (using) dan mengevaluasi
(evaluating).
3.    Tahap tindakan pasca pembelian (disposition) yang berupa tindakan wisatawan.
4.    Perilaku wisatawan dalam mempengaruhi unit-unit pengambil keputusan (decision unit)
menurut Kotler dan Keller (2009:190) terdiri dari, wisatawan sendiri yang membentuk pasar
wisatawan (tourist market) dan wisatawan organisasional yang membentuk pasar bisnis
(business market). Adapun konsep personal tourist dalam definisi perilaku wisatawan dapat
lebih dijelaskan bahwa personal wisatawan merupakan individu yang membeli barang dan
jasa untuk dirinya sendiri, memenuhi kebutuhan keluarga dan dijadikan hadiah untuk orang
lain sehingga personal wisatawan merupakan pengguna terakhir .

B. desa sade

Salah satu kepulauan yang terdapat di Indonesia adalah Pulau Lombok. Pulau Lombok
memiliki banyak kebudayaan tradisional. Salah satu dari budaya tradisional yang terdapat di
Pulau Lombok ini adalah Desa Sade. Desa Sade adalah Desa Tradisional Sasak atau yang
biasa disebut dengan suku asli Pulau Lombok. Desa Sade ini berada di Rembitan, Kecamatan
Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Desa Sade dikenal sebagai
desa yang masih mempertahankan adat suku Sasak.

Jadi di desa ini baik itu rumah adat, baju adat, bahasa, kebiasaan dan lain sebagainya
semuanya masih seperti zaman dulu, masih kental dengan segala budaya dan tradisinya. Oleh
karena itu, desa ini dikenal dengan Desa Tradisional Suku Sasak Asli atau Sasak tulen. Suku
Sasak Sade terkenal di telinga wisatawan yang datang ke Lombok karena rumah adatnya
yang unik. Rumah adat Desa Sade Lombok ini, berbeda dengan rumah lainnya.

Rumah adat Desa Sade Lombok sangat sederhana dan dalam pembangunannya masih
menggunakan bahan yang didapat oleh warganya dari alam. Dinding dan lantai rumah adat
ini terbuat dari tanah liat atau gerabah. Sedangkan atapnya terbuat dari daun alang-alang yang
sudah kering.

Tak hanya itu, ada keunikan lain yang mungkin belum kalian ketahui yaitu, penduduk desa
setempat membersihkan lantai rumah adat Desa Sade menggunakan kotoran kerbau. Namun,
anehnya kotoran kerbau ini tidak berbau karena kotoran kerbau yang masih baru tersebut
dicampurkan dengan tanah liat lalu digosokkan ke lantai.

Unik bukan? Biasanya warga setempat membersihkan lantainya dengan kotoran kerbau
sebulan sekali. Hal ini yang membuat Desa Sade menjadi satu-satunya desa yang
membersihkan lantainya dengan kotoran kerbau. Selain rumah adat, Desa Sade juga terkenal
hingga mancanegara karena hasil kerajinan tangannya. Salah satu kerajinannya yaitu
berbahan dasar kayu. Desa Sade Sasak Lombok ini membuat kerajinan kayu yang sangat unik
dan indah Di pandang mata.
Tidak hanya itu, di Desa ini penduduknya juga membuat kerajinan kain tenun. Kain tenun
Desa Sade dibuat oleh kaum wanita yang berada dan bertempat tinggal di Desa Sade. Dalam
pembuatannya, kain tenun ini masih menggunakan Cara dan alat tradisional dengan
memanfaatkan kelincahan tangan si pembuat. Inilah yang membuat kain tenun Desa Sade
sangat kuat dan tidak mudah robek seperti kain-kain lainnya.

Ada beberapa kain tenun yang di buat di Desa Sade yaitu, kain tenun yang bernama sarung,
endek, rang-rang hingga songket. Semua kain tenun ini terbuat dari warna yang alami,
dengan benang yang kuat, serta kelincahan tangan para penenunnya.

Dengan segala keunikannya, desa ini pun menjadi tempat wisata favorit untuk mengenal
lebih dalam Suku Sasak asli pulau Lombok.

Jadi kunjungi Desa Sade Lombok yang kaya dengan keunikan dan Budaya yang masih
terasa. Jangan lupa ajak keluarga, teman, sahabat, pacar kalian, di jamin seru dan
menyenangkan. Selain liburan kalian juga bisa sambil belajar dan menambah wawasan
tentang budaya di Desa Sade ini

C. Faktor- faktor perilaku pengunjung


Menurut Jackson,1989 (dalam Pitana,2005) melihat bahwa faktor penting yang menentukan
permintaan pariwisata berasal dari komponen daerah asal wisatawan lain, jumlah penduduk
(population size), kemampuan financial masyarakat (financial means), waktu senggang yang
dimiliki (leisure time), sistem transportasi, dan sistem pemasaran pariwisata yang ada.
Seorang pengunjung dalam berekreasi ke suatu tempat wisata tidak berada dalam tempat
yang terisolasi dari lingkungan sekitar.
Akan tetapi, perilaku pengunjung di dalam berekreasi sangat di pengaruhi oleh faktor-faktor
perilaku pengunjung.
Untuk mengetahui perilaku pengunjung melakukan kegiatan rekreasi alam (ekowisata) dapat
didekati dengan suatu pendekatan pemrasaran Assael,1987 dalam ( Tejo, 2008).
Ada tiga faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pengunjung, yaitu :
(a) faktor individual pengunjung yang meliputi pendidikan dan penghasilan pengunjung serta
psikologis,
(b) pengaruh lingkungan, dan
(c) strategi pemasaran.
Strategi pemasaran merupakan variabel yang dapat dikontrol oleh pemasar dalam usaha
memberi informasi dan mempengaruhi pengunjung.Variabel ini meliputi produk, harga dan
promosi.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang digunakan untuk
melukiskan fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara aktual dan
cermat. Penelitian ini dilakukan di Sade, Kecamatan Pujut lombok Tengah. Dipilihnya Sade
sebagai lokasi penelitian karena Sade adalah salah satu dusun tradisional tertua Suku Sasak
dan termasuk dalam sebelas kawasan Strategis Pariwisata

Daerah serta dekat dengan areal pengembangan kawasan Ekonomi Khusus Mandalika.
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan
pertimbangan tertentu dan tujuan tertentu. Oleh karena itu, strategi yang di gunakan untuk
penelitian ini adalah:
strategi yang akan dilakukan sebagai upaya pengembangan wilayah Sade menuju desa wisata.
Ada tiga strategi yang ditawarkan sebagai upaya pengembangan wilayah untuk penataan dan
pemanfaatan lebih lanjut yaitu:
Replikasi Dusun Sade
Replikasi merupakan salah satu kegiatan konservasi kawasan yang dilakukan tidak hanya
dengan tetap mempertahankan keaslian fisiknya namun juga mendatangkan nilai ekonomi
atau manfaat lain bagi masyarakat luas.
Upaya replikasi yang ditawarkan adalah Sade yang asli dibiarkan dengan arsitektur dan
keasliannya dengan tetap menjaga kearifan lokalnya. Namun tidak jauh dari Sade didirikan
perkampungan skala kecil menyerupai model bangunan dan lingkungan Sade asli.
Relokasi Dusun Sade
Upaya pelestarian ini dijalankan atas dasar karena alasan lingkungan sekitar yang ciri serta
nilainya dianggap kurang cocok lagi untuk struktur fisik yang ingin dipertahankan. Maka
pemindahan ke lokasi yang baru akan dianggap dapat lebih menjamin nilai dan bentuk fisik
yang ingin dipertahankan.
Konsep pengembangan wilayah dengan strategi relokasi yang ditawarkan kepada para
responden adalah relokasi
Dusun Sade dilakukan mengkonservasi keseluruhan Sade dan menyediakan lahan baru untuk
menampung perkembangan penduduk dan sekaligus mengembangkan lahan tersebut sebagai
area pariwisata (kegiatan ekonomi),
kawasan pertanian dan ruang kawasan desa adat yang terkoneksi dengan kawasan dusun-
dusun sekitar (sebagai Sade 2) yang relatif mempunyai kesamaan adat istiadat dan berpotensi
sebagai objek wisata.
Revitalisasi Dusun Sade.
Revitalisasi adalah suatu upaya pelestarian dalam menghidupkan kembali sesuatu (bangunan,
lingkungan, atau kawasan suatu kota) yang telah punah, dimana pada masa lalu sesuatu
tersebut pernah berjaya dan terkenal yang kemudian telah hilang (punah) yang bertujuan
untuk menarik kegiatan aktivitas publik dalam kerangka budaya dan ekonomi (Peraturan
Pemerintah, No.36/2005).

Konsep revitalisasi yang dapat dilakukan adalah Sade tetap dibiarkan seperti aslinya dengan
melakukan perawatan terhadap bagian-bagian yang rusak serta mengkonservasi sejumlah
rumah yang memiliki nilai budaya dan arsitektur yang tinggi dengan mengubah fungsi rumah
tinggal tersebut menjadi museum desa.

Hasil Penelitian dan Pengolahan Data


Setelah melakukan pembobotan dengan mengkuantifikasi aspek-aspek yang bersifat
kualitatif dari persepsi perbandingan para ahli yang diskalakan secara berpasangan, maka
dilakukan pengolahan data sehingga diperoleh hasil urutan prioritas.
Berdasarkan Data dapat disimpulkan bahwa dalam rangka pengembangan wilayah dusun
Sade sebagai desa wisata tujuan yang dianggap realistis adalah melestarikan budaya dengan
tetap mempertahankan lingkungan perkampungan Sade yang khas sebagai prioritas kriteria.
Untuk mencapai tujuan dengan kriteria prioritas maka prioritas strategi yang diambil
melakukan revitalisasi Dusun Sade.
A.Pelestarian budaya sebagai prioritas pertama dalam pengembangan wilayah Sade sebagai
desa wisata. Pelestarian budaya yang menempati bobot prioritas tertinggi adalah sebagai
tujuan utama dalam pengembangan wilayah Dusun Sade sebagai desa wisata.
Dalam pengembangan pariwisata yang di dalamnya terdapat aktivitas ekonomi, para
pemangku kepentingan menjadikan budaya Sade menjadi satu produk wisata yang layak
dijual dan menguntungkan sehingga kelestarian budaya Sade harus tetap terpelihara dengan
baik.
Dengan sendirinya partisipasi masyarakat Sade dalam bentuk tanggung jawab terhadap
kelestarian budaya akan semakin kuat sehingga keseharian dan budaya masyarakat Sade akan
menggerakkan minat wisatawan datang ke Sade.
Sedangkan upaya untuk meningkatkan lama tinggal wisatawan belum menjadi prioritas
utama sebagai tujuan pengembangan wilayah Sade sebagai desa wisata mengingat kuatnya
keinginan masyarakat untuk menjaga keaslian lingkungan dan budaya.
b. Mempertahankan lingkungan perkampungan yang khas beserta adat istiadatnya sebagai
kriteria utama yang harus diprioritaskan dalam pengembangan wilayah Sade sebagai desa
wisata Menempati posisi kriteria utama dalam prioritas pengembangan wilayah Sade sebagai
desa wisata adalah sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam pengembangan wilayah
Sade tersebut yaitu pelestarian budaya.
Pengembangan Desa Sade sebagai salah satu tujuan wisata utama di Nusa Tenggara Barat
hendaknya mampu
sebagai penggerak ekonomi masyarakat sekitar Sade dan mendorong pertumbuhan ekonomi
wilayah sekitarnya. Sehingga mengurangi terkonsentrasinya wisatawan datang hanya ke Sade
saja yang dikhawatirkan akan menurunkan kualitas lingkungan Sade.

Penataan Sade dapat dilakukan dengan tetap mempertimbangkan lingkungan perkampungan


yang khas dan mempertegas batas-batas kampung adat untuk menghindari bertambahnya
jumlah rumah di lingkungan kampung adat. Peran pemerintah menempati prioritas ke dua
dalam pemenuhan kriteria pengembangan wilayah Sade sebagai desa wisata. keberadaan
Sade yang asli masih tetap ada.
Artinya, wisatawan yang menginginkan keaslian lingkungan Sade akan tetap memilih Sade
(asli) untuk dikunjungi.
c. Revitalisasi Sade merupakan prioritas utama dalam penetapan strategi pengembangan
wilayah Sade menuju desa wisata. Sebagai upaya untuk mengatasi penurunan kualitas Sade
yang cenderung mulai banyak mengalami degradasi baik dari aspek sosial, budaya dan
ekonomi.
Sistem mata pencaharian yang mengandalkan pariwisata membua ttengah areal pertanahan
yang gersang. Strategi yang ditempuh untuk memperbaiki Sade adalah dengan melakukan
revitalisasi guna meningkatkan fungsi Sade melalui penataan yang berkelanjutan,
dengan tetap mempertahankan keberadaan dan identitas Sade sehingga layak disebut sebagai
desa wisata yang berkelanjutan. Upaya replikasi dan relokasi dipandang oleh para ahli kurang
sesuai dengan karakteristik masyarakat Sade yang cenderung keras.
Keterikatan batin terhadap tanah kelahirannya akan menyulitkan pelaksaan relokasi maupun
replikasi yang ditawarkan. Penentuan wilayah dalam lokasi Desa Rembitan membuat
efektivitas replikasi sangat maksimal karena keberadaan Sade yang asli masih tetap ada.
Artinya, wisatawan yang menginginkan keaslian lingkungan Sade akan tetap memilih Sade
(asli) untuk dikunjungi.
BAB IV
2. PEMBAHASAN
A. LOMBOK
Pulau Lombok adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang
terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelat barat dan Selat Alas di sebelah timur dari
Sumbawa. Pulau ini kurang lebih berbentuk bulat dengan semacam "ekor" di sisi barat daya
yang panjangnya kurang lebih 70 km. Luas pulau ini mencapai 5.435 km², menempatkannya
pada peringkat 108 dari daftar pulau berdasarkan luasnya di dunia. Kota utama di pulau ini
adalah Kota Mataram. Pulau Lombok memiki sumber daya alam yang sangat melimpah
begitu juga dengan sumber daya manusia yang berupa adat istiadat dan budaya yang telah
terbentuk selama ratusan tahun dan Dari segi akomodasi, Lombok memang belum memiliki
banyak hotel berbintang. Dengan kian maraknya tempat makan dan cafe bergaya celassic
modern , cafe shof di Lombok dan aneka makanan tradisional serta hadirnya toko-toko
souvenir maka hal ini semakin menarik wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Lombok.
Letak Geografis
Selat Lombok menandai batas flora dan fauna Asia. Mulai dari pulau Lombok ke arah timur,
flora dan fauna lebih menunjukkan kemiripan dengan flora dan fauna yang dijumpai di
Australia dari pada Asia. Ilmuan yang pertama kali menyatakan hal ini adalah Alfred Russel
Wallace, seorang ilmuan asal Inggris pada abad ke-19. Untuk menghormatinya maka batas
ini disebut Garis Wallace. Lombok dengan luasnya (- + ) 4.738,7 Km2 terletak diantara pulau
Bali di sebelah barat berbatasan dengan selat Lombok, dan pulau Sumbawa di sebelah timur
berbatasan dengan selat Sumbawa, di sebelah utara berbatasan dengan laut Jawa dan di
sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Secara geografis terdapat perbedaan
jenis permukaan daratan, kesuburan dan iklim antar berbagai bagian wilayahnya. Dibagian
utara terdapat rangkaian gunung-gunung yang masih aktif, seperti gunung Punikan dengan
ketinggian 1.490 m DPL. gunung Sangkareang 2.914 m DPL, gunung Rinjani 3.775 m DPL
dan gunung Nanggi 2.330 m DPL. Diantara gunung-gunung tersebut pada ketinggian 2.008
MDPL. terdapat sebuah danau, yaitu danau Segara Anak. Air danau ini mengandung kadar
sulfur yang sangat tinggi dan mineralmineral lainnya. Kondisi ini mempengaruhi warna air
yang mengalir yaitu Kokok Puteq atau sungai putih, karena berwarna seperti susu dan agak
keruh. Di sebelah utara dari rangkaian pegunungan ini sekitar 5-10 km merupakan daerah
pertanian. Di bagian tengah terdiri dari 60 km dari barat ke timur dan 30 km dari utara ke
selatan, merupakan konsentrasi penduduk untuk dominan menempati daerah ini karena
tanahnya sangat subur.
Penduduk
dan Masyarakat Pulau Lombok yang luasnya sepertiga dari propinsi Nusa Tenggara Barat,
memiliki penduduk dua pertiga dari jumlah keseluruhan penduduk propinsi Nusa Tenggara
Barat. Secara keseluruhan jumlah penduduk dengan jenis kelamin perempuan ternyata lebih
banyak dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki. Dari hasil SuSeNas 2007 jumlah
penduduk yang mendiami pulau Lombok adalah 3.039.846 jiwa, jumlah ini merupakan
70,5% dari keseluruhan penduduk Nusa Tenggara Barat yakni 4.835.577 jiwa, sisanya
sebesar 1.252.645 jiwa mendiami pulau Sumbawa. Sekitar 80% penduduk pulau ini adalah
suku Sasak, sebuah suku bangsa yang masih dekat dengan suku bangsa Bali, tetapi sebagian
besar memeluk agama Islam dan Sisa penduduk adalah orang Bali, Jawa, Tionghoa dan Arab.
Topografi pulau ini didominasi oleh gunung berapi Rinjani yang ketinggiannya mencapai
3.726 meter di atas permukaan laut dan menjadikannya yang ketiga tertinggi di Indonesia.
Gunung ini terakhir meletus pada bulan Juni-Juli 1994. Pada tahun 1997 kawasan gunung dan
danau Segara Anak ditengahnya dinyatakan dilindungi oleh pemerintah. Daerah selatan pulau
ini sebagian besar terdiri atas tanah subur yang dimanfaatkan untuk pertanian, komoditas
yang biasanya ditanam di daerah ini antara lain padi, kopi, tembakau dan kapas, jagung dan
tanaman palawija lainnya.
3. Bahasa
Disamping bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, penduduk pulau Lombok (terutama
suku Sasak), menggunakan bahasa Sasak sebagai bahasa utama dalam percakapan sehari-
hari. Di seluruh Lombok sendiri bahasa Sasak dapat dijumpai dalam empat macam dialek
yang berbeda yakni dialek Petung Bayan (Lombok utara), dialek Pujut (sebagian Lombok
Tengah), dialek Selaparan (bagian timur) dan dialek Pejanggik (bagian barat, tengah dan
tenggara). Selain itu dengan banyaknya penduduk suku Bali yang berdiam di Lombok
(sebagian besar berasal dari eks Kerajaan Karangasem), di beberapa tempat terutama di
Lombok Barat dan Kotamadya Mataram dapat dijumpai perkampungan yang menggunakan
bahasa Bali sebagai bahasa percakapan sehari-hari.
4. Agama
Agama Islam merupakan agama terbesar pemeluknya dibandingkan dengan agama Hindu,
Budha, Katholik, dan Kriten Protestan, dan jumlah masjid di pulau Lombok sebanyak 3.975
(tahun 2008), oleh karena itu, pulau ini dijuluki pulau dengan “Seribu Masjid”. Agama Islam
masuk ke pulau Lombok sekitar abad ke-14 dibawa oleh Sunan Prapen, putra Sunan Giri
salah seorang dari Wali Songo dari Jawa. Pengislaman masyarakat di pulau Lombok melalui
tiga tahapan karena keberagaman masyarakatnya. Tahap pertama adalah disebut dengan Tahu
Bude disebut juga dengan Syiwa Budhe, yaitu masyarakat baru mengenal syahadat atau
kalimah tauhid tetapi dalam kehidupan sehari-hari masih sangat kental dengan tata cara nilai-
nilai kepercayaan animism, hindu jawa, hindu bali dan lain-lain. Tahap kedua adalah Tau
Wetu Telu atau Agama Waktu Telu. Tahap ini agama Islam yang dibawa oleh sunan Prapen.
Menurut sejarahnya, sebelum ajaran agama Islam sempurna sudah ditinggal menuju ke
Sumbawa. Kepercayaan Agama Waktu Telu masih dianut oleh sekelompok kecil masyarakat
Loombok di desa Bayan Lombok Utara.Tahap ketiga adalah Tau Lime atau Game Lime
dimulai dengan masuknya kerajaan Goa ke Lombok, sekaligus di dalamnya ada penyebaran
Islam melalui Sumbawa dan Bima ke Lombok.

B. SEJARAH DESA
SADE Sejak tahun 1975 desa tradisional ini dikunjungi oleh para wisatawan, baik wisatawan
lokal maupun dari mancanegara. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat telah
menetapkan Desa Sade sebagai Desa Wisata pada tahun 1989. Menurut sejarah desa ini telah
ada sejak 600 tahun yang lalu dan masyarakat menganut ajaran Watte Telu, namun ajaran itu
kini telah ditinggalkan dan semua masyarakatnya memeluk islam. Penghuni di Desa Sade
Lombok ini sekitar 700 jiwa. Mata pencaharian penduduk di Desa Sade Lombok Tengah ini
adalah bertani dan pekerjaan menenun dan merupakan pekerjaan sambilan kaum wanita,
setelah selesai bekerja di sawah. Mereka menenun dengan hanya mengunakan alat tenun
tradisional yang sangat sederhana. Hasil tenunan mereka sangat beraneka ragam seperti,
taplak meja, kain sarung, kain songket, selendang, dan lain-lain.

C. LOKASI DAN AKSESIBILITAS


DESA SADE Dusun Sade berada di Desa Rambitan, Kecamatan Pujut. Desa ini terletak di
wilayah bagian selatan Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dan
apabila menuju Pantai Kuta Lombok, maka wisatawan yang berkunjung ke Lombok akan
melewati dan akan melihat Dusun Sade Lombok ini, karena Dusun Sade ini letaknya berada
di pinggir jalan kira-kira 15 menit dari Bandara International Lombok dari arah Praya Kota
Lombok tengah. Dusun Sade atau Sade Village ini adalah merupakan salah satu Desa
Tradisional Sasak (suku asli Pulau Lombok) atau sebuah perkampungan suku Sasak asli yang
masih mencoba mempertahankan dan menjaga keaslian sisa-sisa kebudayaan Sasak lama
sejak zaman pemerintahan Kerajaan Pejanggik di Praya, Kabupaten Lombok Tengah sampai
sekarang. Masyarakat yang tinggal di Dusun Sade Lombok ini adalah suku Sasak dengan
sistim sosial dan kehidupan keseharian mereka yang masih sangat kental dan memegang
teguh adat tradisi Sasak tempo dulu.Akses
C.WISATA DESA SADE
Pulau Lombok memiliki kekayaan budaya tradisional yang sangat beraneka ragam. Salah satu
dari kekayaan budaya tradisional yang terdapat di Pulau Lombok ini adalah Desa Sade, yakni
Desa Tradisional Sasak (suku asli Pulau Lombok). Atau sebuah perkampungan suku Sasak
asli yang masih mempertahankan dan menjaga keaslian kebudayaan Sasak lama, sejak zaman
pemerintahan Kerajaan Pejanggik di Praya, Kabupaten Lombok Tengah sampai sekarang.
Desa Sade ini berada di Kecamatan Pujut, yang terletak di wilayah bagian selatan Kabupaten
Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Masyarakat yang tinggal di Desa Sade
Lombok ini merupakan suku Sasak asli Lombok, dengan sistim sosial dan kehidupan
keseharian mereka yang masih sangat kental dan memegang teguh adat tradisi Sasak tempo
dulu. Bahkan arsitektur rumah adat khas Sasak juga masih bisa Anda jumpai berdiri kokoh
dan terawat dengan baik di tempat ini. Bangunan tradisional Sasak yang bisa Anda temui di
perkampungan Desa Sade Lombok ini, terdiri dari dua jenis yang disebut dengan Bale Tani
dan Lumbung.

Bale Tani adalah bangunan yang dipergunakan sebagai tempat tinggal, dan Lumbung adalah
bangunan yang biasa digunakan sebagai tempat menyimpan padi hasil panen atau untuk
menyimpan segala kebutuhan. Rumah adat suku Sasak yang disebut Bale Tani, terbuat dari
kayu dengan dinding-dinding yang terbuat dari anyaman bambu dan beratapkan daun alang –
alang kering. Lantai dari Bale Tani ini adalah campuran tanah, getah pohon dan abu jerami
yang kemudian diolesi dengan kotoran kerbau. Bale Tani terbagi menjadi dua bagian yaitu
Bale Dalam dan Bale Luar, ruangan Bale Dalam biasanya diperuntukkan untuk anggota
keluarga wanita, yang sekaligus merangkap sebagai dapur. Sedangkan ruangan Bale Luar
diperuntukkan untuk anggota keluarga lainnya, dan juga berfungsi sebagai ruang tamu.
D. KEUNIKAN DESA
WISATA SADE Keunikan yang dimiliki Desa sade ini menjadikan ia sebagai desa yang
berbeda dengan desa pada umumnya di Lombok, sebut saja rumah adat yang ada di desa ini,
diantaranya memiliki ruangan dengan bagian-bagian tertentu. Ruangan tersebut di Desa Sade
disebut “Bale”, antara Bale Dalam dan Bale Luar ini dipisahkan dengan pintu geser dan anak
tangga. Di dalam ruangan Bale Dalam ini, terdapat dua buah tungku yang menyatu dengan
lantai terbuat dari tanah liat yang digunakan untuk memasak. Masyarakat di perkampungan
Desa Sade Lombok ini biasanya memasak dengan menggunakan kayu sebagai bahan
bakarnya.
Bale Dalam ini tidakmemiliki jendela dan hanya memiliki satu buah pintu sebagai jalan untuk
keluar-masuk yang hanya terletak di bagian depan Bale.
Selain Bale Tani dan Lumbung, masih ada lagi bangunan yang menjadi bangunan khas
Sasak. Bangunan ini sering disebut dengan Berugak. Berugak adalah sebuah bangunan
panggung berbentuk segi empat yang tidak memiliki dinding, tiangnya terbuat dari bambu
beratapkan alang-alang, dan disangga oleh empat tiang (sekepat), atau enam tiang (sekenem).
Berugak berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamu, dan juga biasa digunakan sebagai
tempat untuk berkumpul, berbincang – bincang serta bersantai selepas bekerja atau sebagai
tempat pertemuan internal keluarga. Biasanya Berugak terdapat di depan samping kiri atau
samping kanan Bale Tani. Ada beberapa keunikan dan kegiatan/atraksi lokal yang terdapat di
Desa Sade sebagai berikut
Penduduk dan Kearifan Lokal
Desa Sade memiliki luas sekitar 5,5 Hektar, dan rumah tradisional sejumlah 150 dan setiap
rumah terdiri dari satu kepala keluarga, dengan jumlah penduduk sekitar 700 orang yang
kesemuanya masih merupakan satu keturunan, karena masyarakatnya melakukan perkawinan
antar saudara sesame masyarakat desa setempat dan bagi mereka pernikahan seperti ini
mudah dan cukup murah, dibandingkan menikah dengan perempuan dari desa lain dan harus
mengeluarkan beberapa ekor kerbau.
2. Bangunan di Desa Sade
Lumbung Pare atau Lumbung padi adalah jenis atap yang di gunakan di Desa Sade. Setiap
Bangunan di desa ini seperti masjid, rumah, lumbung padi dan tempat pertemuan umum
memiliki ciri khas arsitektur Suku Sasak dimana dindingnya menggunakan pagar anyaman
dari bambu dan tiang terbuat dari kayu, dengan atap yang terbuat dari alang-alang kering.
Keistimewaan dari bangunan yang di desain seperti ini adalah akan menyejukkan di saat
cuaca terik dan terasa hangat ketika malam hari. Salah satu keunikan dari rumah yang ada
adalah cara perawatannya. Lantainya terbuat dari tanah liat yang di campur dengan sedikit
sekam padi dan setiap sekali dalam seminggu atau pada waktu-waktu tertentu seperti sebelum
di mualainya upacara adat lantai rumah digosok dengan kotoran kerbau dicampur sedikit air,
kemudian setelah kering disapu dan digosok dengan batu.

Penggunaan kotoran kerbau ini berfungsi untuk membersihkan lantai dari debu membuat
lantai terasa halus dan lebih kuat. Masyarakat setempat percaya bahwa kotoran kerbau
tersebut dapat mengusir serangga sekaligus menangkal serangan magis yang ditujukan pada
penghuni rumah.Karena desa ini berada di gundukan perbukitan tanah liat jarak antar
bangunan sangat rapat, tersusun rapi keatas dan masing-masing bangunan dihubungkan
dengan jalan setapak.
Bagian dalam dari setiap rumah di Desa Sade terbagi menjadi tiga bagian. Bagian depan
untuk tidur anak laki-laki dan orang tua. Sementara bagian kedua lebih tinggi 1 meter yang
berisi dapur, lumbung dan tempat tidur anak perempuan. Kemudian bagian terahir yaitu
sebuah ruangan kecil yang digunakan untuk tempat melahirkan oleh sang ibu. Rata-rata kaum
pria Desa Sade adalah petani yang mengandalkan perairan dari musim hujan, di tempat ini
tidak ada sistem irigasi sehingga panen hanya dapat dilakukan sekali dalam.

3. Atraksi Budaya
Lombok Anda juga dapat melihat atraksi budaya pada waktu tertentu di Desa Sade seperti
permainan alat musik tradisional yang dikenal dengan Gendang Beleq, Tarian Cupak
Gerantang dan juga Tarian Presean, kesemuanya itu dapat dilakukan di Lombok.
Menenun Kain Songket
Kaum perempuan di desa ini melakukan pekerjaan menenun kain, ketrampilan menenun
merupakan bagian dari tradisi yang terus diwariskan dan menurut aturan adat bahwa seorang
anak gadis yang cukup umur tidak boleh menikah jika belum bisa menenun kain. Salah satu
produk kain tenun yang menjadi ciri khas Lombok adalah kain songket.dan juga wisatawan
dapat langsung melihat proses dan belajar bagaimana membuat kain tenun di Desa Sade yang
dimulai dari pemintalan kapas kering menjadi benang. Benang yang telah rapi kemudian akan
diberikan perwarna yang berasal dari bahan-bahan alami. Pembuatan kain songket sepanjang
2 meter memerlukan waktu pengerjaan antara dua minggu hingga tiga bulan, tergantung pada
tingkat kerumitan polanya dan jenisnya.
Penggunaan Alat
Hal lain yang paling menarik adalah penggunaan perlatan dalam keseharin mereka seperti
peralatan pemintalan kapas menjadi benang, alat tenun, alat pertanian dan sebagainya masih
menggunakan alat yang jauh dari kata modern. Peralatan yang digunakan sederhana namun
pembuatannya cukup rumit karena peralatan untuk menenun kain songket tersebut hanya bisa
dibuat oleh orang-orang tertentu
Pakaian Khas
Desa sade Biasanya pakaian adat daerah hanya digunakan dalam acara-acara tertentu di
daerah lain, berbeda dengan penduduk Desa Sade yang selalu mengenakan pakaian adat Suku
Sasak setiap hari, walapun tidak semua dari mereka, tapi paling tidak wisatawanyang dating
dapat langsung melihat mereka berpakaian dengan pakaian khas Suku Sasak dan juga dapat
merasakan suasan kehidupan zaman dahulu.
Berintraksi Dengan Penduduk
Berkunjung ke desa ini tidak hanya untuk melihat bentuk bangunan atau menonton
tariannya, untuk lebih merasakan pola kehidupan di masa lalu, pengunjung dapat berintraksi
dengan masyarakatnya yang ramah, bahkan mereka akan mempersilahkan anda masuk ke
dalam rumahnya dan melihat bagaimana mereka mengatur tata ruang yang memiliki nilai
kearifan lokal yang sangat terjaga dengan baik.

TIGA PILAR PENGEMBANGAN PARIWISATA


Dalam pengembangan pariwisata pembentukan pilar-pilar pariwisata yang berguna untuk
mendorong dan memajukan pariwisata berbasis alam, sosial dan budaya pada suatu daerah
wisata agar bisa berkembang lebih baik dan maju. Dorongan pilar pariwisata tersebut antara
lain: pemerintah, masyarakat dan lingkungan. Dorongan dan sumbangsih mereka sangat
penting untuk membantu memajukan destinasi suatu tempat wisata.
Pemerintah
Desa Sade ini merupakan salah desa adat dan rumah adat yang nila ketradisionalannya khas
suku sasak, Lombok dan ditetapkan sebagai salah satu desa adat di Pulau Lombok. Untuk
mendukung dan melestarikan Desa sade ini, pemerintah selalu mengedepankan Desa Sade
dalam pengembangan dan pelestarian serta selalu menyertakannya dalam beberapa
dokumentasi untuk dilampirkan dalam brosur maupun promosi pariwisata di luar daerah
maupun ke luar negeri, terlebih bila ada even-even nasional selalu mengajak tamu yang hadir
untuk mengunjungi Desa Sade ini.
Masyarakat
Salah satu pilar utama dalam mengembangkan dan melestarikan Desa Sade ini adalah
masyarakat, karna masyarakat Lombok adalah pelaku dari desa adat tersebut. Dengan tidak
dilestarikannya desa adat maupun nilai-nilai ketradisionalan tersebut, maka kearifan lokal di
Desa sade ini terancam punah sehingga perlu untuk dilestarikan dan diajarkan kepada
generasi muda di Lombok Tengah khususnya di Desa Sade ini, termasuk orang tua juga perlu
mengajarkan dan mendidik generasi bahwa betapa berharganya warisan budaya dari nenek
moyang kita.
Lingkungan
Karena lingkungan merupakan salah satu yang berperan dalam melestarikan nilai-nilai
kearifan lokal, termasuk masyarakat Lombok pada umumnya, sehingga daerah maupun desa
yang masih kental dengan budaya lokal seperti halnya Desa Sade ini dapat dijadikan contoh
bagi daerah lain bahwa pentingnya menjaga atau melestarikan budaya lokal yang ada dan
menjaganya untuk diwariska ke generasi berikutnya.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang
kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di daerah
tujuan wisata hingga kembali ke negara asalnya yang melibatkan berbagai hal seperti;
transportasi, penginapan, restoran, pemandu wisata, dan lain-lain. Pelayanan yang baik
terhadap wisatawan akan meningkatkan jumlah kunjungan di masa yang akan datang.
Dengan perkembangan pariwisata yang semangkin baik, akan memberi dampak bagi sektor
ekonomi, sosial dan budaya di masyarakat Kabupaten Lombok tengah.
Untuk mendukung berkembangnya Kepariwisataan di Kabupaten Lombok tengah, diperlukan
adanya identifikasi terhadap objek-objek wisata yang ada. Dengan identifikasi tersebut
nantinya bisa di ketahui Objek-objek wisata yang potensial untuk dikembangkan, serta upaya
penanganan masalah terhadap objek wisata yang kurang berkembang.
Pada bab sebelumnya telah dibahas analisis dan strategi oengembangan kepariwisataan di
Kabupaten Lombok Tengah, karakteristik wisatawan, komponen pendukung kepariwisataan
dan strategi pengembangan terhadap kepariwisataan.
Bab ini mencoba merumuskan kesimpulan dan arahan-arahan bagi pengembangan
kepariwisata di Kabupaten Lombok tengah. Arahan tersebut didasarkan astas kajian pustaka
tentang pengembangan pariwisata, potensi pariwisata, hasil analisis karakteristik wisatawan,
Analisis komponen kepariwisataan dan strategi pengembangan kawasan wisata. Arahan
pengembangan ini nantinya diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah
dalam mengembangkan Kepariwisatan di Kabuten Lombok tengah.
Pengembangan pariwisata memerlukan adanya fasilitas pelayanan untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan selama melakukan kunjungannya. Wisatawan adalah orang yang
melakukan perjalanan untuk sementara waktu ke tempattempat atau daerah yang sama sekali
asing baginya. Karena jauh dari tempat tinggalnya, maka wisatawan membutuhkan pelayanan
sesuai keinginannya, yaitu semenjak ia berangkat sampai ditempat tujuan, hingga ia kembali
kerumahnya.

Anda mungkin juga menyukai