Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten yang terdiri dari
banyak pulau dan terletak di bagian paling Selatan Propinsi Lampung, sehingga
letaknya paling dekat dengan Pulau Jawa dengan bentuk wilayah bagian selatan
meruncing dan mempunyai teluk besar yaitu Teluk Lampung. Oleh karena itu,
Kabupaten Lampung Selatan merupakan pintu gerbang Propinsi Lampung.Kabupaten
Lampung Selatan memiliki keindahan alam yang bisa menjadi aset utama dalam sektor
pariwisata karena letaknya di pesisir dan pegunungan. Oleh karena itu, salah satu
sektor yang berperan penting adalah pariwisata, terutama wisata pantai. Sektor
pariwisata Kabupaten Lampung Selatan juga memiliki keindahan alam yang bisa
menjadi aset utama dalam sektor pariwisata berhubungan erat dengan sektor hotel dan
restoran yang merupakan komponen penting dalam industri wisata yang berkontribusi
sebagai sumber pendapatan dari Kabupaten Lampung Selatan. Oleh karena itu,
pengelolaan pariwisata di Kabupaten Lampung Selatan perlu perencanaan yang baik
agar dapat berfungsi optimal dengan menggali segala potensi yang ada dan mengatasi
permasalahan-permasalahan yang selama ini menjadi penghambat dalam
pengembangan pariwisata.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah antara lain:
1. Bagaimana karakteristik pariwisata di Kabupaten Lampung Selatan?
2. Bagaimana potensi dan masalah pariwisata di Kabupaten Lampung Selatan?
3. Bagaimana rencana pengembangan pariwisata di Kabupaten Lampung Selatan?
1.3 Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten
Lampung Selatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009
menyebutkan bahwa pembangunan pariwisata terdiri dari empat komponen, yaitu:
a. Pengembangan industri pariwisata
b. Pengembangan destinasi pariwisata
c. Pengembangan pemasaran pariwisata
d. Pengembangan kelembagaan pariwisata
2. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah studi dalam penyususnan Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Kabupaten Lampung Selatan secara administrasi berbatasan dengan
wilayah Kabupaten Lampung Timur, Lampung Tengah, Selat Sunda, Kota Bandar
Lampung, Kabupaten Pesawaran dan Laut Jawa
3. Ruang Lingkup Waktu

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Lampung Selatan memiliki


waktu perencanaan selama 20 Tahun yaitu mulai tahun 2014 sampai tahun 2033.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Kebijakan
Dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 yang
terdapat pada bab II tentang pembangunan kepariwisataan nasional pasal 2 ayat 1,
pembangunan kepariwisataan nasional meliputi
1. Destinasi pariwisata;
2. Pemasaran pariwisata;
3. Industri pariwisata; dan
4. Kelembagaan kepariwisataan.
Visi pembangunan kepariwisataan nasional adalah terwujudnya Indonesia sebagai
negara tujuan pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong
pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat. Dalam mewujudkan visi pembangunan
kepariwisataan nasional tersebut, maka ditempuh melalui 4 (empat) misi pembangunan
yaitu:
1. Destinasi pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai, berwawasan
lingkungan, meningkatkan pendapatan nasional, daerah dan masyarakat;
2. Pemasaran pariwisata yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk
meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara;
3. Industri pariwisata yang berdaya saing, kredibel, menggerakkan kemitraan usaha,
dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya; dan
4. Organisasi pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya
manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang efektif dan efisien dalam
rangka mendorong terwujudnya pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan.
2.2 Definisi Pariwisata
Menurut Undang-Undang No.9 Tahun 2010 tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah
berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah,dan Pemerintah Daerah. Menurut
definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat
sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan
atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya,
alam dan ilmu.
Kesimpulannya, pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan hubungan-hubungan
yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya.
Dengan maksud bukan untuk tinggal menetap dan tidak berkaitan dengan pekerjaanpekerjaan yang menghasilkan upah.
2.3 Jenis-Jenis Pariwisata

Objek dan daya tarik wisata menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
50 Tahun 2011 di bagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Daya Tarik Wisata Alam
Yang dimaksud dengan Daya Tarik Wisata alam adalah Daya Tarik Wisata yang
berupa keanekaragaman dan keunikan lingkungan alam.
2. Daya Tarik Wisata Budaya
Yang dimaksud dengan Daya Tarik Wisata budaya adalah Daya Tarik Wisata
berupa hasil olah cipta, rasa dan karsa manusia sebagai makhluk budaya.
3. Daya Tarik Wisata Buatan
Yang dimaksud dengan Daya Tarik Wisata hasil buatan manusia adalah Daya
Tarik Wisata khusus yang merupakan kreasi artifisial (artificially created) dan
kegiatan-kegiatan manusia lainnya di luar ranah wisata alam dan wisata budaya.
2.4 Karakteristik Wisatawan
Karakteristik-karakteristik wisatawan dapat dilihat berdasarkan asal daerah, lama
perjalanan, usia, jenis kelamin, waktu perjalanan, jenis perjalanan, jumlah pengeluaran
hingga factor pendorong dan penarik yang membuat orang melakukan kegiatan wisata.
1. Wisatawan Berdasarkan Asal Daerah
2. Wisatawan Berdasarkan Lama Perjalanan
3. Wisatawan Berdasarkan Usia
4. Wisatawan Berdasarkan Jenis Kelamin
5. Wisatawan Berdasarkan Waktu Perjalanan
6. Wisatawan Berdasarkan Jenis Perjalanan
7. Wisatawan Berdasarkan Jumlah Pengeluaran
8. Pola Pergerakan Wisatawan

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1

Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif yang digunakan antara lain: Analisis Karakteristik Wisatawan
dengan menggunakan metode analisis Tabulasi Silang (Crosstab), Analisis Karakteristik
Pengangkutan/Transportasi, Analisis Karakteristik Objek Wisata, Analisis Sarana dan
Prasarana, Analisis Informasi dan Promosi serta Analisis Karakteristik Masyarakat Sekitar
Objek Wisata.
3.2
Analisis Evaluatif
Analisis Evaluatif yang digunakan antara lain: Analisis Kebijakan terhadap Sektor
Pariwisata, Analisis Kelembagaan, Analisis Linkage System, Analisis Partisipasi Masyarakat,
Analisis IPA (Importance-Performance Analysis), serta Analisis Akar Masalah.
3.3
Analisis Development
Analisis Development atau Pengembangan yang digunakan antara lain: Analisis
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat), Force Field Analysis (FFA) dan Market
Basket Analysis (MBA)
3.4
Penentuan Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arkinstin, 1998:57). Sedangkan
populasi totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karateristik tertentu, lengkap,
dan jelas yang akan doteliti. Mengingat adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya,
maka dalam pengambilan suatu sampel, peneliti harus mempertimbangkan adanya unsure
metode sebagai acuan dalam penentuan jumlah serta distribusi sampel. Adapun sampel
yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu sampel wisatawan dan sampel objek
wisata.
1. Obyek Wisata
Untuk penentuan jumlah sampel objek wisata, menggunakan perhitungan
sampel dengan rumus Slovin, yaitu:

Selanjutnya 16 objek wisata ini akan dibagi menurut jenis wisata alam, buatan,
dan budaya menurut jumlah prosentase terhadap total objek.
2. Wisatawan
Sedangkan untuk penentuan jumlah sampel wisatawan, menggunakan
perhitungan sampel dengan rumus Slovin, yaitu

Dimana:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran yang dapat ditolerir karena kesalahan pengambilan
sampel

3. Masyarakat
Sampel masyarakat adalah masyarakat yang berada di sekitar obyek wisata. Untuk
penentuan jumlah sampel wisatawan, menggunakan Sample Linier Time
Function yaitu penentuan jumlah sampel berdasarkan estimasi kendala waktu
(Endang.S.Sari : 58). Besarnya jumlah sampel masyarakat (n) yang diambil
menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut:

Dimana:
n = banyaknya sampel yang terpilih
T= waktu yang tersedia untuk penelitian (10 hari x 24 jam = 240 jam)
t 0 = waktu tetap (5 jam/hari x 10 hari = 50 jam)
t 1 = waktu yang digunakan untuk sampling (1 jam x 10 hari)
Berikut merupakan perhitungan jumlah sampel masyarakat:
=

= 19 orang

BAB IV
DATA DAN ANALISA
4.1

Analisis Kebijakan Terhadap Sektor Pariwisata


1. RIPPNAS
Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (RPPN) untuk Kalianda dan
Rajabasa (Gunung Anak Krakatau).
2. RIPP Provinsi Lampung Tahun 2012-2031
Mengarahkan Lampung sebagai daerah berbudaya dan tujuan wisata yang unggul
3. RTRW Provinsi Lampung Tahun 2009-2029
Arahan pengelolaan kawasan lindung dan rawan bencana seperti Anak Gunung
Krakatau yang rawan dengan bencana gunung meletus.
4. RTRW Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2011-2031
Pengembangan sarana pendukung kegiatan pariwisata berskala nasional.
5. MP3EI
Menjadikan kawasan unggulan provinsi yaitu Gunung Anak Krakatau dan Pulau
Sebesi, serta Menara Siger.

4.2

Analisis Karakteristik dan Kondisi Objek Wisata


1. Wisata Alam
Terdiri dari air terjun, pantai, dan pemandian air panas yang memiliki kondisi yang
masih alami dan cukup menarik. Namun juga masih perlu adanya pengembangan,
misalnya untuk kondisi infrastruktur berupa jaringan jalan menuju wisata air terjun.
2. Wisata Buatan
Berupa makam yang memiliki kenangan sejarah berupa perjuangan melawan
penjajah pada zaman belanda.
3. Wisata Budaya
Berupa resort dan menara, yaitu menara siger dan kalianda resort/ grand elty
dengan keadaan yang cukup baik dan memiliki kunjungan wisatawan yang lebih
banya dari destinasi lainnya.

4.3

Analisis Karakteristik Wisatawan


Untuk analisis kunjungan wisatawan tertinggi dilakukan oleh wisatawan lokal
dengan rentang usia 13-55 tahun dan mendapat sumber informasi yang didominasi dari
keluarga atau teman. Sedangkan untuk pola pergerakan wisatawan yang mendominasi
kunjungan wisatawan lokal yaiyu base sitte. Untuk lama kunjungan wisatawan baik
wisatawan lokal maupun wisatawan dalam negeri didominasi oleh waktu antara 1-3 jam
dengan jenis perjalanan rombongan.

4.4

Analisis Sarana dan Prasarana


Kondisi sarana dan prasareana diwilayah studi berupa air bersih dengan jumlah
sambungan hydran yaitu 19 sambungan. Selain itu untuk listrik semua desa yang terdapat
diwilayah studi sudah terlayani sambungan listrik. Sedangkan jaringan komunikasi yang
terdapat diwilayah studi cukup baik, namun pada wilayah tertentu masih tidak terjangkau
oleh sinyal operator seluler. Untuk penginapan dan restoran berdasarkan kunjungan hotel
dari Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Selatan, jumlah hotel yang terdapat di Kabupaten
Lampung Selatan yaitu 25 unit dan jumlah restoran sebanyak 99 unit. Untuk sarana
pendukung yang ada berupa biro jasa pariwisata yang disediakan oleh hotel-hotel yang
berada di Kabupaten Lampung Selatan.
4.5

Analisis Informasi dan Promosi


Pada destinasi wisata alam, kegiatan informasi dan promosi yang dilakukan kurang
optimal, dimana dari 13 jenis yang menjadi sampel hanya beberapa yang melekukan
kegiatan informasi dan promosi dengan melalui radio, internet. Sedangkan untuk destinasi
wisata buatan kegiatan informasi dan promosi yang dilakukan sudah cukup optimal dengan
jumlah pengunjung yang banyak. Selain itu, untuk destinasi wisata budaya juga kurang
optimal dimana jenis wisatawan yang berkunjung ke destinasi ini hanya didominasi oleh
masyarakat sekitar.
4.6

Analisis Paritispasi Mayarakat Sekitar Destinasi Wisata


Partisipasi masyarakat yang tinggal disekitar destinasi wisata didomonasi hanya
sebatas berjualan diluar destinasi wisata. Selain itu, masyarakat juga melakukan negoisasi
dengan pengelola dalam penyediaan fasilitas seperti alat diving, penyediaan souvenir,
kerajinan tangan, dan pertunjukan seni untuk keperluan wisatawan dan menjadi hiburan
masyarakat dan wisatawan.
4.7

Analisis Sosial Ekonomi


Secara sosial budaya, penduduk Lampung Selatan dapat digolongkan menjadi dua
bagian yaitu penduduk asli Lampung dan penduduk pendatang. Penduduk Kabupaten
Lampung Selatan memiliki struktur hukum adat tersendiri. Hukum adat tersebut terdiri dari
kelompok-kelompok yang menyebar di berbagai tempat, yang secara unium dapat
dibedakan dalam dua kelompok besar, yaitu masyarakat Lampung Peminggir, yang
merupakan mayoritas suku Lampung di Kabupaten Lampung Selatan dan kelompok kedua
masyarakat Lampung adat Pepadun. Sedangkan untuk kontribusi pariwisata terhadap
perekonomian di Kabupaten Lampung Selatan dapat diketahui berdasarkan PDRB Lampung
Selatan Tahun 2012. Pendapatan Regional Kabupaten Lampung Selatan didominasi oleh
Sektor Pertanian. Hal ini bisa dilihat dari PDRB pada tahun 2012, untuk pertanian pada
tahun 2012 kurang lebih menghasilkan 5,9 triliun rupiah. Untuk dampak perekonomian dari

sektor pariwisata di Kabupaten Lampung Selatan masih kurang karena rata-rata tiap
tahunnya hanya menghasilkan 11,42 % dari total PDRB yang ada. Padahal jika dilihat dari
potensi pariwisata yang ada, Lampung Selatan memiliki peluang untuk pendapatan dari
sektor pariwisata yang lebih besar.
4.8

Analisis Kelembagaan
Pihak yang paling berperan dalam pengembangan wisata di Kabupaten Lampung
Selatan adalah pihak swasta, masyarakat kemudian pemerintah, KPK dan Pokdarwis. KPK
dan Pokdarwis memiliki hubungan dengan pemerintah karena kedua komunitas ini
merupakan bentukkan dari pemerintah. Sedangkan swasta berperan sebagai penyerap
tenaga kerja masyarakat seperti yang dilakukan Grand Elty yang membantu pemasaran
produk kripik pisang milik masyarakat dan Laguna Helau yang menyerahkan seluruh tarif
parkir bagi masyarakat.
4.9

Analisis Destinasi Pariwisata


Sesuai dengan kebijakan pengembangan wilayah Kabupaten Lampung Selatan,
kawasan pariwisata berada di wilayah Utara, Barat, Tengah, dan Selatan. Adapun
pengembangan destinasi wisata di Kabupaten Lampung Selatan di bagi menjadi 3 cluster
yang masing-masing di dukung obyek wisata di sekitarnya, yakni Kawasan Kalianda,
Kawasan Rajabasa, Kawasan Bakauheni, Kawasan P. Sebesi dan P. Sebeku, serta
Kawasan Natar.
4.10

Analisis Linkage System


A. Analisis Backward Linkage
Analisis backward linkage dapat diketahui dari keterkaitan sektor pariwisata dengan
sektor lain, yaitu sektor industry, sektor agropolitan, dan sektor minapolitan. Untuk
keterkaitan sektor pariwisata dengan industry dapat berupa pengadaan sentra
industry sulam usus di Natar, sentra home industry berupa kerajinan tangan, serta
produkjadi berupa baju, kebaya, dan produk jadi kripik pisang. Sedangkan untuk
sektor pariwisata dengan sektor agropolitan dapat berupa pisang yang
didistribusikan ke sentra home industry kripik pisang, dan memanfaatkan potensi
kelapa kopyor di destinasi wisata. Untuk sektor pariwisata dengan minapolitan
memanfaatkan potensi pelelangan ikan (TPI) yang disajikan di destinasi wisata
kuliner makanan laut.
B. Analisis Forward Linkage
Berupa pembahasan mengenai hubungan keterkaitan antar lokasi destinasi wisata
di Kabupaten Lampung Selatan yang berpengaruh terhadap pengembangan paket
wisata, dimana terdapat 4 destinasi wisata.

4.11

Analisis Mitigasi Bencana


Wilayah Lampung mempunyai beberapa kawasan yang rawan terhadap bencana,
yaitu gempa bumi, letusan gunung berapi, gerakan tanah, dan banjir (BPBD Prov. Beberapa
kecamatan yang kerapkali terjadi banjir adalah kecamatan Natar, Way Sulan, Candipuro,
Way Panji, Palas dan Sragi. Pada Kecamatan Natar, terjadinya banjir juga diakibatkan
karena adanya luapan sungai. Beberapa kawasan yang rawan terhadap bencana tersebut
hendaknya dijadikan kawasan lindung dan aktivitas pada kawasan tersebut dibatasi agar
jatuhnya korban terutama wisatawan akibat bencana alam dapat diminimalisir. Penerapan
jalur mitigasi bencana di Kabupaten Lampung Selatan sudah mulai diterapkan. Hal ini dapat
dilihat melalui kepahaman masyarakat mengenai bencana dan jalur untuk menyelamatkan
diri serta adanya informasi mengenai jalur dan lokasi yang terkena bencana.
4.12

Analisis Akar Masalah


Akar masalah yang terdapat di Kabupaten Lampung Selatan terkait dengan sektor
pariwisata adalah:
1. Supply Demand Destinasi Wisata yang Kurang Optimal
Permasalahan ini dapat dilihat dari beberapa akar masalah yang terjadi, yaitu:
a. Atraksi yang kurang beragam
b. Pengelola yang belum mampu melakukan perawatan terhadap fasilitas
destinasi wisata
c. Kurangnya fasilitas penunjang
d. Perkerasan jalan menuju destinasi yang masih berupa tanah
e. Tidak adanya pengaman jalan
f. Tidak adanya pos dan petugas keamanan
g. Kurangnya papan penunjuk jalan ke destinasi wisata
h. Promosi hanya terpusat pada destinasi wisata yang sudah berkembang
i. Website resmi dinas terkait wisata masih kurang informative

2. Penunjang Pariwisata yang Kurang Optimal


Permasalahan ini dapat dilihat dari beberapa akar masalah yang terjadi, yaitu:
a. Masyarakat dan pengelola destinasi wisata kurang bekerjasama
b. Pihak swasta belum tertarik untuk berinvestasi
c. Belum ada kebijakan tentang kepariwisataan di Kabupaten Lampung Selatan
d. Keberadaan kelompok sadar wisata yang kurang efektif
e. Skill dan kreativitas masyarakat kurang
4.13

IPA
1. Wisata Alam

Hasil analisis IPA untuk wisata alam yang perlu diprioritaskan yaitu adanya fasilitas
toilet/ WC yang perlu ditambahkan untuk fasilitas toilet di destinasi wisata pantai.
Selain itu, untuk kebersihan destinasi wisata juga perlu dikembangkan, misalnya
dengan menambahkan tempat sampah atau petugas kebersihan.
2. Wisata Buatan
Hasil analisis IPA untuk wisata buatan yang perlu diprioritaskan yaitu adanya
fasilitas peribadatan dan fasilits souvenir, dimana souvenir yang ditawarkan
dilokasi siata buatan masih kurang, sehingga perlu ditambah terkait dengan
permintan wisatawan.
4.14

SWOT
Beberapa strategi dari SWOT yang dapat diterapkan untuk meningkatkan sektor
pariwisata di Kabupaten Lampung Selatan adalah:
A. Strategi S-O
a. Memanfaatkan adanya JSS terhadap potensi Lampung Selatan sebagai
gerbang utama lintas Sumatra
b. Mengoptimalkan organisasi (KPK dan Pokdarwis) dengan memproduksi banyak
cinderamata khas daerah agar dapat menjadi produk khas daerah
c. Memanfaatkan investor untuk meningkatkan variasi obyek wisata
B. Strategi W-O
a. Melakukan promosi wisata di Jalur Lintas Sumatera serta JSS dan memberikan
informasi yang jelas berupa papan penunjuk arah menuju ke obyek wisata
b. Mengadakan kerjasama dengan investor untuk mengelola obyek wisata agar
kualitas pelayanan dan aksesibilitas mengalami peningkatan
c. Mengalokasikan dana yang diperoleh dari banyaknya kunjungan wisata untuk
melakukan promosi agar lebih banyak lagi kunjung wisata sehingga dapat
menambah sarana penunjang.
d. Bekerja sama dengan investor untuk melakukan pemberdayaan masyarakat
dalam sektor wisata agar keahlian dan kreatifitas masyarakat meningkat,
sehingga masyarakat mampu memberikan konstribusi dalam pengembangan
pariwisata, khususnya pada atraksi wisata
e. Investor memberikan peluang masyarakat untuk melakukan usaha pariwisata
dalam obyek yang dikelola oleh investor agar dapat meningkatkan perkenomian
C. Strategi S-T
a. Memanfaatkan potensi alam yang masih lestari dan obyek wisata yang
bervariasi untuk bersaing dengan destinasi wisata lain
b. Memanfaatkan adanya organisasi KPK dan Kelompok Sadar Wisata untuk
meningkatkan kualitas pelayanan obyek wisata agar konsumen merasa puas
c. Mengembangkan destinasi wisata unggulan yang memiliki keunikan untuk
meningkat

D. Strategi W-T
a. Meningkatkan informasi dan promosi agar dapat bersaing dengan destinasi
wisata lain baik nasional atau internasional
b. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan agar wisatawan merasa puas
terhadap pelayanan selama berada di obyek wisata
c. Meningkatkan partisipasi masyarakat di bidang pariwisat agar wisatawan
merasa puas dengan pelayanan di sekitar obyek (respon masyarakat terhadap
wisatawan)
d. Meningkatkan aksesibilitas menuju destinasi wisata
e. Memberikan atraksi yang variatif dan inovatif sesuai tren yang ada sehingga
daya tarik yang ditawarkan sesuai dengan tren yang sedang berlangsung
f. Meningkatkan sarana dan prasarana penunjang destinasi wisata agar daya
saing terhadap destinasi wisata nasional maupun internasional meningkat
4.15

FFA
Dari analisis FFA yang telah dilakukan, pendorong kunci diketahui yaitu peluang
investor yang berinvestasi di sektor pariwisata. Sedangkan untuk penghambat yang
menjadi kunci adalah kurangnya kerjasama antar stakeholders dibidang
pengembangan pariwisata. Sehingga dari kedua kunci tersebut didapatkan rumusan
strategi berupa meningkatkan kerjasama antar stakeholder, salah satunya yaitu
bekerjasama dengan investor untuk mengembangkan pariwisata Kabupaten Lampung
Selatan. Selain itu, analisis FFA juga dilakukan untuk membuat visi dan misi sektor
pariwisata Kabupaten Lampung Selatan, yaitu Mewujudkan sektor pariwisata
Kabupaten Lampung Selatan yang kuat dan unik sebagai sektor penggerak
perekonomian masyarakat.

4.16

MBA
Hasil dari analisis MBA yang telah dilakukan, yaitu adanya paket wisata yang dibagi
menjadi 4 kawasan, yaitu Menara Siger dan sekitarnya, Krakatau dan sekitarnya,
Kalianda dan sekitarnya, serta Natar dan sekitarnya.
1. Menara Siger dan sekitarnya
Wisata unggulan berupa menara siger dengan sasaran wisatawan domestik. Waktu
yang ditawarkan yaitu tidak mengipan dengan 2 alternatif paket wisata.
2. Krakatau dan sekitarnya
Wisata unggulan berupa gunung anak Krakatau dengan sasaran wisatawan
domestic dan internasional. Waktu yang ditawarkan ada 2, yaitu tidak menginap
dengan 1 alternatif paket wisata, dan menginap dengan 2 alternatif paket wisata.
3. Kalianda dan sekitarnya

4.17

Wisata unggulan berupa grand elty Krakatoa dengan sasaran wisatawan lokal dan
domestic. Waktu yang ditawarkan yaitu menginap dan tidak menginap dengan
masing-masing 1 alternatif paket wisata.
Natar dan sekitarnya
Wisata unggulan berupa pemandian air panas natar dengan sasaran wisatawan
lokal dan domestic. Waktu yang ditawarkan adalah tidak menginap dengan 1
alternatif paket wisata.

BAB V
RENCANA
5.1

VISI
Visi pembangunan pariwisata Kabupaten Lampung Selatan diperoleh dengan
mempertimbangkan visi dari Rencana Induk Pembangunan Pariwisata (RIPPNAS) yaitu
Terwujudnya Indonesia sebagai negara tujuan pariwisata berkelas dunia, berdaya saing,
berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat. Selain
itu, juga mempertimbangkan visi dari Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Selatanyaitu
Menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor andalan perekonomian daerah, berkelanjutan
dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas.
Sehingga didapatkan visi Pembangunan Pariwisata Kabupaten Lampung Selatan
yaitu Mewujudkan sektor pariwisata Kabupaten Lampung Selatan yang kuat dan unik
sebagai sektor penggerak perekonomian masyarakat.
5.2
MISI
Misi dalam mewujudkan visi pembangunan pariwisata kabupaten lampung selatan
adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas dan fungsi kelembagaan
2. Mengembangkan daerah tujuan wisata unggulan yang memiliki keunikan
3. Meningkatkan partisipasi masayarat dalam pengembangan sektor pariwisata
sebagai penggerak perekonomian daerah
4. Mengembangkan pariwisata dengan memperhatikanaspek lingkungan
5. Meningkatkan informasi dan promosi seluruh destinasi wisata potensial di
Kabupaten Lampung Selatan
6. Meningkatkan sarana dan prasarana penunjang destinasi wisata
7. Meningkatkan aksesibilitas menuju destinasi-destinasi wisata
Berdasarkan UU No.10 Tahun 2009, dijelaskan bahwa terdapat 4 komponen dalam
pembangunan kepariwisataan, yaitu :
1. Rencana pembangunan destinasi pariwisata
2. Rencana pembangunan industri pariwisata
3. Rencana pembangunan pemasaran pariwisata
4. Rencana pembangunan kelembagaan pariwisata
Selain itu dalam pembangunan kepariwisataan, Kabupaten Lampung Selatan dibagi
menjadi kawasan strategis dan kawasan pengembangan. Pembagian kawasan ini
didasarkan pada RIPPNAS 2011, MP3EI, RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten, sehingga
Kabupaten Lampung Selatan dibagi menjadi empat kawasan. Setelah dibagi menjadi 4
kawasan, selanjutnya setiap kawasan diberikan tema pembangunan, pemberian tema
didasarkan pada studi kasus terdahulu dimana terdapat daerah dengan karakteristik yang
sama dengan kawasan yang ada di Kabupaten Lampung Selatan. Tema tersebut adalah :
1. Kawasan strategis Menara Siger dan sekitarnya

Karena Menara Siger menjadi simbol kebudayaan, sehingga tema yang diterapkan
di kawasan strategis I ini adalah tema Culture Tourism
2. Kawasan strategis Krakatau dan sekitarnya
konsep Adventure Ecotourism atau Wisata Petualangan dengan berorientasi pada
pelestarian lingkungan. Konsep Adventure dipilih karena adanya potensi wisata
unggulan berupa Gunung Anak Krakatau serta destinasi penunjang berupa Gunung
Rajabasa dan Air Terjun Way Kalam, Air Terjun Way Paros, Air Terjun Sarmun.
Sedangkan konsep Ecotourism dipilih karena destinasi wisata Gunung Anak
Krakatau, Pulau Sebesi, dan Pulau Sebuku merupakan kawasan konservasi
dengan fungsi cagar alam, sehingga lingkungan alami harus tetap terjaga.
3. Kawasan pengembangan kalianda dan sekitasrnya
untuk kawasan pengembangan Kalianda akan diarahkan pengembangan dengan
konsep Resort and Leisure dengan dinamis dalam pengembanga sarana dan
prasarana pariwisata, salah satunya dengan menggunakan pendekatan
pengembangan resort (kawasan), yang mengoptimalisasikan ketersediaan lahan
yang luas dan indah, keterkaitan dengan ekonomi, sosial, ramah lingkungan serta
berorientasi pada investasi
4. Kawasan pengembangan natar dan sekitarnya
Konsep kawasan ini adalah Handicraft Tourism karena destinasi utama pada
kawasan ini adalah sentra industry pakaian.
Setelah dibagi menjadi beberapa kawasan dan diberikan konsep atau tema
pengembangan yang akan digunakan sebagai pengembangan promosi melalui paket wisata.
Paket-paket wisata tersebut dapat diketahui sebagai berikut :
1. Kawasan strategis Menara Siger dan sekitarnya
Pada kawasan ini tersedia paket wisata satu hari dengan rute wisata Pantai alami pantai minang rua pantai batu alip - makam ratu dara putih makam raden intan
II - menara siger terminal agribisnis. Sedangkan untuk rute 2 yaitu makam ratu
dara putih makam raden intan II - pantai minang rua pantai puri dewata onaria menara siger terminal agribisnis. Atraksi yang disediakan pada paket wisata
menawa siger dan sekitarnya berupa something to do (berenang, duduk bersantai,
menikmati pemandangan dengan teropong dan lain sebagainya), something to buy
(mekanan, minuman dan souvenir( serta something to see (pemandangan laut dan
festival bakau heni)
2. Kawasan strategis Krakatau dan sekitarnya
Pada kawasan ini tersedia paket wisata tidak menginap dan menginap. Paket tidak
menginap mengunjungi destinasi wisata Dermaga Bom Gunung Anak Krakatau
Pulau Sebesi Pulau Sebuku Dermaga Bom. Fasilitas yang diperoleh dari paket
ini adalah makan 2 kali, penyebrangan ke Gunung Anak Krakatau dan biaya masuk
ke Kawasan Konservasi Gunung Anak Krakatau.

Untuk paket menginap adalah Dermaga Bom Gunung Anak Krakatau Pulau
Sebesi Pulau Sebuku Dermaga Bom Pantai dan Sumber Air Panas Way
dengan fasilitas sama dengan paket tidak menginap, hanya makan dipaket ini 4
kali.
3. Kawasan pengembangan kalianda dan sekitarnya
Pada kawasan ini tersedia paket wisata satu hari dengan rute wisata grand eltypantai teluk nipah-pantai tanjung beo-pantai bagus. Selain itu pada kawasan ini
juga menyediakan paket khusus Krakatoa Tour yang dilakukan selama 11 jam.
4. Kawasan pengembangan natar dan sekitarnya
Pada kawasan ini hanya ditawarkan satu paket wisata dengan rute Kampung
wisata Tabek indah-Sentra industry pakaian-pemandian way panas-kampung
wisata tabek indah.
Di Kampung Wisata Tabek wisatawan bisa makan dan melihat suasana kampung
yang asri. Setelah itu wisatawan akan diarahkan menuju sentra industry, dimana
pada sentra industry ini wisatawan dapat melihat langsung produksi kerajinan khas
Lampung Selatan dengan dipandu oleh seorang pemandu wisata. Setelah itu
wisatawan pergi ke pemandian Way Panas untuk merendamkan kaki di air panas
dan kembali lagi ke kampung wisata tabek indah untuk makan dan istirahat sore.

Anda mungkin juga menyukai