Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

PARIWISATA DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

OLEH
Muhammad Abdulah

PROGRAM STUDI PARIWISATA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
2022
PEMBAHASAN MATERI

1. Defenisi Pariwisata Inter

Teori pariwisata menurut Salah Wahab, “Pariwisata adalah


salah satu industri gaya baru,yang mampu menyediakan
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam halkesempatan kerja,
pendapatan, taraf hidup, dan dalam mengaktifkan sector produksi
lain di dalam negara penerima wisatawan.”(Wahab, 2003: 5).
Pariwisata merupakan faktor yang penting dalam
pengembangan ekonomi karena mendorong perkembangan sektor
ekonomi nasional, diantaranya menggugah industri baru berkaitan
dengan jasa wisata, misal: usaha transportasi,akomodasi (hotel,
motel, pondok wisata), memperluas pasar barang-barang lokal
pariwisata, memperluas lapangan kerja baru (hotel atau tempat
penginapan lainnya, usaha perjalanan, kantor-kantor pemerintah
yang mengurus pariwisata dan penerjemah, industri kerajinan
tangan dan cenderamata, serta tempat-tempat penjualan lainnya),
serta membantu pembangunan daerah-daerah terpencil jika daerah
itu memiliki daya tarik pariwisata.
(Wahab, 2003: 9). Dapat diartikan bahwa pariwisata dapat
menunjang perekonomian obyek wisata yang dituju oleh para
wisatawan. Dalam penelitian kali ini adalah pariwisata dapat
mengembangkan potensi yang ada pada desa-desa wisata,
misal:potensi kerajinan, pertanian, budaya, agro dan pemandangan
alam yang terdapat di masing-masing desa wisata. Sehingga
dengan berkunjungnya wisatawan kedesa-desa wisata, hal ini
secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
sekitar. Selain mengembangkan potensi desa wisata, pariwisata
dapat menghidupkan industri jasa wisata, dalam hal ini transportasi
yang ada di desa wisata, penginapan, serta kerajinan tangan yang

2
dikembangkan di suatu desa wisata. Pariwisata juga membantu
pembangunan daerah desa wisata tersebut agar semakin
berkembang dan dapat meningkatkan potensi wisatanya. Bukan
hanya itu saja, pariwisata juga dapat menjadikan lahan lapangan
kerja baru, misal: kantor pariwisata, penerjemah (guide), industri
kerajinan, tempat penjualan cenderamata, dan lain sebagainya.
Secara etimologi istilah pariwisata berasal dari bahasa
Sansekerta “pari” yang berarti ‘seluruh, semua atau penuh’ dan
“wisata” yang berarti ‘perjalanan’. Pariwisata dimaknai sebagai
perjalanan yang penuh atau lengkap, yaitu bepergian dari suatu
tempat tertentu ke satu atau beberapa tempat lain, singgah atau
tinggal beberapa saat tanpa bermaksud untuk menetap, dan
kemudian kembali ke tempat asal (Gamal, 2001:3; Soebagyo,
2010:70).
Pengertian semacam itu adalah rancu apabila dikaitkan
dengan pemakaiannya di dalam praktik. Pariwisata telah diterima
secara luas sebagai padanan dari kata “tourim” dalam bahasa
Inggris atau “toerisme” dalam bahasa Belanda. Di dalam bahasa
Inggris dibedakan antara travel, tour, dan tourism. Kata travel
artinya adalah “perjalanan” yang sepadan dengan kata wisata,
sedangkan kata tour artinya adalah “perjalanan berkeliling” yang
sepadan dengan kata pariwisata. Tambahan kata “ism” di belakang
kata “tour” merujuk pada faham atau fenomena yang berkaitan
dengan perjalanan yang dilakukan. Salah satu faham yang
dimaksudkan adalah: bahwa tujuan dari perjalanan adalah untuk
kegiatan rekreasi, dan sama sekali tidak dimaksudkan untuk
bekerja atau tinggal menetap di tempat yang dituju (Soebagyo,
2010:70).
Coeper et al. (1993) mendefinisikan pariwisata sebagai
“rangkaian kegiatan berupa perjalanan sementara ke tempat tujuan
tertentu di luar rumah atau tempat kerja, tinggal sementara di

3
tempat tujuan dan menikmati fasilitas yang disediakan
untukmemenuhi kebutuhan wisatawan”. Terdapat berbagai definisi
pariwisata dengan berbagai perspektif yang seringkali tumpang
tindih sehingga menimbulkan kerancuan makna yang
membingungkan bagi upaya pengelolaannya. Definisi operasional
diperlukan agar pariwisata dan kepariwisataan dapat
diselenggarakan dan dikelola dengan tepat sehingga menghasilkan
manfaat yang sebesarbesarnya. Sulit dibayangkan apabila
pariwisata diselenggarakan dan dikelola berdasarkan definisi yang
berbeda-beda dan saling tumpang tindih. Di era peradaban modern
definisi pariwisata ternyata telah berkembang lebih luas dan
progresif. Di dalam praktik bermunculan jenis-jenis wisata yang
sebelumnya tidak dikenal atau pengertiannya masih tumpang tindih
seperti: wisata bisnis, wisata medis, wisata sipiritual/religi, wisata
alam, ekowisata, wisata alam liar, wisata petualangan, wisata
alternatif, wisata halal, dan sebagainya.
Berkenaan dengan perkembangan itu, United Nation World
Tourism Organization (UNWTO) merumuskan definisi pariwisata
yang terjemahan bebasnya sebagai berikut (UNWTO, 2013):
“pariwisata adalah aktifitas perjalanan dan tinggal seseorang atau
kelompok di luar tempat tinggal dan lingkungannya selama tidak
lebih dari satu tahun berurutan untuk berwisata, bisnis, atau tujuan
lain dengan tidak untuk bekerja di tempat yang dikunjunginya
tersebut”. Definisi operasional tentang pariwisata dan
kepariwisataan yang berlaku di Indonesia adalah definisi menurut
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.
Menurut undang-undang tersebut, segala hal yang berkaitan
dengan kepariwisataan didefinisikan sebagai berikut:
1. Pasal 1 (ayat (1) Wisata adalah kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

4
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
2. Pasal 1 ayat (2) Wisatawan adalah orang yang melakukan
wisata.
3. Pasal 1 ayat (3) Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan
wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan
Pemerintah Daerah.
4. Pasal 1 ayat (4) Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan
yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta
multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap
orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
5. Pasal 1 ayat (7) Usaha Pariwisata adalah usaha yang
menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
6. Pasal 1 ayat (9) Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha
pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan
barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan
dalam penyelenggaraan pariwisata.

2. Hubungan studi pariwisata Dengan Hubungan Internasional

Masalah pariwisata merupakan salah satu aspek penting


dalam hubungan internasional karena banyak negara
menggunakannya untuk membuat peningkatan devisa,
menciptakan perdamaian, memberikan kesempatan kerja,
menyamakan pengembangan dan mempromosikan potensi
masing-masing negara ke dunia internasional. Salah satu indikator
dari pembangunan pariwisata yang sukses di Malaysia meningkat
Kedatangan W isatawan Internasional (ITA) yang membuatnya

5
peringkat di antara dunia pariwisata 10 pada tahun 2012. Csukses
sebagai negara yang telah berhasil membawa Kedatangan
Wisatawan Internasional, memiliki berhasil menarik perhatian
berbagai pihak seperti pelaku, pemerintah, dan akademisi dunia.
Perkembangannya di Kedatangan Wisatawan Internasional sangat
signifikan. Hal ini membuat penulis tertarik membahas Malaysia ITA
tinggi, yang tidak dapat dipisahkan dari peran utama pemerintah
Malaysia tersebut.

Pariwisata merupakan faktor penting bagi sumber daya


suatu negara. Manajemen hati-hati diperlukan sehingga wisata
yang dapat berkembang. Pengelolaan sektor pariwisata sangat
kom pleks, melibatkan berbagai aktor politik negara. Kebijakan
mengenai pariwisata juga tidak bisa lepas dari elemen pengambilan
kepu tusan bersifat politik. Dengan kata lain, pariwisata dapat
dikatakan menjadi bagian dari politik. Aspek politik dapat dilihat dari
bagaimana kekuasaan digunakan oleh organisasi publik dalam
mengelola pariwisata. Instrumen utama yang digunakan oleh
Pemerintah yang mencakup semua jenis organisasi masyarakat
mulai dari departemen Pemerintah Pusat ke unit pariwisata kecil
yang dijalankan oleh pemerintah daerah. Namun, peran
Pemerintah sangat penting karena pariwisata merupakan sektor
yang membawa banyak keuntungan bagi negara.

komponen strategis terhadap pembangunan negara yang


sedang berkembang ataupun negara maju. Berbicara tentang
pariwisata sama seperti halnya membahas mengenai globalisasi,
karena pada dasarnya pariwisata dibilang cukup luas maupun tidak
mengenal tingkat batas wilayah-wilayah. Pariwisata yang
merupakan salah satu dari komponen globalisasi dianggap sebagai
salah satu faktor arus dalam jaringan ekonomi global. Dimana
sektor pariwisata dapat mendorong dalam penciptaan lapangan

6
kerja dan pertumbuhan ekonomi (Nizar, 2011). Dorongan tersebut
muncul karena mempunyai keterkaitan secara langsung ataupun
tidak langsung dengan jumlah industri lain pada perekonomian. 

Komponen yang mempunyai keterkaitan lansung dengan


kegiatan pariwisata seperti operator wisata, agen perjalanan,
restoran dan lain-lain, sedangkan yang sifatnya tidak lansung yaitu
seperti transportasi, budaya, perbankan dan layanan lain yang
dapat dibutuhkan dalam mendukung kegiatan perjalanan dan
pariwisata. Maka pariwisata dapat menjadi salah satu wadah
globalisasi yang dapat menjanjikan yang dapat menekankan pada
daya tarik lokalisasi dan karakteristik. Dengan mempunyai dampak
pada perekonomian negara, dapat menyebabkan pariwisata
menjadi objek topik diplomasi yang berdasarkan pariwisata. Maka
dengan hal itu secara bertahap dapat terciptanya wadah perjanjian
dan kesepakatan internasional. Dimana suatu wisatawan harus
berkunjung ke kedutaan agar bisa memasuki negara lain, dan
pemerintah sudah memberikan pilihan berbeda terhadap duta
besar mereka sebagai perwakilan tertinggi mereka, sehingga
secara tidak langsung ataupun langsung mereka memperankan
peran penting dalam penerimaan wisatawan. Oleh karena itu, para
petinggi atau duta besar merencanakan berbagai komponen
masalah eksternal, internal serta regional wisatawan
dengan hubungan internasional dan diplomasi karena hal itu akan
mempunyai dampak yang cukup kuat pada masalah politik, budaya,
ekonomi dan sosial (Moravej Khorasani, Bi ta)

Perkembangan pariwisata diberbagai negara membutuhkan


penggunaan diplomasi ekonomi pada umumnya dan khususnya
diplomasi pariwisata. Kementrian Luar Negeri berdedikasi dalam
pengarahan hubungan ekonomi luar negeri, termasuk pada

7
pengambilang keputusan negosiasi eksternal dan keputusan
internal. Penyaluran dan pengarahan kegiatan diplomatik dapat
mendukung ekspansi asing. Sehingga diplomasi ekonomi dapat
diartikan bahwa penggunakan politik luar negeri untuk mencapai
tujuan ekonomi dalam negeri (Faraji Rad, 2004). Pada sistem
diplomasi negara mempunyai posisi yang terhormat dan unik terkait
dengan lembaga dan organisasi lain dengan kategori pariwisata
yang cukup penting. Dimana pariwisata internasional merupakan
salah satu bentuk pariwisata yang cukup signifikan yang
mempunyai hubungan signifikansi, secara tidak langsung atau
langsung dengan sebuah keputusan Departemen Luar Negeri.
Maka diplomasi pariwisata dapat diartikan menyalurkan,
membimbing, memfasilitasi hubungan internasional dan wadah
industri pariwisata. Oleh karena itu, peningkatan, pengembangan,
penciptaan dan pendalaman hubungan geopolitik dengan pasar
pariwisata dan negara-negara tengga dan lainnya di berbagai
belahan dunia dianggap sebagai dari prioritas hubungan
internasional dan diplomatik bersama diplomasi ekonomi pada
umumnya serta adanya peningkatan kapasitas terhadap bidang
industri pariwata tertentu.

Maka hal ini dapat disimpulkan bahwa industri pariwisata


pada beberapa komponen dimensinya tergantung pada kebijakan
pemerintahan. Industri mempunyai peran penting terhadap
pembangunan politik, perdamaian serta pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi kepariwisataan
yang berada pada naungan keputusan politik pemerintah, sehingga
pengembangan diplomasi pariwisata serta pelaksanaanya dapat
menuju pada kedatangan wisatawan dan lain-lain. Sehingga, tujuan
dari diplomasi yaitu melindungi kepentingan negara dalam
hubungan dengan negara lain serta mengembangan hubungan

8
dengan negara-negara di belahan dunia. Dalam hal ini juga,  suatu
negara tetangga berperan penting dalam menjamin perkembangan
ekonomi, politik, kemanan nasional serta pengembangan hubungan
timbal balik. Maka diplomasi pariwisata maupun diplomasi ekonomi
adanya sebuah keterkaitan satu sama lain terhadap teori dalam
hubungan internasional dalam hal sektor pariwisata.

3. Jenis-Jenis Pariwisata Dan Faktor-Faktor Wista Dalam


Melaukan Pariwisata
a. Jenis-jenis pariwisata
Jenis-jenis pariwisata menurut James J. Spillane (1987:29-31)
berdasarkan motif tujuan perjalanan dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis pariwisata khusus, yaitu:
1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang
meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari
udara segar, memenuhi kehendak ingin-tahunya,
mengendorkan ketegangan syaraf, melihat sesuatu yang
baru, menikmati keindahan alam, mengetahui hikayat rakyat
setempat, mendapatkan ketenangan.
2. Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism) Pariwisata ini
dilakukan untuk pemanfaatan hari-hari libur untuk
beristirahat, memulihkan kembali kesegaran jasmani dan
rohaninya, dan menyegarkan diri dari keletihan dan
kelelahannya. Dapat dilakukan pada tempat yang menjamin
tujuan rekreasi yang menawarkan kenikmatan yang
diperlukan seperti tepi pantai, pegunungan, pusat-pusat
peristirahatan dan pusat-pusat kesehatan.
3. Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism)
Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti
keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset,

9
mempelajari adat-istiadat, kelembagaan, dan cara hidup
masyarakat yang berbeda-beda, mengunjungi monumen
bersejarah, peninggalan masa lalu, pusat-pusat kesenian
dan keagamaan, festival seni musik, teater, tarian rakyat dan
lain-lain.
4. Pariwisata untuk olahraga (Sports Tourism) Pariwisata ini
dapat dibagi lagi menjadi dua kategori:
a. Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga
besar seperti Olympiade Games, kejuaraan ski dunia,
kejuaraan tinju dunia, dan lain-lain yang menarik
perhatian bagi penonton atau penggemarnya.
b. Sporting tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata
olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan
mempraktekkan sendiri seperti pendakian gunung,
olahraga naik kuda, berburu, memancing dan lainlain.
5. Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Business Tourism)
Menurut para ahli teori, perjalanan pariwisata ini adalah
bentuk profesional travel atau perjalanan karena ada
kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak
memberikan kepada seseorang untuk memilih tujuan
maupun waktu perjalanan.
6. Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism)
Pariwisata ini banyak diminati oleh negara-negara karena
ketika diadakan suatu konvensi atau pertemuan maka akan
banyak peserta yang hadir untuk tinggal dalam jangka waktu
tertentu dinegara yang mengadakan konvensi. Negara yang
sering mengadakan konvensi akan mendirikan bangunan-
bangunan yang menunjang diadakannya pariwisata
konvensi

b. Faktor-Faktor Wisata Dalam Melaukan Pariwisata

10
Faktor-faktor Berwisata Sebelum seseorang melakukan
perjalanan wisata, tentunya orang tersebut telah digerakkan oleh
motif untuk berwisata. Motivasi tersebut merupakan hal yang
sangat mendasar dalam studi tentang wisatawan dan pariwisata,
motivasi merupakan trigger dari proses perjalanan wisata. Faktor
pendorong dari dalam diri orang tersebut dinamakan faktor internal,
sedangkan faktor eksternalnya adalah sebagai penarik wisatawan
yang berasal dari keunikan atau khas sebuah destinasi wisata.
Keputusan seseorang dalam melakukan perjalan wisata sangat
dipengaruhi oleh kuatnya faktor pendorong (push factor) dan faktor
penarik berwisata. Berbagai faktor pendorong (pullfactor) bagi
seseorang untuk melakukan pejalanan wisata, diantaranya sebagai
berikut:
a. Escape, adalah keinginan yang bertujuan melepas kepenatan
dari lingkungan biasanya atau melepaskan kejenuhan
mengenai pekerjaan.
b. Educational Opportunity, keinginan untuk sesuatu yang baru,
mempelajari daerah lain
c. Relaxion, adalah keinginan yang bertujuan untuk penyegaran
dengan motivasi untuk melepas kepenatan.
d. Play, adalah keinginan untuk menikmati kegembiraan melalui
berbagai permainan dan dapat melepaskan diri sejenak dari
banyaknya urusan serius.
e. Self-Fulfilment, merupakan keinginan untuk menemukan jati
diri, karena biasanya dalam menemukan jati diri dapat
ditemukan pada saat kita menemukan daerah baru ataupun
orang yang baru.
f. Leisure Time, merupakan penggunaan waktu atau
memanfaatkan waktu senggang dari seseorang.

11
Faktor Penarik Berwisata (Pull Factor):
a. Cuaca/iklim tempat tujuan wisata
b. Transportasi, yaitu terkatit akses untuk menuju ke tempat
wisata, baik secara internasional maupun ke tempat-tempat
wisata pada sebuah destinasi
c. Atraksi wisata, aspek daya tarik suatu destinasi untuk
beraktifitas dan memiliki nilai skor
d. Amenities, adalah fasilitas yang ada di destinasi wisata yang
akan dikunjungi.
e. Lingkungan hidup yang alami dan juga yang buatan

DAFTAR PUSTAKA

Nizar,Afdi.(2013)."Pengaruh Pariwisata Terhadap Perdagangan


Internasional Di Indonesia" Peneliti pada Badan Kebijakan
Fiskal, Kementerian Keuangan RI
Shojaifer, Jalalpour.(2014)"The Tourism Industry and The
International Relations" World J Environ Biosci, 2017, 6,
(SI):68-72
Shikhrezaei, Nategian.(2017)"The Relation between International
Tourism and Economic Growth" Shakouri et al., J Tourism
Hospit 2017, 6:4 DOI: 10.4172/2167-0269.1000295.
A.J. Muljadi. 2010. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada.
Ali Hasan. 2015. Tourism Marketing. Jakarta : Center for Academic
Publishing
Azahari. 2012. Pariwisata Indonesia : Pergeseran Tren Pariwisata.
Workshop Kurikulum

12
Sesuai Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Fakultas
Pariwisata – Universitas Udayana Denpasar – Bali, 26 – 28
Januari 2016

13

Anda mungkin juga menyukai