Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 1 Nomor 2, April 2013 43

PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA DAERAH


KABUPATEN SUMBAWA

Oleh: Suprianto

ABSTRAKSI

Penelitian ini mencoba mengkaji upaya pengembangan potensi pariwisata


daerah Kabupaten Sumbawa. Metode analisis yang digunakan dalam analisis
SWOT, yaitu dengan melihat kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang
(opportunities), ancaman (threats) kepariwisataan di Kabupaten Sumbawa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Kabupaten Sumbawa
memiliki potensi pariwisata yang sangat besar terutama dilihat dari segi obyek
wisata, yang terdiri dari obyek wisata alam dan wisata budaya namun belum
mampu dioptimal pengembangannya sehingga belum memiliki nilai jual yang
potensial. Untuk menunjang potensi pariwisata di Kabupaten Sumbawa,
pemerintah daerah dengan segenap masyarakat harus menyediakan dan
mengembangkan berbagai amenitas (sarana penunjang) pariwisata yang dapat
memberikan kenyamanan kepada wisatawan yang berkunjung ke berbagai obyek
dan daya tarik wisata yang terdapat di Kabupaten Sumbawa.

Kata kunci : Potensi Pariwisata, SWOT

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± 18.110
pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Pembangunan
kepariwisataan di Indonesia yang sedang digalakkan dewasa ini merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional. Pariwisata juga merupakan suatu
komponen dari pola pengembangan dan pengembangan ekonomi suatu daerah,
sehingga perencanaan dan pengembangan pariwisata harus selaras dengan
perencanaan dan pembangunan daerah secara keseluruhan.
Kepariwisataan yang didasarkan dari Undang-undang Nomor 9 Tahun
1990 pada Bab I Pasal 1, menegaskan bahwa kepariwisataan diarahkan pada
hubungan yang relative baik dalam penyelenggaraan pariwisata. Artinya, semua
kegiatan dan urusan yang adakaitannya dengan perencanaan, pengaturan,
pelaksanaan, pengawasan pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah, maupun pihak swasta dan masyarakat.
Seiring dengan fenomena diatas ada upaya yang diinginkan oleh
pemerintah daerah dalam meningkatkan peran sektor pariwisata yakni dengan
mempihak ketigakan sektor ini dalam artian pemerintah berupaya untuk melihat
untung dan ruginya ketika pengelolaannya semua di swastanisasikan. Hal menarik
jika keuntungan yang diperoleh setelah dilakukan pengkajian dan pendalaman
analisis potensi terhadap semua komponen yang menjadi sumber pendapatan yang

Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik FE. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 1 Nomor 2, April 2013 44

signifikan memperkuat basis sektor pariwisata, maka tidak ada alas an bagi
pemerintah untuk tidak mempihak ketigakan, karena ketika direfleksikan dengan
kebijakan yang telah dilaksanakan di Pulau Dewata Bali kecendrungan yang
terjadi adalah memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk berpartisipasi
dalam meningkatkan pendapatan daerah di kawasan pariwisata tersebut yang
tentunya dilaksanakan dan disesuaikan dengan kearifan local dengan
keanekaragaman karakteristik yang dimiliki daerah tersebut.
Kabupaten Sumbawa dalam hal ini belum melakukan kebijakan
sebagaimana yang telah dilakukan oleh pulau atau kabupaten yang lainnya dan
sekarang akan menuju ke arah sana. Untuk itu, penulis merasa tertarik untuk
mengkaji berbagai persolan tentang sektor pariwisata di Kabupaten Sumbawa
sebagai upaya pengembangan potensi pariwisata daerah Kabupaten Sumbawa.

1.2. RumusanMasalah
Berdasarkan berbagai macam masalah yang dimunculkan di sektor
pariwisata tersebut maka perlu dilakukan pemilahan masalah yang dirasakan
relevan untuk dikaji. Adapun permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini
adalah:
1. Faktor apakah yang menjadi penghambat pengembangan pariwisata di
Kabupaten Sumbawa?
2. Faktor apakah yang menjadi pendukung pengembangan pariwisata di
Kabupaten Sumbawa?
3. Langkah-langkah atau strategi apa yang dapat dilakukan untuk
pengembangan pariwisata di Kabupaten Sumbawa?

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui faktor yang menjadi penghambat pengembangan pariwisata
di Kabupaten Sumbawa.
2. Untuk mengetahui faktor yang menjadi pendukung pengembangan pariwisata
di Kabupaten Sumbawa.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah atau strategi apa yang dapat dilakukan
untuk pengembangan pariwisata di Kabupaten Sumbawa.

II. Tinjauan Pustaka


2.1. Konsep Tentang Potensi Dan Daya Tarik Wisata
Pendit (1999: 21) menerangkan bahwa potensi wisata adalah berbagai
sumber daya yang terdapat di sebuah daerah tertentu yang bisa dikembangkan
menjadi atraksi wisata. Dengan kata lain, potensi wisata adalah berbagai sumber
daya yang dimiliki oleh suatu tempat dan dapat dikembangkan menjadi suatu
atraksi wisata (tourist attraction) yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi
dengan tetap memperhatikan aspek-aspek lainnya.
Pengertian Daya Tarik Wisata menurut Undang-undang Republik
Indonesia No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I, pasal 5, menyebutkan
sebagai berikut ”daya tarik wisata” adalah segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayan alam, budaya

Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik FE. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 1 Nomor 2, April 2013 45

dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
wisatawan.Sementara dalam Bab I, pasal 10, disebutkan kawasan strategis
pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau
memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh
penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan
budaya, pemberdayan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta
pertahanan dan kemanan.

2.2. Konsep Wisatawan


Dalam kegiatan kepariwisataan, masalah wisatawan tidak bisa diabaikan
begitu saja. Hal ini disebabkan oleh wisatawan itu sendiri merupakan salah satu
unsur yang terpenting dalam kegiatan industri kepariwisataan. Oleh karena itu
berhasil tidaknya pengembangan pariwisata di suatu daerah tergantung dari
jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut.
Menurut International Union Official Trafel Organization (IUOTO) yang
dikutip Yoeti (1994 : 123) menyatakan bahwa : Wisatawan adalah orang yang
berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain, dan berdiam
di tempat itu lebih dari 24 jam atau kurang. Sementara itu GA. Schmoll yang
dikutip Yoeti (1994: 122) memberikan batasan tentang wisatawan sebagai berikut:
“Wisatawan adalah individu atau kelompok individu yang mempertimbangkan
atau sudah memerlukan tenaga beli yang dimilikinya untuk perjalanan rekreasi
atau berlibur, yang tertarik pada perjalanan yang pernah dilakukan, terhadap
perjalanan yang diberikan oleh suatu daerah tujuan wisata”.
Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah
diberikan ciri tentang seseorang itu dapat dikatakan sebagai wisatawan yaitu:
1. Perjalanan itu dilakukan lebih dari 24 jam
2. Perjalanan itu dilakukan hanya untuk sementara waktu
3. Orang yang melakukannya tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjungi.
Dapat dikatakan bila sudah mempunyai syarat tersebut di atas dapat
dikatakan sebagai wisatawan. Pada dasarnya apapun motivasi orang itu untuk
menjalankan perjalanan wisata ke suatu tempat akan menimbulkan kebutuhan
yang mau tidak mau harus dipertimbangkan, antara lain : daya tarik obyek wisata,
fasilitas akomodasi, fasilitas transportasi, keamanan, dan lain sebagainya. Hal
tersebut merupakan sarana dan prasarana pariwisata yang harus tersedia atau
disiapkan terlebih dahulu, sebelum kita mempromosikan sebagai tujuan wisata.

2.3. Obyek Wisata


Obyek wisata dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur pokok
pembangunan pariwisata. Obyek dan daya tarik wisata dapat berupa alam,
budaya, tata hidup dan sebagainya yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi
atau segala sesuatu yang menjadi sasaran bagi wisatawan. Menurut Musanef
(1995: 190), bahwa yang dimaksud dengan obyek wisata adalah segala tempat
atau keadaan alam yang memiliki suatu daya tarik wisata yang dibangun dan
dikembangkan, sehingga mempunyai daya tarik wisata, dan dikembangkan
sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan. dalam Undang-undang Nomor 9

Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik FE. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 1 Nomor 2, April 2013 46

tahun 1990, tentang kepariwisataan (Bab IV pasal 4) disebutkan bahwa obyek dan
daya tarik wisata terdiri atas:
1. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud
keadaan alam serta flora dan fauna.
2. Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia, berupa museum,
peninggalan sejarah, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan
alam, taman rekreasi, dan tempat hiburan.

2.4. Pengembangan Pariwisata


Pengembangan Pariwisata sebagai suatu industri perlu di pertimbangkan
dari berbagai macam segi, karena pariwisa sebagai suatu industri tidak berdiri
sendiri, tetapi berkaitan erat dengan sektor ekonomi, sosial dan budaya yang hidup
dalam masyarakat. Pengembangan pariwisata hendaknya sejalan dengan sasaran
yang hendak dicapai.
Secara teoritis ada 3 (tiga) tahap pengembangan pariwisata yaitu:
1. Tahap penemuan
Pada tahap ini daerah tujuan wisata ditemukan oleh sejumlah orang sebagai
kawasan wisata baru.
2. Tahap tanggapan dan inisiatif masyarakat lokal
Tahapan ini terjadi berkat promosi dari wisatawan, baik secara langsung
maupun tidak langung, sehingga daerah kawasan wisata tersebut menjadi
terkenal.
3. Tahap institusionalisasi
Tahap ini terjadi akibat semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung ke
daerah tujuan wisata. Pada tahap ini berbagai dampak yang secara kesat tentu
akan bermunculan, baik yang positif maupun yang negatif.

2.5. Kerangka Konseptual


POTENSI ARIWISATA

FAKTOR PENGHAMBAT FAKTOR PENDUKUNG


PENGEMBANGAN PARIWISATA PENGEMBANGAN PARIWISATA

STRATEGI/LANGKAH-LANGKAH
PENGEMBANGAN PARIWISATA

Gambar 1. Kerangka Konseptual

Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik FE. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 1 Nomor 2, April 2013 47

III. METODELOGI PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sugiyono (2009: 1-2)
menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Obyek yang alamiah
adalah obyek yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi
pada saat peneliti memasuki obyek, setelah berada di obyek, dan setelah keluar
dari obyek relatif tidak berubah. Dalam penelitian ini, yang menjadi obyek
penelitian adalah potensi pariwisata Kabupaten Sumbawa.

3.2. Jenis dan Sumber Data


3.2.1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Menurut
Sugiyono (2007: 14-15), data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, kata
atau gambar. Data kualitatif dalam penelitian ini meliputi data obyek wisata yang
menjadi potensi pariwisata di Kabupaten Sumbawa dan data tentang faktor-faktor
pendukung dan penghambat pengembangan pariwisata di Kabupaten Sumbawa
serta data tentang langkah-langkah untuk mengembangkan potensi pariwisata di
Kabupaten Sumbawa.

3.2.2. Sumber Data


Adapun sumber data dalam penelitian adalah sumber primer dan sumber
sekunder. Menurut Sugiyono (2009: 62), sumber primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

3.3. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Metode pencatatan, adalah dengan cara mencatat data yang sudah tersedia di
sumber-sumber data (Rianse dan Abdi, 2008: 213). Dalam penelitian ini
metode pencatatan digunakan untuk mengumpulkan data obyek wisata yang
menjadi potensi pariwisata Kabupaten Sumbawa.
2) Wawancara, adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu (Esterberg, 2002 dalam Sugiyono, 2009: 72). Dalam
penelitian ini metode pencatatan digunakan untuk mengumpulkan data tentang
faktor pendukung dan penghambat serta langkah-langkah dalam
pengembangan potensi pariwisata Kabupaten Sumbawa.

3.4. Teknik Analisis


Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
SWOT. Analisis SWOT adalah singkatan dari Bahasa Inggris dari strengths,
weaknesses, opportunities, and threats adalah metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman

Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik FE. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 1 Nomor 2, April 2013 48

dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan
tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor
internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak mendukung dalam
mencapai tujuan tertentu.
Konteks Pariwisata dalam analisa SWOT dapat diartikan bahwa
Pemerintah Daerah dievaluasi dalam hal: Strength (Kekuatan), Weaknesses
(Kelemahan), Opportunities (Peluang), dan Threats (Ancaman). Jika dalam
analisa ini ditemukan kelemahan atau ancaman, yang seharusnya dilakukan adalah
bagaimana mengubahnya menjadi kekuatan atau peluang. Hal – hal yang perlu
diperhatikan dalam analisa SWOT adalah:
1. Kekuatan: kekuatan suatu obyek wisata untuk mencapai tujuan.
a) Knowledge atau kepakaran yang dimiliki
b) Tempat wisata baru atau pelayanan yang unik
c) Lokasi obyek wisata berada
d) Kualitas obyek wisata
2. Kelemahan: kelemahan obyek wisata perlu diminimalkan untuk
mencapai tujuan.
a) Kurangnya promosi
b) Lokasi obyek wisata yang terpencil
c) Kualitas sarana dan prasarana yang jelek
3. Peluang: kondisi eksternal yang membantu untuk mencapai tujuan.
a) Obyek wisata yang menarik
b) Adanya pasar internasional bagi pemasaran pariwisata
c) Pasar yang luang karena kompetitor yang masih belum sanggup
memenuhi permintaan wisatawan
4. Ancaman: kondisi eksternal yang bisa merusak tujuan.
a) Persaingan harga dengan kompetitor
b) Kompetitor mengeluarkan produk baru yang inovatif
c) Diperkenalkannya pajak yang tinggi.

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN


4.1. Potensi Obyek Pariwisata di Kabupaten Sumbawa
Tanah Samawa mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan
pariwisata, terutama karena keindahan pantai nya dan pengembangan bawah laut
dengan berbagai ragam ekosistem terumbu karangnya serta kondisi ombak yang
ideal untuk berselancar. Letak Kabupaten Sumbawa yang ikut strategis dan situasi
lokasi yang berdekatan dengan Pulau Bali dan Pulau Lombok sebagai pusat
wisata Indonesia, maka kawasan wisata di wilayah Tanah Samawa ini dapat
mandayagunakan potensi wisatanya, agar mampu menarik wisatawan yang
berkunjung ke Pulau Bali dan Pulau Lombok untuk menambah waktu liburnya
untuk berkunjung ke Tanah Samawa.
Obyek wisata yang menjadi potensi pariwisata yang dimiliki oleh
Kabupaten Sumbawa antara lain adalah sebagai berikut:
a. Objek Wisata Alam
Kabupaten Sumbawa menyimpan potensi wisata alam yang sangat
menjanjikan terutama keindahan panorama alam laut yang dimilikinya. Berbagai

Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik FE. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 1 Nomor 2, April 2013 49

macam aktifitas pariwisata yang dapat dijual melalui kegiatan wisata alam laut ini
misalnya snorkeling, diving, surving, dan fishing. Adanya taman nasional Pulau
Moyo dan beberapa kawasan konservasi karang dan mangrove di Pulau Rakit dan
Pulau Ngali juga dapat diberdayakan sebagai aset untuk kegiatan pariwisata.
Keindahan dan panorama alam yang dimiliki Kabupaten Sumbawa tidak kalah
jika dibandingkan daerah tujuan wisata lainnya seperti Pulau Bali dan Pulau
Lombok. Letaknya yang strategis yaitu tepat pada pada lingkaran emas pariwisata
Pulau Bali, Pulau Lombok, Pulau Komodo, dan Tanah Toraja memungkinkan
daerah ini dikembangkan sebagai salah satu tujuan wisata khususnya wisata
bahari di Indonesia.
Secara khusus, potensi wisata alam di kabupaten Sumbawa cukup tinggi
karena ditunjang oleh keindahan lingkungan alam dan sumberdaya alam yang
melimpah. Secara umum dapat dikatakan bahwa obyek pariwisata yang banyak
terdapat merupakan obyek daya tarik alam, khususnya daya tarik alam laut dan
pantai (wisata bahari) yang seringkali digunakan untuk tempat rekreasi, edukasi,
tempat berolah raga dan tempat bertamasya.
Berikut beberapa objek wisata alam yang dapat ada di Kabupaten
Sumbawa diantaranya:
(1) Pantai Ai Manis
Terletak di daratan pulau Moyo yang berpasir putih dan pemandangan
bawah laut dengan terumbu karang dan ikan tropikalnya yang menawan serta
hutan tropis yang ada disekitarnya menjadikan. Ai Manis sangat cocok bagi
kegiatan camping, Snorkling, dan sebagainya. Dari Ai manis dapat disaksikan
tenggelamnya matahari (Sunset). Jalan-jalan di hutan tropis sekitar Ai Manis akan
tersaji secara alami flora dan fauna seperti rusa, sapi liar, Babi hutan, burung
koakkao, kakatua dan burung gosong yang dilindung. Tidak jauh dari Ai Manis
terdapat gua kelelawar. Ai Manis dapat ditempuh lebih kurang 30 menit dengan
speed boat dari Ai Bari kecamatan Moyo Hilir.

(2) Pantai Seliper Ate


Saliper berarti pelipur/penenang/penyejuk. Ate berarti hati. Sesuai dengan
namanya pantai Saliper Ate berarti pantai yang dapat menenangkan/ menyejukan
hati pengunjungnya. Terletak sekitar 5 Km kearah barat kota Sumbawa Besar,
lokasinya mudah dijangkau dengan transportasi darat (bemo kota). Sebelum
pariwisata berkembang pantai Saliper Ate merupakan satu-satunya tempat
rekreasi masyarakat Sumbawa.

(3) Pantai Kencana


Pantai Kencana yang jaraknya sekitar 11 Km dari Kota Sumbawa Besar
merupakan pantai yang cukup menawan. Dengan bentuk pantai yang melengkung
dan dikedua ujung lengkungannya masing-masing mempunyai rona tersendiri.
Terutama dilengkungan bagian kanannya berdiri batu karang berbentuk alami
dengan bolongannya yang setiap saat dicium ombak. Disekitar pantai juga tersedia
fasilitas-fasilitas wisata berupa cottage dengan bentuk bangunan khas daerah
Sumbawa.

Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik FE. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 1 Nomor 2, April 2013 50

(4) Pulau Bedil dan Keramat


Kawasan ini, hampir setiap minggu didatangi turis dari berbagai belahan
dunia, seperti Jerman, Polandia, Jepang, Belanda juga turis dari daerah luar
negeri lainnya.

(5) Teluk Saleh (Saleh Bay)


Merupakan gugusan berpasir putih dengan koralnya yang indah dan
beranekan ragam ikan hias dengan airnya yang tenang, sangat cocok sebagai
tempat berenang, dan menyelam untuk melihat pemandangan bawah laut. Teluk
Saleh merupakan perairan yang kaya dengan aneka ikan laut seperti ikan kerapu
yang hasilnya telah diekspor ke berbagai negara antara lain Jepang, Hongkong
dan Singapura. Dari Teluk Saleh ini tampak jelas Gunung Tambora yang
mempunyai kawah (Caldera) terluas di dunia.

(6) Pulau Bungin


Pulau ini merupakan pulau terpadat di dunia, karena kepadatan
penduduknya mencapai +14.000 jiwa/km. Dikenal juga sangat aman karena
sejauh ini kehidupan masyarakatnya selalu aman dan damai. Di pulau ini tidak
akan ditemui lahan pertanian, perkebunan maupun peternakan. Lahan-lahan yang
ada dimanfaatkan untuk membangun rumah tinggal. Untuk membangun rumah
baru, mereka harus bergotong royong dengan cara menyusun batu karang yang
telah dikumpulkan sebelumya. Ketiadaan lahan di atas membawa keunikan
tersendiri, karena ternak (kambing) penduduk pulau ini tidak hanya memakan
dedaunan, tetapi juga kertas, ikan laut, dan kain-kain baju yang telah robek.
Keunikan lain dari pulau ini adalah bahwasanya yang mendiami Pulau ini adalah
suku bugis dan mandar (sulawesi) yang merupakan suku pendatang dan sudah
puluhan atau bahkan ratusan tahun di sini. Penduduk di pulau ini sebagian besar
bahkan mungkin sepenuhnya berprofesi sebagi nelayan. Bungin masih berada
dalam wilayah kecamatan Alas atau + 70 km dari kota Sumbawa besar. Untuk
mencapai pulau ini tersedia perahu motor yang hilir mudik antara pulau Bungin
dan Dermaga Alas atau melalui darat dengan kendaraan bermotor.

(7) Pulau Kaung (Kaung Island)


Sebuah pulau yang merupakan perkampungan nelayan letaknya tidak
terlalu jauh dari pulau Bungin. Untuk mencapai pulau ini tidak lagi menyebrangi
laut, namun dapat dilalui lewat darat dengan mempergunakan kendaraan bermotor
dan naik dokar. Kerajinan rakyat yang terbuat dari kerang-kerangan dapat ditemui
di pulau ini.

(8) Pantai Tanjung Menangis


Wilayah ini memiliki nilai historis yang tinggi. Tentang cerita seorang putri
yang menangis meratapi kepergian sang kekasih, sehingga pantai ini di namakan
Tanjung Menangis. Wilayah ini cukup luas untuk dikembangkan. Luasnya lebih
kurang 2.500 Ha, panjang garis pantai ±14 km dan hanya berjarak 7 km dari kota
Sumbawa Besar. Masuk ke dalam wilayah Kelurahan Brangbiji Kecamatan
Sumbawa. Sangat dekat dengan P. Moyo (yang sudah terkenal ke seluruh penjuru

Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik FE. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 1 Nomor 2, April 2013 51

dunia) dan bila cuaca cerah, kita dapat menyaksikan sunset dan keindahan
Gunung Rinjani dari sini. Kondisi eksisting saat ini, lahan dikuasai oleh
masyarakat dan dimanfaatkan sebagian untuk pertanian (jagung, kacang tanah,
kacang hijau, dll) dan sebagian lagi belum termanfaatkan. Dari persfektif rencana
tata ruang, kawasan ini di arahkan untuk kawasan pengembangan pariwisata.

b. Obyek Wisata Budaya


(1) Sentra Kerajinan Logam (Pandai Besi)
Sentra kerajinan ini merupakan salah satu industri kerajinan rakyat yang
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Pusat kerajinan
ini terletak di Desa Leseng Kecamatan Moyo Hulu Kabupaten Sumbawa atau
lebih tepatnya di Dusun Talwa. Dusun Talwa merupakan dusun pandai besi
(Black Smith) yang tetap mempertahankan sifat tradisionalnya yang kental dalam
pembuatan pisau, parang, cangkul, tembilang, dan sebagainya. Dusun Talwa yang
oleh para wisatawan dijuluki sebagai Blingin Jerman ini terletak di Kecamatan
Moyo Hulu, berjarak 14 km dari kota Sumbawa Besar.
Produk kerajinan yang dihasilkan dengan menggunakan bahan dasar
berupa besi antara lain berupa alat-alat pertanian seperti parang, serta barang-
barang sejenisnya yang memiliki nilai seni yang tinggi, misalnya pedang, golok,
badik, dan sebagainya. Kerajinan besi yang dihasilkan di desa ini memiliki pasar
yang relatif terbatas yakni hanya mampu memenuhi pasar regional (wilayah
Kabupaten Sumbawa). Dalam hal penyerapan tenaga kerja, sentra kerajinan besi
di Dusun Leseng ini telah mempekerjakan tenaga kerja yang berasal dari
masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan kerajinan ini dikerjakan oleh orang-
orang yang masih memiliki hubungan kekerabatan atau keluarga di antara mereka.

(2) Istana Dalam Loka


Istana Dalam Loka terdapat di Kelurahan Pekat Kecamatan Sumbawa
Kabupaten Sumbawa. Istana tersebut merupakan peninggalan sejarah kerajaan
Sumbawa. Berbagai barang-barang bersejarah peninggalan raja-raja Sumbawa
masih tersimpan di dalam Istana Dalam Loka tersebut. Istana Dalam Loka
merupakan rumah kuno terbuat dari kayu yang dibangun pada masa pemerintahan
Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III (sekitar tahun 1885 M). Saat ini
digunakan/dimanfaatkan sebagai "Museum Daerah Sumbawa" tempat
penyimpanan benda-benda sejarah Kabupaten Sumbawa. Istana ini merupakan
dua bangunan kembar ditopang atas tiang kayu besar sebanyak 99 buah, sesuai
dengan sifat Allah dalam Al-Qur'an (Asma'ul Husna). Di Dalam Loka ini kita
dapat melihat ukiran motif khas daerah Samawa, sebagai ornamen pada kayu
bangunannya. Sebelum Dalam Loka dibangun di atas lokasi yang sama pernah
dibangun pula beberapa istana kerajaan pendahulu. Diantaranya Istana Bala
Balong, Istana Bala Sawo dan Istana Gunung Setia. Istana-istana ini telah lapuk
dimakan usia bahkan diantaranya ada yang terbakar habis di makan api.
Sebagai gantinya, dibangunlah sebuah istana kerajaan yang cukup besar
ukurannya beratap kembar serta dilengkapi dengan berbagai atribut. Istana yang
dibangun terakhir ini bernama Dalam Loka. Tidak jauh dari Istana Tua, sekitar
500 meter kearah utara pada tahun 1934 dibangun sebuah istana modern oleh

Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik FE. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 1 Nomor 2, April 2013 52

Belanda. Hingga kini istana yang lebih populer disebut Wisma Praja atau Pendopo
Kabupaten itu masih berdiri kokoh. Wisma Praja ini sempat menjadi kantor
terakhir Sultan Sumbawa, dibagian depannya ada sebuah bangunan bertingkat tiga
yang juga sangat unik. Bangunan ini dikenal dengan "Bale Jam" atau rumah
lonceng, karena dilantai 3 bagunan ini tergantung lonceng berukuran besar yang
khusus didatangkan dari Belanda. Genta ini setiap waktu dibunyikan oleh seorang
petugas, sehingga semua warga mengetahui waktu saat itu. Sekarang tidak lagi
terdengar suara lonceng, Setelah itu keluarga Sultan Kaharuddin III pindah ke
Bala Kuning, ini adalah sebuah rumah besar bercat kuning didiami sultan
Sumbawa hingga beliau wafat.

(3) Wisma Praja / Wisma Daerah (Goverment House)


Merupakan Istana bangunan Belanda pada tahun 1932, tempat sebagai
kediaman terakhir Sultan Kaharuddin III, melakukan kegiatan pemerintahan.
Sekarang digunakan sebagai tempat penerimaan tamu – tamu agung dan kegiatan
– kegiatan upacara / resepsi yang bersifat formal, serta pertemuan kepemerintahan
lainnya.

(4) Bala Kuning (The Yellow House)


Bala kuning merupakan rumah tempat tinggal keluarga Sultan yang
terakhir. Di sini dapat dijumpai benda-benda magis kerajaan, seperti : Bodong,
Sarpedang, Payung Kamutar, Tear (tombak /lembing), Keris, Qur’an tulisan
tangan oleh Muhammad Ibnu Abdullah Al-Jawi (+/- Tahun 1784) pada saat
Pemerintahan Sultan Harrunnurrasyid II (1770 – 1790), yang selalu terpelihara
dengan baik.

(5) Dusun Pamulung


Salah satu dusun yang termasuk dalam Wilayah Desa Karang Dima
Kecamatan Labuan Badas, terletak sekitar 8 km dari kota Sumbawa Besar. Dusun
ini merupakan lokasi desa wisata, karena di desa tersebut dapat disaksikan
berbagai atraksi budaya daerah, seperti Karaci, Barapan Kebo, Tari-tarian
tradisional serta musik tradisional.

(6) Desa Tepal


Desa tradisional yang terletak + 37 km dari pusat kota, masuk dalam
wilayah Kecamatan Batu Lanteh. Desa ini dapat ditempuh dengan berjalan kaki
atau dengan berkuda. Desa Tepal menyimpan banyak budaya tradisional , karena
masyarakatnya masih memegang teguh adat istiadat dan Budaya Samawa. Ini
dapat dilihat dari cara berpakaian, cara hidup dan bentuk rumah yang unik,
sehingga desa ini disebut juga Desa Adat.

(7) Desa Poto


Salah satu desa di Kabupaten Sumbawa yang tetap memelihara kelestarian
budaya daerah seperti tenunan tradisional, pembuatan gerabah dan atraksi
permainan rakyat seperti pacuan kuda, karapan kerbau. Desa Poto yang letaknya
di Kecamatan Moyo Hilir kira-kira 13 km dari kota Sumbawa besar dapat

Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik FE. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 1 Nomor 2, April 2013 53

dijangkau dengan sarana transportasi darat yang senantiasa melayani trayek


tersebut setiap hari.

(8) Pulau Bungin


Lazimnya disebut sebagai pulau terpadat di dunia, karena kepadatan
penduduknya +14.000 jiwa/km persegi. Dikenal juga sangat aman karena sejauh
ini kehidupan masyarakatnya selalu rukun dan damai. Di pulau ini tidak akan
ditemui lahan pertanian, perkebunan maupun peternakan. Lahan-lahan yang ada
dimanfaatkan untuk membangun runah tinggal. Untuk membangun rumah baru,
mereka harus bergotong royong dengan cara menyusun batu karang yang telah
dikumpulkan sebelumya. Ketiadaan lahan di atas membawa keunikan tersendiri,
karena ternak kambing milik penduduk setempat tidak hanya memakan
dedaunan, tetapi juga kertas, ikan laut, dan kain-kain baju yang telah robek. Pulau
Bungin masih berada dalam wilayah Kecamatan Alas atau + 70 km dari kota
Sumbawa besar. Untuk mencapai pulau ini tersedia perahu motor yang hilir mudik
antara pulau Bungin dan Dermaga Alas atau melalui darat dengan kendaraan
bermotor.

(9) Pulau Kaung (Kaung Island)


Salah satu pulau perkampungan nelayan yang letaknya tidak terlalu jauh
dari pulau Bungin. Untuk mencapai pulau ini tidak lagi menyebrangi laut,
melainkan dapat dilalui lewat darat dengan mempergunakan kendaraan bermotor
maupun naik dokar. Kerajinan rakyat yang terbuat dari kerang-kerangan dapat
ditemui di pulau ini.

(10) Sarkopagus
Sekelompok orang Austronesia tiba di Pulau Sumbawa tepatnya di
wilayah Kecamatan Moyo Hulu sekarang sekitar 2000 tahun sebelum masehi.
Mereka hidup menetap dan membangun peradapan megalitikum yang hingga kini
masih tersisa peninggalannya berupa sarkopagus/sarcophagus (peti batu).
Sarkopagus-sarkopagus ini masih dalam bentuk aslinya, walaupun terdapat
beberapa bagian yang rusak atau hilang akibat pengaruh alam. Memiliki nilai
sejarah/arkeologi yang sangat tinggi karena telah berumur lebih dari 2200 tahun,
dan tergolong benda peninggalan arkeologi yang sangat langka. Di kecamatan ini
terdapat lima situs purbakala yaitu Situs Aik Renung (memiliki lima lokasi
sarkopagus), Situs Raboran, Situs Tarakin I dan II serta Situs Lutuk Batu Peti.

4.2. Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Mengembangkan Potensi


Pariwisata di Kabupaten Sumbawa
Berbicara tentang potensi pariwisata Sumbawa, Naziruddin (Kepala Dinas
Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumbawa)
mengungkapkan bahwa dari hasil konsultasi dengan konsultan, Kabupaten
Sumbawa memiliki potensi pariwisata luar biasa. Hanya saja penangannya yang
belum luar biasa. Seperti halnya pesona Tanjung Pasir di Pulau Moyo dengan
leluasa dapat melihat sunset. Demikian pula bila memandang matahari terbit dari

Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik FE. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 1 Nomor 2, April 2013 54

Tambora akan terlihat kapal pesiar dari Maroko yang melintas dari pulau Komodo
dalam perjalanan menuju Benoa Bali.
Menurut Naziruddin, persoalan klasik terkait potensi pariwisata di
Sumbawa adalah pemasaran. Lebih jauh dijelaskan Naziruddin, bahwa pariwisata
tidak berdiri sendiri, melainkan harus melibatkan banyak sektor, baik teknis di
lapangan maupun kebijakan. Ia menyebutkan beberapa kendala yang dihadapi
dalam meningkatkan potensi pariwisata di Kabupaten Sumbawa, di antaranya,
belum mampu menjual potensi, banyak potensi tetapi modal masih kurang dan
sebagainya.

a. Faktor-faktor penghambat dalam mengembangkan potensi Pariwisata


Pedesaan di Kabupaten Sumbawa
Beberapa hambatan yang dihadapi dalam meningkatkan kualitas kepariwisataan
Kabupaten Sumbawa adalah:
(1) Belum adanya perencanaan dan penataan obyek pariwisata Kabupaten
Sumbawa yang sedemikan rupa sehingga belum mempunyai nilai jual yang
potensial, misalnya obyek wisata pantai Tanjung Menangis yang belum
mendapatkan perhatian dari Pemerintah baik dari segi sarana dan prasarana
untuk mencapi lokasi ataupun penataan obyek wisata untuk jangka panjang
sehingga mampu menarik wisatawan.
(2) Kondisi infrastruktur penunjang seperti kondisi jalan raya, akses tranportasi
udara dan faktor penunjang lainnya di Sumbawa relatif jauh lebih buruk jika
dibandingkan dengan daerah pariwisata lainnya seperti Bali dan Lombok.
Contohnya potensi pariwisata di Batu Lanteh dan Batu Rotok dapat dijual,
namun kendalanya infrastruktur jalan di wilayah itu sangat buruk. Begitu pula
dengan akses transportasi udara, juga masih menjadi bagian dari faktor
penghambat datangnya wisatawan ke Sumbawa.
(3) Pengaruh watak masyarakat yang sulit untuk diminta berinisiatif, kreatif dan
inovatif dalam mengembangkan pariwisata di Sumbawa, sehingga peran
pemerintah sangat penting sebagai motivator dan fasilitator.

b. Faktor-faktor pendukung dalam mengembangkan potensi Pariwisata


di Kabupaten Sumbawa adalah sebagai berikut :
(1) Di Kabupaten Sumbawa masih mempunyai banyak potensi sumber daya
yang belum digali dan diidentifikasi serta dieksplorasi, yang dapat
dikembangkan sebagai obyek dan daya tarik wisata.
(2) Adanya kebijakan nasional di mana di dalam master plan percepatan ekonomi
Indonesia, Propinsi NTB masuk dalam koridor V, terdiri dari Bali, NTB dan
NTT. Ada 2 peran yang harus dimainkan di dalam Koridor V, yakni sebagai
penyanggah pangan nasional dan sebagai pintu gerbang pariwisata nasional.
(3) Adanya perhatian dari Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB),
terutama melalui Dinas Pariwisata Propinsi Nusa Tenggara Barat terhadap
upaya pengembangan potensi pariwisata di Kabupaten Sumbawa, yang antara
lain melalui program Visit Lombok-Sumbawa 2012.

Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik FE. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 1 Nomor 2, April 2013 55

(4) Adanya perhatian dari Pemerintah Kabupaten Sumbawa dalam rangka


pengembangan potensi dan sumber daya daerah untuk dijadikan atraksi
(obyek dan daya tarik) wisata guna melayani keinginan wisatawan.

4.3. Analisis SWOT


Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui secara rinci potensi
pariwisata Kabupaten Sumbawa baik berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman. Berdasarkan hasil indentifikasi obyek pariwisata dan faktor penghambat
maupun pendukung pariwisata Kabupaten Sumbawa, maka dalat disajikan hasil
analisis SWOT dapat disajikan sebagai berikut:
1. Strenghts (Kekuatan)
a. Memiliki potensi alam/wisata yang besar. Misalnya Pulau Moyo, Pantai Ai
Manis, Pantai Saliper Ate, Pantai Kencana, Pulau Bedil dan Keramat, Teluk
Saleh, Pulau Bungin, Pulau Kaung, Pantai Tanjung Menangis dan lain-lain.
b. Memiliki seni budaya, tradisi yang beraneka ragam dan peninggalan sejarah
serta atraksi wisata. Misalnya seni kerajinan logam (pandai besi) di Desa
Leseng (Dusun Talwa) Kecamatan Moyo Hulu, seni kerajinan kerang di
Pulau Kaung, peninggalan sejarah Istana Dalam Loka, Wisma Praja/Wisma
Daerah, Bala Kuning, Sarkopagus di Batu Tering, atraksi Karaci, Barapan
Kebo, Pacuan Kuda tradisional, dan lain-lain.
c. Tersedia fasilitas pendukung yang memadai seperti hotel, restoran dan
perbankan.
d. Keramahtamahan penduduk atau masyarakat setempat.
e. Letak geografis daerah yaitu berdekatan dengan salah satu kawasan wisata
nasional (Lombok). Hal ini dapat menjadikan Sumbawa sebagai daerah
penyanggah pariwisata dari Pulau Lombok.
f. Keamanan dan stabilitas yang cukup baik.
g. Pelayanan umum (polisi, kantor pos, telepon) yang baik.

2. Weaknesses (Kelemahan)
a. Kurang memadainya kegiatan promosi dan penyebaran pariwisata ke luar
daerah, terlebih ke luar negeri.
b. Biro perjalanan atau paket wisata yang melayani wisatawan baik secara
kuantitatif maupun kualitatif belum memadai dan masih sangat terbatas.
c. Daerah masih terlalu jauh dari pasar utama wisatawan (Pulau Bali).
d. Kurangnya pengiriman tim duta kesenian ke luar negeri dalam rangka
promosi pariwisata daerah Sumbawa.
e. Belum adanya kegiatan pemasaran pariwisata terpadu. Selama ini,
pemasaran pariwisata masih di dominasi oleh pemerintah melalui Dinas
Pariwisata (sekarang Dinas Pemuda dan Olah Raga, Budaya dan Pariwisata.
Pemasaran belum dilakukan secara utuh yang melibatkan segenap elemen
masyarakat.
f. Jumlah armada transportasi antar kota yang masih terbatas.
g. Paket wisata yang dijual masih terbatas dan diantaranya ada yang masih
belum siap dijual, misalnya potensi wisata Desa Tepal yang masih terpencil
dan sulit dijangkau terutama di musim hujan. Kemudian wisata kerajinan

Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik FE. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 1 Nomor 2, April 2013 56

logam di Dusun Talwa yang masih belum optimal dalam menghasilkan


barang-barang hasil kerajinan logam karena keterbatasan faktor produksi
(besi baja untuk pembuatan parang, badik, dan sebagainya). Hal ini
menyebabkan pilihan wisatawan terhadap obyek wisata daerah Sumbawa
menjadi terbatas (tidak ada banyak pilihan).
h. Pelayanan jasa perjalanan wisata, terutama kemampuan pramuwisata belum
sesuai dengan keinginan wisatawan.
i. Kuantitas dan kualitas barang-barang cinderamata yang dijual masih
terbatas.
j. Angkutan umum untuk menuju objek wisata belum memadai.
k. Sarana dan prasarana pariwisata belum memadai. Misalnya jalan yang
belum teraspal secara penuh, jaringan komunikasi (telepon) yang belum
tersedia di semua daerah wisata.
l. Terbatasnya sumber daya manusia professional yang diharapkan dapat
meningkatkan kinerja pariwisata sebagai suatu industri.
m. Masih kurangnya minat investor untuk membuka usaha di daerah.

Sebagian besar kelemahan produk pariwisata daerah Kabupaten Sumbawa


adalah infrastruktur yang belum begitu mendukung. Jalan–jalan masih
mengalami banyak kerusakan terutama pada jalur menuju kawasan wisata.
Selain itu masih lemahnya pengelolaan objek-objek wisata alam yang terdapat
di daerah karena rendahnya minat investor untuk membuka usaha pariwisata di
Sumbawa.

3. Opportunities (Peluang)
a. Adanya pengiriman tim kesenian keluar negeri.
b. Ikut serta dalam berbagai bazaar atau pameran yang dilaksanakan baik
dalam lingkup regional maupun nasional.
c. Adanya kerjasama kelompok usaha pariwisata atau instansi terkait.
d. Kebijakan pemerintah pusat maupun daerah untuk mengembangkan
pariwisata yakni membangun daerah terdepan dalam bidang industri dan
pariwisata berbasis alam dan sumber daya manusia.
e. Pertumbuhan ekonomi dan deregulasi yang dilakukan oleh pemerintah
daerah dalam memberikan peluang dalam bidang pariwisata.
f. Pencanangan pekan budaya di daerah dalam rangka promosi pariwisata
daerah.

Segmen pasar pariwisata semakin berkembang oleh karena wisatawan


akan mencoba mencari hal yang baru. Ini semakin memperbesar peluang daerah
untuk menjadi salah satu daerah tujuan pariwisata. Dengan syarat mampu
menjadikan kelemahan di atas menjadi sebuah kekuatan. Memperbaiki
infrastruktur dan mengelola objek objek wisata alam merupakan salah satu
tantangan sekaligus peluang untuk makin memajukan pariwisata daerah.

Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik FE. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 1 Nomor 2, April 2013 57

4. Threats (Ancaman)
a. Citra pariwisata sebagai pendorong perdagangan obat-obat terlarang, seks
bebas/praktek prostitusi dan penyebaran penyakit HIV AIDS.
b. Citra pariwisata sebagai pencemar lingkungan, merusak seni budaya dan
kepribadian bangsa.
c. Dekatnya daerah-daerah lain (pesaing) yang menjadi tujuan wisata
(Lombok dan Dompu).
d. Meningkatnya minat masyarakat sendiri untuk melakukan perjalanan wisata
ke daerah lain.

Sedangkan ancaman yang perlu dikaji dalam pengembangan pariwisata


adalah kompetitor pariwisata daerah lain yang mengeluarkan inovasi baru
terhadap produknya. Selain itu, ancaman lainnya adalah kesadaran masyarakat
yang masih rendah akan pariwisata dan tidak memahami bagaimana dampak
runtutan (multiflier effect) dalam dunia pariwisata dan bagaimana pelaksanaan
konsep Sapta Pesona dalam Pariwisata itu sendiri.

4.4. Langkah-langkah atau Strategi untuk Mengembangkan Potensi


Pariwisata di Kabupaten Sumbawa
Berdasarkan hasil analisis SWOT di atas, dalam rangka memberdayakan
dan mengembangkan potensi pariwisata yang dimiliki oleh Kabupaten Sumbawa
sebagai daya tarik wisata, Pemerintah Daerah setempat harus melakukan
berbagai langkah, diantaranya sebagai berikut :
1) Strategi SO (Strength – Opportunity),
Strategi SO (Strength – Opportunity) yaitu dengan mengembangkan
kelembagaan yang dapat mendukung pembangunan wisata di Kabupaten
Sumbawa. Upaya peningkatan kelembagaan yang dapat dilakukan dalam
rangka mendukung pengembangan pariwisata di Kabupaten Sumbawa antara
lain adalah dengan pembinaan kelompok swadaya masyarakat melalui
kerjasama dengan kelembagaan lainnya yang terkait dan mendukung
pengembangan wisata di Kabupaten Sumbawa (misalnya perbankan, hotel dan
restoran). Sebagian dari kelompok-kelompok tersebut digerakan di berbagai
bidang usaha jasa pariwisata termasuk jasa boga, jasa homestay, jasa
cenderamata, jasa pemandu wisata dan lain sebagainya.

2) Strategi ST (Strength – Treath)


a. Mengembangkan kemampuan sumber daya melalui upaya peningkatan
produktivitas dengan cara perluasan kesempatan kerja serta peningkatan
produksi melalui penggunaan berbagai macam teknologi yang telah
berkembang sangat pesat, khususnya teknologi komunikasi dan
informasi yang berkaitan erat dengan pembangunan pariwisata.
b. Pembinaan kelompok sadar wisata dengan menanamkan prinsip-prinsip
keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, dan keramah-
tamahan serta gemar mengunjungi obyek wisata lokal.
c. Meningkatkan kerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota se-pulau
Lombok terutama di bidang kepariwisataan dalam rangka menarik

Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik FE. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 1 Nomor 2, April 2013 58

wisatawan yang berkunjung ke Lombok untuk datang ke Sumbawa sehingga


persaingan pariwisata dengan daerah sekitar (Dompu dan Bima) dapat
dikurangi.

3) Strategi WO (Weakness – Opportunity)


Strategi WO (Weakness – Opportunity) yaitu dengan cara :
a. Meningkatkan promosi produk wisata dengan cara pengiriman duta
pariwisata atau tim kesenian daerah ke luar negeri, ikut serta dalam berbagai
baazar atau pameran, dan pencanangan pekan budaya di daerah.
Menyediakan dan mengembangkan berbagai prasarana dan amenitas (sarana
penunjang) pariwisata yang dapat memberikan kenyamanan kepada
wisatawan yang berkunjung ke berbagai obyek dan daya tarik wisata yang
terdapat di daerah tersebut. Beberapa prasarana dan sarana yang disediakan
dalam rangka meningkatkan kepuasan kunjungan wisatawan, antara lain
adalah :
(1) Warung Makan
(2) Pusat Cenderamata
(3) Joglo Pertunjukan Seni Tradisional
(4) Homestay
(5) Sarana olah raga
(6) Jaringan komunikasi
(7) Prasarana jalan yang memadai.
(8) Armada transportasi yang cukup dan memadai.

b. Memperbaiki aksesibilitas menuju obyek dan daya tarik wisata yang


terdapat di daerah Kabupaten Sumbawa. Seperti perbaikan jalan, gang-gang
kecil, dan tanda penunjuk arah menuju obyek atau lokasi wisata.

4) Strategi WT (Weakness – Treath)


Strategi WT (Weakness – Treath) yaitu dengan meningkatkan kapasitas
Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya yang berkaitan langsung dengan
pengembangan wisata. Dalam pembangunan pariwisata, sumber daya manusia
(SDM) merupakan salah satu kunci yang menentukan laju perkembangan
pembangunan di suatu kawasan atau daerah. Oleh karena itu SDM yang
dimiliki oleh Kabupaten Sumbawa perlu dikelola secara tepat sesuai
dengan karakteristiknya. Langkah yang telah dilakukan dalam mengelola
SDM pariwisata di Kabupaten Sumbawa, antara lain adalah dengan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang meliputi
peningkatan kemampuan secara keilmuan (ilmu pengetahuan) dengan
Mengembangkan jaringan pendidikan, baik formal maupun informal, yang
menekankan pada profesionalisme sehingga kualitas sumber daya manusia
yang dihasilkan sesuai dengan tuntutan pasar kerja yang mampu bersaing di
era kompetisi yang tinggi pada saat ini khususnya di bidang pariwisata.
Selain itu, pengembangan SDM juga diharapkan akan mampun mencegah
berbagai ancaman seperti perdagangan obat-obat terlarang, seks bebas/praktek

Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik FE. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 1 Nomor 2, April 2013 59

prostitusi dan penyebaran penyakit HIV AIDS, pencemaran lingkungan,


rusaknya seni budaya dan kepribadian bangsa.

V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan.
Berdasarkan perumusan masalah, perumusan hipotesis serta hasil dan
pembahasan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kabupaten Sumbawa memiliki potensi pariwisata yang sangat besar terutama
dilihat dari segi obyek wisata, yang terdiri dari obyek wisata alam dan wisata
budaya namun belum mampu dioptimalkan pengembangannya sehingga belum
memiliki nilai jual yang potensial.
2. Perencanaan dan penataan obyek wisata yang belum jelas, kondisi infrastruktur
yang buruk, serta kesadaran masyarakat yang masih kurang untuk berinisiatif,
inovatif dan kreatif dalam mengembangkan pariwisata Sumbawa, merupakan
faktor-faktor penghambat dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten
Sumbawa.
3. Adanya kebijakan nasional yang menjadikan NTB sebagai penyanggah
sebagai pintu gerbang pariwisata nasional, adanya Program Visit Lombok-
Sumbawa, di tambah dengan banyaknya sumber daya yang dapat
dikembangkan menjadi obyek wisata merupakan beberapa faktor pendukung
pengembangan pariwisata Kabupaten Sumbawa.

5.2. Saran-Saran.
Berdasarkan perumusan masalah, perumusan hipotesa serta hasil analisis dan
pembahasan di atas, maka dapat disarankan:
1. Disarankan kepada pemerintah Kabupaten Sumbawa serta para pemegang
kebijakan lainnya untuk dapat menyusun suatu perencanaan strategis
pengembangan pariwisata Kabupaten Sumbawa baik yang bersifat jangka
pendek, menengah maupun jangka panjang.
2. Disarankan kepada pemerintah Kabupaten Sumbawa melalui dinas lembaga
terkait agar dapat melakukan penataan yang sedemikian rupa terhadap obyek-
obyek wisata sehingga memiliki nilai jual yang potensial.
3. Pembinaan terhadap masyarakat perlu ditingkatkan agar memiliki kesadaran
tentang manfaat yang akan diperoleh melalui pengembangan pariwisata
daerah sehingga mampu menciptakan masyarakat yang memiliki inisiatif,
kreatifitas dan motivasi untuk melakukan hal-hal yang produktif guna
mendukung pengembangan pariwisata daerah Sumbawa.

Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik FE. UNSA


Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 1 Nomor 2, April 2013 60

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Sumbawa Dalam Angka 2010. BPS Kabupaten Sumbawa.


Happy, Marpaung. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Alfabeta, Bandung.
Happy, Marpaung dan Herman Bahar. 2002. Pengantar Pariwisata. Alfabeta,
Bandung.
Ibnu, S., Mukhadis, A dan Dasna, I.W. 2003. Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian, Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Kusmayadi, Andi dan Endar Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian dalam Bidang
Kepariwisataan. Gramedia, Jakarta
Nagip, Laila dkk. 2003. Kualitas SDM Era OTDA dan Globalisasi. Jakarta.
Pustaka Sinar Harapan.
Pendit, Nyoman S. 2002. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar. Pradnya Paramita,
Jakarta.
Pitana, I Gde dan Putu G Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Andi, Yogyakarta.
Rangkuti, Fredy. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Rianse, Usman, dan Abdi. 2008. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi:
Teori dan Aplikasi. Alfabeta, Jakarta.
Soetomo, Anton. 1994. Pendidikan Kepariwisataan. Aneka, Solo.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfa Beta, Bandung.
________. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Alfa Beta, Bandung.
Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi, Yogyakarta.
Undang-undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Yoeti, Oka A. 1996. Pemasaran Pariwisata Terpadu. Angkasa, Bandung.
Yoeti, Oka A. 2000. Ekowisata Pariwisata Berwawasan Lingkungan Hidup.
Pertja, Jakarta.

Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik FE. UNSA

Anda mungkin juga menyukai