Anda di halaman 1dari 11

MODUL PERKULIAHAN

Manajemen
Pariwisata

Konsep Dasar Manajemen


Pariwisata

Fakultas Program Studi Pertemuan Kode MK Disusun Oleh

05
Ekonomi dan Bisnis S-1 Manajemen Bambang Mulyana, Dr., MSi

Abstrak Kompetensi
Manajemen pariwisata berkenaan dengan Mahasiswa paham dan mampu
bagaimana mengaplikasikan prinsip-prinsip menjelaskan mengenai konsep dasar
manajemen dalam bidang kepariwisataa. manajemen pada bidang kepariwisataan.
Prinsipnya sama dengan manajemen
umumnya yaitu adanya perencanaan,
pengorganisaisn, pelaksanaan, dan
pengendalian

Topik bahasan:
1. Pengantar 4. Kajian Manajemen Pariwisataan
2. Manajemen dan Manajemen Pariwisata 5. Konsep Dasar Manajemen Kepariwisataan
3. Konsep Dasar Pariwisata 6. Jaringan dan Pengelolaan Pariwasata
1. Pengantar
Dimensi manajemen berkenaan dengan bagaimana menerapkan prinsip-prinsip
manajemen untuk mengimplementasikan suatu kebijakan. Dimensi ini memusatkan
perhatian pada bagaimana melaksanakan apa yang telah diputuskan melalui prinsip-
prinsip tertentu. Menurut Mary Parker Follet dalam Yeremias (2004), manajemen
sebagai suatu proses pencapaian hasil melalui orang lain. Definisi tersebut mengandung
elemen penting. Pertama, manajemen adalah suatu proses kerjasama yang mengandalkan
sinergi. Kedua, proses tersebut dilakukan antara orang-orang, yang dipimpin oleh
seorang yang berfungsi sebagai manajer atau pemimpin. Dan ketiga, kerjasama tersebut
dituntun oleh prinsip-prinsip tertentu yang telah teruji keterandalannya.
Menurut Oey Liang Lee dalam Hasibuan (2007), manajemen adalah seni dan ilmu
perencanaan pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan dari
sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut
Shafritz dan Russel dalam Yeremias (2004) manajemen berkenaan dengan orang yang
bertanggungjawab menjalankan suatu organisasi, dan proses menjalankanya organisasi
itu sendiri yaitu pemanfaatan sumberdaya (seperti orang dan mesin) untuk mencapai
tujuan organisasi. Definisi ini tidak hanya menunjukan proses pencapaian tujuan tetapi
juga sekelompok orang yang bertanggungjawab menjalankan proses tersebut.
Dari definisi di atas, Donovan dan Jackson dalam Yeremias (2004) memberikan rincian
subproses atau tugas manajemen yang terdiri dari lima. Tugas-tugas tersebut dirinci ke
dalam: (1) Planing, (2) Organizing, (3) Staffing, (4) Leading, dan (5) Controlling.
Dengan demikian, manajemen adalah proses pengelolaan yang dilakukan oleh sumber
daya melalui tahap-tahap untuk mencapai tujuan atau pengembangan organisasi. Bila
kita sandingkan manajemen dengan pariwisata menjadi manajemen pariwisata dapat
diartikan sebagai suatu tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengembangkan sektor
pariwisata melalui pemanfaat sumberdaya manusia seperti buah pikiran dan sumber daya
lainnya seperti teknologi dalam bidang pariwisata.

2. Manajemen dan Manajemen Pariwisata


Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain,
bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari
keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi

‘1 Manajemen Pariwisata
3
2 Dr. Bambang Mulyana, MSi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sosial, budaya, alam dan ilmu. Suatu perjalanan dianggap sebagai perjalanan wisata bila
memenuhi tiga persyaratan yang diperlukan, yaitu:
a. Harus bersifat sementara
b. Harus bersifat sukarela (voluntary) dalam arti tidak terjadi karena dipaksa
c. Tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah ataupun bayaran
Dalam kesimpulannya pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan hubungan-
hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat
tinggalnya. Dengan maksud bukan untuk tinggal menetap dan tidak berkaitan dengan
pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah.
Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pariwisata (Yoeti, 1997). Wisata merupakan suatu kegiatan perjalanan atau sebagian dari
kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk
menikmati obyek dan daya tarik wisata. Sedangkan wisatawan adalah orang yang
melakukan kegiatan wisata. “Tourism is an integrated system and can be viewed in
terms of demand and supply. The demand is made up of domestic and
international tourist market. The supply is comprised of transportations, tourist
attractions  and activities, tourist facilities, services and related infrastructure, and
information and promotion. Visitors are defined as tourist and the remainder as same-
day visitors”.
Pada garis besarnya, definisi tersebut menunjukkan bahwa kepariwisataan memiliki arti
keterpaduan yang di satu sisi diperankan oleh faktor permintaan dan faktor
ketersediaan. Faktor permintaan terkait oleh permintaan pasar wisatawan domestik dan
mancanegara. Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh transportasi, atraksi
wisata dan aktivitasnya, fasilitas-fasilitas, pelayanan dan prasarana terkait serta informasi
dan promosi.
Berikut pengertian manajemen menurut beberapa ahli :
1.      Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian, penyusunan,
pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Oey Liang Lee )
2.      Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunakan
sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi tang telah
ditetapkan (James A. F. Stoner)
3.      Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan
‘1 Manajemen Pariwisata
3
3 Dr. Bambang Mulyana, MSi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya (George R. Terry )
4.      Manajemen adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha orang
lain.(Lawrence A. Appley)
5.      Manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan
orang lain. (Horold Koontz dan Cyril O’donnel )
Dari uraian di atas maka manajemen pariwisata dapat diartikan sebagai serangkaian
tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dalam bidang pariwisata.

3. Konsep Pariwisata dan Prisnisp Dasar Pariwisata


Mari kita lihat dan pelajari konsep pariwisata dan prinsisp dasar pariwisata secara singkat
dari pembahasan di bawah ini.
Konsep Pariwisata
Pariwisata telah semakin disadari sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi dan peluang
perluasan lapangan kerja di berbagai negara berkembang. Bahkan di sejumlah negara
berkembang di kawasan Afrika terbukti kehadiran pariwisata telah berkontribusi kepada
penurunan angka kemiskinan (Steiner, 2006). Meskipun demikian, bahwa keberhasilan
pengembangan sektor pariwisata lebih banyak ditentukan oleh peran kebijakan
pemerintah yang ikut serta secara aktif membangun regulasi untuk pengembangan
kepariwisataan (Jeffries, 2001). Dalam rangka memahami peran kelembagaan pada
pengembangan pariwisata, UNWTO (2002) mengembangkan pilar segitiga meliputi
environment, community dan industry sebagaimana disajikan pada Gambar 5.1.

Environment

Wistawan

Industry Community

Gambar 5.1 Pilar Pembangunan Pariwisata Sumber: UNWTO (2002)

‘1 Manajemen Pariwisata
3
4 Dr. Bambang Mulyana, MSi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pertama, adalah environment adalah hadirnya kelembagaan dalam sektor pengembangan
pariwisata, termasuk di dalamnya adalah peranan dan fungsi 25 kehadiran pemerintah
dalam melaksanakan pendampingan, pemberdayaan dan regulasi untuk mengatur dan
mengendalikan dampak atas kehadiran wisatawan manca negara, serta fungsi
pemerintahan dalam mengembangkan akses wisata, infrastruktur dan marketing tourism
destination (DMOs). Kedua, adalah peranan community atau tourism society yaitu
komunitas selaku obyek dan pelaku pariwisata yang terlibat langsung dalam keseharian
bertransaksi melaksanakan fungsi pelayanan, membangun komunikasi yang
memungkinkan terwujudnya kondisi bahwa wisatawan mancanegara yang hadir
merasakan seperti berada di rumah mereka sendiri. Lingkungan destinasi wisata yang
aman, dan membuat wisatawan menikmati perjalanan mereka yang menyenangkan.
Ketiga, adalah peran sektor industri penunjang yang berkembang berdasarkan kebutuhan
yang diinginkan wisatawan termasuk akomodasi sarana perhotelan, penginapan,
restaurant, kebutuhan fasilitas air bersih, jaringan komunikasi, atraksi dan entertainment,
serta atraksi lainnya yang bersifat live attraction, seperti budaya masyarakat dalam
bercocok tanam, upacara yadnya, dan lain-lain. Semua event dan atraksi menjadi bagian
penting dari komponen industri wisata dalam rangka pelayanan wisata yang dapat
memuaskan wisatawan di satu pihak, dan kemudian berproses menciptakan nilai tambah
pada proses produksi masyarakat lokal.

Prinsip-prinsip Dasar Pariwisata


Pengelolaan pariwisata haruslah mengacu pada prinsip-prinsip pengelolaan yang
menenkankan nilai-nilai kelestarian lingkungan alam, komunitas, dan nilai sosil yang
memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta bermanfaat bagi
kesejahteraan komunitas lokal. Menurut Cox (1985, dalam Dowling dan Fennel, 2003: 2),
pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut :
1.   Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada kearifan lokal
dan special local sense yang merefleksikan keunikan peninggalan budaya dan
keunikan lingkungan
2.   Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi basis
pengembangan kawasan pariwisata
3.   Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasanah budaya local
4.   Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan budaya dan lingkungan local
‘1 Manajemen Pariwisata
3
5 Dr. Bambang Mulyana, MSi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
5.   Memberkan dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan pengembangan
pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif, tetapi sebaliknya mengendalikan
dan/atau menghentikan aktivitas pariwisata tersebut jika melampui ambang batas
(carrying capacity) lingkungan alam atau akseptabilitas sosial walaupun di sisi lain
mampuningkatkan pendapatan masyarakat.

4. Kajian Manajemen Pariwisata


Untuk dapat menghubungkan antara konsep manajemen dan pariwisata terlebih dahulu
akan dijelaskan konsep-konsep sebagai berikut:
a. Aspek Penawaran Pariwisata
Menurut Medlik (1980) dalam Ariyanto (2005), terdapat empat aspek (4A) yang harus
diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah:
1.)      Attraction  (daya tarik), di mana daerah tujuan wisata dalam menarik wisatawan
hendaknya memiliki daya tarik baik daya tarik berupa alam maupun
masyarakat dan budayanya .
2)      Accesable (bisa dicapai), hal ini dimaksudkan agar wisata domestik dan
mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata
3)      Fasilitas (Amenities), syarat yang ketiga ini memang menjadi salah satu syarat
Daerah Tujuan Wisata (DTW) dimana wisatawan dapat dengan kerasan tinggal
lebih lama di daerah tersebut.
4)      Adanya Lembaga Pariwisata (Ancillary). Wisatawan akan semakin sering
mengunjungi dan mencari DTW (Daerah Tujuan Wisata) apabila di daerah
tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan, (Protection of Tourism) dan
terlindungi baik melaporkan maupun mengajukan suatu kritik dan saran
mengenai keberadaan mereka selaku pengunjung atau orang bepergian.

b. Aspek Permintaan Pariwisata


Lebih lanjut Medlik (1980) dalam Ariyanto (2005) menjelaskan bahwa ada tiga
pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan permintaan pariwisata. Ketiga
pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
1).     Pendekatan ekonomi, pendapat para ekonom mengatakan dimana permintaan
pariwisata menggunakan pendekatan elastisitas permintaan/pendapatan dalam
menggambarkan hubungan antara permintaan dengan tingkat harap ataukah
permintaan dengan variable lainnya.

‘1 Manajemen Pariwisata
3
6 Dr. Bambang Mulyana, MSi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2).     Pendekatan geografi, sedangkan para ahli geografi berpendapat bahwa untuk
menafsirkan permintaan harus berpikir lebih luas dari sekedar penaruh harga,
sebagai penentu permintaan karena termasuk yang telah melakukan perjalanan
maupun yang karena suatu hal belum mampu melakukan wisata karena suatu
alasan tertentu.
3).    Pendekatan psikologi, para ahli psikologi berpikir lebih dalam melihat
permintaan pariwisata, termasuk interaksi antara kepribadian calon wisatawan,
lingkungan dan dorongan dari dalam jiwanya untuk melakukan kepariwisataan.

c    Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Pariwisata


Menurut Medlik (1980) dalam Ariyanto (2005), faktor-faktor utama dan faktor lain
yang mempengaruhi permintaan pariwisata dapat dijelaskan sebagai berikut,
1).     Harga, harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata maka akan memberikan
imbas/timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian/calon wisata, sehingga
permintaan wisatapun akan berkurang begitupula sebaliknya.
2).    Pendapatan, apabila pendapatan suatu negara tinggi maka kecendrungan untuk
memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan
bisa jadi mereka membuat sebuah usaha pada daerah tujuan wisata (DTW) jika
dianggap menguntungkan.
3).     Sosial budaya, dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau
dengan kata lain berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka,
peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini akan membuat
sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah kekayaan
pola pikir budaya mereka.
4).     Sosial politik, dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan daerah
tujuan wisata dalam situasi aman dan tenteram, tetapi apabila hal tersebut
berseberangan dengan kenyataan, maka Sospol akan sangat terasa dampak atau
pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.
5).     Intensitas keluarga, banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam
permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi bahwa jumlah keluarga yang banyak
maka keinginan untuk berlibur dari salah satu keluarga tersebut akan semakin
besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.
6).     Harga barang substitusi, di samping kelima aspek di atas, harga barang
pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, di mana barang-barang

‘1 Manajemen Pariwisata
3
7 Dr. Bambang Mulyana, MSi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pengganti dimisalkan sebagai pengganti daerah tujuan wisata yang dijadikan
cadangan dalam berwisata seperti Bali sebagai tujuan wisata utama di Indonesia,
akibat suatu dan lain hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam
memenuhi syarat-syarat daerah tujuan wisata (DTW) sehingga secara tidak
langsung wisatawan akan mengubah tujuannya kedaerah terdekat seperti
Lombok.
7).     Harga barang komplementer, merupakan sebuah barang yang saling membantu
atau dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang saling
melengkapi, dimana apabila dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer
ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi dengan Obyek Wisata lainnya.

5. Konsep Dasar Manajemen dalam Kepariwisataan


Di atas telah disinggung mengenai empat aspek dalam penawaran kepariwisataan. Oleh
karena itu hal yang paling esensial dalam manajemen pariwisata adalah bagaimana
mengaplikasikan prinsip-prinsip manajemen terhadap keempat aspek tersebut.
Pembangunan pariwisata di Indonesia berprinsip pada pariwisata berbasis masyarakat,
yaitu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pariwisata berwawasan budaya, di mana
mencakup seluruh hasil cipta, rasa dan karya masyarakat, yang merupakan salah satu
kekayaan utama Indonesia dan membawa pada keuntungan kompetitif. Pariwisata
berkelanjutan, yakni menghormati dan melestarikan lingkungan untuk generasi yang akan
datang (Ardika, 2003). Terdapat empat aspek (A-4) yang harus diperhatikan dalam
penawaran pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut :  
a. Attraction (daya tarik);
    Daerah tujuan wisata (selanjutnya disebut DTW) untuk menarik wisatawan pasti
memiliki daya tarik, baik daya tarik berupa alam maupun masyarakat dan budayanya. 
Semua ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan
fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan
hutan tropis, serta binatang-binatang langka. Selain itu, karya manusia yang berwujud
museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro
(pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan
juga merupakan daya tarik wisata
   
b. Accesability (aksesibilitas)

‘1 Manajemen Pariwisata
3
8 Dr. Bambang Mulyana, MSi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
    Accesability dimaksudkan agar wisatawan domestik dan mancanegara dapat dengan
mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata. Akses pariwisata di Indonesia sudah
lumayan baik namun masih ada yang kurang baik dan belum menunjang akses
pariwisata Indonesia. Akses yang baik menunjang akomodasi, karena akomodasi yang
mudah didapatkan oleh wisatawan sudah bisa memenuhi apa yang diinginkan
wisatawan, walaupun terkadang masih belum mampu menunjang semua kebutuhan
wisatawan.
Akses yang masih belum menunjang dalam pariwisata di Indonesia adalah akses
transportasi, masih banyak transportasi yang belum menunjang pariwisata. Selebihnya
jika kita melihat transportasi kereta api masih banyak kekurangannya, dilihat dari
keretanya itu sendiri yang masih kurang layak pakai terutama untuk kereta yang kelas
ekonomi, kotor dan berdesak-desakan. Seharusnya kereta yang ada di Indonesia bisa
seperti kereta-kereta yang ada di Jepang, yakni nyaman, bersih, aman, dan kita merasa
enak berada dikereta selama perjalanan. Transportasi laut juga masih banyak
kekurangan seperti buruknya manajemen dan lemahnya teknisi. Sering terjadi
kecelakaan di laut lepas membuat banyak orang takut untuk melakukan perjalanan
laut. Kalau untuk transportasi udara, walaupun lebih baik, tidak jauh berbeda dengan
transportasi laut. Namun banyak maskapai yang tidak boleh melakukan penerbangan
ke luar negeri karena takut terjadi kecelakaan, dikarenakan pesawat yang tersebut
rusak namun masih dipergunakan untuk melakukan penerbangan.
    Akses pariwisata di Indonesia masih harus diperbaiki terutama akses transportasi dan
telekomunikasi karena merupakan pendukung utama pertumbuhan sektor pariwisata
baik transportasi udara, laut, dan darat. Transportasi udara yang menjalin kerja sama
terhadap maskapai penerbanagn asing memudahkan wisatawan asing keluar dan masuk
ke Indonesia. Transportasi laut, seperti diperbaikinya kapal cepat atau kapel ferry yang
berkualitas baik agar wisatawan dengan mudah mengakses pulau-pulau di Indonesia
yang mempunyai potensi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Transportasi darat
seperti kereta api yang layak dipakai, bus-bus pariwisata, serta diadakannya angkutan
seperti subway, waterway, monorail.
     Akses telekomunikasi merupakan strategi pemasaran pariwisata yang efektif seperti
publikasi destinasi pariwisata melalui internet untuk mempromosikan pariwisata
Indonesia yang berhubungan dengan objek wisata, hotel, akomodasi, rumah makan,
agent travel dan biro perjalanan.
 

‘1 Manajemen Pariwisata
3
9 Dr. Bambang Mulyana, MSi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c. Amenities (fasilitas);
     Amenities memang menjadi salah satu syarat daerah tujuan wisata agar wisatawan
dapat dengan kerasan tinggal lebih lama di salah satu objek wisata. Biasanya
akomodasi yang diinginkan wisatawan berkunjung adalah hotel dan restoran yang
mudah dijangkau, serta bisa memenuhi apa yang wisatawan  inginkan selama berada di
objek wisata yang dikunjunginya.
 
d. Ancillary (kelembagaan);
Adanya lembaga pariwisata, wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari
DTW apabila di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan, (protection of
tourism) dan terlindungi.
Keempat aspek di atas merupakan hal yang tersamat vital dalam pengembangan suatu
destinasi pariwisata. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pariwisata mempunyai peranan
penting dalam pembangunan suatu bangsa, khususnya perekonomian negara karena
kegiatan pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang cukup pontensial.
Pariwisata dilihat sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi tinggi, maka
pariwisata adalah sebagai suatu proses yang dapat menciptakan nilai tambahan terhadap
barang dan jasa sebagai satu kesatuan produk yang nyata (real goods) ataupun yang
berupa jasa-jasa (service) yang dihasilkan melalui proses produksi. Dalam ilmu ekonomi,
yang dimaksud dengan “product” adalah sesuatu yang dihasilkan melalui proses produksi.
Dalam pengertian ini, ditekankan bahwa tujuan akhir dari suatu proses produksi tidak lain
adalah suatu barang (product) yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan guna untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Dengan demikian konsep utama dalam manajemen
pariwisata adalah bagaimana mengaplikasikan fungsi-fungsi manajemen untuk
menciptakan pasokan sarana wisata agar timbul permintaan dari konsumen.

6. Jaringan dan Pengelolaan Pariwisata


     Kegiatan pariwisata pada dasarnya dapat dipadu dalam satu jaringan kegiatan kerja yang
diawali oleh adanya kegiatan manusia yang melakukan perjalanan di darat, di laut dan di
udara. Kegiatan wisatawan dalam mengunjungi objek wisata (alam, budaya maupun
minat khusus) pada daerah tujuan wisata dipengaruhi oleh adanya promosi wisata,
kemudahan transportasi, restorasi, akomodasi serta pelayanan pemandu wisata.
Pengelolaan merupakan suatu aktivitas yang sistematis saling bersusulan agar tercapai
tujuan. Pengelolaan kawasan wisata ditujukan untuk melindungi tata nilai asli saat area

‘1 Manajemen Pariwisata
3
10 Dr. Bambang Mulyana, MSi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dikembangkan. Sarana akomodasi, sumer daya manusia, produk jasa, kepemimpinan,
produk dan kemasan,seyogyanya secara hati-hati dikembangkan dengan mengadopsi tata
nilai asli serta melibatkan penduduk lokal. Kegiatan pariwisata ini akan membawa
dampak positif bagi berbagai aspek kehidupan baik pada bidang politik, ekonomi, sosial,
budaya, dan lingkungan hidup. Dampak sosial, ekonomi, dan budaya langsung akan
dirasakan oleh masyarakat yang memiliki daerah tempat tujuan wisata. Dampak sosial,
ekonomi, dan budaya tersebut antara lain adalah: 1) membuka kesempatan kerja dan
perluasan lapangan pekerjaan, 2) menumbuhkan aktifitas ekonomi masyarakat, 3)
meningkatnya pendapatan perekonomian masyarakat.

Referensi
Ariyanto. 2005. Ekonomi Pariwisata Jakarta pada http://www.geocities.com

Direktorat Jenderal Pariwisata, Depparsenibud RI, 1998, Rencana Induk Pengembangan


Pariwisata Nasional 1998, Laporan Akhir, No.1,
Djogo, Toni. 2003. Kelembagaan dan Kebijakan dalam Pengembangan Agroforestri. Bogor. World
Agroforestry Centre.
Fandeli, Chafid (ed), 2001. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta.
Liberty.

Rudana, Nyoman. 2008. Strategi Pengembangan Pariwisata Bali. Jakarta. Lembaga


Administrasi Negara.

Utama, I Guti agus Rai. 2016. Pengantar Industri Pariwisata. Yogyakarta. Deepublish

Yoeti, Oka, A,. 1996. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Bandung. Pradnya
Paramita.

‘1 Manajemen Pariwisata
3
11 Dr. Bambang Mulyana, MSi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai