Anda di halaman 1dari 24

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Batasan Konsep

1. Strategi

Kata strategi dari sudut etimologis (asal kata), strategi diartikan sebagai

kiat, cara, dan taktik utama yang dirancang secara sistematis dalam

melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, yang terarah pada tujuan strategik

organisasi (Nawawi, 2005:147).

Menurut Lawrence R. Jauch dan William F. Glueck (1998) menjelaskan

bahwa strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang

mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan

yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat

dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Strategi adalah sarana

yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir (sasaran). Tetapi strategi bukanlah

sekedar suatu rencana. Strategi adalah rencana yang disatukan, strategi mengikat

semua bagian perusahaan menjadi satu (Jauch dan Glueck, 1998 : 12).

Selain itu definisi strategi yang dikemukakan oleh James Brian Quinn

(dalam Robert M. Grant, 1999:10), menerangkan bahwa: “Strategi adalah suatu

bentuk atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan utama, kebijakan-

kebijakan, dan rangkaian tindakan dalam suatu organisasi menjadi suatu

kesatuan yang utuh. Strategi yang diformulasikan dengan baik akan membantu

commit14 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

penyusunan dan pengalokasian sumber daya yang dimiliki perusahaan menjadi

suatu bentuk yang unik dan dapat bertahan. Strategi yang baik disusun

berdasarkan kemampuan internal dan kelemahan perusahaan, antisipasi

perubahan dalam lingkungan, serta kesatuan pergerakan yang dilakukan oleh

mata-mata musuh”.

Pengertian strategi juga dijelaskan John M. Bryson (2007) sebagai

berikut : “Strategi dapat dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan, program,

tindakan, keputusan, atau alokasi sumber daya yang mendefinisikan bagaimana

organisasi itu, apa yang dikerjakan organisasi dan mengapa organisasi

melakukannya. Oleh karena itu strategi merupakan perluasan misi guna

menjembatani organisasi (atau komunitas) dan lingkungannya” (Bryson, 2007 :

189).

Dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli diatas maka dapat

disimpulkan bahwa strategi merupakan cara, taktik, maupun rencana yang

disatukan dan dirancang secara sistematis untuk menghadapi hambatan atau

tantangan agar suatu perusahaan atau organisasi dapat melaksanakan fungsi-

fungsi manajemen, yang terarah pada tujuan strategik organisasi.

2. Pengembangan

Pengertian pengembangan menurut J.S Badudu dalam Kamus Umum

Bahasa Indonesia adalah cara atau hasil kerja mengembangkan,

mengembangkan berarti membuka, memajukan, menjadikan jadi maju dan

commit15 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bertambah baik. Maka berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa pengembangan pariwisata adalah usaha atau cara

memajukan bidang pariwisata.

Pengembangan merupakan suatu proses, cara, perbuatan menjadikan

sesuatu menjadi lebih baik, maju, sempurna, dan berguna. Pengembangan

merupakan suatu proses/aktivitas memajukan sesuatu yang dianggap perlu untuk

ditata sedemikian rupa dengan meremajakan atau memelihata yang sudah

berkembang agar menjadi lebih menarik dan berkembang. Menurut Gamal

Suwantoro menjelaskan bahwa “strategi pengembangan pariwisata bertujuan

untuk mengembangkan produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan

bertahap” (Suwantoro, 1997:55). Dalam melakukan sebuah pengembangan

pariwisata daerah, peran serta pemerintah daerah sangat mutlak dibutuhkan.

Dengan tujuan, pengembangan pariwisata tersebut mengarah pada

pembangunan daerah.

Dalam mengembangkan sektor pariwisata, Gamal Suwantoro (1997)

mengklasifikasikan mengenai pola kebijakan pengembangan pariwisata yang

meliputi :

1. Kebijakan umum

2. Arah pola kebijaksanaan pengembangan jalur wisatawan

3. Pola kebijakan pengembangan objek wisata

4. Kebijakan pengembangan sarana dan prasarana

commit16 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Kebijakan pengembangan kelembagaan

6. Kebijakan pengembangan industri

Menurut Marpaung dan Bahar, tujuan dari pengembangan pariwisata

adalah memberikan keuntungan bagi wisatawan, maupun masyarakat setempat.

Pariwisata hendaknya dapat memberikan kehidupan standar kepada warga

setempat melalui keunutngan ekonomi yang didapat dari tujuan wisata

(Demartoto dkk, 2014 : 12).

3. Pariwisata

Pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari

interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah, tuan rumah, serta masyarakat tuan

rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta

pengunjung lainnya. Menurut Prof. Salah Wahab, pariwisata adalah suatu

aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara

bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri/diluar negeri,

meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu

mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang

dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap (Yoeti, 1994: 116). Menurut

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, pariwisata

merupakan sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi;

pelancongan. Pariwisata juga diartikan sebagai perpindahan orang untuk

sementara dan dalam jangka waktu yang pendek ke tujuan di luar tempat dimana

commit17 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mereka biasa hidup, dan bekerja dan kegiatan mereka selama tinggal di tempat

tujuan itu.

Pengembangan pariwisata yang dilaksanakan pemerintah dimaksudkan

untuk memahami peranan aktif pemerintah mulai dari Kabupaten Klaten, Desa

Ponggok, dan Badan Usaha Milik Desa “Tirta Mandiri” sebagai pengelola

Umbul Ponggok.

Dengan demikian strategi pengembangan obyek daya tarik wisata

merupakan cara, taktik, maupun rencana yang akan ditempuh oleh Badan Usaha

Milik Desa Ponggok “Tirta Mandiri” untuk menghadapi hambatan atau

tantangan dalam upaya pengembangan obyek wisata Umbul Ponggok.

4. Obyek Daya Tarik Wisata

Menurut R.B Soemanto (2010) bahwa obyek daya tarik wisata

merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan kepariwisataan. Obyek

daya tarik wisata terbagi menjadi 2 yaitu alam dan budaya. Obyek daya tarik

wisata alam meliputi tumbuh-tumbuhan (flora), alam binatang (fauna), dan

panorama alam. Wisatawan yang mengunjungi obyek dan daya tarik wisata

tersebut didasarkan minat yang sama. Mereka berasal dari kelompok sosial yang

sama maupun berbeda karakteristik sosial ekonomi maupun demografinya. Di

lokasi obyek dan daya tarik wisata mereka mendapatkan pelayanan yang relatif

sama dan terorganisir oleh pihak pengelola obyek. Lokasi obyek wisata tersebut

juga berbeda latar belakang kelompok dan kelas sosial ekonominya. Sedangkan

commit18 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

obyek daya tarik wisata budaya meliputi warisan budaya yang masih hidup

terdiri dari budaya tradisional dan modern atau kontemporer. Obyek dan atraksi

wisata budaya warisan meliputi : museum (purbakala) dan peninggalan sejarah

(situs candi Borobudur, Prambanan, Sukuh, Cetho, dan lain-lain), Keraton

Surakarta dan Yogyakarta. Wisatawan mancanegara tercatat sebagai pengunjung

daya tarik wisata ini di musim-musim liburan sekolah, hari besar, dan akhir

tahun. Budaya warisan tradisional berupa kegiatan upacara adat dan seni.

Misalnya upacara penobatan Raja di Keraton Surakarta dan Yogyakarta, upacara

Sekaten, Tahun baru jawa, dan seterusnya. Budaya bercorak kontemporer atau

modern berupa kegiatan seni budaya. Misalnya, parade dan festival kesenian

Bali, Jakarta fair, Solo International Ethno Music, dan seterusnya. Masyarakat

pariwisata budaya terkait corak obyek-obyek wisata memiliki struktur sosial

masing-masing. Nilai lebih dan daya tarik wisata berbeda antara satu dengan

yang lain. Komponen-komponen lain yang juga menunjang kegiatan

kepariwisataan meliputi :

1. Transportasi Wisata

Komponen transportasi meliputi transportasi darat, laut, dan udara.

Transportasi wisata sebagai layanan perjalanan para wisatawan mencapai

lokasi obyek dan daya tarik wisata. Jenis alat transportasi tersebut

menggambarkan strata sosial penumpangnya atau para wisatawan, asal dan

jarak yang ditempuh.

commit19 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Wisatawan penumpang pesawat udara yang menuju suatu daerah

tujuan wisata menunjukkan keragaman layanan wisata yang disajikan oleh

masyarakat setempat. Kelompok wisatawan ini lebih banyak membutuhkan

layanan wisata utuk mencapai lokasi obyek dan daya tarik wisata yang

diinginkan; juga akan tinggal lebih lama dari pada wisatawan penumpang

alat transportasi lainnya.

2. Rumah Makan

Komponen ini merupakan salah satu layanan kebutuhan pokok

wisata selama dan ketika wisatawan melakukan perjalanan dan sampai di

lokasi wisata. Jenis, kelas rumah makan yang disajikan masyarakat sangat

beragam. Ukuran besar dan kecilnya usaha tersebut menurut lokasi, fasilitas

dan menu sajianya strata sosial usaha pemiliknya.

Di samping sajian menu internasional dan nasional, masyarakat

setempat menyajikan menu lokal yang khas rasa menu dan sajiannya. Sajian

ini juga merupakan daya tarik lokal yang ditemui penyaji makanan dan

minuman yang beragam jenis dan menu masakan, serta memiliki layanan

yang menarik, khas dan unik; dikunjungi wisatawan dan memberikan kesan

menyenangkan dan memuaskan. Peranan melayani kebutuhan pokok ini

bagi wisatawan di lokasi wisata ditemukan menyebar dan menggambarkan

keterbukaan struktur sosial masyarakat setempat.

commit20 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Pemerintah Daerah

Komponen wisata ini berfungsi membuat dan menjalankan kebijakan

pengembangan pariwisata. Peranan pemerintah melakukan regulasi

pengembangan terhadap pelaku-pelaku wisata dan masyarakat dalam

melayani wisatawan. Pemerintah juga melindungi semua kepentingan dan

kebutuhan mereka, agar tidak terjadi benturan peran dalam melayani

wisatawan. Pemerintah juga aktif memberikan fasilitas dan pembinaan bagi

pengembangan bidang ini.

Landasan hukum pengembangan kebijakan dan pelaksanaan

program-program pariwisata di daerahnya dilakukan dengan menerbitkan

dan memberlakukan peraturan daerah (Perda) tentang kepariwisataan.

Sharpley (1994) mengemukakan kriteria mengenai obyek dan daya

tarik wisata yang diinginkan calon wisatawan. 4 (empat) faktor atau unsur

yang digunakan sebagai kriteria, yaitu :

a.Warisan sejarah dan budaya, misalnya warisan arsitektur bangunan

(rumah, tempat ibadah, dan lain-lain) yang asli dan khas.

b. Lingkungan alam yang asli, lingkungan alam desa yang masih asli

dengan sifat dan jenis kegiatan pedesaan, misalnya persawahan,

kebun, tegal sebagai lingkungan kegiatan yang rutin dilakukan

masyarakat setempat.

commit21 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c.Seni kerajinan lokal, warisan kerajinan masyarakat yang masih

dilakukan secara turun temurun dan menggunakan bahan dasar

daerah setempat.

d. Ritual, peristiwa tradisional adalah kegiatan upacara adat dan

peristiwa tradisional masyarakat yang dilakukan warga masyarakat

secara periodik dan berkelanjutan.

5. Stakeholder

Istilah stakeholder telah dipakai oleh banyak pihak dalam hubungannya

dengan berbagai ilmu atau konteks, misalnya manajemen bisnis, ilmu

komunikasi, pengelolaan sumber daya alam, sosiologi, dan lain-lain. Lembaga-

lembaga publik telah menggunakan secara luas istilah stakeholder ini ke dalam

proses pengambilan dan implementasi keputusan.

Menurut Freeman (dalam Bryson, 2007), stakeholder dalam lingkup

bisnis merupakan kelompok atau individu yang dipengaruhi dan mempengaruhi

masa depan perusahaan yaitu pelanggan, pekerja, pemilik, pemerintah, lembaga

keuangan dan kritikus. Sedangkan dalam konteks organisasi, baik di

pemerintahan maupun swasta, Bryson (2007) mendefinisikan stakeholder

sebagai individu, kelompok, atau organisasi apapun yang dapat melakukan

klaim atau perhatian terhadap sumber daya atau hasil organisasi atau

dipengaruhi oleh hasil itu.

commit22 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari sekian banyak stakeholder tidak semuanya harus mendapat

perhatian yang sama. Perhatian hanya perlu diberikan kepada stakeholder

utama, karena kunci keberhasilan dalam organisasi publik maupun swasta

adalah bagaimana organisasi tersebut dapat menjamin kepuasan stakeholder

utama ini (Bryson, 2007).

Berdasarkan kekuatan, posisi penting, dan pengaruh stakeholder

terhadap suatu isu, stakeholder dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok.

Ramirez (dalam Buckles, D, 1999) mengelompokkan stakeholder sebagai

berikut :

a. Stakeholder primer

Stakeholder primer merupakan stakeholder yang memiliki kaitan

kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan, program, dan

proyek. Mereka harus ditempatkan sebagai penentu utama dalam

proses pengambilan keputusan.

b. Stakeholder sekunder

Stakeholder sekunder adalah stakeholder yang tidak memiliki kaitan

kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, program, dan

proyek pemerintah (publik), tetapi memiliki kepedulian dan

keprihatinan sehingga mereka turut bersuara dan berpengaruh

terhadap keputusan legal pemerintah.

commit23 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Stakeholder kunci

Stakeholder kunci merupakan stakeholder yang memiliki

kewenangan secara legal dalam hal pengambilan keputusan.

6. Wisata

Di dalam artikelnya, Fandeli (1995:36), mengatakan bahwa umumnya

wisata sering dipadankan dengan kata rekreasi. Menurutnya, rekreasi sendiri

berasal dari bahasa inggris recreation yang artinya kegiatan menciptakan

kembali baik fisik maupun psikis agar dapat berprestasi lagi. Wisata atau

rekreasi ini, menurutnya sering dilakukan untuk bersenang-senang atau

bersantai.

Berdasarkan ketentuan World Association of Travel Agents (WATA),

wisata adalah perjalanan keliling selama lebih dari 3 hari yang diselenggarakan

oleh suatu biro perjalanan di dalam kota yang acaranya antara lain mencakup

melihat-lihat di berbagai tempat atau kota di dalam maupun di luar negeri

(Soetomo, 1994:25). Sedangkan menurut UU No. 9 Tahun 1990 Pasal 1 Tentang

Kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan

tersebut yang dilakukan sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati

obyek dan daya tarik wisata.

commit24 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Penelitian Terdahulu

Artikel penelitian yang berjudul : “Tourism as a Local Development

Strategy in South Africa” dalam The Geographical Journal Volume 168 Tahun

2002, yang dituliskan oleh Binns, Tony;Nel, Etienne berisi tentang Promosi

pariwisata telah diidentifikasi sebagai strategi kunci yang dapat menyebabkan

kenaikan ekonomi, pengembangan masyarakat dan bantuan kemiskinan di negara

berkembang. Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata juga telah muncul sebagai

pilihan perkembangan yang signifikan pasca-apartheid Afrika Selatan. Dalam

beberapa konteks perdebatan saat ini tentang pariwisata di negara-negara miskin,

penilitian fokus pada bagaimana sumber daya ekonomi, sosial dan lingkungan yang

sedang digunakan untuk mempromosikan pariwisata sebagai strategi pembangunan

ekonomi lokal di Afrika Selatan, dan lebih khusus berfokus pada upaya pemerintah

daerah saat ini di hal ini dan dua komunitas yang telah menderita kehilangan basis

sumber daya ekonomi mereka. Inisiatif pengembangan berbasis pariwisata, satu di

KwaZulu-Natal dan satu di Western Cape, dievaluasi dalam konteks menghasilkan

pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan dan mengatasi warisan apartheid

diskriminasi dan ketidaksetaraan. Arti penting dari dinamika proses pembangunan

yang terlibat dalam inisiatif ini memiliki relevansi yang lebih luas untuk

pengembangan ekonomi lokal, baik di dalam Afrika Selatan dan di tempat lain.

Artikel penelitian yang berjudul : “Analysis of Alternative Strategy in

Coastal Tourism Development in Aceh Besar, Indonesia after Tsunami Disaster”

commit25 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dalam International Journal of social sience and humanity Volume 2 Tahun 2012

yang dituliskan oleh Fadhillah, Achmad; Dewi, Triana G; Hardjanto, Arini berisi

tentang ada banyak faktor yang mempengaruhi pengembangan pariwisata pesisir di

Aceh Besar, Indonesia. Menjadi mampu memberikan solusi dalam mengembangkan

pariwisata pesisir tentu perlu tahu ada eksternal dan internal faktor-faktor yang

dapat mendukung atau menghambat perkembangan pesisir pariwisata di Aceh

Besar. Dari uraian di atas, tujuan penelitian ini adalah: untuk menganalisis faktor-

faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan pariwisata di Aceh Besar,

untuk menganalisis faktor internal yang mempengaruhi perkembangan pariwisata di

Aceh Besar, dan menganalisis strategi dan prioritas strategi yang dapat diusulkan

untuk mengembangkan pariwisata pesisir di Aceh Besar. Metode pengolahan data

berdasarkan konsep Fred R. David terdiri dari tahap input, tahap pencocokan, dan

tahap keputusan. Alat analisis menggunakan matriks IFE, EFE, dan SWOT untuk

merumuskan dan menetapkan strategi. Setelah Penelitian dilakukan, itu dirumuskan

sepuluh alternatif strategi. Berdasarkan matriks QSP, strategi peningkatan dukungan

pemerintah untuk pengembangan pesisir dan manajemen adalah urutan pertama

prioritas untuk meningkatkan pengembangan wisata pantai di Aceh Besar.

Artikel penelitian lain yang berjudul : “Sustainable Development Strategies

in Domestic and International Tourism” dalam European Journal of

Interdisciplinary Studies Volume 2 Tahun 2010 yang dituliskan oleh Ene, Sebastian

George; Baraitaru, Madalina yang berisi tentang analisis sebuah bab terpisah dari

commit26 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pembangunan pariwisata berkelanjutan, yaitu strategi pembangunan. Mengingat

pentingnya ekonomi, sosial dan politik di bidang pariwisata, dan juga kontribusi

secara keseluruhan untuk pembangunan daerah, penelitian ini menganggap bahwa

pendekatan yang berbeda dari strategi pengembangan pariwisata diperlukan dalam

sektor domestik dan internasional. Menganalisis tingkat lokal, strategi

pengembangan Rumania menganggap bahwa pariwisata dapat menjadi salah satu

faktor kunci dalam proses menghidupkan kembali perekonomian, mengingat fakta

bahwa Rumania memiliki potensi wisata yang sangat besar, yang sesuai dengan

jenis pariwisata, di nasional dan tingkat regional. Hal ini dianggap bahwa salah satu

isu utama yang perlu ditangani adalah penggunaan potensi wisata Rumania dan

penggunaannya dalam kondisi yang tidak pantas.

Artikel penelitian lain berjudul “Investigation of The Role of Information

Systems in Tourism Marketing as One of the Strategies of Tourism Development”

dalam European Online Journal of Natural and Social Sciences Tahun 2014 yang

ditulis oleh Sheikhzadeh, Mohammad Akbar; Moradzahipour, Muhammad; Mirzaei,

Muhammad Ghasem; Toulabi, Majid yang menyatakan bahwa saat ini pariwisata

dianggap sebagai salah satu sumber pendapatan utama di dunia, dan juga

merupakan faktor yang efektif dalam pertukaran budaya antara negara-negara itu

sebabnya ia memiliki posisi yang sangat khusus sebagai industri jasa terbesar di

dunia. Oleh karena itu ada kompetisi dekat dan intens di banyak negara untuk

meningkatkan pendapatan dan kepentingan mereka dengan cara dari suatu kegiatan

commit27 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

internasional tersebut. Jelas, kelalaian kecil bisa menyebabkan hilangnya

kesempatan. Oleh karena itu, salah satu yang paling sukses di antara negara-negara

bersaing adalah salah satu yang bergerak ke depan berdasarkan rencana strategis;

dan salah satu cara untuk mencapai rencana strategis pemasaran pariwisata yang

bertujuan memperoleh kepuasan pelanggan dengan cara yang menguntungkan.

Dalam rangka untuk berhasil dalam pemasaran pariwisata, kita harus cocok untuk

menyajikan orientasi masa depan pasar. Tujuan dari makalah ini adalah untuk

membahas penggunaan sistem informasi pemasaran dalam pariwisata-sebagai cara

untuk menarik wisatawan-dengan pendekatan deskriptif. Makalah ini menunjukkan

bahwa perubahan besar telah terjadi dalam dunia bisnis; sebagai hasilnya, berbagai

sektor ekonomi telah dipaksa untuk memanipulasi sistem informasi untuk

mendapatkan keuntungan luar biasa.

Sonder (2009) dalam Penelitiannya ”Pengembangan Kawasan Pariwisata

Pantai Lasiana Menuju Pariwisata Berkelanjutan Di Kota Kupang” mengatakan

bahwa kawasan pariwisata pantai Lasiana telah dekembangkan oleh Pemereintah

Provinsi dengan pembangunan sarana dan prasarana wisata sejak tahun 1986,

namun kondisinya banyak yang rusak. Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui Kondisi Kawasan Pariwisata Pantai Lasiana Berdasarkan

Prinsip Pariwisata Berkelanjutan;

2. Mengetahui Partisipasi Para Pemangku Kepentingan (Stakeholders) Dalam

Pengembangannya;
commit28 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Mengetahui Kondisi Lingkungan Internal Dan Eksternal Kawasan Pariwisata

Pantai Lasiana, dan

4. Merumuskan Strategi Dan Program Pengembangan Menuju Pariwisata

Berkelanjutan.

Beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian Sonder yaitu konsep

strategi, pengembangan pariwisata, kawasan pariwisata, konsep pembangunan

pariwisata berkelanjutan dan pembangunan pariwisata berasis masyarakat.

Dengan beberapa teori yang mendukung yaitu teori perencanaan, siklus hidup

destinasi wisata dan teori partisipasi yang menekankan pentingnya partisipasi

seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengembangan kawasan

pariwisata pantai Lasiana.

Etik Rismawati (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan

Pariwisata Situs Manusia Purba Sangiran Kabupaten Sragen” menjelaskan bahwa

obyek wisata yang paling terkenal di kabupaten sragen adalah situs purbakala

sangiran. Pada tahun 2012 jumlah wisatawan yang datang berkunjung sangat

banyak melebihi dari tahun-tahun sebelumnya dan situs manusia purba Sangiran

berkontribusi secara langsung dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Sragen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan

pariwisata situs manusia purba Sangiran dilakukan dalam 4 aspek yaitu atraksi,

fasilitas, infrastruktur dan promosi. Atraksi yaitu pembangunan gedung yang lebih

commit29 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

representatif serta penambahan ruang pameran serta penambahan atraksi penunjang.

fasilitas yaitu mushola, toilet, tempat parkir, kios-kios souvenir dan makanan, serta

terdapat penambahan fasilitas penunjang seperti rumah-rumah joglo, tempat-tempat

duduk, ruang audiovisual namun fasilitas yang diberikan juga terdapat kelemahan

pada toilet di dalam museum yang masih kurang. infrastruktur yaitu dalam

pengembangannya pemerintah Kabupaten Sragen berkoordinasi dengan unit-unit

lain untuk menciptakan infrastruktur seperti sistem pengairan yang berada di

Sangiran, sumber energi/listrik, sistem pembuangan air, jaringan telekomunikasi,

jasa kesehatan maupun jalan raya yang berada di kawasan Situs Manusia Purba

Sangiran. Promosi yaitu dalam pengembangannya semua lembaga ikut bekerjasama

secara aktif dalam mempromosikan Sangiran seperti adanya Talkshow, masuk ke

media massa, pembuatan booklet, leaflet, brosur, stiker, dan website tetapi website

di Situs Manusia Purba Sangiran masih belum teroptimalkan dengan baik karena

terkendala jaringan. Dengan demikian pengembangan pariwisata sudah tercapai

dengan baik, tetapi masih terdapat beberapa kendala yang harus dibenahi terlebih

dahulu.

Dwi Hapsari (2010) dalam “Potensi dan Strategi Pengembangan Obyek

Wisata Air Terjun Jumog Kabupaten Karanganyar” menyatakan bahwa Kabupaten

Karanganyar rencananya ingin mengembangkan potensi pariwisata air terjun Jumog

sebagai daerah tujuan wisata di Desa Berjo, tentang strategi-strategi yang dilakukan

Pengelola obyek wisata salah satunya Pemerintah Desa Berjo untuk

commit30 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mengembangkan obyek wisata ini, dan kendala-kendala yang dihadapi dalam

pengembangan obyek wisata ini. Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa Desa

Berjo, memiliki potensi wisata yang sangat potensial untuk dijadikan sebagai daerah

tujuan wisata. Hanya saja untuk mengembangkan potensi tersebut menjadi lebih

maju khususnya untuk sarana penunjang luar masih terhalang oleh status

kepemilikan tanah di sekitar obyek wisata yang masih berstatus hak milik warga

sekitar, dan untuk mengatasi masalah tersebut belum ditemukan jalan keluar yang

sama-sama menguntungkan untuk masyarakat dan juga untuk pengelola obyek

wisata. Berdasarkan penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan Desa Berjo

memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan sebagai salah satu daerah tujuan

wisata di Kabupaten Karanganyar. Dalam mengembangkan obyek wisata ini

memerlukan kerja sama antara Pemerintah Desa Berjo, masyarakat sekitar obyek

wisata dan Pemerintah Daerah Karanganyar agar sama-sama saling

menguntungkan.

C. Landasan Teori

Sosiologi pariwisata merupakan satuan kegiatan individual dan kelompok

yang mendasarkan interaksi sosial para pelakunya untuk memenuhi kebutuhan

masing-masing. Sebagai satu kesatuan sosial, kelompok pelaku kepariwisataan

memiliki bangunan sosial dan proses dinamika yang dapat diamati dari struktur

sosial, proses hubungan sosial internal maupun eksternal, fungsi, peranan, serta

commit31 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

interaksi sosial yang dialaminya. Studi sosiologi dapat dilakukan diantaranya

mendasarkan paradigma sosiologi yang dirasakan relevan.

Penelitian ini menggunakan paradigma definisi sosial, dimana paradigma

tersebut membahas tentang tindakan manusia (Weber, 1985). Menurut Weber,

tindakan sosial adalah tindakan yang bermakna subyektif tertentu bagi pelaku yang

ditujukan pada tindakan orang lain. Tindakan manusia dipengaruhi, dibangun dan

dibentuk oleh struktur sosial dan pranata sosial. Berkat pengaruh dua faktor

tersebut, individu mampu membuahkan tindakan subyektif dengan penuh makna

atau berarti, bukan tindakan asal-asalan. Konsep dasar tindakan sosial mengandung

beberapa karakteristik obyek penelitian sosiologis (Weber, 1985), yaitu :

1. Tindakan sosial nyata yang sepenuhnya mengandung makna subyektif;

contoh: tindakan sosial dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia

(makan, minum, mandi, bekerja, dan sebagainya).

2. Tindakan sosial nyata hasil pengaruh positif dari satu situasi, dan yang

terulang; contoh: tindakan sosial dari hasil interaksi dengan orang atau pihak

lain untuk mempelajari hal baru, menjalankan perintah atasan, melakukan

perjalanan wisata, menjajakan barang cinderamata, dan lain-lain.

3. Tindakan sosial yang ditujukan pada seorang atau sekelompok orang;

contoh: tindakan sosial yang bersifat merespon, mengajak, mengimbau,

menunjukkan, mengarahkan tindakan, dan sebagainya.

commit32 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Tindakan sosial yang memperhatikan (kepentingan) orang lain. Contoh:

tindakan untuk memenuhi kebutuhan orang lain adalah menjual barang dan

jasa, melayani pelanggan atau wisatawan, dan sebagainya.

5. Tindakan sosial saat ini, masa lalu dan yang akan datang; contoh tindakan

sosial seseorang yang bersifat kontinyu berupa tindakan yang berulang atau

berpola, misalnya bekerja, makan, minum, mandi, melakukan perjalanan

pariwisata, membeli cinderamata, dan sebagainya.

Selanjutnya Weber mengemukakan kecenderungan tipe-tipe tindakan

rasional, yaitu bahwa semakin tindakan bersifat rasional, maka semakin mudah

dipahami makna dan arah setiap tindakan yang dilakukan. Weber menjelaskan tipe-

tipe tindakan rasional sebagai berikut:

a. Tindakan murni

Tipe tindakan ini dilakukan oleh para pelaku (seseorang) didasarkan

pada cara terbaik yang dipilih, untuk mencapai tujuan yang dinilai

baik. Oleh sebab itu, tindakan seseorang dinilai cukup rasional jika

makna dan tujuannya mudah dimengerti.

b. Tindakan setengah murni

Di sini pelaku tidak sepenuhnya menentukan cara terbaik yang

dipilih atau paling tepat untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini sulit

dibedakan antara cara dan tujuan yang hendak dicapai. Tetapi

tindakan pelaku masih tergolong rasional.

commit33 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Tindakan afektif

Dalam tindakan ini, pelaku/seseorang diliputi oleh emosi disamping

memiliki dasar rasional pula. Bahkan tindakan pelaku tersebut

sering menunjukkan sifat kepura-puraannya. Oleh sebab itu,

tindakan sosial seperti ini sedikit sulit dipahami latar belakang dan

maknanya.

d. Tindakan tradisional

Dalam hal ini tindakan pelaku didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan

yang berlaku, dan lebih mengacu pada pengalaman masa lalu.

Interpretasi dan pemahaman terhadap tindakan sosial tipe ini cukup

berbelit-belit dan termasuk tidak gampang.

Selain Weber, tokoh lain dalam teori ini adalah Talcott Parsons. Sebagai

pengikut Weber yang utama dia menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial

dengan karateristik sebagai berikut:

1. Adanya individu sebagai aktor.

2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu.

3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai

tujuannya.

4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat

membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa

situasi dan kondisi, sebagian ada yang dapat dikendalikan individu.

commit34 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Aktor dibawah kendali dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide

abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan tujuan serta

tindakan alternatif untuk mencapai tujuan. (Ritzer, 2003).

Dengan menerapkan teori diatas dalam penelitian ini maka dapat dilihat

bahwa dalam pengembangan obyek daya tarik wisata Umbul Ponggok

menghasilkan suatu tindakan sosial yang muncul pada pelaku wisata dan

masyarakat sebagai reaksi terhadap kebijakan pengembangan obyek daya tarik

wisata Umbul Ponggok di Desa Ponggok.

Tindakan sosial tersebut berbentuk partisipasi pelaku wisata dan masyarakat

dalam pengembangan obyek daya tarik wisata. Partisipasi tersebut dilakukan karena

pengembangan obyek daya tarik wisata juga berperan dalam perbaikan kehidupan

pelaku wisata dan masyarakat yang berada di kawasan obyek wisata tersebut.

Tujuan kunci dari partisipasi atau pengikutsertaan pelaku wisata dan masyarakat

terutama masyarakat lokal yaitu untuk mendorong perkembangan sosial ekonomi

dan menyediakan sumber-sumber pendapatan bagi masyarakat lokal dari sumber

daya alam serta dapat memberikan manfaat menyeluruh bagi pelaku wisata dan

masyarakat lokal. Pendekatan partisipatif adalah pendekatan yang berdasarkan pada

asumsi bahwa penduduk pedesaan adalah subyek pembangunan, sumber daya

manusia yang potensial. Oleh karena itu, pendekatan ini lebih menekankan pada

pembentukan motivasi dalam diri pelaku wisata dan masyarakat setempat serta

commit35 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

perubahan sikap mental masyarakat dalam mewujudkan terciptanya partisipasi aktif

dan langsung.

D. Kerangka Berpikir

Alur pemikiran dari penelitian ini berawal dari adanya potensi-potensi yang

dimiliki Umbul Ponggok serta ketertarikan para pengunjung untuk berkunjung dan

menikmati nuansa pedesaan di desa Ponggok, maka Pemerintah Desa ingin

mengembangkan obyek daya tarik wisata Umbul Ponggok dengan membentuk dan

menunjuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) “Tirta Mandiri” Desa Ponggok

sebagai pengelola obyek daya tarik wisata Umbul Ponggok. Selain BUMDes “Tirta

Mandiri”, masyarakat di sekitar obyek wisata dan pengunjung juga ikut berperan

dalam pengembangan obyek daya tarik wisata Umbul Ponggok. BUMDes “Tirta

Mandiri” memiliki strategi untuk mengembangkan obyek daya tarik wisata Umbul

Ponggok. Di dalam pengembangannya, faktor pendukung dan faktor penghambat

akan terasa keberadaannya.

Dari perumusan masalah “Bagaimana strategi pengembangan obyek wisata

Umbul Ponggok sebagai daya tarik wisata Desa Ponggok, Kecamatan polanharjo,

Kabupaten Klaten, Jawa Tengah?” akan dikaji dan didasarkan dengan beberapa

konsep, teori serta akan dianalisis dengan metode studi kasus. Setelah itu ditemukan

suatu hasil dan kemudian akan direkomendasikan Pemerintah Desa maupun

BUMDes “Tirta Mandiri” Ponggok sebagai sumbangan atau masukan pemikiran

bagi Pemerintah Desa maupun BUMDes “Tirta Mandiri” Ponggok dalam

commit36 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mengembangkan obyek wisata Umbul Ponggok sebagai obyek daya tarik wisata

unggulan di Desa Ponggok.

Bagan 2.1. Kerangka Berpikir

Potensi-potensi Obyek daya


tarik wisata Umbul
Ponggok

Stakeholders dalam Pengembangan Obyek Daya


Tarik Wisata Umbul Ponggok

1. Pemerintah Desa
2. BUMDes “Tirta Mandiri”
3. Pelaku wisata
4. Pengunjung

Faktor Pendukung Strategi Pengembangan Faktor Penghambat

Dampak

commit37 to user

Anda mungkin juga menyukai