Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEPARIWISATAAN

“ PENGELOALAAN DESTINASI PARIWISATA ATAU VISITOR MANAJEMEN “

Dosen Pengampu

Ihyana Hulfa, M.Par

Disusun Oleh

1. Mardiatul Jannah (A1B022162)

2. Marisa Aidilla Itsna (A1B022163)

3. Mariyana (A1B022164)

4. Melianti (A1B022165)

5. Melida Susanti (A1B022166)

6. Mirnawati Dewi (A1B022167)

7. Moh. Katibul Umam (A1B022168)

8. Ni Nyoman Jingga Sukmarani (A1B022188)

9. Nova Sastu (A1B022190)

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah, karena atas Rahmat dankehendak- Nya
saya dapat menyelesaikan makalah keuangan tentang tentang ”Pengelolaan Destinasi
Pariwisata atau Visitor Manajemen “.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami dalam rangka
pengembangan dasar dalam kepariwisataan. Sehingga besar harapan kami, makalah yang
kami sajikan dapat menjadi konstribusi positif bagi pengembang gagasan pembaca.

Sebagai penutup penulis mengharapkan kritik dan saran yangmembangun dari


pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanbaat bagi
penulis dan juga pembaca.

Mataram, November 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk
sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan
meninggalkan tempat semula dan dengan suatu perencanaan atau bukan maksud untuk
mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan
pertamasyaan atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam.

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Pariwisata adalah yang berhubungan
dengan perjalanan untuk rekreasi; pelancongan; turisme (KBBI Online) Menurut World
Tourism Organization (WTO), yang dimaksud dengan pariwista adalah kegiatan manusia
yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya.
Menurut Undang - Undang RI nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan dijelaskan bahwa
wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam waktu sementara.
Kepariwisataan merupakan kegiatan jasa yang memanfaatkan kekayaan alam dan lingkungan
hidup yang khas, seperti hasil budaya, peninggalan sejarah, pemandangan alam yang indah
dan iklim yang nyaman. Perjalanan wisata adalah perjalanan keliling yang memakan waktu
lebih dari tiga hari, yang dilakukan sendiri maupun diatur oleh Biro Perjalanan Umum
dengan cara meninjau beberapa kota atau tempat baik di dalam maupun di luar negeri.

Manajemen adalah sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan,
seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber daya yang lainnya, oleh karena itu dalam pengembangan objek wisata
ditengah masyarakat diperlukan manajemen untuk mengatur agar tujuan yang diharapkan
bisa tercapai dengan baik sesuai perencanaan yang telah diatur. Pengelolaan pariwisata yang
ideal dilakukan Bersama-sama antara masyarakat dan pemerintah sehingga terjadi Kerjasama
yang baik dan berkelanjutan pemerintah dalam hal ini tidak menjadikan masyarakat sebagai
obyek, akan tetapi lebih ke patner. Dengan menjalankan sistem ini, diharapkan mampu
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat dengan tidak merusak
kearifanlokal. Hal ini yang ditegaskan dalam undang-undang kepariwisataan bahwa
kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap
wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara untuk
kesejahteraan rakyat.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana pengelolaan manajemen dalam pariwisata

b. Bagaimana fungsi manajemen dalam pengelolaan pariwisata

c. Bagaimana ruang lingkup fungsi destinasi pariwisata

d. Bagaimana pemasaran dan peningkatan pengembagan pariwisata

e. Apa itu visitor manajemen system

1.3 Tujuan

1. Mengetahui bagaimana pengelolaan manajemen pariwisata

2. Memberikan pemahaman mengenai fungsi manajemen dalam pengelolaan pariwisata

3. Mengetahui ruang lingkup fungsi destinasi pariwisata

4. Pemahaman mengenai pemasaran dan peningkatan pengembangan pariwisata

5. Mengetahui apa itu visitor manajemen


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Manajemen Pengelolaan Pariwisata


Manajemen pengelolaan pariwisata adalah seperangkat peran yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang yang merujuk kepada fungsi yang melekat pada peran
planning (perencanaan), directing (mengarahkan), organizing (koordinasi), dan controlling
(pengawasan). Sedangkan Menurut intruksi presiden No. 19 tahun 1969 yang menyatakan
bahwa parawisata atau wisata adalah kegiatan jasa yang memanfaatkan kekayaan alam dan
lingkungan hidup yang khas, seperti hasil budaya, peninggalan sejarah, pemandangan alam
yang indah dan iklim yang nyaman. Menurut undang-undang No.9 tahun 1990 yang
menyatakan bahwa parawisata itu adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata
termasuk pengusaha objek wisata dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang tertarik
dibidang usaha ini. Koordinasi merupakan fungsi utama dan penting, fungsi koordinasi
merujuk kepada fungsi seorang menejer untuk menerjemahkan informasi seperti
perencanaan, pengawasan dan mengaplikasikan informasi tersebut secara sistematis kedalam
semua fungsi manajeral yang diterjemahkan secara nyata dalam kegiatan pengarahan,
perencanaan dan pengawasan.
Manajemen pengelolaan parawisata harus mengacu pada prinsip-prinsip pengelolaan
yang menekankan nilai-nilai kelestarian lingkungan alam, komunitas dan nilai social yang
memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta bermanfaat bagi
kesejahteraan komunitas lokal.
Pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsi-prinsip sebagai berikut :

1. Pembangunan pariwisata haruslah didasarkan pada kearifan lokal danspesial local


sense yang merefleksikan keunikan peninggalan budaya dan keunikan lingkungan.

2. Perservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi basis
pengembangan kawasan pariwisata.

3. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasanah budaya lokal.

4. Pelayanan pada wisatawan yang berbasis keunikan budaya dan lingkungan lokal.

5. Memberikan dukungan dan legitimilasi pada pembangunan dan pengembangan


parawisata jika terbukti memberikan manfaat yang fositif, tetapi sebaliknya
mengendalikan atau menghentikan aktivitas pariwisata tersebut jika melampaui
ambang batas lingkungan alam atau aspektabilitas social walaupun disisi lain mampu
meningkatkan pendapatan msyarakat.

Dalam upaya meminimalisasi berbagai dampak negatif dan mengoptimalkan dampak


positif pariwisata lahirlah pemikiran untuk mengembangkan pariwisata yang lebih berpihak
pada masyarakat disekitar objek wisata, yang kemudian dikenal dengan istilah Community
Based Tourism (CBT) atau pariwisata berbasis komunitas atau masyarakat. Di Indonesia,
penerapan CBT tercantum dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, pada Bab III pasal 5 yaitu Prinsip Penyelenggaraan Kepariwisataan. Dimana
prinsip penyelenggaraan kepariwisataan adalah sebagai berikut :

1. Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari
konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha
Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia
dan lingkungan.

2. Menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan lokal.

3. Memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan


proporsionalitas.

4. Memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup.

5. Memberdayakan masyarakat setempat.

6. Menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat dan daerah yang


merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan
antar pemangku kepentingan.

7. Mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam


bidang pariwisata.

8. Memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Dengan demikian, Undang-Undang telah mengamanatkan bahwa pengembangan
pariwisata Indonesia harus mempertimbangkan kepentingan masyarakat setempat (lokal).
Terbitnya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 memberikan perubahan penting dalam hal
pendekatan pembangunan pariwisata menjadi berbasis masyarakat.
Prinsip dasar CBT (Community Based Tourism) menurut Suansri (2003:12) dalam
Suriany (2008) yaitu:

1. Mengakui, mendukung dan mengembangkan kepemilikan komunitas dalam industri


pariwisata,

2. Mengikutsertakan anggota komunitas dalam memulai setiap aspek,

3. Mengembangkan kebanggaan komunitas,

4. Mengembangkan kualitas hidup komunitas,

5. Menjamin keberlanjutan lingkungan,

6. Mempertahankan keunikan karakter dan budaya di area lokal,

7. Membantu berkembangnya pembelajaran tentang pertukaran budaya pada komunitas,

8. Menghargai perbedaan budaya dan martabat manusia,

9. Mendistribusikan keuntungan secara adil pada anggota komunitas,

10. Berperan dalam menentukan persentase pendapatan (pendistribusian pendapatan)


dalam proyek yang ada dikomunitas.
Sepuluh prinsip dasar tersebut harus menjadi tumpuan, arah dan prinsip dasar dari
pembangunan pariwisata agar keberlanjutannya terjamin.

2.1.1 Fungsi Manajemen dalam Pengelolaan Pariwisata

Mempelajari fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaan destinasi pariwisata sangat


penting, karena fungsi-fungsi manajemen merupakan dasar yang diperlukan untuk mengelola
destinasi pariwisata dengan baik. Fungsi-fungsi manajemen membantu menentukan tujuan
dan strategi pengelolaan destinasi, menyusun struktur kerja yang efektif, mengkoordinasikan
kegiatan pengelolaan, dan mengukur sejauh mana tujuan pengelolaan telah tercapai.
Dalam pengelolaan destinasi pariwisata, fungsi-fungsi manajemen terbagi menjadi empat
ruang lingkup yaitu:

1. Perencanaan (planning): Fungsi ini bertujuan untuk menentukan tujuan dan strategi
pengelolaan destinasi pariwisata, serta menyiapkan rencana tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan juga mencakup identifikasi kebutuhan
dan harapan wisatawan, analisis pesaing, dan evaluasi keberhasilan destinasi dalam
mencapai tujuan.

2. Pengorganisasian (organizing): Fungsi ini bertujuan untuk menyusun struktur kerja


dan menentukan tanggung jawab serta wewenang setiap anggota tim dalam
pengelolaan destinasi pariwisata. Pengorganisasian juga mencakup pembagian tugas
dan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan pengelolaan destinasi.

3. Kepemimpinan (leading): Fungsi ini bertujuan untuk mengarahkan dan memimpin


seluruh kegiatan yang terkait dengan pengelolaan destinasi. Ini termasuk menetapkan
tujuan dan strategi jangka panjang untuk destinasi, menyusun rencana aksi untuk
mencapai tujuan tersebut, dan memimpin tim yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan di
destinasi. Fungsi leading juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kegiatan-
kegiatan di destinasi terkoordinasikan dengan baik dan bekerja sama secara efektif
dengan para pemangku kepentingan (penta-helix stakeholders).

4. Pengendalian (controlling): Fungsi ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana tujuan
pengelolaan destinasi pariwisata telah tercapai, serta mengidentifikasi masalah yang
mungkin terjadi dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk memperbaikinya.
Pengendalian juga mencakup pemantauan dan evaluasi terhadap keberlangsungan
kegiatan pengelolaan destinasi.

2.1.2 Ruang Lingkup Fungsi-fungsi Destinasi Pariwisata

Dalam mempelajari manajemen destinasi pariwisata, kita juga harus memahami


mengenai fungsi-fungsi destinasi pariwisata. Fungsi-fungsi destinasi pariwisata adalah
aktivitas-aktivitas dalam pengelolaan destinasi pariwisata yang harus dilakukan agar
pengelola destinasi dapat mencapai tujuan akhir pengelolaan destinasi pariwisata yaitu
kesejahteraan masyarakat setempat, keberlanjutan lingkungan alam dan lingkungan budaya.
Berikut adalah ruang lingkup fungsi-fungsi destinasi pariwisata menurut Hidayah (2021):
1. Fungsi pemasaran destinasi pariwisata

Fungsi ini bertujuan untuk mengenali kebutuhan dan harapan wisatawan, serta
menyusun strategi pemasaran pariwisata yang sesuai untuk menarik wisatawan ke
destinasi. Fungsi pemasaran juga mencakup penyusunan harga yang tepat, promosi
destinasi pariwisata, dan pengelolaan jaringan distribusi. Berikut adalah peran fungsi
pemasaran dalam manajemen destinasi pariwisata:

a) Menganalisis kebutuhan dan harapan wisatawan

b) Menyusun rencana pemasaran dan strategi yang tepat untuk menarik


wisatawan ke destinasi

c) Menentukan harga yang tepat untuk produk pariwisata

d) Melakukan komunikasi pemasaran pariwisata melalui berbagai media

e) Mengelola jaringan distribusi produk pariwisata

6. Fungsi operasi (operations) atau pelayanan

Fungsi ini bertujuan untuk memastikan terciptanya produk wisata yang memenuhi
ekspektasi pelanggan dengan tetap memperhatikan keberlanjutan destinasi. Berikut
adalah peran fungsi operasi dalam manajemen destinasi pariwisata:

a) Mengelola kegiatan-kegiatan yang terkait dengan penyediaan produk


pariwisata yang ditawarkan, atraksi dan dayatarik wisata, fasilitas pariwisata
dan aksesibilitas.

b) Memastikan ketersediaan produk pariwisata yang ditawarkan sesuai dengan


kebutuhan wisatawan

c) Memastikan kualitas pelayanan yang diberikan kepada wisatawan sesuai


dengan standar yang ditetapkan

d) Mengelola kapasitas produk pariwisata

e) Memastikan akurasi informasi yang diberikan kepada wisatawan

f) Menjaga keberlangsungan kegiatan operasi secara efektif dan efisien


g) Menciptakan pengalaman yang menyenangkan bagi wisatawan yang
berkunjung ke destinasi.

7. Fungsi keuangan (finance)

Fungsi keuangan dalam pengelolaan destinasi pariwisata bertujuan untuk memastikan


bahwa destinasi pariwisata dikelola secara efektif dan efisien dari segi finansial. Ini
termasuk mengelola pendapatan dan belanja destinasi, mengatur arus kas, mengelola
utang dan hutang, dan mengelola risiko finansial.

Tujuan lain dari fungsi keuangan dalam pengelolaan destinasi pariwisata


adalah untuk memastikan bahwa destinasi tersebut dapat beroperasi secara
berkelanjutan dan menghasilkan keuntungan yang memadai bagi para pemangku
kepentingan (stakeholders). Berikut adalah peran fungsi keuangan dalam manajemen
destinasi pariwisata:

a) Mengelola keuangan destinasi pariwisata, seperti pencatatan keuangan,


perencanaan anggaran, dan pengelolaan cash flow.

b) Menyiapkan laporan keuangan untuk mengetahui kondisi finansial destinasi


pariwisata

c) Menentukan strategi pendanaan yang tepat untuk bisnis destinasi pariwisata

d) Mengelola risiko keuangan yang mungkin terjadi dalam bisnis

8. Fungsi sumber daya manusia (human resources)

Fungsi sumber daya manusia dalam pengelolaan destinasi pariwisata bertujuan untuk
memastikan bahwa destinasi memiliki tim yang terdiri dari individu-individu yang
terampil, terlatih, dan kompeten yang dapat mengelola destinasi secara efektif dan
efisien.

Berikut adalah peran fungsi sumber daya manusia dalam manajemen destinasi
pariwisata:

a) Mengelola rekrutmen, seleksi, dan pelatihan karyawan

b) Menyusun sistem gaji dan benefit yang adil dan menarik bagi karyawan
c) Menyusun sistem pengelolaan karir yang memotivasi karyawan

d) Menyusun sistem komunikasi yang efektif antar karyawan

e) Mengelola hubungan antar pemangku kepentingan

9. Fungsi Koordinasi

Fungsi koordinasi dalam pengelolaan destinasi pariwisata bertujuan untuk


memastikan bahwa seluruh aspek pengelolaan destinasi terintegrasi dengan baik dan
bekerja sama secara kompak (kohesif) serta efektif dan efisien. Ini termasuk
mengelola hubungan baik dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) penta
helix. Berikut adalah peran fungsi sumber daya manusia dalam manajemen destinasi
pariwisata:

a) Mengelola hubungan baik dengan para pemangku kepentingan.

b) Memastikan kekompakan antar pemangku kepentingan dalam mengelola


destinasi pariwisata.

c) Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan yang membuthkan kolaborasi antar


pemangku kepentingan seperti kegiatan pemasaran, pengembangan produk,
dll..

d) Memastikan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh destinasi tersebut


tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip pengelolaan yang berkelanjutan dan
ramah lingkungan.

e) Menyediakan informasi yang diperlukan oleh para pemangku kepentingan


seperti data statistik, laporan keuangan, dan lain-lain.

2.1.3 Manajemen Pemasaran Pariwisata

Manajemen pemasaram pariwisata adalah seluruh kegiatan untuk mempertemukan


permintaan dan penawaran sehingga pembeli mendapatkan kepuasan dan penjual
mendapatkan keuntungan maksimal dengan resiko seminimal mungkin. Pemasaran
pariwisata ini merupakan hal yang sangat kompleks, karena produk dari industry pariwisata
mempunyai ciri-ciri khas dibandingkan produk berupa barang. Manajemen parawistaini bisa
diartikan sebagai upaya mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan wisatawan, serta
menawarkan produk wisata yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan wisatawan dengan
maksud agar usaha parawisata dapat memberikan pelayanan jasa yang maksimal kepada
wisatawan.
Sebagai salah satu produk pelayanan atau jasa, parawisata memiliki beberapa dimensi
yang sangat berbeda dengan dimensi produk umumyang ada di pasaran sehari-hari yaitu
sebagai berikut:

1. Intangibility

Produk layanan atau jasa bearti produk yang ditawarkan tidak berbentuk barang yang
nyata yang bisa ditemui dipengertian produk yang bisa dilihat disepanjangan pasar.

2. Perishability
Produk jasa atau layanan parawisata tidak seperti barang-barang pabrik, tidak dapat
disimpan untuk dijual dikemudian hari.

3. Intespreability
Produk jasa atau layanan seperti parawisata biasanya merupakan produk yang
dibentuk dari berbagai produk pendukung yang terpisah-pisah. Jasa atau pelayanan
merupakan suatu fenomena yang sangat rumit, dalam pengertian yang sederhana jasa
dapat diartikan sebagai suatu pelayanan seseorang kepada orang lain atau juga dapat
di artikan sebagai mulai dari pelayanan yang di berikan oleh manusia baik itu jasa
yang dapat dilihat atau pun yang tidak dapat dilihat, yang hanya dapat dirasakan
sampai kepada fasilitas-fasilitas pendukung yang harus tersedia dalam penjualan jasa
dan benda lainnya. 19 Alat bauran pemasaran yang paling mendasar adalah produk,
yang merupakan penawaran berwujud perusahaan kepada pasar, yang mencakup
kualitas, rancangan, bentuk, merek, dan kemasan produk. Pelayanan pendukung
tersebut dapat memberikan keunggulan kompetitif dalam pasar persaingan global.

2.1.4 Peningkatan dan pengembangan pariwisata

Dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan objek wisata harus ada dukungan
penuh dari pemerintah dan pemerintah juga harus berperan dalam mengembangkan dan
meningkatkan minta wisatawan untuk mau berkunjung ke objek wisata tersebut, dengan
dukungan pemerintah lah suatu objek wisata itu dapat berjalan dan berkembang seperti apa
yang diinginkan dan diharapkan. Berkembangnya suatu objek wisata juga tidak terlepas dari
usaha-usaha yang dilakukan melalui kerjasama kepariwisataan dan masyarakat, karena
peningkatan dan pengembangan pariwisata merupakan segala kegiatan dan usaha yang
terkoordinasi untuk menarik wisatawan, menyediakan semua sarana prasaran, barang, dan
jasa fasilitas yang diperlukan guna untuk melayani kebutuhan wisatawan. Selainitu dalam
meningkatkan dan mengembangkan pariwisata juga harus memperhatikan kualitas
lingkungan, adapun prinsip-prinsip peningkatan dan pengembangan perencanaan
kepariwisataan adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan pengembangan keparawisataan haruslah merupakan suatu kesatuan


dengan pembangunan regional atau nasional dari pembagunan perekonomian Negara.

2. Menggunakan pendekatan terpadu

3. Berada dibawah koordinasi perencanaan fisik daerah tersebut secara keseluruhan

4. Perencanaan fisik suatu daerah untuk tujuan wisata harus didasarkan pada penelitian
atas faktor geografisnya, tidak hanya berdasakan pada faktor administrasi saja

5. Memperhatikan faktor ekologi

6. Memperhatikan faktor social yang ditimbulkan

7. Perencanaan parawisata di daerah yang dekat kawasan industry, perlu diperhatikan


pengandaan fasilitas hiburan guna mengantisifasi jam kerja buruh yang singkat
dimasa yang akan datang

8. Pengembangan pariwisata perlu memperhatikan kemungkinan peningkatan kerja


sama dengan Negara lain dengan prinsip saling menguntung .

2.1.5 Teori dalam Manajemen Destinasi Pariwisata

Dalam mempelajari manajemen destinasi pariwisata, diperlukan juga pemahaman


mengenai pendekatan secara teoritis. Dengan memahami teori-teori mengenai manajemen
destinasi pariwisata, kita akan memiliki pemahaman secara filosofis mengenai manajemen
destinasi pariwisata yang didekati atau dari sudut pandang teori-teori tersebut. Terdapat
banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli mengenai manajemen destinasi pariwisata.
Berikut adalah beberapa teori yang sering dikemukakan oleh para ahli dalam menjelaskan
konsep mengenai manajemen destinasi pariwisata yaitu:
1. Teori Klasik: Teori ini menekankan pentingnya perencanaan dan pengorganisasian
yang baik dalam manajemen destinasi pariwisata. Teori ini juga menekankan
pentingnya manajemen sumber daya manusia dalam mencapai keberhasilan destinasi
pariwisata. Karena dalam teori ini bahwa pariwisata dipandang sebagai industri yang
labor intensive atau padat karya.

2. Teori Sistem Pariwisata: Teori ini menekankan pentingnya mengidentifikasi


bagaimana elemen-elemen dari sistem pariwisata saling terkait dan berinteraksi satu
sama lain. Teori Sistem Pariwisata menekankan pentingnya mengoptimalkan interaksi
antara elemen-elemen tersebut untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu
meningkatkan pengalaman wisatawan, meningkatkan nilai ekonomi, sosial, dan
lingkungan destinasi, serta menjaga keberlangsungan destinasi di masa yang akan
datang.

3. Teori Berkelanjutan: Teori ini menekankan pentingnya mengelola pariwisata secara


berkelanjutan atau bertanggung jawab, dengan memperhatikan keseimbangan antara
kebutuhan dan harapan wisatawan, masyarakat setempat, dan lingkungan.

4. Teori Stakeholder: Teori ini menekankan pentingnya memperhatikan kepentingan dan


harapan semua pihak yang terkait (para pemangku kepentingan) dengan pariwisata,
termasuk wisatawan, masyarakat setempat, pemerintah, dan industri pariwisata, dalam
pengambilan keputusan manajemen pariwisata.

5. Teori Destinasi: Teori ini menjelaskan bagaimana suatu destinasi terbentuk,


bagaimana destinasi berkembang, dan bagaimana destinasi mempengaruhi wisatawan.
Teori ini juga menjelaskan bagaimana destinasi terkait dengan masyarakat setempat
dan bagaimana memelihara keberlangsungan destinasi di masa yang akan datang

6. Teori Pemasaran Destinasi: Teori ini menjelaskan bagaimana suatu destinasi


memasarkan diri kepada wisatawan dan bagaimana membangun citra dan reputasi
destinasi. Teori ini juga menjelaskan bagaimana memahami kebutuhan dan harapan
wisatawan dan bagaimana mengembangkan produk pariwisata yang sesuai dengan
kebutuhan tersebut.

7. Teori Pengelolaan Destinasi: Teori ini menjelaskan bagaimana suatu destinasi


mengelola kegiatan pariwisata dengan tujuan meningkatkan pengalaman wisatawan,
meningkatkan nilai ekonomi, sosial, dan lingkungan destinasi, serta menjaga
keberlangsungan destinasi di masa yang akan datang.

8. Teori Kemitraan Destinasi: Teori ini menekankan pentingnya kerja sama antara
berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan pariwisata di suatu destinasi, seperti
pemerintah, industri pariwisata, masyarakat setempat, dan wisatawan. Kerjasama ini
diperlukan untuk menciptakan pengalaman wisata yang menarik bagi wisatawan, serta
meningkatkan nilai ekonomi, sosial, dan lingkungan destinasi.

9. Teori Branding Destinasi: Teori ini menjelaskan bagaimana suatu destinasi harus
dibangun dan dijual sebagai brand agar dapat menarik wisatawan dan memperoleh
manfaat ekonomi.

10. Teori Keberlangsungan Destinasi: Teori ini menjelaskan bagaimana suatu destinasi
harus dikelola secara berkelanjutan agar dapat terus dikembangkan dan menjadi
tujuan wisata yang terus difavoritkan oleh wisatawan.

11. Teori Keragaman Destinasi: Teori ini menjelaskan bagaimana suatu destinasi harus
menjadi tempat yang inklusif bagi wisatawan dan masyarakat setempat, serta
memperhatikan keragaman budaya dan kebutuhan yang berbeda.

12. Teori Destinasi Berkelanjutan: Teori ini menekankan pentingnya menjaga


keberlangsungan destinasi pariwisata di masa yang akan datang melalui pengelolaan
yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Hal ini bisa dilakukan dengan
memperhatikan aspek ekologis, sosial, dan ekonomi destinasi, serta memastikan
bahwa kegiatan pariwisata tidak merusak destinasi tetapi justru membantu
meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat.

13. Teori Pengembangan Destinasi: Teori ini menjelaskan bagaimana sebuah destinasi
dikembangkan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan harapan wisatawan,
masyarakat setempat, dan lingkungan. Tujuan pengembangan destinasi adalah
meningkatkan pengalaman wisatawan, meningkatkan nilai ekonomi, sosial, dan
lingkungan destinasi, serta menjaga keberlangsungan destinasi di masa yang akan
datang.

14. Teori Produk Pariwisata: adalah teori yang menjelaskan bagaimana produk pariwisata
dikembangkan dan dijual kepada wisatawan. Teori Produk Pariwisata memperhatikan
kebutuhan dan harapan wisatawan, serta mengoptimalkan pengalaman wisatawan
melalui pengembangan dan pemasaran produk yang sesuai.

2.2 Visitor Management System (VMS)

Sebuah sistem yang digunakan untuk mengatur dan memantau kehadiran pengunjung
di suatu area atau lokasi tertentu, seperti gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, institusi
pendidikan, atau fasilitas publik lainnya. VMS dirancang untuk meningkatkan keamanan,
efisiensi, dan pengalaman pengunjung. Sistem Manajemen Pengunjung adalah sistem yang
digunakan untuk mengelola dan memantau aktivitas kunjungan pada suatu area atau bisnis.
Dalam era modern, teknologi seperti biometrik dapat digunakan untuk meningkatkan sistem
manajemen pengunjung di tempat-tempat umum dan bisnis dengan merekam informasi
pengunjung secara akurat melalui pembaca sidik jari atau pemindaian wajah, untuk
meningkatkan perlindungan dan keamanan bagi pengunjung maupun staf.

Pengelolaan pengunjung atau yang biasa disebut dengan visitor management


merupakan bagian dari manajemen destinasi pariwisata yang mengatur pengelolaan
pengunjung sehingga destinasi pariwisata mampu mempertahankan sekaligus
meningkatkan daya tarik sehingga jumlah wisatawan terus meningkat dan hal
itu kemudian memberikan dampak positif baik bagi wisatawan, komunitas lokal, pelaku
usaha, pemerintah maupun lingkungan setempat seperti yang sudah diungkapkan
Damanik dan Teguh (2013). Penerapan manajemen pengunjung hendaknya disesuaikan
dengan kebutuhan obyek wisata dan wisatawan. Pertimbangan akan kuantitas dan kualitas
tentang pengunjung memberikan pengaruh terhadap tempat wisata. Oleh sebab itu,
diperlukan adanya manajemen pengunjung sehingga dapat menghasilkan keseimbangan
dalam keberlangsungan hidup operasional wisata yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena
pengunjung merupakan inti dari manajemen pengunjung tapi memiliki fungsi atau implikasi
pada sisi permintaan dan penyediaan/pasokan. Alasan dibutuhkannya manajemen pengunjung
di destinasi dapat dilihat dari sudut pandang/kepentingan:

a. Konservasi sumber daya

b. Keamanan dan Keselamatan Pengunjung

c. Pengelola destinasi

d. Masyarakat/pemangku kepentingan setempat.


a. Konservasi Sumber Daya

Merupakan alasan utama diperlukannya manajemen pengunjung. Pengunjung


dapat menyebabkan kerusakan sumber daya alam, warisan budaya, dan globalisasi
gaya hidup tradisional. Tapi juga mereka dapat menjadi agen untuk pariwisata yang
berkelanjutan, tergantung pada karakteristik pengunjung dan bagaimana pengunjung
dikelola. Oleh sebab itu pengelola penting untuk memahami perbedaan kebijakan,
prioritas dan tujuan antara manajemen pengunjung destinasi wisata dan manajemen
pengunjung kawasan lindung. Konservasi sumber daya alam dan lingkungan
merupakan tanggung jawab bersama karena semua mahluk hidup membutuhkan
ekosistem yang bertahan lama dan dapat diolah sehingga upaya konservasi perlu
menjadi bagian dalam pembangunan secara keseluruhan yang melibatkan banyak
kepentingan dan kelembagaan secara regional, nasional hingga internasional.
Tujuan konservasi tercantum dalam Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990
tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya bertujuan
mewujudkan keberlanjutan sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistem
sehingga dapat mendukung peningkatan kesejahteraan dan manajemen mutu
kehidupan masyarakat. Tujuan dilakukannya tindakan konservasi adalah untuk:

1) Preservasi yang berarti proteksi alam terhadap penyalahgunaan komersial,


yang menyalahi pemanfaatan bagi keperluan pendidikan, rekreasi, dan tata
guna air.

2) Pemulihan atau restorasi, yaitu perbaikan kesalahan di masa lalu yang


menghambat produktivitas pijakan sumber daya alam.

3) Efisiensi pemanfaatan

4) Recycling bahan limbah buangan

5) Menggunakan sumber daya pengganti sebagai cadangan dari sumber daya


yang semakin menipis.

6) Penentuan lokasi yang tepat guna, misalkan pembuatan waduk

7) Integrasi penggunaan sumber daya untuk banyak kepentingan

b. Keamanan dan Keselamatan pengunjung


Merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan
kepariwisataan di destinasi. Sistem dan prosedur manajemen pengunjung harus
menjamin keselamatan pengunjung di destinasi dan lokasi atraksi masing-masing.
Pengunjung perlu dilindungi dari bahaya fisik, ancaman kejahatan dan teroris.
Kawasan wisata yang dianggap tidak aman menjadi tantangan dalam menarik minat
pengunjung. Sumber ancaman bisa beragam bentuk, mulai dari faktor yang
berhubungan dengan destinasi sampai dengan pengunjung yang membawa kerugian.
Apabila mengacu pada definisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
keamanan diartikan sebagai bebas dari bahaya, aman, bebas dari gangguan. Kemudian
kata keselamatan berarti terbebas dari bahaya, malapetaka, bencana, tidak ada
gangguan dari pihak manapun. Dalam upaya untuk menjaga keselamatan pengunjung,
pengelola juga perlu memperhatikan perilaku wisatawan baik individu maupun
kelompok karena wisatawan bisa saja dapat melakukan kesalahan, menyinggung
masyarakat lokal dan pengunjung lain mengakibatkan kerusakan terhadap lingkungan,
terlibat dalam aktivitas ilegal, mabuk-mabukan, menggunakan narkoba, mencuri, dan
lain sebagainya.

Pengelola perlu mempertimbangkan, mengelola ekspektasi, pengalaman,


memberikan kegembiraan hingga kepuasan wisatawan. Semua hal ini perlu dicapai
tanpa mengorbankan dan merugikan sumber daya. Kepadatan yang berlebihan dan
ketidakcocokan tipe wisatawan menjadi dua hal yang perlu diperhatikan dan
ditangani. Kegembiraan wisatawan dapat dipengaruhi oleh: perilaku wisatawan dan
perilaku masyarakat setempat yang bisa diperoleh dari pengalaman atau nilai edukasi
dan interpretasi yang diberikan oleh destinasi. Rasa khawatir terhadap tindak
kriminal, terorisme dapat mempengaruhi pada tren wisata, begitu juga halnya dengan
konflik politik, krisis ekonomi dan politik dapat mengakibatkan penuruan secara
signifikan terhadap permintaan perjalanan. Selain itu, tingkat kenyamanan wisatawan
yang terbebas dari tindak kriminal pencurian, higienitas dan sanitasi, bebas wabah
penyakit, kualitas air dan udara menjadi proporsi signifikan dalam menarik minat
berkunjung.

Penyampaian informasi secara detail dan tidak berlebihan pada media dan
calon wisatawan khususnya ke kawasan lindung dimulai dari transportasi, tingkat
keamanan, pelayanan hingga akomodasi dan antisipasi keamanan terhadap situasi ata
kondisi yang sedang atau telah terjadi, menjadi hal utama signifikan untuk
mendapatkan kepercayaan wisatawan dan dapat meminimalisir ekspektasi yang tinggi
yang muncul di benak wisatawan. Jaminan keamanan dan keselamatan wisatawan
merupakan tuntutan yang wajib dipenuhi oleh pemerintah, pengelola, masyrakat
hingga wisatawan di destinasi wisata. Satu sama lain bekerjasama menjaga kondisi
kondusif. Tindak lanjut negara dalam memberikan keamanan dan memperhatikan
keselamatan pengunjung yan berkunjung ke destinasi wisata adalah dengan
mengembangkan kebijakan nasional bida keselamata pariwisata yang selaras dengan
upaya pencegahan resiko.

c. Pengelola Destinasi

Masih ditemukannya karakteristik pengelola kawasan wisata dengan prinsip


perekonomian yang lebih mempertimbangkan optimalisasi pendapatan dari pasar.
Pengelola lainnya lebih mempertimbangkan tipe dan jenis wisatawan tertentu.
Optimalisasi pendapatan ini biasanya diukur dari pengeluaran pengunjung per hari,
yang melibatkan faktor-faktor seperti sifat musiman permintaan, lama tinggal,
kebocoran ekonomi, dan penggunaan sumber daya yang berlebihan. Optimalisasi
pendapatan pasar yang diterapkan oleh kebanyakan pengelola sering digunakan dalam
industri kepariwisataan seperti jasa penginapan, penerbangan, dan perjalanan yang
dikenal dengan istilah Manajemen Hasil atau Yield Management (YM). Penerapan
yield management dapat dilihat dari bagaimana suatu kamar hotel dapat dijual dalam
waktu tertentu, sama halnya seperti pada maskapai penerbangan dan atau jasa
perjalanan, bagaimana slot kursi dapat terisi berdasarkan musim tertentu atau waktu
tertentu.

YM lebih menekankan pada strategi harga suatu perusahaan menjual produk


yang tepat kepada target pasar dan juga waktu yang tepat, serta saluran yang tepat,
oleh sebab itu perusahaan yang menekankan pada strategi manajemen ini, lebih
berfokus pada aspek permintaan. Semakin tinggi permintaan semakin tinggi pula
harga yang ditawarkan. Hal ini 110 dikenal dengan istilah peak season yaitu pada saat
permintaan liburan tinggi maka harga juga ikut naik. Destinasi wisata yang
menerapkan manajemen hasil ini umumnya memiliki sifat produk yang hanya bisa
dinikmati pada momen tertentu dan tidak tahan lama. Oleh sebab itu, layanan kamar,
transportasi, makanan, pertunjukkan cenderung menjadi minat bagi pelaku pengelola
industri pariwisata. Yield Management berkaitan dengan harga dan informasi yang
menjadi hal penting. Informasi mengenai berapa harga yang diberikan, kapan
berlakunya harga tersebut, dan apa saja yang tamu dapatkan dari harga yang harus
konsumen keluarkan. Semua informasi ini perlu disampaikan secara jelas kepada
konsumen. Contoh penerapan YM di hotel adalah kamar yang biasa dijual dengan
paket harga reguler, pada masa pandemi diubah menjadi paket isolasi mandiri
(isoman). Penawaran paket isoman ini mengikuti kondisi pada masa tertentu yang
kebetulan pada masa pandemi, perekonomian sedang mengalami kesulitan oleh sebab
itu harga yang ditawarkan bisa diturunkan namun dengan ketentuan khusus, misal
minimal menginap selama 10 hari. Oleh sebab itu, pengelola perlu untuk mengelola
informasi-informasi yang disampaikan kepada calon wisatawan untuk mengelola
jumlah dan kualitas pengunjung bisa membeli produk yang ditawarkan dan
mengonsumsi produk tersebut dalam jangka panjang. Karena konsumen cenderung
memperhatikan dan mempertimbangkan pada tarif yang ditawarkan, optimalisasi
waktu pemesanan, apakah pemesanan tersebut memberikan jaminan dan berapa lama
pencarian harga dan benefit untuk mencapai kesepakatan bersama.

d. Penduduk Setempat

Pembangunan suatu sektor termasuk pariwisata dilakukan untuk kesejahteraan


penduduk dan pemangku kepentingan suatu daerah. pembangunan pariwisata harus
dalam konteks dan kesepakatan dengan penduduk dan pemangku kepentingan, tidak
terkendalinya pengunjung dapat menyebabkan muncul ketidaknyamanan penduduk
setempat karena harus berbagi ruang dan sarana dan prasarana dengan pendatang.
Destinasi yang berbasis pada budaya ketika objek utama adalah penduduk setempat
dapat menyebabkan gangguan bagi mereka yang tinggal di kawasan wisata.
Partisipasi dan peran masyarakat lebih besar dalam pembangunan dan pengembangan
pariwisata. Penduduk lokal mendapatkan kesempatan yang sama untuk memperoleh
keuntungan finansial, mampu menciptakan kesempatan pekerjaan, kesempatan
berusaha dan mengasah keterampilan serta pengetahuan.

Peran partisipatif penduduk lokal dalam Manajemen Pengunjung dapat


dibedakan ke enam jenis: 1. Partisipasi pasif Komunitas berpartisipatif berdasarkan
arahan atau perintah 2. Partisipasi berdasarkan konsultasi (sesi tanya jawab saja)
Komunitas berpartisipasi ketika ada kesempatan berdialog atau adanya sesi tanya
jawab 3. Pembelian partisipasi Adanya transaksi yang terjadi, misalkan untuk
medapatkan makanan, uang tunai atau insentif material lainnya 4. Partisipasi
fungsional Masyrakat berpartisipasi dengan manajemen dari pihak luar untuk
mencapai kepentingan organisasi mereka 5. Paritisipasi interaktif Penduduk
berpartisipasi untuk kepentingan pengembangan, memperkuat kepentingan, hak dan
pengetahuan masyarakat 6. Penduduk lokal berinisiatif berpartisipasi secara mandiri
untuk mengubah sistem.

Integrasi peran masyarakat dalam manajemen pengunjung memberikan ruang


dan kesempatan kepada penduduk untuk aktif turut serta dalam perencanaan,
pemantauan, evaluasi dan pengambilan keputusan dan pembagian manfaat pariwisata
serta mengetahui, dan dapat mengidentifikasi dampak pariwisata kemudian
merumuskan strategi dan mengoptimalkan dampak positif. Peran aktif penduduk
dalam Manajemen Pengunjung juga dapat mengurangi risiko bencana. Penduduk di
kawasan yang memiliki keterampilan, pengetahuan akan tangguh bencana berupa
kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman serta mampu
memulihkan diri dengan segera dari kerugian yang terjadi. Desa/kawasan yang
mampu mengenali ancaman dan mengorganisasir sumber daya alam dan masryakat
untuk mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas demi mengurangi risiko.

Masyarakat perlu terlibat aktif dalam mengkaji, menganalisis memantau,


mengevaluasi dan mengurangi kemungkinan-kemungkinan risiko yang bisa terjadi.
Guna mendukung dan melindungi penduduk lokal, Undang-Undang No 24 tahun
2007, Pedoman Pembentukan Badan Penganggulangan Bencana Daerah menetapkan
Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk melindungi masyarakat dari ancaman
dan dampak bencana, melalui:

1) Pemberian informasi dan pengetahuan tentang ancaman dan risiko bencana

2) Pendidikan, pelatihan dan peningkatan keterampilan

3) Perlindungan sosial dan pemberian rasa aman

4) Pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, penanganan darurat, rehabilitas, dan


rekonstruksi

Kegiatan dalam mengembangan komunitas desa/ destinasi yang tangguh ketika


bencana terjadi sehingga dapat melindungi tidak hanya penduduk, aset wisata, tapi juga
pengunjung yang datang ke kawasan wisata. Oleh sebab itu, penduduk perlu untuk mengkaji
risiko kawasan, menilai ancaman, menilai kerentanan, menilai kapasitas, menganalisis risiko
bencana.

2.2.1 Manfaat Manajemen Pengunjung

Dalam manajemen pastinya ada manfaat yang ingin dicapai dengan tujuan positif
pada semua lapisan baik terhadap sumber daya, pengunjung, pengelola, masyarakat.
Beberapa kegunaan yang bisa dirasakan dari Manajemen Pengunjung, antara lain:

1. Manfaat untuk sumber daya

Sumber daya dengan dilakukannya manajemen pengunjung dapat memberikan


perlindungan yang lebih baik dan terjamin untuk lingkungan hidup ekosistem tertentu.
Ekosistem penting bagi mahluk hidup karena merupakan suatu tatanan interaksi
antara sumberdaya hati (biotik) dengan unsur non hayati (abioik/materi dan energi)
yang memiliki fungsi ekologis dan funsgi ekonomi bagi kelangsungan hidup manusia
dan kehidupan manusia serta mahluk hidup lainnya tergantung pada kelestarian
tatanan fungsi ekosistem.

Pengubahan tatanan ekosistem tanpa memperhatikan dan mempertimbangkan


funsgi ekologis, berakibat masalah lingkungan hidup. Oleh sebab itu, penanggulangan
masalah lingkungan hidup, perlu pemahaman akan sistem ekologis dan lingkungan
hidup terlebih dahulu.

a) Masalah-masalah lingkungan hidup, seperti:

b) Kerusakan hutan dan ekosistem

c) Tanah longsor, erosi, abrasi, interusi, banjir

d) Pencemaran udata, air oleh limbah

e) Penggunaan bahan peledak dan beracun dalam pengakapan ikan

f) Masalah Kesehatan Masyarakat

g) Global warming
Solusi lain adalah dapat dilakukannya perencanaan dan manajemen sumber
daya alam dan lingkungan secara terpadu melalui lintas sektoral meliputi
pemanfaatan, penataan; pemeliharaan dan pemulihan; pengendalian dan pengawasan;
pengembangan. Problem solving lainnya dapat melalui pendidikan konservasi sumber
daya alam dengan mempertimbangkan kearifan lokal. Tindakan lain sebagai solusi
adalah perubahan sikap dan tindakan nyata, misalnya memakai baju berbahan tipis
ketika cuaca panas daripada menyalakan pendingin ruangan, memakai baju hangat
ketika udara dingin, berjalan kaki daripada menggunakan kendaraan, mematikan
komputer atau televisi ketika tidak digunakan, menjaga ruangan tetap sejuk dengan
menutup tirai, mematikan lampu ketika meninggalkan ruangan, menanam pohon, daur
ulang.

Manfaat untuk sumber daya dari pelaksanaan manajemen pengunjung lainnya


adalah bagian dari pengeluaran pengunjung dapat dialokasi untuk investasi kembali
bagi penelitian dan program konservasi. Guna meningkatkan pemahaman masyarakat
lokal mengenai isu lingkungan, serta meningkatkan apresiasi masyarakat lokal dan
pengunjung terhadap nilai sumber daya.

2. Manfaat untuk pengunjung

Tujuan dari manajemen pengunjung di destinasi dan atau atraksi wisata


tentunya tidak hanya dilihat dari manfaat untuk sumber daya namun juga berguna
untuk pengunjung. Penerapan konsep manajemen pengunjung dapat meningkatkan
kepercayaan dan jaminan keselamatan. Faktor keamanan dan keselamatan pribadi
menjadi jaminan dalam mempengaruhi permintaan pariwisata ke destinasi dan dapat
berdampak pada menurunnya pendapatan. Destinasi yang bebas dari isu-isu terorisme,
keamanan politik, isu penanganan akan kebersihan dan kesehatan serta lingkungan
destinasi akan menarik minat kunjungan untuk berwisata. Faktor-faktor ini akan
sangat terlihat dari respon tingkat permintaan wisatawan akan keberhasilan suatu
negara atau destinasi yang berhasil menangani dan mampu menyediakan tingkat
keamanan dan keselamatan wisatawan terhitung sejak awal mengkonsumsi produk
pariwisata hingga wisatawan pulang ke tempat asalnya. Terkait faktor keamanan akan
big data konsumen yang diberikan pada saat pembelian produk juga menjadi hal
utama di era digital saat ini. Bagaimana suatu negara atau perusahaan lokal dapat
menjamin kerahasiaan data akan mempengaruhi pada tingkat minat kunjung ulang ke
destinasi wisata.

Pengunjung akan merasa aman dan nyaman ketika menerima kepastian dari
pengelola bahwa produk yang ditawarkan dan destinasi yang dikunjungi aman dari
kemungkinan risiko yang bisa terjadi. Selain itu, dengan penerapan Manajemen
Pengunjung, tamu yang berkunjung dapat menikmati secara penuh produk wisata
yang dibelinya. Tamu dapat merasakan dan menikmati alam, daya tarik wisata dan
pelayanan secara penuh dan memuaskan dari tawaran diberikan oleh pengelola. Pada
sisi lain, manfaat Manajemen Pengunjung untuk wisatawan atau tamu adalah
munculnya rasa kepedulian sosial dan lingkungan melalui pengalaman selama
berwisata. Rasa kepedulian ini dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya
penanggulangan wisata masal yang membawa dampak buruk pada lingkungan.
Tempat wisata yang mampu mengelola dan menerapkan keberlanjutan ekosistem
serta manajemen pengunjung yang baik dan tepat sasaran mempunyai reputasi baik
bagi penggemar travelling dan atau seorang ecotourist. Mereka dapat menikmati
dengan berinteraksi dengan masyarakat dan budaya lokal. Diharapkan melalui
interaksi ini, dapat mendorong masyarakat lokal agar mempertahankan budaya
mereka melalui penyelenggaraan festival, acara tradisi adat kepada wisatawan
sehingga dapat menguntungkan kedua belah pihak. Dari sisi masyarakat lokal,
kebudayaan dan identitas diri kearifan lokal dapat dilindungi dan dipertahankan.
Sementara itu, dari sisi wisatawan, diharapkan dapat mengubah pola konsumtif dan
muncul pemikiran serta perilaku untuk konservasi.

Manfaat lain dari diterapkannya Manajemen Pengunjung yang efektif adalah


dapat memberikan kegembiraan dan kepuasan pengunjung yang lebih besar. Program
Manajemen Pengunjung yang berfokus pada keseluruhan pengalaman pengunjung di
destinasi sangat dibutuhkan. Oleh sebab itu berbagai lembaga pengelola destinasi
memegang peranan penting dalam pelaksanaan dan pengembangan program ini.
Begitu juga dengan koordinasi berbagai pihak di destinasi sangat diperlukan untuk
meningkatkan kegembiraan dan kepuasan pengunjung. Upaya meningkatkan
kepuasan, interpretasi menjadi sangat penting di daya tarik wisata alam dan budaya
karena agar pengunjung dapat mengapresiasi dan mendapatkan pengetahuan dan
dapat mengirimkan pesan penting mengenai konservasi lingkungan serta harmoni
dan.toleransi antar budaya. Terciptanya hubungan yang lebih harmonis antara
wisatawan, masyarakat lokal dan lingkungan terlihat dari banyaknya peminat yang
mencari interaksi yang bermakna dengan masyarakat di destinasi. Keseimbangan
dapat meciptakan harmonisasi melalui penyampaian edukasi dan berbagi informasi
yang bermanfaat bagi masyrakat lokal bagitu juga dengan pengunjung dapat
merasakan dan membawa pulang pengalaman. Kedua belah pihak dapat saling belajar
satu sama lain.

3. Manfaat untuk pengelola

Pertumbuhan akses internet menciptakan suatu pertumbuhan populasi data,


big data yang sekarang kita sering mendengar menjadi semakin populer sebagai data
base yang bermanfaat bagi sebagian kelompok orang sebagai informasi yang dapat
digunakan untuk kepentingan banyak hal, misalnya untuk memprediksi jenis pasar
dan keinginan konsumen untuk masa depan. Menurut penelitian Utomo (2019)
mengatakan bahwa istilah big data pertama kali digunakan oleh perusahaan Google
dengan jumlah pencarian sebanyak 6,570 juta kata. Big data mengidentifikasi volume
besaran data terstruktur dan data tidak terstruktur yang dihasilkan oleh kemajuan
teknologi. Sementara itu fungsi big data di sektor pariwisata menjadi entitas dalam
kajian dan riset untuk mengetahui perilaku pengguna, tawaran instrumen yang efisien
untuk agen pariwisata dalam pengembangan bisnis dan pendistribusian penawaran.
Melalui big data dapat menemukan peluang nilai melalui proses analisis, pengenalan
pola, pembuatan asumsi, dan perkiraaan perilaku sehingga dapat membantu
perusahaan membuat keputusan bisnis yang tepat.

Pengaruh positif dari penerapana Manajemen Pengunjung adalah optimalisasi


keuntungan bagi destinasi, ditambah dengan kemudahan akses teknologi informasi
dan komunikasi, pengelola dapat menentukan tipe pengunjung, mengetahui pasar dan
perilaku pasar. Pengelola dapat menggunakan bermacam alternatif teknik dalam
mengoptimalisasi hasil riset dan memprediksi hasil ekonomi yang bisa diperoleh.
Peran operator wisata dalam menentukan pasar di negara berkembang tidak dapat
diabaikan karena dapat menghambat kesempatan destinasi memaksimalkan hasil
ekonomi. Penerapan Manajemen Pengunjung di destinasi dapat membantu pengelola
di destinasi dalam pembuatan pedoman untuk keberhasilan perencanaan dan
pengembangan pariwisata, antara lain:
a) Pengelola memiliki peluang menentukan pilihan target segmentasi pengunjung
sehingga bisa secara maksimal merencanakan, mengelola, mengembangkan,
memasarkan dan branding potensi-potensi wisata yang dimiliki.

b) Target segmentasi pasar yang dipilih kiranya merupakan tipe pengunjung yang
berasal dari kalangan menengah ke atas, yang mampu mengeluarkan lebih
banyak uang dan waktu di destinasi.

c) Target segmen pasar yang dipilih juga merupakan kalangan yang lebih sadar
terhadap lingkungan dan perlindungan sumber daya

d) Meskipun pengelola destinasi jarang dapat mengontrol total segmen


pengunjung yang berkunjung, namun beragam teknik dapat dioptimalisasikan
hasil (yield management) didukung dengan penelitian-penelitian pasar yang
memaksimalkan hasil ekonomi.

e) Dalam hal ini peran operator wisata juga berperan penting dalam menentukan
pasar destinasi sehingga dapat melihat peluang dan memanfaatkan kesempatan
untuk mengoptimalkan pendapatan ekonomi.

f) Citra destinasi dan positioning yang baik di mata pengunjung akan semakin
menarik pengunjung potensial, operator wisata hingga para influencer untuk
datang berkunjung, menikmati pengalaman wisata di destinasi.

4. Manfaat untuk masyarakat

Manfaat dari diterapkannya Manajemen Pengunjung dapat memberikan tidak


hanya bagi sumber daya, pengelola juga bisa membawa pengaruh positif bagi
masyarakat. Apabila direncanakan dan dilaksanakan dengan baik, peluang koordinasi
melibatkan masyarakat lokal dan para pemangku kepentingan akan membentuk
kekuatan, Pengenalan yang luas akan lingkungan tempat tinggal di lokasi daya tarik
wisata berada akan memberikan pengaruh positif dan kekuatan kepada masyarakat
lokal untuk mengontrol kunjungan dan pembangunan pariwisata ke tingkat yang dapat
diterima. Jumlah kunjungan yang terkendali dengan baik memberikan sekaligus
meningkatkan tingkat kenyamanan hidup. Terlihat dari meningkatnya perekonomian
setempat sesuai dengan daya dukung destinasi yang berdampak pada kemampuan
Pemerintah Daerah untuk menyediakan infrastruktur dan jasa sehingga masyarakat
pun bisa menikmati pengembangan infrastruktur dari pembangunan pariwisata.

Manfaat lain yang bisa dirasakan oleh masyrakat lokal adalah adanya
peningkatan pengetahuan. Jumlah kunjungan yang bisa dikelola dan dikontrol dapat
mempertahankan sikap positif penduduk terhadap pengunjung sehingga bisa
mempertahankan kesempatan untuk berinteraksi bagi pengunjung dengan penduduk
lokal. Ketika terjadi pertemuan yang positif dengan latar belakang budaya yan
berbeda dapat memperluas wawasan satu sama lain. Apresiasi pengunjung terhadap
tempat tinggal dan budaya juga meningkat sehingga dapat mendorong kesadaran dan
kebanggaan penduduk lokal terhadap nilai tempat tinggal mereka, oleh karena itu
penduduk lokal bisa belajar lebih jauh mengenai identitas dirinya dan
melestarikannya. Peningkatan akan kebutuhan terhadap kepedulian sosial dan
lingkungan untuk penanggulangan wisata yang mengganggu lingkungan cenderung
bertambah dilihat dari adanya sikap inisiatif masyarakat lokal dalam melestarikan,
melindungi dan memulihkan warisn alam dan budaya lokal. Munculnya istilah “Green
tourism” sebagai respon kepedulian baik dari wisatawan, masyarakat, pengelola yang
prihatin terhadap lingkungan. Selain itu manfat dari penerapan Manajemen
Pengunjung yang dapat dirasakan oleh masyrakat adalah rasa puas dari wisatawan
yang pernah berkunjung yang terkadang memberikan sumbangan ke kawasan
destinasi. Sumbangan ini biasanya ditujukan untuk pengembangan fasilitas fisik,
program wisata khusus.

Menurut Grant (1994), ada dua cara menerapkan manajemen pengelolaan


pengunjung sebagai berikut :

1. Cara keras (hard measure), yaitu memaksa pengunjung untuk bertingkah laku
sesuai dengan keinginan pengelola obyek wiata dengan cara sebagai berikut:

a) Menutup sebagian atau seluruh area wisata untu

b) k perbaikan dan perawatan.

c) Memperketat waktu kunjungan di obyek wisata

d) Memperkenalkan konsep parkir jemput (park and ride)

e) Memperketat perpakiran
f) Menciptakan konsep zonasi

g) Memberlakukan pembayaran tiket

Beberapa pengelola obyek wisata memberlakukan pembelian tiket masuk


guna mengontrol pengunjung yang benar-benar datang untuk berwisata,
sekaligus hasil penjualan dimanfaatkan untuk pemeliharaan dan pengembangan
obyek wisata.

2. Cara lunak (Soft Measure), yaitu memotivasi pengunjung untuk bertingkah laku
sesuai dengan keinginan pengelola obyek wisata dan masyarakat. Caranya
sebagai berikut :

a) Aktivitas promosi

b) Penyebaran informasi sebelum dan saat kunjungan

c) Interpretasi
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manajemen pengelolaan pariwisata adalah seperangkat peran yang dilakukan oleh


seseorang atau sekelompok orang yang merujuk kepada fungsi yang melekat pada peran
planning (perencanaan), directing (mengarahkan), organizing (koordinasi), dan controlling
(pengawasan). Manajemen pengelolaan parawisata harus mengacu pada prinsip-prinsip
pengelolaan yang menekankan nilai-nilai kelestarian lingkungan alam, komunitas dan nilai
social yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta bermanfaat bagi
kesejahteraan komunitas lokal. Fungsi-fungsi destinasi pariwisata adalah aktivitas-aktivitas
dalam pengelolaan destinasi pariwisata yang harus dilakukan agar pengelola destinasi dapat
mencapai tujuan akhir pengelolaan destinasi pariwisata yaitu kesejahteraan masyarakat
setempat, keberlanjutan lingkungan alam dan lingkungan budaya. Manajemen parawistaini
bisa diartikan sebagai upaya mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan wisatawan, serta
menawarkan produk wisata yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan wisatawan dengan
maksud agar usaha parawisata dapat memberikan pelayanan jasa yang maksimal kepada
wisatawan.
Sebuah sistem yang digunakan untuk mengatur dan memantau kehadiran pengunjung
di suatu area atau lokasi tertentu, seperti gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, institusi
pendidikan, atau fasilitas publik lainnya. VMS dirancang untuk meningkatkan keamanan,
efisiensi, dan pengalaman pengunjung. Sistem Manajemen Pengunjung adalah system yang
digunakan untuk mengelola dan memantau aktivitas kunjungan pada suatu area atau bisnis.
Pengelolaan pengunjung atau yang biasa disebut dengan visitor management merupakan
bagian dari manajemen destinasi pariwisata yang mengatur pengelolaan pengunjung sehingga
destinasi pariwisata mampu mempertahankan sekaligus meningkatkan daya tarik sehingga
jumlah wisatawan terus meningkat dan hal itu kemudian memberikan dampak positif baik
bagi wisatawan, komunitas lokal, pelaku usaha, pemerintah maupun lingkungan setempat
seperti yang sudah diungkapkan Damanikdan Teguh (2013). Penerapan manajemen
pengunjung hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan obyek wisata dan wisatawan.
Pertimbangan akan kuantitas dan kualitas tentang pengunjung memberikan pengaruh
terhadap tempat wisata.

3.2 Saran

Dalam rangka meningkatkan efektivitas manajemen pengelolaan pariwisata, beberapa


saran perlu dipertimbangkan. Pertama, perlu ditingkatkan kesadaran lingkungan dengan
mendorong praktik-praktik yang mengedepankan nilai-nilai kelestarian lingkungan alam dan
budaya. Penerapan inisiatif-inisiatif seperti program pelestarian alam dan partisipasi aktif
komunitas lokal dapat menjadi langkah strategis. Kedua, pentingnya melibatkan komunitas
lokal dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan pariwisata tidak dapat diabaikan.
Pertemuan publik, forum partisipatif, dan program pelibatan masyarakat dapat menjadi sarana
untuk memastikan keberlanjutan dan kepentingan komunitas lokal diperhatikan. Selanjutnya,
pengembangan produk wisata perlu didasarkan pada kebutuhan dan keinginan wisatawan.
Integrasi sistem pengumpulan data dan umpan balik wisatawan, dengan bantuan teknologi
informasi, dapat meningkatkan pemahaman terhadap preferensi wisatawan dan membentuk
produk wisata yang lebih sesuai. Terkait dengan itu, penting juga untuk mendorong destinasi
pariwisata untuk mengadopsi Visitor Management System (VMS) guna meningkatkan
keamanan, efisiensi, dan pengalaman pengunjung. Analisis data kunjungan menjadi kunci
untuk menyesuaikan strategi pengelolaan destinasi, dengan mempertimbangkan kuantitas dan
kualitas pengunjung. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai manfaat
konkret dari sistem manajemen pengunjung, sehingga hasilnya dapat memberikan panduan
yang kuat untuk penerapan VMS. Terakhir, kolaborasi erat antara pemerintah, pelaku usaha,
dan masyarakat lokal harus ditekankan sebagai upaya bersama menciptakan lingkungan yang
mendukung pengembangan pariwisata yang berkelanjutan secara holistik.
DAFTAR PUSTAKA

Pemasaran Destinasi Pariwisata Berkelanjutan di Era Digital: Targeting, Positioning,


Branding, Selling, Marketing Mix, Internet Marketing

https://repository.uin-suska.ac.id/20360/8/8.%20BAB%20III%20%281%29.pdf

Dewi, L., Surjadana, M. L., & Demolingo, R. H. (n.d.). MANAJEMEN PENGUNJUNG DI


DESTINASI WISATA (cetakan pertama). Lembaga Penerbitan Universitas-Universitas
Nasional (LPU-UNAS).

https://journal.stmikjayakarta.ac.id/index.php/jisicom/article/download/1101/721/

https://stp-mataram.e-journal.id/JIH/article/view/1071

Anda mungkin juga menyukai