Anda di halaman 1dari 8

EKONOMI DAN BISNIS WISATA

Program Studi : Ekowisata


Mata Kuliah : Ekonomi dan Bisnis
Wisata
Pertemuan : I ( Selasa, 1 Maret 2022)

PENDAHULUAN
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah
untuk memperoleh devisa dari penghasilan non migas. Peranan pariwisata
dalam pembagunan nasional, di samping sebagai sumber perolehan devisa juga
banyak memberikan sumbangan terhadap bidang-bidang lainnya.
Diantaranya menciptakan dan memperluas lapangan usaha, meningkatkan
pendapatan masyarakat dan pemerintah, mendorong pelestarian lingkungan
hidup dan budaya bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa
dan lain sebagainya (Karyono, 1997). Seiring dengan pertambahan populasi
penduduk dunia yang cukup pesat, mengakibatkan bertambahnya kecendrungan
pasar potensial yang mengakibatkan beratambahnya kecendrungan pasar
potensial yang akan melakukan perjalanan. Terlebih lagi, perjalanan yang
dilakukan bukan hanya hiburan, akan tetapi mempunyai tujuan tertentu yang
akan membawa pengaruh cukup besar terhadap pribadi, keluarga, maupun
lingkungannya dalam decade terakhir ini. (Happy dan Herman, 2002) Hal ini
merupakan sebuah harapan untuk masa depan, dimana kemajuan akan
berlanjut baik nantinya. Perjalanan wisata akan menjadi suatu penting untuk
menguatkan kehidupan keluarga, karena mereka lebih baik bersiap untuk
sebuah perjalanan keluarga. (Happy dan Herman, 2002) sebagai negara
kepulauan terbesar di dunia, memiliki potensial pengembangan pariwisata.
Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sector ekonomi
penting, bahkan sector ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa
nomor satu (Suwantoro, 1997). Terbukti bahwa saat ini segala yang dapat
menunjang sector pariwisata semakin bertambah kualitas maupun
kuantitasnya. Banyak berdiri bangunanbangunan yang mempengaruhi
keberlangsungan pariwisata. Seiring berjalannya waktu, perbaikan setiap
sarana dan prasarana yang mampu menunjang kepariwisataan juga menjadi
perhatian. Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas utama atau dasar yang
memungkinkan sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang dalam
rangka memberikan pelayanan kepada para wisatawan, sedangkan sarana
pariwisata adalah fasilitas perusahaan yang memberikan pelayanan kepada
wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung (Bagyono, 2007).
Pengembangan dan pendayagunaan pariwisata secara optimal mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi hal ini di buktikan dengan semakin
berkembangnya dan semakin banyaknya pendayagunaan pariwisata pada
daerah tertentu maka akan semakin meningkat pula pertumbuhan ekonomi
masyarakat maupun pemerintah daerah tertentu yang di daerahnya ada tempat
pariwisata yang mereka kembangkan, mempertimbangkan hal tersebut maka
penanganan yang baik sangat diperlukan dalam upaya pengembangan objek-
objek wisata di indonesia.

Ekonomi dan Bisnis Wisata


Para pelaku pariwisata mulai melakukan tindakan pengembangan dengan
penelitian, observasi terhadap objek-objek wisata di indonesia. Langkah tersebut
dilakukan guna mengetahui potensi dan permasalahan yang ada pada setiap
objek untuk kemudian mencari solusi. Langkah lainnya adalah promosi dengan
media cetak, elektronik, maupun multemedia agar masyarakat juga mengetahui
akan keberadaan objek-objek tersebut dan turut berpartisipasi dalama
pengembangan (Salah Wahab, 1997). Menurut Kodhyat ( 1997), pembenahan-
pembenahan dan langkah-langkah yang serius dalam pengambilan kebijakan
untuk peningkatan sektor pariwisata dikarenakan beberapa alasan.
1. Berkurangnya minyak sebagai hasil devisa utama
2. Menurunnya nilai ekspor non migas
3. Prospek pariwisata yang mempunyai kecenderungan meningkat
4. Potensi pariwisata Kesadaran akan pentingnya sektor kepariwisataan
sebagai salah satu pemasukan bagi pemerintah dan sektor non migas
sebenarnya bukan hal baru.
Jauh sebelum krisis minyak di pasaran internasional pada tahun 1980-an,
pemerintah indonesia telah melihat potensi kurang lebih 17.000 pulau yang ada
dengan berbagai adat istiadat dan kebudayaan yang mempunyai keunikan
tersendiri. Dunia kepariwisataan harus mulai meninggalkan tentang
perencanaan jangka pendek dan harus mampu melihat dalam prespektif jangka
panjang dengan memperhitungkan segala pengaruh yang mungkin akan timbul
dan berpengaruh terhadap dunia kepariwisataan. Pemerintah dalam hal ini para
Stkaholder kepariwisataan menyadari besarnya potensi kepariwisataan di
daerah berusaha menggali, mengembangkan serta membangun aset objek dan
daya tarik wisata, yang merupakan modal awal untuk bangkitnya kegiatan
pariwisata. Keputusan ini harus ditindak lanjuti dengan memikirkan dan
mengusahakan serta membenahi potensi objek dan daya tarik wisata (M. Yusuf,
2000 dalam Muhammad Tahwin, 2003).

1. PENDORONG PERTUMBUHAN PARIWISATA


Faktor pendorong adalah hal atau kondisi yang dapat mendorong atau
menumbuhkan suatu kegiatan, usaha atau produksi. Modal
kepariwisataan (torism assets) sering disebut sumber kepariwisataan
(tourism resources). Suatu daerah sehingga ada yang dikembangkan
menjadi atraksi wisata. Apa yang dapat dikembangkan menjadi atraksi
wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataan. Modal
kepariwisataan itu mengandung potensi untuk dikembangkan menjadi
atraksi wisata, sedang atraksi wisata itu sudah tentu harus
komplementer dengan motif perjalanan wisata. Maka untuk menemukan
potensi kepariwisataan suatu daerah harus berpedoman kepada apa yang
dicari oleh wisatawan. Menurut Soekadijo (2000) modal atraksi yang
menarik kedatangan wistawan ada tiga diantaranya :

Ekonomi dan Bisnis Wisata


1. Modal dan potensi alam, alam merupakan salah satu faktor
pendorong seorang melakukan perjalanan wisata karena ada orang
berwisata hanya sekedar menikmati keindahan alam, ketenangan
alam, serta ingin menikmati keaslian fisik, flora dan fauna.
2. Modal dan potensi kebudayaannya. Yang dimaksud potensi
kebudayaan disini merupakan kebudayaan alam arti luas bukan
hanya meliputi seperti kesenian atau kehidupan. Akan tetapi
meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di
tengahtengah kehidupan masyarakat. Sehingga diharapkan
wisatawan atau pengunjung bisa tertahan dan dapat menghabiskan
waktu di tengah-tengah masyarakat dengan kebudayaannya yang
dianggap menarik.
3. Modal dan potensi manusia. Manusia dapat dijadikan atraksi wisata
yang berupa keunikan-keunikan adat istiadat maupun
kehidupannya namun jangan sampai mertabat dari manusia
tersebut direndahkan sehingga kehilangan martabat sebagai
manusia.
Daya Tarik wisata yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang
menjadi pendorong kehadiran wisatawan kesuatu daerah tujan wisata.
(Suwantoro,2004:19). Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan
merupakan sumber daya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya
tarik wisata, sampai adanya jenis pengembangan tertentu. Objek dan daya
tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya
tarik disuatu daerah atau tempat tertentu. Objek dan daya tarik wisata
merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik di suatu
daerah atau tempat tertentu, kepariwisataan sulit untuk dikembangkan.
Perkembangan suatu kawasan wisata juga tergantung pada apa yang
dimiliki kawasan tersebut untuk dapat ditawarkan kepada wisatawan. Hal
ini tidak dapat dipisahkan dari pengelola kawasan wisata, sebagaimana
dikatakan Oka A. Yoeti (1996) bahwa berhasilnya suatu wisata hingga
tercapainnya industri pariwisata sangat tergantung, yaitu atraksi
(attraction), mudah dicapai (accessibility), dan fasilitas (amenities).
1. Atraksi (attraction). Atraksi wisata yaitu sesuatu yang di persiapkan
terlebih dahulu agar dapat dilihat, dinikmati, dan termasuk dalam
hal ini adalah: tarian-tarian, nyanyian, kesenian rakyat tradisional,
upacara adat dan lain-lain. Dalam Oka A. Yoeti (1997) tourism
disebut attractive, yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah
tujuan wisata merupakan daya tarik agar orang-orang mau
berkunjung ke suatu tempat wisata.
2. Aksesibilitas (accessibilty) Aktivitas kepariwisataan banyak
tergantung pada tarnsportasi dan komunikasi karena faktor jarak
dan waktu yang sangat memengaruhi keinginan seseorang untuk
melakukan perjalanan wisata. Unsur yang terpenting dalam
aksesibilitas adalah transportasi, dengan maksud untuk frekuensi
penggunaannya, kecepatan yang dimiliki dapat mengakibatkan jarak
yang jauh seolah-olah menjadi dekat.

Ekonomi dan Bisnis Wisata


3. Selain transportasi yang berkaitan dengan aksesibilitas adalah
prasarana yang meliputi jalan, jembatan, terminal, stasiun, dan
bandara. Prasarana ini berfungsi untuk menghubungkan suatu
tempat ke tempat lain, keberadaan prasarana transportasi akan
memengaruhi laju tingkat transportasi sendiri. Kondisi prasarana
yang baik akan membuat laju transportasi yang optimal.
4. Fasilitas ( Amenities) Merupakan berbagai fasilitas penunjang para
wisatawan untuk berwisata ke suatu daerah tujuan wisata dengan
kenyamanan dan kepuasan tersendiri. Hal tersebut antara lain
akomodasi yang nyaman, restoran, bar, layanan informasi,
pramuwisata, sikap masyarakat setempat, keamanan dan lain-lain.
Fasilitas ini maksudnya memberikan pelayanan dan menyediakan
sarana yang dibutuhkan para wisatawan. Fasilitas dan pelayanan
yang harus disediakan meliputi fasilitas pelayanan jasa kebutuhan
sehari-hari di kawasan objek wisata.
Faktor pendorong adalah hal atau kondisi yang dapat mendukung atau
menumbuhkan suatu kegiatan, usaha atau produksi (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, online).
Menurut Alghamdi (2007:46), factor-faktor pendorong (push factors) yang
memotivasi wisatawan untuk berwisata terdiri dari,
1. Escape motives (keinginan untuk melarikan diri dari lingkungan atau
rutinitas sehari-hari)
2. Relaxation, (keinginan untuk menyegarkan diri secara mental dan
fisik)
3. Prestige, (martabat,kehormatan, Gengsi)
4. Family and friend togetherness, (keinginan untuk mempererat
kekerabatan)
5. Knowledge, (keinginan wisnus untuk memperoleh/
menambah pengetahuan dan wawasan)
6. Sport motivations,
7. Adventure,(keinginan untuk berpetualang)
8. Enjoying natural resources, (keinginan wisnus untuk menikmati
keindahan alam)
9. Desire for sex,
10.Motivations of alcohol consumption.
Menurut Fandeli (1995) dalam Soebagyo (2012) faktor-faktor yang
mendorong manusia untuk berwisata berikut ini.
3. Keinginan untuk melepaskan diri dari tekanan hidup sehari-
hari di kota, keinginan untuk mengubah suasana dan
memanfaatkan waktu senggang.
– Kemajuan pembangunan dalam bidang komunikasi
transportasi.
– Keinginan untuk melihat dan memperoleh pengalaman-
pengalaman baru mengenai budaya masyarakat dan di
tempat lain.

Ekonomi dan Bisnis Wisata


4. Meningkatnya pendapatan yang dapat memungkinkan
sesorang dapat dengan bebas melakukan perjalanan yang jauh
dari tempat tinggalnya.
Faktor penarik dan pendorong suatu produk wisata (tourism supply side)
yang biasanya berwujud sistem destinasi pariwisata akan terdiri atau
menawarkan paling tidak beberapa komponen pokok berikut ini (Sunaryo,
2013).
1. Daya tarik wisata yang bisa berbasis utama pada alam, budaya atau
minat khusus.
2. Akomodasi atau amenitas, aksesibilitas dan transportasi (udara,
darat, dan laut).
3. Fasilitas umum.
4. Fasilitas pendukung pariwisata.
5. Masyarakat sebagai tuan rumah (host) dari suatu destinasi.
Dewasa ini maupun pada masa yang akan datang, kebutuhan seseorang
untuk berwisata akan terus meningkat. Seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan penduduk dunia maka kebutuhan refreshing akan semakin
meningkat akibat kesibukan kerja.
Spilane (1987) dalam Soebagyo (2012) menjelaskan bahwa faktor
pendorong pengembangan pariwisata Indonesia yaitu:
1. Berkurangnya peranan minyak bumi sebagai sumber devisa negara
jika dibanding dengan waktu lain,
2. Merosotnya nilai ekspor pada sektor nonmigas.
3. Adanya kecenderungan peningatan pariwisata secara konsisten, dan
4. Besarnya potensi yang dimiliki bangsa Indonesia bagi pengembangan
pariwisata.

• DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA


Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang
prospeknya cerah, dan mempunyai potensi serta peluang yang sangat
besar untuk dikembangkan. Peluang tersebut didukung oleh kondisi-
kondisi alamiah seperti: letak dan keadaan geografis (lautan dan daratan
sekitar khatulistiwa), lapisan tanah yang subur dan panoramis (akibat
ekologi geologis), serta berbagai flora dan fauna yang memperkayaisi
daratan dan lautannya.
Bill Faulkner (1996): 5 aspek potensi pariwisata Indonesia:
1. Warisan budaya yang kaya
2. Bentang alam yang indah
3. Letak dekat pasar pertumbuhan Asia
4. Penduduk potensial (jumlah & mampu)
5. Tenaga kerja (jumlah dan murah)

Ekonomi dan Bisnis Wisata


Usaha pengelolaan pariwisata mempunyai pengaruh yang tidak dapat
dihindari sebagai akibat datangnya wisatawan ke suatu wilayah tertentu
yang mempunyai kondisi berbeda dari tempat asal wisatawan tersebut.
Menurut John M. Bryden (1973) dalam Abdurrachmat dan E. Maryani
(1998:79) yang menyebutkan suatu penyelenggaraan kegiatan pariwisata
dan obyek wisata dapatmemberikan setidaknya ada 6 butir dampak
positif, adapun dampak positif tersebut yaitu:
1. Penyumbang devisa negara
2. Menyebarkan pembangunan
3. Menciptakan lapangan kerja
4. Memacu pertumbuhan ekonomi melalui dampak penggandaan
(multiplier effect)
5. Wawasan masyarakat tentang bangsa-bangsa di dunia semakin
luas
6. Mendorong semakin meningkatnya pendidikan dan ketrampilan
penduduk

Abdurrachmat dan E. Maryani (1998:80) menjelaskan pula dampak-


dampak negatifyang timbul dari pariwisata secara ekonomi, yaitu :
1) Semakin ketatnya persaingan harga antar sektor
2) Harga lahan yang semakin tinggi
3) Mendorong timbulnya inflasi

4) Bahaya terhadap ketergantungan yang tinggi dari


negara terhadap pariwisata
5) Meningkatnya kecenderungan impor

6) Menciptakan biaya-biaya yang banyak

• Perubahan sistem nilai dalam moral, etika, kepercayaan, dan tata


pergaulan dalammasyarakat, misalnya mengikis
kehidupan bergotong royong, sopan santun dan lain-lain.
• Memudahkan kegiatan mata-mata dan penyebaran
obat terlarang
1. Dapat meningkatkan pencemaranlingkungan seperti
sampah, vandalisme (corat- coret), rusaknya habitat flora dan
fauna tertentu, polusi air, udara, tanah, dsb.

Ekonomi dan Bisnis Wisata


Menurut Chohen (1984), dampak pariwisata terhadap kehidupan sosial
ekonomi masyarakat lokal dapat dikategorikan menjadi delapan kelompok
yaitu :
1. Dampak terhadap penerimaan devisa.
2. Dampak terhadap pendapatan masyarakat.

3. Dampak terhadap kesempatan kerja.

4. Dampak terhadap harga-harga.

5. Dampak terhadap distribusi.


6. Dampak terhadap kepemilikan dan kontrol.

7. Dampak terhadap pada pembangunan pada umumnya.

8. Dampak terhadap pendapatan pemerintah.

Perkembangan pariwisata yang sangat pesat dan terkosentrasi dapat


menimbulkan berbagai dampak. Secara umum dampak yang ditimbulkan
adalah dampak positif dan dampak negatif.

a. Dampak Positif

Terbukanya lapangan kerja disektor pariwisata


Memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat yang turut serta
memberikan pelayanan kepada para wisatawan yang memerlukan
jasanya.
Pemerintah mendapat penghasilan berupa pajak penghasilan dan
pajak perusahaan atau uang asing yang dibelanjakan oleh
wisatawan mancanegara.
Mendorong pembangunan di daerah berupa perbaikan sarana dan
prasarana dilingkungan daerah karena pemerintah mendapat
income yang dapat digunakan untuk sarana dan prasarana yang
kurang memadai.
Masyarakat menjadi lebih ingin mempelajari budaya serta adat
istiadat
agar bisa disajikan pada wisatawan dan dapat menjadikan obyek
wisata itu menjadi lebih menarik karena atraksi budaya yang
disuguhkan lebih variatif.

Ekonomi dan Bisnis Wisata


Masyarakat bisa menguasai beberapa bahasa asing agar
bisa berkomunikasi dengan wisatawan asing guna
menambah pengetahuan dan pengalaman. Tidakhanya itu, masyarakat
juga dapat mengambil keuntungan agar wisatawan lebihakrab dalam
suasana kekeluargaan. Dikenalnya kebudayaan setempat oleh
wisatawan
Berbagai sumber daya yang ada digunakan secara optimal sehingga
dapat menumbuhkan rasa untuk mencintai potensi sumber daya kita
sendiri.
b. Sedangkan dampak negatifnya dari pariwisata tersebut akan
menyebabkan;
1. terjadinya tekanan tambahan penduduk akibat pendatang baru dari
luar daerah;
2. timbulnya komersialisasi;
3. berkembangnya pola hidup konsumtif;
4. terganggunya lingkungan;
5. semakin terbatasnya lahan pertanian;
6. pencemaran budaya (yang mencakup nilai-nilai,kepercayaan, perilaku,
kebiasaan, moral, seni, hukum, dan sejarah masyarakat); dan
7. terdesaknya masyarakat setempat (Spillane,1989:47).

Ekonomi dan Bisnis Wisata

Anda mungkin juga menyukai