Anda di halaman 1dari 19

PAPER SEJARAH KEMARITIMAN

“ Peranan Selat Malaka”

Dosen pengampu : Dr Leo Agung S. ,M.Pd

DISUSUN OLEH:

Faturahma Nur Widiyanto (K4416025)

PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA
2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi rahmat, taufik serta hidayahnya kepada kami sehingga penulisan Makalah ini
dapat berlangsung dengan lancar. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun
makalah ini masih banyak kekurangan,sehingga kami berharap adanya saran dan kritik
yang membangun demi perbaikan tugas-tugas selanjutnya.

Kami mohon maaf apabila dalam laporan ini masih terdapat kesalahan-kesalahan yang
menyertai, dan kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu kelancaran penulisan makalah ini.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN..............................................................................................3

A. Peranan selat malaka Dalam lalulintas pelayaran...............................................3

B. Peranan Selat Malaka.........................................................................................8

C. Peranan Selat Malaka Dalam perkembangan Perdagangan.............................11

BAB III. PENUTUP....................................................................................................16

A. Kesimpulan.......................................................................................................16

B. Saran.................................................................................................................16

Daftar Pustaka..............................................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Selat Malaka yang merupakan jalur strategis yang berada dibawah


kedaulatan tiganegara di Asia yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura, sangat
rentan dengan berbagai aksi kejahatan.Indonesia, Malaysia dan Singapura, yang
merupakan littoral states atau dalam istilah lainnyaadalahnegara pantai, yaitu
negara-negara yang memiliki suatu kawasan yang sama, dan bertanggung jawab
penuh terhadap segala hal yang terjadi di kawasan tersebut. Dalam pembahasan
penulisan ini, littoral states yang dimaksud adalah Indonesia Malaysia dan
Singapura, yang secara geografis, bertanggung jawab terhadap keadaan apapun
termasuk keamanan di Selat Malaka. Ketiganegara ini memiliki peranan penting
dalam menjaga keamanan di perairan Selat Malaka.

Indonesia sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang terhadap


Selat Malaka, sedangkan Malaysia dan Singapura merupakan negara yang kuat
dalam sistem pertahanan dan keamanan terhadap Selat Malaka dan tidak dipungkiri
lagi bahwa Singapura memiliki kepentingan yang besar terhadap jalur perdagangan
yang strategis ini. Selat Malaka juga memiliki nilai strategis dari sisi ekonomi,
politik, dan keamanan. Selain dari posisi dan historis, selat ini merupakan jalur
perniagaan internasional yang sangat ramai dan padat. Oleh karena letaknya yang
strategis, maka selat ini rawan akan ancaman kejahatan maritim. kerawanan yang
tidak hanya terfokus pada hal-hal yang bersifat militeristik, tetapi telah berkembang
mengarah pada berbagai aspek seperti perlindungan lingkungan, hak asasi manusia,
perluasan perdagangan dan investasi, pemberantasan kejahatan internasional, atau
perdagangan barang terlarang. Maka, strategi pertahanan dan keamanan daerah ini
memerlukan suatu perhatian khusus terutama dari littoral states yaitu Indonesia,

1
Malaysia dan Singapura dengan mengadakan kerjasama untuk mengatasi ancaman
kejahatan di Selat Malaka.

Di kawasan Asia Pasifik, perairan Asia Tenggara memiliki peranan yang


sangat penting, karena merupakan penghubung antara dua samudra besar, Pasifik
dan Hindia. Jalur terpadat adalah selat malaka yang dilewati 72% tanker yang
melintasi dari samudra Hindia ke Pasifik dan hanya 28% yang melewati selat lain,
yaitu selat Lombok, selat Makasar dan laut Sulawesi. Di perkirakan sekitar 50.000
kapal setiap tahunnya melintasi selat malaka, sehingga apabila terjadi interdiksi di
Selat Malaka, dampaknya tidak hanya di rasakan oleh negara-negara di Asia
Tenggara, melainkan juga akan memberikan dampak yang luar biasa bagi negara
lain.

Rumusan Masalah

A. Peranan Selat Malaka Dalam Lalu Lintas Pelayaran Dan Perniagaan

B. Peranan Malaka Dalam Perkembangan Perdagangan

2
BAB II

PEMBAHASAN

PERANAN SELAT MALAKA DALAM LALU LINTAS PELAYARAN


DAN PENIAGAAN DI ASIA TENGGARA ABAD VII – XIV

Selat Malaka adalah sebuah selat yang terletak diantara Semenanjung


Malaysia (Thailand, Malaysia, Singapura) dan Pulau Sumatera (Indonesia). Dari segi
ekonomi dan strategis, Selat Malaka merupakan satu jalur pelayaran terpenting di
dunia, Selat Malaksama pentingnya seperti Terusan Suez atau Terusan Panama.
Selat Melaka membentuk jalur pelayaran terusan antara Samudra
Hindia dan Samudra Pasifik serta menghubungkan tiga dari negara-negara
dengan jumlah penduduk terbesar di dunia: India, Indonesia dan Republik Rakyat
Cina. Sebanyak 50.000 kapal melintasi Selat Melaka setiap tahunnya, mengangkut
antara seperlima dan seperempat perdagangan laut dunia. Sebanyak setengah
dari minyak yang diangkut oleh kapal tanker melintasi selat ini; pada 2003, jumlah itu
diperkirakan mencapai 11 juta barel minyak per hari, suatu jumlah yang dipastikan
akan meningkat mengingat besarnya permintaan dari Tiongkok. Oleh karena lebar
Selat Melaka hanya 1,5 mil laut pada titik tersempit, yaitu Selat Phillips dekat
Singapura, ia merupakan salah satu dari kemacetan lalu lintas terpenting di dunia.
Semua faktor tersebut menyebabkan kawasan itu menjadi sebuah
target pembajakan dan kemungkinan target terorisme. Pembajakan di Selat Melaka
menjadi masalah yang mendalam akhir-akhir ini, meningkat dari 25 serangan
pada 1994 hingga mencapai rekor 220 pada 2000. Lebih dari 150 serangan terjadi pada
2003. Jumlah ini mencakup sekitar sepertiga dari seluruh pembajakan pada 2003.

Frekuensi serangan meningkat kembali pada paroh awal 2004, dan angka


total dipastikan akan melebihi rekor tahun 2000. Sebagai tanggapan dari krisis ini,
angkatan laut Indonesia, Malaysia dan Singapura meningkatkan frekuensi patroli di
kawasan tersebut pada Juli 2004.

3
Ketakutan akan munculnya aksi terorisme berasal dari kemungkinan sebuah
kapal besar dibajak dan ditenggelamkan pada titik terdangkal di Selat Melaka
(kedalamannya hanya 25 m pada suatu titik) sehingga dengan efisien menghalang lajur
pelayaran. Apabila aksi ini berhasil dilancarkan dengan sukses, efek yang parah akan
timbul pada dunia perdagangan. Pendapat antara spesialis keamanan berbeda-beda
mengenai kemungkinan terjadinya serangan terorisme.

Laut mengandung dinamik yang menciptakan  kesatuan, hubungan antara


manusia dan antarabangsa melalui pengangkutan, perdagangan dan pertemuan budaya.
Oleh sebab itu lautan tidak boleh dianggap sebagai pemisah, tetapi perlu dilihat
sebagai mempersatukan pulau-pulau.  Dengan menggunakan media laut, berbagai-
bagai kelompok sosial dari berbagai-bagai daerah di kepulauan Melayu mengadakan
hubungan dengan  pihak luar.  Dari  hubungan ini tercipta kegiatan-kegiatan
pertukaran, perdagangan dan pertemuan budaya, yang menghasilkan peradaban yang
semakin maju dan budaya setempat yang semakin diperkaya.  Perwujudan dari
kemajuan budaya antara lain dapat dilihat dari tumbuhnya kota-kota pantai dengan
pelabuhannya yang menjadi pusat dinamika perdagangan, pelayaran dan teknologi
perkapalan serta pusat kekuatan politik.

Pelayaran dan perdagangan di Kepulauan Melayu telah pun bermula sejak


abad pertama lagi.  Bagaimanapun kerancakannya dapat dilihat  sekitar abad ke 15
hingga abad ke 18.  Pada tempoh tersebut rantau ini merupakan tempat pertemuan
pelayaran, perdagangan dan peradaban di antara Timur dan Barat.  Bagaimana pun 
keadaannya mula berubah dan tergugat selepas campur tangan dan penglibatan kuasa-
kuasa Eropah.  Dalam hal perdagangan dan pelayaran, syarikat-syarikat Eropah,
khususnya Belanda memainkan peranan penting kerana mereka berjaya memaksakan
sistem monopoli dagang yang didukung  oleh modal besar, organisasi yang baik,
persenjataan serta teknologi  perkapalan yang lebih maju.  Apabila VOC dengan sistem
monopolinya berjaya menguasai perdagangan rempah-ratus dan barang-barang import
(antara lain kain dari India).  Perdagangan peribumi di pasar makin terbatas pada

4
daging, sayur-sayuran, masakan, dan hasil kerajinan tangan seperti bakul dan
tembikar.  Itu pun semuanya dalam jumlah yang kecil.

A. Arti Strategis Selat Malaka: Jalur Sempit Perdagangan Dunia

Perdagangan dunia, termasuk khususnya sumber energi dunia, harus


melewati „jalur sempit“tertentu antara kawasan produksi dan tujuan akhirnya. Salah
satu dari jalur sempit ini adalah Selat Malaka, koridor laut yang menghubungkan Laut
China dengan Samudera Hindia.Karena jalur yang dapat dilayari di Selat Malaka pada
ruas tertentu lebarnya hanya kurang dari satu mil nautik, ruas-ruas tersebut
menimbulkan sejumlah kemacetan berarti bagi lalu lintas internasional. Jalur melalui
selat ini adalah jalan laut terpendek dari Tanduk Afrika dan Teluk Persia ke
Asia Timur dan Samudera Pasifik. Tetapi Selat Malaka bukan hanya koridor bagi lalu
lintas laut dari timur ke barat atau barat ke timur saja. Komunikasi lintas-selat juga
meningkat, mengintegrasikan provinsi dan negara pada masing-masing kedua sisi
selat.Peta 1 Wilayah Selat MalakaBila sebelumnya lalu lintas kapal melalui Selat
Malaka dibatasi, saat ini sejumlah besar layanan.
 
Feri menawarkan jasa angkutan penumpang antara pelabuhan-pelabuhan
kecil di Malaysia dan Indonesia. Jaringan-jaringan sosial lintas batas memang berbeda
secara etnis, namun terjalin rapat dan membentuk hubungan erat antara masyarakat
diasporadi kedua sisi Selat Malaka atau menghubungkan diaspora dengan tempat
asalnya. Dengan demikian, keragaman budaya di Selat Malaka mengusung peluang
besar bagi perkembangan ekonomidan sosial dari negara-negara pesisir seperti
Indonesia, Singapura, Malaysia dan Thailand.Meskipun demikian, perdamaian dan
stabilitas di wilayah itu adalah prasyarat bagi perkembangan regional, pasokan energi
yang lancar dan perdagangan internasional antara Uni Eropa dan Asia Timur.

5
Dalam sejarah Selat Malaka memainkan peranan penting pada pembentukan
kerajaan di pesisir, wilayah-wilayah atau negara, misalnya Sriwijaya, Malaka, Johor,
permukiman Selat Malaka dan belakangan Malaysia, Indonesia dan Singapura. Selat
Malaka tidak hanya kayaakan sumber daya maritim, tetapi juga merupakan salah satu
jalur perlayaran yang tertua dan tersibuk di dunia. Selat ini merupakan jalur utama bagi
lalu lintas kargo dan manusia antara wilayah Indo-Eropa dan wilayah lainnya di Asia
serta Australia. Ini adalah jalur laut timur- barat yang terpendek jika dibandingkan
dengan Selat Makasar dan Lombok di Indonesia.Setiap tahun, barang-barang dan jasa
bernilai milyaran Euro melewati wilayah tersebut.Selat Malaka adalah salah
satu wilayah yang paling rentan di dunia karena berpotensi tinggi untuk terjebak dalam
konflik politik dan bencana lingkungan.

Daerah-daerah yang  berbatasan dengan Selat Malaka merupakan wilayah


keanekaragaman hayati tinggi dan lingkungan yang peka. Kawasan-kawasan tersebut
adalah salah satu ‘hotspot’ keanekaragaman hayati dunia yang dinamakan ‘Sunda
hotspot’. Keanekaragaman itu terancam melalui pembalakan di hutan-hutan hujan
yang masih tersisa di Sumatera dan Semenanjung Malaysia dan kerentanan
ekologisnya meningkat, misalnya melalui penyusutan hutan bakau di wilayah
pesisir dan melalui ancaman pencemaran minyak. Proses ekologis, sosial, politik dan
ekonomi di Selat Melaka terkait sangat erat satu dengan lainnya dan tidak dapat
dipisahkan. Sengketa menyangkut perbatasan antara Singapura, Malaysia dan
Indonesia, pertikaian mengenai eksploitasi sumber alam di pesisir, seperti pasir dan
batukerikil, air bersih atau produk maritim, memperkeruh hubungan politik negara-
negara yang bertetangga. Gerakan separatis di Thailand Selatan, Aceh dan di Riau,
kelompok bajak laut dan juga kelompok islam berhaluan keras mengancam keamanan
di dan sepanjang Selat Malaka. Ancaman politik dan ekologis menciptakan situasi
rentan yang semakin meningkat  bersamaan dengan waktu. Namun, Selat Malaka tidak
hanya sebuah jalur bagi lalu lintas laut dari timur ke barat saja, tetapi juga merupakan
lintas jalan budaya dan masyarakat. Dengan semakin dekatnya integrasi ekonomi
antardaerah di Selat Malaka, komunikasi juga semakin meningkat. Jaringansosial
lintas batas memang berbeda secara etnis, namun terintegrasi erat.

6
Keanekaragaman budaya di wilayah Selat Malaka secara tradisi sangat tinggi karena
membaur dengan  pertukaran intelektual dan masyarakat yang bermigran sepanjang
poros timur-barat. Ini melibatkan harmoni’ interetnik pada ekonomi Singapura yang
berbasis pengetahuan dan juga persaingan interetnik bagi pekerjaan dengan
pembayaran buruk di semua negara yang berbatasan dengan Selat Malaka. Kemiskinan
yang merupakan imbas migrasi tenaga kerja menyebabkan peningkatan
keanekaragaman etnis dan ketegangan, terutama di wilayah perkotaan. Melihat
pentingnya kekuatan identitas etnik di wilayah ini, pemerintah-pemerintah saat ini
acap kali menggunakan kebijakan berdasarkan kesukuan untuk  menghindari atau
mengatasi ketegangan etnis dan demi stabilitas  politik dan kesatuan. Pada masa
lalu, kadang disengaja dan kadang tanpa sengaja, penguasa di era penjajahan
menggunakan perbedaan etnis untuk memecah belahkan dan mengekploitasi keunikan
kelompok-kelompok tertentu. Kebijakan ini telah menimbulkan kerentanan ekonomi-
sosial bagi penduduk masing-masing. Di sisi lain, solidaritas dan kepercayaan etnis
telah memungkinkan jaringan perdaganganuntuk bisa berfungsi dalam kondisi politik
yang sulit. Dalam konteks ini, jaringan perdagangan lintas batas seperti yang
diciptakan para perantau China di wilayah Selat Malaka, telah digambarkan dan
dianalisa secara rinci (Menkhoff dan Gerke 2002), namun jaringan kelompok etnis
lainnya masih harus diteliti. Meskipun demikian, bisa diasumsi bahwa khususnya
jaringan etnis lintas batas dapat mengintegrasikan wilayah, mengangkat ekonomi dan
pembangunan sosial serta menciptakan stabilitas dan resiliansi sosial, setidaknya untuk
jangka panjang.

Jadi Selat Malaka menyimpan peluang besar untuk pembangunan ekonomi


dan sosial bagi negara-negara di pesisir selat, yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia dan
Thailand. Selain itu, perdamaian dan stabilitas di wilayah itu merupakan prasyarat
bagi pembangunan regional, suplai energi yang berkelanjutan dan perdagangan
internasional misalnya antara lain dengan Uni Eropa dan Asia Timur.

7
Peranan Selat Malaka.

Selat Malaka adalah sebuah selat yang terletak di antara Semenanjung


Malaysia (Thailand, Malaysia, Singapura) dan Pulau Sumatra (Indonesia). Sejak  abad 
pertama,  kawasan  laut Asia Tenggara,   khususnya  Selat  Malaka sudah mempunyai
kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan
internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh,
AsiaTenggara dan Asia Barat.

Dari segi ekonomi dan strategis, Selat Malaka merupakan salah satu jalur
pelayaran terpenting di dunia, sama pentingnya seperti Terusan Suez atau Terusan
Panama. Selat Malaka membentuk jalur pelayaran terusan antara Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik serta menghubungkan tiga dari negara-negara dengan jumlah
penduduk terbesar di dunia: India, Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok.
Sebanyak 50.000 kapal melintasi Selat Malaka setiap tahunnya, mengangkut antara
seperlima dan seperempat perdagangan laut dunia. Sebanyak setengah dari minyak
yang diangkut oleh kapal tanker melintasi selat ini; pada 2003, jumlah itu diperkirakan
mencapai 11 juta barel minyak per hari, suatu jumlah yang dipastikan akan meningkat
mengingat besarnya permintaan dari Tiongkok. Oleh karena lebar Selat Malaka hanya
1,5 mil laut pada titik tersempit, yaitu Selat Phillips dekat Singapura, ia merupakan
salah satu dari kemacetan lalu lintas terpenting di dunia.

B. Peranan Selat Malaka pada abad ke 7 .

     Sebelum kedatangan bangsa barat, Nusantara telah berkembang menjadi


wilayah perdagangan internasional. Pada saat itu terdapat dua jalur perniagaan
internasional yang digunakan oleh para pedagang, yaitu :
8
 Jalur perniagaan melalui darat atau lebih dikenal dengan “Jalur
Sutra” (Silk  Road) yang dimulai dari daratan Tiongkok (Cina)
melalui Asia Tengah, Turkistan hingga ke Laut Tengah. Jalur ini
juga berhubungan dengan jalan-jalan yang dipergunakan oleh kafilah
India. Jalur ini merupakan jalur paling  tua yang menghubungkan
antara Cina dan Eropa.
 Jalur perniagaan melalui laut yang dimulai dari Cina melalui Laut
Cina  kemudian Selat Malaka, Calicut (India), lalu ke Teluk Persia
melalui Syam  (Syuria) sampai ke Laut Tengah atau melalui Laut
Merah sampai ke Mesir lalu  menuju Laut Tengah.

Ada dua kerajaan utama di Nusantara yang  mempunyai andil besar dalam
meramaikan perniagaan Internasional pada kurun  abad ke-7 hinga ke-15, yaitu
Sriwijaya di Sumatera dan Majapahit di Jawa. Keduanya adalah kerajaan Hindu-
Budha. Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu  kerajaan pantai yang kekuatan
ekonominya bertumpu pada perdagangan  internasional. Sriwijaya berhubungan
dengan jalan raya perdagangan internasional  dari Cina ke Eropa melalui Selat Malaka.
Pada abad ke-7 hingga ke-13 kerajaan tersebut tumbuh dan berkembang menjadi pusat
perdagangan di wilayah Indonesia Barat, terutama setelah berhasil menguasai dan
mengamankan jalur perdagangan di sekitar Selat Malaka. Sriwijaya mewajibkan setiap
kapal dagang yang lewat Selat Malaka untuk singgah ke pelabuhan Sriwijaya.

     Oleh karena itu, kerajaan tersebut sering dikunjungi para pedagang dari
Persia, Arab, India, dan Cina untuk memperdagangkan barang-barang dari negerinya
atau negeri-negeri yang dilaluinya. Barang-barang tersebut antara lain berupa tekstil,
kapur barus, mutiara, kayu berharga, rempah-rempah, gading, kain katun dan
sengkelat, perak, emas, sutera, pecah belah serta gula. Nusantara Sesudah Kedatangan
Bangsa Barat Hingga abad ke-10 pelayaran niaga masih menempuh satu jalur yang
tidak terputus-putus  dari timur ke barat atau sebaliknya. Sampai dengan abad itu
belum ada pelabuhan-pelabuhan yang memiliki cukup banyak fasilitas untuk dijadikan
tempat singgah dalam jalur niaga yang panjang. Sejak abad ke-10 dan ke-11 muncul

9
kota pelabuhan yang disebut dengan “emporium”, yaitu suatu kota pelabuhan dengan
fasilitas lengkap yang memudahkan para pelaut untuk memperbaiki kapal-kapalnya
sekaligus melakukan transaksi perdagangan. Dalam setiap emporium biasanya terdapat
pengusaha yang memiliki modal cukup besar sehingga mampu menyediakan fasilitas
kredit, gudang-gudang, usaha dagang dan bahkan sewa dan jual beli kapal untuk
ekspedisi dagang. Lahirnya sistem”emporia” telah memudahkan pelayaran niaga. Para
pedagang tidak lagi dipaksa untuk menempuh seluruh jalur dari timur ke barat untuk
memasarkan  barang dagangannya. Tetapi, dengan menempuh satu emporium saja,
maka  komoditi dagangnya akan dibawa para pedagang lain menyebar ke
emporiumemporium di wilayah lain. Dengan demikian sistem emporia telah
menyebabkan jalur  perdagangan menjadi lebih pendek. Berbagai emporium yang
muncul pada abad itu  adalah Aden dan Mocha di Laut Merah; Muskat, Bandar Abas
dan Hormuz di Teluk  Persia; Kambai dan Kalikut di Laut Arab; Satgaon di Teluk
Benggala; Zaiton dan Nanking di Laut Cina serta Malaka di Selat Malaka.
  
Selat malaka merupakan jalur perniagaan yang ramai yang banyak dilalui
kapal dagang dari berbagai negeri asia. Negeri-negeri yang ada di sepanjang perairan
selat malaka, silih berganti menempati kedudukan sebagai bandar/pelabuhan yang di
singgahi oeh banyak kapal yang lewat di sana untuk mengambil pembekalan dan
sekaligus di manfaatkan oleh para edagang untuk berniaga dan kepentingan-
kepentingan lainnya. Salah satu negeri yang terkenel di kawasan itu adalh
malaka.sudah semenjak awal abad ke 15 malak di jadikan sentral perdagangan oleh
para pedagang yang berasal dari berbagai negeri, baik dari barat (timur tengah dan
india), maupun dari negeri cina di timur dan negeri-negeri asia tenggara. Selain itu,
malaka juga di jadikan pusat penyebaran agama Islam yang di lakukan oleh para
pedagang muslim yang berasal dari negeri-negeri timur tengah,india, dan negeri-negeri
Asia tenggara yang peduduknya telah memeluk agama islam.

    Semua faktor tersebut menyebabkan kawasan itu menjadi sebuah target
pembajakan dan kemungkinan target terorisme. Pembajakan di Selat Malaka menjadi
masalah yang mendalam akhir-akhir ini, meningkat dari 25 serangan pada 1994 hingga
10
mencapai rekor 220 pada 2000. Lebih dari 150 serangan terjadi pada 2003. Jumlah ini
mencakup sekitar sepertiga dari seluruh pembajakan pada 2003. Frekuensi serangan
meningkat kembali pada paroh awal 2004, dan angka total dipastikan akan melebihi
rekor tahun 2000. Sebagai tanggapan dari krisis ini, angkatan laut Indonesia, Malaysia
dan Singapura meningkatkan frekuensi patroli di kawasan tersebut pada Juli 2004.

    Ketakutan akan munculnya aksi terorisme berasal dari kemungkinan sebuah
kapal besar dibajak dan ditenggelamkan pada titik terdangkal di Selat Malaka
(kedalamannya hanya 25 m pada suatu titik) sehingga dengan efisien menghalang lajur
pelayaran. Apabila aksi ini berhasil dilancarkan dengan sukses, efek yang parah akan
timbul pada dunia perdagangan. Pendapat antara spesialis keamanan berbeda-beda
mengenai kemungkinan terjadinya serangan terorisme.

Peran Malaka Terhadap Perkembangan Perdagangan. 


Memang semenjak menjadi kawasan kerajaan Sriwijaya, selat Malaka
memiliki kedudukan cukup penting dalam dunia perdagangan dan pelayaran. Jika anda
berpendapat hal ini karena faktor alam yang di miliki. Keberadaan selat malaka yang
menghubungkan antara negara-negara di Asia Tenggara, Asia Barat dan Asia Timur
memang merupakan faktor utama wilayah malaka memiliki peran penting dalam jalur
perdagangan internasional.

Berbicara mengenai malaka tidak dapat kita lepaskan dari peran malaka
terhadap perkembangan perdagangan. Di indonesia sendiri malaka merupakan salah
satu daerah yang sangat penting dalam hal perkembangan perdagangan.  Jauh sebelum
bangsa barat menginjakkan kaki di Indonesia, kawasan indonesia yang tergabung
menjadi nusantara sudah menjadi wilayah perdagangan yang berkembang secara
internasional. Hal ini dapat di buktikan dengan adanya peta jalur perdagangan
internasional.

Setidaknya terdapat 2 jalur perdagangan internasional yang hingga kini


masih dapat dilalui. Kedua jalur perdagangan tersebut meliputi jalur perdagangan darat
11
dan laut. Jalur Sutra merupakan julukan bagi jalur perdagangan melalui darat. Julukan
jalur sutra diberikan karena jalur perdagangan ini merupakan jalur pertama atau tertua
yang menghubungkan Cina dengan Eropa melalu Asia Tengah à Turki (turkisna)
sampai ke laut tengah.
Sementara jalur perdagangan laut membentang dari Laut Cina hingga ke
India. Syam, sampai ke laut tengah. Di sinilah peran malaka sebagai jalur strategis
yang berada di tengah-tengah keduanya. Pada masa kerajaan Sriwijaya dan
Majapahit kedua kerajaan ini merupakan pelopor perdagangan di Nusantara yang
kemudian memiliki hubungan internasional dengan kerajaan India
Sriwijaya yang merupakan kerajaan yang bertumpu pada perniagaan
memiliki hu bungan internasional dengan bangsa Cina dan Eropa. Kembali lagi di
sinilah peran Selat Malaka sebagai perkembangan perdagangan baik di Indonesia
maupun Internasional.
Pada periode berikutnya kedua kerajaan tumbuh dan berkembang sebagai
pusat perniagaan di Nusantara. Dengan adanya selat malaka ini kerajaan yang paling
diuntungkan adalah kerajaan Sriwijaya, yang mana setelah menguasainya sistem pajak
diberlakukan bagi para pedagang yang berdagangan melalui selat malaka. Para
pedagang tersebut merupakan para pedagang Internasional baik dari Arab, India,
maupun Cina dan Persia. 
Mereka berdagang hasil bumi baik dari negaranya ke Indonesia maupun dari
Indonesia ke negara masing-masing. Diantara yang diperdagangkan adalah kapur
barus, mutiara, kayu, rempah-rempah, kain, dan perhiasan lain seperti emas, perak dan
perunggu. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa peran malaka dalam perkembangan
perdagangan sangat besar khususnya di Indonesia dan Internasional pada Umumnya.
Pada masa pendudukan bangsa barat yang berawal jalur perdagangan ini
masih dipertahankan hingga abad ke-10. Perkembangan berlanjut hingga abad 11
pelabuhan dan persinggahan sementara di bangun di jalur perdagangan ini. Dengan
dibangunnya kota pelabuhan ini peran malaka terhadap perkembangan perdagangan
sangat penting.Hal-hal di atas merupakan faktor dan peran malaka terhadap
perkembangan perdagangan baik perdagangan di Indonesia maupun perdagangan
Internasional.
12
C. Pengembangan Wilayah Selat Malaka
Asia Tenggara masih sarat dengan masalah kemiskinan, urbanisasi yang
melaju,ketidakadilan, migrasi gelap antarnegara dan penipisan sumber daya alamnya.
Stabilitaswilayah selat yang sangat bersifat politis terancam melalui perdamaian yang
rentan diSumatera Utara (Aceh), kerusuhan di Riau dan Thailand Selatan serta
perompakan yangmerebak di Selat Malaka. Migrasi ke segala penjuru di Selat Malaka
meningkatkan konflikdan ketegangan interetnis.Wilayah ini kaya akan sumber alam,
dari perikanan hingga kawasan rawa bakau dan hutanhujan, dari timah hingga gas dan
ladang minyak. Tetapi wilayah ini juga sarat dengan masalah pencemaran akibat bisnis
perkapalan dan industri, deforestasi akibat pembalakan meluas dan pencemaran udara
yang berat akibat sistem perladangan berpindah.Pada sisi lain, Selat Malaka
menyimpan peluang besar bagi pembangunan ekonomi dan sosialdi negara-negara
pesisir. Beberapa “segitiga pertumbuhan” telah dibentuk untuk menciptakanzona
ekonomi khusus yang terintegrasi, misalnya segitiga SIJORI yang
menghubungkanSingapura dengan Johor, negara bagian Malaysia, dan provinsi
Riau.Karena itu, Selat Malaka bukan hanya merupakan sebuah jalur laut tetapi juga
dapatdikatakan “laut mediterania” (laut yang hampir seluruhnya dikelilingi
daratan) seperti dalam pengertian Braudel (1966). Pada kedua pesisir selat yang
berseberangan, baik komposisi etnismaupun ekologis, serupa. Sesungguhnya layaklah
untuk mengakui bahwa Selat Malaka dan pulau-pulau serta semenanjung-semenanjung
di wilayah perbatasannya membentuk wilayahterintegrasi yang terbagi dalam teritorial
nasional melalui perbatasan yang ditetapkan selamaera penjajahan, tanpa
mengindahkan kesamaan alam dan budayanya.

D. Persoalan Pelayaran di Selat Malaka

Semenjak diumumkannya konsepsi Nusantara, banyak orang yang


mempersoalkan status Selat Malaka baik di dalam maupun di luar negeri. Bermacam-
macam pertanyaan dan pendapat yang keluar tentang Selat tersebut, ada yang
menyatakan supaya selat Malaka diinternasionalisasikan, ada yang meminta

13
pengelolaan internasional, rezim transit bebas, lkintas damai, lintas transit, dan lain-
lainnya.

Bagaimana sebenarnya status perairan di Selat Malaka tersebut? Sebenarnya


persoalannya sudah jelas, sebagai akibat dari pelaksanaan Undang-undang No. 4 Prp.
Tahun 1960 tentang perairan Indonesia. Pasal 1 Undang-undang tersebut antara lain
menyatakan, bahwa lebar laut wilayah Indonesia adalah 12 mil dan pada selat yang
lebarnya tidak melebihi 24 mil dan bila negara Indonesia tidak merupakan satu-
satunya negara tepi, maka garis batas laut wilayah Indonesia ditarik pada tengah selat
tersebut. Demikian juga halnya dengan Malaysia yang pada bulan Agustus 1969
menetapkan pula lebar laut wilayahnya menjadi 12 mil laut yang diukur dari gaaris-
garis pangkal yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Konvensi Jenewa
1958 tentang Laut Wilayah dan Zona Tambahan.

Jadi oleh karena adanya bagian-bagian laut di Selat Malaka yang lebarnya
kurang dari 24 mil, tentu perlu ditarik garis batas yang akan menentukan laut wilayah
masing-masing negara pantai yaitu Indonesia dan Malaysia. Penetapan garis batas laut
wilayah Indonesia dan Malaysia yang merupakan suatu garis tengah (Mediane Line)
yang diukur dari garis pangkal laut wilayah masing-masing merupakan suatu
keharusan agar batas-batas yurisdiksi dan jaminan-jaminan hokum di laut wilayah
masing-masing Negara menjadi jelas, lalu diadakanlah perundingan-perundingan
kedua Negara dan tanggal 17 februari1970, ditandatanganilah perjanjian garis batas
laut wilayah antara antara kedua Negara, yang selanjutnya menjadi undang-undang RI
No.2 tahun 1970.

Sebagai akibat dari perjanjian garis batas laut wilayah masing-masing


Negara yang lebarnya 12 mil ini, ialah bahwa pada bagian-bagian yang tertentu dari
laut yang dulunya merupakan laut bebas sekarang telah menjadi laut-laut wilayah
Indonesia dan Malaysia, ini berarti bahwa di bagian-bagian laut yang telah menjadi
laut wilayah ini akan berlaku kedaulatan Negara-negara pantai yaitu Indonesia dan
Malaysia, sebagaimana kita lihat. Di dunia ini lebih dari 100 selat yang statusnya akan
menjadi laut wilayah dan berada di bawah kedaulatan Negara-negara pantai. Karena
itu, sesuai dengan praktek internasional dan ketentuan-ketentuan Konvensi Jenewa
1958, maka di atas laut tersebut akan berlaku hak lintas damai.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Selat Malaka memainkan peranan strategis yang penting bagi perdagangan


dunia dan pembangunan regional. Wilayah ini rentan terhadap kerusuhan
sosial, politik dan bencana alam, namun juga menyimpan peluang-peluang besar
bagi perkembanganekonomi dan sosial.
B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya


penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung
jawabkan.

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain
akan saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Kartodirjo, Sartono. 1992. Pengantar Sejarah Indonesia Baru:1500-1900 (dari


Emporium sampai Imperium) Jilid I. Jakarta: Gramedia.

Daliman, A. 2012. Islamisasi Dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam Di


Indonesia.Yogyakarta: Ombak.

Hamid, Abdurahman. 2013. Sejarah Maritim Indonesia. Yogyakarta:Ombak

Mauna, Boer. 2000. Hukum Internasional:Pengertian Peranan dan Fungsi


dalam Era Dinamika Global. Bandung : P.T Alumni

Jurnal

https://www.academia.edu/8734640/SEJARAH_KEMARITIMAN_INDONESI
A

http://mahasiswamengabdi.blogspot.com/2016/04/makalah-kemaritiman-
indonesia

16

Anda mungkin juga menyukai