Anda di halaman 1dari 14

PEPER HUKUM KEPARIWISATAAN

Fungsi Hukum Dalam Pembangunan Usaha Pariwisata

Dosen : Dr. Nyoman Sukandia,SH.,MH


Nama : Ni Kadek Nurati
Npm : 1910121164
Kelas : D5
Mata Kuliah : Hukum Kepariwisataan

UNIVERSITAS WARMADEWA

FAKULTAS ILMU HUKUM

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Hukum Pariwisata dengan tema
pembahasan “fungsi hukum dalam pembangunan usaha pariwisata”.

Saya juga ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Nyoman


Sukandia,SH.,MH selaku dosen Hukum Pariwisata yang telah memberikan dukungan dan
bimbingannya. Semoga peper ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan
pengetahuan tentang Pariwisata di Indonesia. Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik, saran, demi perbaikan makalah yang saya buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga peper ini dapat dibaca oleh siapa saja yang membacanya. Jika makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan saya sendiri. Sebelumnya saya mohon maaf jika ada
kesalahan dan kata-kata yang kurang berkenan.

Gianyar , 25 Desember 2020

Ni Kadek Nurati

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu andalan dalam perolehan devisa bagi pembangunan
baik nasional maupun daerah. Untuk hal itu, pembangunan pariwisata Indonesia harus
mampu menciptakan inovasi baru untuk mempertahankan dan meningkatkan daya
saing secara berkelanjutan.Mengingat maju mundurnya perkembangan pariwisata
sangat tergantung pada jumlah kunjungan wisatawan, maka disamping promosi
pariwisata, maka hal sangat penting dilakukan oleh suatu negara adalah melakukan
perlindungan terhadap wisatawan yang berkunjung pada suatu negara tujuan wisata.
Dimana pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sangat strategis
yang menimbulkan dampak berganda (multiplier effect), baik secara langsung
maupun tidak langsung, sehingga memberikan keuntungan ekonomi terhadap negara.
Keuntungan tersebut biasa didapatkan dari pendapatan nilai tukar mata uang asing,
pendapatan pemerintah, stimulasi pembangunan regional, penciptaan lapangan kerja,
meningkatkan dan memeratakan pendapatan rakyat yang pada akhirnya akan
meningkatkan pertumbuhan sosial ekonomi di suatu wilayah/masyarakat. Di samping
nilai ekonomi dan nilai komersial yang tinggi, pariwisata sebenarnya memiliki
berbagai potensi lain yang tidak bersifat ekonomi dan komersial, seperti peningkatan
kualitas nilai-nilai sosial budaya, integritas dan jati diri, perluasan wawasan,
persahabatan, konservasi alam dan peningkatan mutu lingkungan.

2. Rumusan Masalah
Bagaimana fungsi hukum dalam pembangunan sektor pariwisata di Indonesia dalam
kesejahteraan masyarakat ?
3. Tujuan
Untuk mengetahui dan mendapatkan informasi atau pengetahuan mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan kepariwisataan serta dampaknya kepada masyarakat
4. Manfaat
Penulis dan pembaca bisa sama-sama belajar tentang pemahaman dari peper ini dan
penulis berharap peper ini bisa berguna bagi siapa yang membaca.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Hukum Tentang Kepariwisataan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Pembangunan


kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas manfaat, kekeluargaan, adil dan merata,
keseimbangan, kemandirian, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan, demokratis, kesetaraan
dan kesatuan. Selanjutnya pembangunan kepariwisataan berdasarkan asas ini diwujudkan
melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan
keanekaragaman, keunikan dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk
berwisata.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah memberikan


kesempatan kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan
penyerahan wewenang dari pemerintah kepada pemerintah daerah. Pemberlakuan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang diantaranya mengatur
kewenangan daerah, berimplikasi pada perubahan yang berhubungan dengan perubahan
pembangunan dari sentralisasi ke desentralisasi termasuk pembangunan kepariwisataan.
Sistem ini meletakkan pondasi pembangunan dengan memberikan otoritas kepada pemerintah
daerah untuk mengembangkan pariwisata daerah masing-masing.

Salah satu yang menjadi unsur pembangunan otonomi daerah adalah sektor pariwisata.
Memang masih ada bagian dari pariwisata yang menjadi kewajiban pemerintah pusat untuk
pengelolaan, namun pembangunan dari beberapa destinasi wisata sudah menjadi tanggung
jawab pemerintah daerah.

Pada waktu yang lalu pemerintah pusat memiliki tugas dan kewenangan untuk pembangunan
pariwisata di berbagai daerah, kewenangan tersebut sebagian besar telah dilimpahkan,
sehingga seyogyanya daerah otonom dapat mengambil inisiatif pembangunan. Memutuskan
apa di mana dan bagaimana pariwisata akan dikembangkan di daerah yang bersangkutan
bersama dengan para pihak terkait, dengan memperhatikan kebijakan di tingkat yang lebih
tinggi. Sementara fungsi pemerintah pusat dalam hal ini akan lebih kepada pengarahan,
pembinaan dan fasilitasi perencanaan atau kerjasama luar negeri dan sebagainya. Daerah
tidak perlu menunggu, tetapi dapat mengambil inisiatif dan memutuskan bagi daerahnya
masing-masing, apakah pariwisata memang dikehendaki dan diinginkan atau tidak. Dalam

2
hal ini pembangunan pariwisata secara nasional tetap membutuhkan arah dan koordinasi
dalam rambu-rambu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam rangka percepatan
pembangunan, hal tersebut harus dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin oleh pemerintah
daerah guna mengembangkan potensi yang dimiliki oleh daerah termasuk potensi pariwisata
yang bisa dijadikan sebagai salah satu potensi yang berpeluang untuk mendatangkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah.

1. Konstruksi  Struktur Materi Uu No. 10 Th.2009 Tentang Kepariwisataan


1. Ketentuan Umum
a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
c. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
d. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
pengusaha.
e. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,
dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil
buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
f. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah
kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif
yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas
pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi
terwujudnya kepariwisataan.
g. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

3
h. Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan
kegiatan usaha pariwisata.
i. Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait
dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.
j. Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama
pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang
mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam,
daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
k. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh pekerja pariwisata untuk
mengembangkan profesionalitas kerja.
l. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada usaha dan pekerja
pariwisata untuk mendukung peningkatan mutu produk pariwisata, pelayanan,
dan pengelolaan kepariwisataan.
m. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
n. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
o. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
kepariwisataan.
2. Azas, Fungsi, Tujuan
Mengatur dasar penyelenggaraan kepariwisataan: azas manfaat, kekeluargaan, adil
dan merata, keseimbangan, kemandirian, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan,
domokratis, kesetaraan, dan kesatuan.
3. Prinsip Penyelenggaraan Kepariwisataan
Menjunjung tinggi norma agama, nilai budaya sebagai pengejawantahan konsep hidup
dlm keseimbangan hubungan antara manusia dgn tuhan, manusia dgn sesama dan
manusia dng lingkungan; munjunjung tinggi HAM, keagamaan budaya, dan kearifan
lokal; memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan
proporsionalitas; kelestarian alam dan lingkungan hidup; memberdayakan

4
masyarakat; keterpaduan antar sektor, antara daerah, antar pemangku kepentingan;
kode etik; memperkukuh negara kesatuan
4. Pembangunan Kepariwisataan
Mengatur azas pembangunan kepariwisataan, cakupan pembangunan, perencanaan
pembangunan, peran modal dalam pembangunan, dan fungsi penelitian dalam
pembangunan.
5. Kawasan Strategis
Mengatur tentang dasar-dasar penetapan kawasan strategis pariwisata dan
kewenangan penetapan kawasan strategis.
6. Usaha Pariwisata
Mengatur ttg cakupan ragam usaha pariwisata, pendaftaran usaha pariwisata dan
perlindungan terhadap hak berkembang usaha mikro, kecil dan menengah
7. Hak, Kewajiban Dan Larangan
Mengatur hak dan kewajiban beberapa pemangku kepentingan, seperti : pemerintah,
masyarakat, wisatawan dan pengusaha pariwisata. Mengatur larangan perusakan fisik
daya tarik wisat
8. Kewenangan Pemerintah Dan Pemerintah Daerah
Mengatur kewenangan pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/Kota, pemberian penghargaan terhadap orang yg berjasa dlm
pembangunan kepariwisataan, jaminan ketersediaan informasi, pengembangan
kepariwisataan oleh pemerintah dan pemerintah daerah kepada masyarakat, sistem
informasi kepariwisataan nasional.
9. Koordinasi
Koordinasi strategis lintas sektor dalam perumusan kebijakan, penyusunan program
dan pelaksanaan kegiatan
10. Badan Promosi Pariwisata
Mengatur tentang pembentukan, status, unsur keanggotaan, keorganisasian, tugas,
sumber pembiayaan kegiatan, keberadaan (Nasional dan Daerah) dan penetapan
badan promosi pariwisata
11. Gabungan Industri Pariwisata
Mengatur tentang status, keanggotaan, fungsi, sifat, kegiatan, dan tempat pengaturan
ketentuan yang mengatur dirinya
12. Pelatihan Sumber Daya Manusia, Standarisasi, Sertifikasi Dan Tenaga Kerja

5
Kedudukan pemerintah sebagai penyelenggara pelatihan SDM; standar kompetensi,
lembaga penyelenggaraan sertifikasi; standar usaha dan sertifikasi usaha; tenaga kerja
asing; pengaturan lebih lanjut hal itu
13. Pendanaan
Tanggung jawab bersama (pemerintah, pemerintah daerah, pengusaha dan
masyarakat) dlm pendanaan, pengelolaan dana kepariwisataan; pengalokasian oleh
pemerintah daerah dan penggunaannya; pendanaan bagi usaha mikro, kecil bidang
kepariwisataan
14. Sanksi Administratif
Megatur tentang sanksi administratif
15. Ketentuan Pidana
Mengatur tentang sanksi pidana
16. Ketentuan Peralihan
Mengatur tentang ketentuan peralihan
17. Ketentuan Penutup
Jangka waktu penetapan peraturan pelaksanaan ketidak berlakuan undang-undang no
9 Th. 1990 (Kepariwisataan); keberlakuan peraturan pelaksanaan UU 9/1990 tetap
diakui sepanjang tidak bertentangan dengan UU No. 10/200

2. Pariwisata Berkelanjutan (Psl 2 Uu No. 10/2009)


a) Pembangunan pariwisata harus berdasarkan kriteria berkelanjutan yg dpt
didukung secara ekologis dlm waktu lama, layak secara ekonomi, adil secara etika
dan sosial bagi masyarakat
b) Pariwisata harus berkontribusi bagi pemba ngunan dan diintegrasikan dengan
lingkungan, alam,budaya dan manusia.
c) Pemerintah, LSM dan masyarakat harus mengambil tindakan reaktif untuk
mengintegrasikan pariwisata ke dlm pembangunan.
d) Pemerintah dan organisasi harus memprioritaskan bantuan terhadap proyek
pariwisata.
e) Ruang-ruang dgn lingkungan dan budaya yg rentan saat ini maupun di masa depan
harus diberi prioritas dalam hal teknis dan bantuan keuangan.
f) Promosi atau dukungan terhadap berbagai bentuk alternatif kegiatan pariwisata
yang sesuai dengann prinsip pembangunan

6
g) Pemerintah harus mendukung dan berpartisipasi dalam penciptaan jaringan untuk
penelitian, informasi, pengetahuan pariwisata dan tehnologi pariwisata
h) Penetapan kebijakan pariwisata berkelanjutan memerlukan dukungan dan sistem
pengelolaan pariwisata yang ramah lingkungan, study kelayakan dan
pengembangan program kerjasama Internasional.

Dimana dalam pariwisata berkelanjutan juga memiliki dua muka yang menyatu, seperti
memiliki dua arah yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Dalam falsafah masyarakat
Bali dikenal yaitu Rhua Bhineda (Dua yang berbeda). Jika pariwisata dikelola dengan baik
dan berkelanjutan maka akan menghasilkan manfaat optimal bagi rakyat lokal, paling tidak
bagi masyarakat adat sekitarnya maupun pelaku pariwisata lainnya. Jika dikelola dengan
serampangan dan tidak terorganisir secara rapi, maka masyarakat lokal dan adat hanya
mendapatkan ekses-ekses negatif, perubahan nilainilai sosial budaya yang destruktif.
Kerusakan ataupun penurunan moral atas imbas pariwisata terhadap masyarakat lokal (adat)
akan susah dikembalikan. Inilah yang disebut dengan taksu atau nilai magis pariwisata
budaya yang menghasilkan atraksi-atraksi pertunjukan seni dan budaya dipandu latar
keindahan alam Bali. Seyogianya pariwisata budaya yang berkelanjutan mempertahankan
aspek-aspek local geneus atau kearifan lokal sebagai roh terhadap daya tarik pariwisata itu
sendiri. Pariwisata budaya bukan hanya dilihat hal atau pertunjukan yang tampak pada kasat
mata saja. Namun lebih pada pertimbangan kenapa nilai-nilai kearifan lokal menjiwai
pelaksanaan sikap dan perilaku masyarakat dalam kaitannya dalam interaksi sosial
kesehariannya. Setiap nilai-nilai kearifan lokal memiliki makna terhadap sebab musabab
kejadian atau momentum kenapa hal ikhwal itu dilaksanakan. Misalnya kehidupan pertanian
masyarakat Bali mengajarkan konsep, keseimbangan dan kesucian terhadap alam yang terdiri
dari unsur tanah, air, udara, matahari dan nikroorganisme. Hal ini merupakan salah satu
konsep Tri Hita Karana karena terdapat menjaga keseimbangan alam harus serasi, selaras,
dan berkesinambungan dari generasi ke generasi berikutnya. Keseimbangan dalam interaksi
sosial terhadap pemilik lahan pertanian antara satu petani dengan petani lainnya dilakukan
dengan sistem subak. Subak merupakan bagian dari kearifan lokal masyarakat Bali untuk
menjaga pendistribusian air antara satu lahan dengan lahan lainnya secara adil dan dan
merata. Konsepsi pekerjaan bertani merupakan Yadnya yaitu kepatuhan atau kewajiban
manusia bekerja dan mengolah alam sekaligus menjaga alam ini sebagai titipan Tuhan.
Yadnya melalui upacara keagamaan terkadang dirusak oleh unsur gengsi dan kehormatan.
Banyak upacara keagamaan dilakukan dengan menjual aset ekonomi atau warisan dari para

7
leluhurnya. Demi rasa gengsi dan ingin dipandang terhormat di dalam tatanan masyarakat
sebuah keluarga terkadang menanggung utang atau kehilangan aset untuk bekerja. Yadnya
merupakan upacara keagamaan yang sebagian orang Bali dikatakan sebagai beban misalnya
upacaara Ngaben atau pembakaran mayat, di dalam upacara Ngaben dapat menghabiskan
untuk pelaksanaan kegiatan tersebut hingga puluhan juta hingga ratusan juta bahkan miliaran
rupiah. Pada akhirnya masyarakat mencari dan membuat konsensus bersama atas konsep
Yadnya ini. Ngaben lazimnya pada saat ini bilamana tidak mampu dilakukan oleh sebuah
keluarga sendiri maka akan dikoordinir desa adar dengan sistem Ngaben massal. Secara
waktu, energi, dan pembiayaan tentunya lebih murah dan terasa ringan bagi semuanya.
Konsepsi dharma atau Yadnya yang didasari oleh falsafah kerja adalah karunia Tuhan oleh
karena itu pendapatan yang diperoleh adalah milik Tuhan. Manusia hanya memanfaatkannya
sebatas yang dia butuhkan. Selebihnya adalah milik Tuhan yang harus dibagikan kembali ke
masyarakat dalam bentuk Yadnya. Berbagai bentuk Yadnya itu meliputi pertama, Manusa
Yadnya (Yadnya untuk kemanusiaan, aktivitas atau kegiatan sosail yang terjadi di dalam
dinamika desa adat). Kedua, dewa Yadnya merupakan kegiatankegiatan spiritual ataupun
upacara keagamaan dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan. Ketiga, Bhuta Yadnya
yakni, Yadnya untuk upacara keagamaan yang bersifat Bhuta dalam rangka keseimbangan
dengan kekuatan negatif yang ada di alam ini. Keempat, Pitra Yadnya merupakan Yadnya
untuk para leluhur dengan segala dimensinya sebagai rasa hormat terhadap apa yang telah
dirintis dan diberikan kepada generasi penerusnya. Kelima, Resi Yadnya merupakan Yadnya
kepada para pemimpin keagamaan. Filosofi Tri Hita Karana merupakan filosofi yang paling
hakiki dari kehidupan komunal masyarakat Bali, yang paling dihayati dan diimplementasikan
dalam usaha dan kegiatan pariwisata. Masyarakat Bali merupakan masyarakat komunal yang
semua aspek kehidupan diwarnai dan dijiwai dengan konsep Tri Hita Karana menekankan
pada keserasian dan keseimbangan konsep manusia terhadap alam, manusia terhadap
sesamanya, manusia terhadao Tuhannya. Cerminan dari filosofi ini terlihat ketika mereka
(masyarakat adat Bali) dengan memberikan sesaji untuk keselamatan dan kelancaran dalam
melakukan pekerjaan.

Seperti Kabupaten Gianyar memiliki beberapa faktor yang dapat menunjang pembangunan
kepariwisataan. Faktor-faktor tersebut antara lain:

 kebudayaan dan kehidupan masyarakat yang bersumber pada kebudayaan dan dijiwai
oleh agama Hindu yang merupakan daya tarik kunjungan bagi wisatawan asing ke
Kabupaten Gianyar;

8
 keindahan alam, peninggalan sejarah dan purbakala sebagai objek wisata yang cukup
mempesona;
 tersedianya fasilitas transportasi dan telekomunikasi yang memadai;
 fasilitas lain seperti hotel, home stay, dan restoran yang cukup banyak berkembang di
sudut kota Gianyar.

Salah satu misi pemerintah Kabupaten Gianyar adalah menumbuhkembangkan budaya


masyarakat yang berbasis nilai-nilai kearifan lokal yang dapat menumbuhkan relegiusitas,
disiplin, kerja keras, berorientasi pada prestasi dengan meningkatkan peran desa pakraman,
banjar, subak, dan sekaha-sekaha serta institusi-institusi yang telah ada dalam menjaga adat,
budaya dan agama. Proteksi secara legal formal adalah melalui kebijakan yang tertuang
dalam Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 10 tahun 2013 tentang Kepariwisataan
Budaya Kabupaten Gianyar. Kebijakan ini mengarahkan pengembangan dan pembangunan
pariwisata di Kabupaten Gianyar yang berpijak pada budaya masyarakatnya. Sebagai contoh
pembangunan hotel di kawasan Kabupaten Gianyar wajib mengadopsi budaya asli dalam
bentuk arsitekturnya, orang-orang yang bekerja di dalamnya, serta elemen-elemen budaya
asli lainnya.

Dimana hal ini Pemerintah dan Pemerintah daerah memiliki peran penting dalam
membentuk peraturan dan kebijakan pariwisata yang ideal untuk mewujudkan negara
kesejahteraan. Hasil inventarisasi regulasi yang terkait kebijakan kepariwisataan, ditemukan
sebanyak 47 (empat puluh tujuh ) peraturan perundangundangan, yang terdiri dari: 10
(sepuluh) Undang-Undang, 21 (dua puluh satu) Peraturan Pemerintah, 10 (sepuluh) Peraturan
Presiden, dan 6 (enam) Peraturan Menteri. Dari ke47 regulasi tersebut, analisis terhadap 28
( dua puluh delapan) PUU, yaitu: 10 (sepuluh) Undang-undang, 9 (sembilan) Peraturan
Pemerintah, 7 (tujuh) Peraturan Presiden dan 2 (dua) Peraturan Menteri terkait. Kebijakan
pariwisata harus memberikan dampak positif berupa peningkatan terhadap devisa Negara
juga harus dapat meningkatkan perekonomian di lokasi-lokasi tujuan wisata misalnya
meningkatkan jumlah tenaga kerja, meningkatkan jumlah wisatawan lokal maupun
mancanegara, meningkatkan perkembangan kebudayaan dan seni budaya Indonesia.
Pembangunan pariwisata berbasis masyarakat merupakan sebuah teori yang menekankan
pada ekonomi rakyat dan pemberdayaan rakyat.

3. Peranan Pemerintah Terhadap Pariwisata

9
1. Peranan Pemerintah dalam ekonomi pariwisata
Tujuan pokok dari kebijakan ekonomi pemerintah terhadap pariwisata adalah
untuk memaksimalkan kontribusi pariwisata terhadap ekonomi nasional. Tujuan
kontribusi ini termasuk :
 Optimalisasi kontribusi dalam neraca pembayaran
 Menyiapkan perkembangan ekonomi regional dan neraca pembayaran
regional.
 Menyiapkan tenaga kerja
 Peningkatan dan pendistribusian pendapatan.
 Kontribusi terhadap kesejahteraan sosial
 Memaksimalkan peluang pendapatan fiscal
2. Langkah Pemerintah dalam Meningkatkan Kunjungan Wisatawan
 Mempercepat penyelesaian proyek infrastruktur
 Mendorong pengembangan atraksi wisata
 Meningkatkan kualitas amenitas
 Memperkuat promosi pariwisata
 Mendorong investasi
 Menyusun standar prosedur manajemen pariwisata

3) Kontribusi Pariwisata Terhadap Kesejahteraan Rakyat


Sektor pariwisata saat ini dinilai kian memiliki peran yang strategis dalam
perekonomian nasional. Bahkan, pengembangan sektor ini diyakini sebagai cara yang
paling cepat dalam mensejahterakan rakyat. Dengan multiflier effect ditimbulkan oleh
sektor ini membuat rakyat akan makin cepat sejahtera
Pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan pembangunan di sektor pariwisata
menjadi salah satu solusi alternatif untuk mengurai masalah kemiskinan ini. Khusus
untuk daerah perdesaan program pembuatan desa wisata menjadi salah satu program
yang patut dikedepankan. Karena, pariwisata mempunyai dampak pengganda yang
besar terutama dengan industri kreatif seperti berkembangnya industri kuliner, seni
pertunjukan, desain, fashion.
Pengembangan potensi kesenian dan budaya lokal adalah salah satu bentuk desa
wisata yang coba dikembangkan di Indonesia. Karena memasuki era globalisasi
sekarang ini muncul kecenderungan bahwa masyarakat ingin memahami kebudayaan

10
diluar lingkungannya. Keanekaragaman budaya Indonesia dapat menjadi daya tarik
tersendiri bagi para wisatawan untuk mengenal persamaan dan perbedaan satu
kebudayaan masyarakat dengan kebudayaan yang lainnya. Akan tetapi pengembangan
pariwisata budaya saat ini kecenderungannya harus tetap diarahkan pada
pengembangan pariwisata berkelanjutan, yang pada praktiknya dapat memberikan
ruang luas untuk partisipasi masyarakat.

11
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas manfaat, kekeluargaan, adil
dan merata, keseimbangan, kemandirian, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan,
demokratis, kesetaraan dan kesatuan. Selanjutnya pembangunan kepariwisataan
berdasarkan asas ini diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan
kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan dan kekhasan
budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata. Dan dalam fungsi hukum
dalam pembangunan sudah tertuang dalam Konstruksi  Struktur Materi Uu No. 10
Th.2009 Tentang Kepariwisataan .
Dan dalam pariwisata berkelanjutan juga memiliki dua muka yang menyatu, seperti
memiliki dua arah yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Dalam falsafah
masyarakat Bali dikenal yaitu Rhua Bhineda (Dua yang berbeda). Jika pariwisata
dikelola dengan baik dan berkelanjutan maka akan menghasilkan manfaat optimal
bagi rakyat lokal, paling tidak bagi masyarakat adat sekitarnya maupun pelaku
pariwisata lainnya. Jika dikelola dengan serampangan dan tidak terorganisir secara
rapi, maka masyarakat lokal dan adat hanya mendapatkan ekses-ekses negatif,
perubahan nilainilai sosial budaya yang destruktif.
2. Saran
Menurut saya , fungsi hukum dalam pembangunan kepariwisatan sudah tertuang jelas
Uu No. 10 Th.2009 Tentang Kepariwisataan tetapi ada juga hal yang saat ini kurang
berjalan dengan baik karena banyak hal yang tidak dilihat oleh pemerintah dalam
pembangunan sektor pariwisata seperti pembangunan infrastruktur pariwisata yang
menyebabkan degradasi lahan dan ditambah dengan adanya pandemi covid 19 yang
merugikan sektor pariwisata. Hal ini harus di perhatikan dengan tegas oleh
pemerintah untuk keberlangsungan dan kesejahteraan masyarakat.

12

Anda mungkin juga menyukai