DISUSUN OLEH:
PENDIDIKAN SEJARAH
SURAKARTA
2018
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi rahmat, taufik serta hidayahnya kepada kami sehingga penulisan Makalah ini
dapat berlangsung dengan lancar. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun
makalah ini masih banyak kekurangan,sehingga kami berharap adanya saran dan kritik
yang membangun demi perbaikan tugas-tugas selanjutnya.
Kami mohon maaf apabila dalam laporan ini masih terdapat kesalahan-kesalahan yang
menyertai, dan kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu kelancaran penulisan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
A. Kesimpulan.......................................................................................................16
B. Saran.................................................................................................................16
Daftar Pustaka..............................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
Malaysia dan Singapura dengan mengadakan kerjasama untuk mengatasi ancaman
kejahatan di Selat Malaka.
Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Ketakutan akan munculnya aksi terorisme berasal dari kemungkinan sebuah
kapal besar dibajak dan ditenggelamkan pada titik terdangkal di Selat Melaka
(kedalamannya hanya 25 m pada suatu titik) sehingga dengan efisien menghalang lajur
pelayaran. Apabila aksi ini berhasil dilancarkan dengan sukses, efek yang parah akan
timbul pada dunia perdagangan. Pendapat antara spesialis keamanan berbeda-beda
mengenai kemungkinan terjadinya serangan terorisme.
4
daging, sayur-sayuran, masakan, dan hasil kerajinan tangan seperti bakul dan
tembikar. Itu pun semuanya dalam jumlah yang kecil.
5
Dalam sejarah Selat Malaka memainkan peranan penting pada pembentukan
kerajaan di pesisir, wilayah-wilayah atau negara, misalnya Sriwijaya, Malaka, Johor,
permukiman Selat Malaka dan belakangan Malaysia, Indonesia dan Singapura. Selat
Malaka tidak hanya kayaakan sumber daya maritim, tetapi juga merupakan salah satu
jalur perlayaran yang tertua dan tersibuk di dunia. Selat ini merupakan jalur utama bagi
lalu lintas kargo dan manusia antara wilayah Indo-Eropa dan wilayah lainnya di Asia
serta Australia. Ini adalah jalur laut timur- barat yang terpendek jika dibandingkan
dengan Selat Makasar dan Lombok di Indonesia.Setiap tahun, barang-barang dan jasa
bernilai milyaran Euro melewati wilayah tersebut.Selat Malaka adalah salah
satu wilayah yang paling rentan di dunia karena berpotensi tinggi untuk terjebak dalam
konflik politik dan bencana lingkungan.
6
Keanekaragaman budaya di wilayah Selat Malaka secara tradisi sangat tinggi karena
membaur dengan pertukaran intelektual dan masyarakat yang bermigran sepanjang
poros timur-barat. Ini melibatkan harmoni’ interetnik pada ekonomi Singapura yang
berbasis pengetahuan dan juga persaingan interetnik bagi pekerjaan dengan
pembayaran buruk di semua negara yang berbatasan dengan Selat Malaka. Kemiskinan
yang merupakan imbas migrasi tenaga kerja menyebabkan peningkatan
keanekaragaman etnis dan ketegangan, terutama di wilayah perkotaan. Melihat
pentingnya kekuatan identitas etnik di wilayah ini, pemerintah-pemerintah saat ini
acap kali menggunakan kebijakan berdasarkan kesukuan untuk menghindari atau
mengatasi ketegangan etnis dan demi stabilitas politik dan kesatuan. Pada masa
lalu, kadang disengaja dan kadang tanpa sengaja, penguasa di era penjajahan
menggunakan perbedaan etnis untuk memecah belahkan dan mengekploitasi keunikan
kelompok-kelompok tertentu. Kebijakan ini telah menimbulkan kerentanan ekonomi-
sosial bagi penduduk masing-masing. Di sisi lain, solidaritas dan kepercayaan etnis
telah memungkinkan jaringan perdaganganuntuk bisa berfungsi dalam kondisi politik
yang sulit. Dalam konteks ini, jaringan perdagangan lintas batas seperti yang
diciptakan para perantau China di wilayah Selat Malaka, telah digambarkan dan
dianalisa secara rinci (Menkhoff dan Gerke 2002), namun jaringan kelompok etnis
lainnya masih harus diteliti. Meskipun demikian, bisa diasumsi bahwa khususnya
jaringan etnis lintas batas dapat mengintegrasikan wilayah, mengangkat ekonomi dan
pembangunan sosial serta menciptakan stabilitas dan resiliansi sosial, setidaknya untuk
jangka panjang.
7
Peranan Selat Malaka.
Dari segi ekonomi dan strategis, Selat Malaka merupakan salah satu jalur
pelayaran terpenting di dunia, sama pentingnya seperti Terusan Suez atau Terusan
Panama. Selat Malaka membentuk jalur pelayaran terusan antara Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik serta menghubungkan tiga dari negara-negara dengan jumlah
penduduk terbesar di dunia: India, Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok.
Sebanyak 50.000 kapal melintasi Selat Malaka setiap tahunnya, mengangkut antara
seperlima dan seperempat perdagangan laut dunia. Sebanyak setengah dari minyak
yang diangkut oleh kapal tanker melintasi selat ini; pada 2003, jumlah itu diperkirakan
mencapai 11 juta barel minyak per hari, suatu jumlah yang dipastikan akan meningkat
mengingat besarnya permintaan dari Tiongkok. Oleh karena lebar Selat Malaka hanya
1,5 mil laut pada titik tersempit, yaitu Selat Phillips dekat Singapura, ia merupakan
salah satu dari kemacetan lalu lintas terpenting di dunia.
Ada dua kerajaan utama di Nusantara yang mempunyai andil besar dalam
meramaikan perniagaan Internasional pada kurun abad ke-7 hinga ke-15, yaitu
Sriwijaya di Sumatera dan Majapahit di Jawa. Keduanya adalah kerajaan Hindu-
Budha. Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan pantai yang kekuatan
ekonominya bertumpu pada perdagangan internasional. Sriwijaya berhubungan
dengan jalan raya perdagangan internasional dari Cina ke Eropa melalui Selat Malaka.
Pada abad ke-7 hingga ke-13 kerajaan tersebut tumbuh dan berkembang menjadi pusat
perdagangan di wilayah Indonesia Barat, terutama setelah berhasil menguasai dan
mengamankan jalur perdagangan di sekitar Selat Malaka. Sriwijaya mewajibkan setiap
kapal dagang yang lewat Selat Malaka untuk singgah ke pelabuhan Sriwijaya.
Oleh karena itu, kerajaan tersebut sering dikunjungi para pedagang dari
Persia, Arab, India, dan Cina untuk memperdagangkan barang-barang dari negerinya
atau negeri-negeri yang dilaluinya. Barang-barang tersebut antara lain berupa tekstil,
kapur barus, mutiara, kayu berharga, rempah-rempah, gading, kain katun dan
sengkelat, perak, emas, sutera, pecah belah serta gula. Nusantara Sesudah Kedatangan
Bangsa Barat Hingga abad ke-10 pelayaran niaga masih menempuh satu jalur yang
tidak terputus-putus dari timur ke barat atau sebaliknya. Sampai dengan abad itu
belum ada pelabuhan-pelabuhan yang memiliki cukup banyak fasilitas untuk dijadikan
tempat singgah dalam jalur niaga yang panjang. Sejak abad ke-10 dan ke-11 muncul
9
kota pelabuhan yang disebut dengan “emporium”, yaitu suatu kota pelabuhan dengan
fasilitas lengkap yang memudahkan para pelaut untuk memperbaiki kapal-kapalnya
sekaligus melakukan transaksi perdagangan. Dalam setiap emporium biasanya terdapat
pengusaha yang memiliki modal cukup besar sehingga mampu menyediakan fasilitas
kredit, gudang-gudang, usaha dagang dan bahkan sewa dan jual beli kapal untuk
ekspedisi dagang. Lahirnya sistem”emporia” telah memudahkan pelayaran niaga. Para
pedagang tidak lagi dipaksa untuk menempuh seluruh jalur dari timur ke barat untuk
memasarkan barang dagangannya. Tetapi, dengan menempuh satu emporium saja,
maka komoditi dagangnya akan dibawa para pedagang lain menyebar ke
emporiumemporium di wilayah lain. Dengan demikian sistem emporia telah
menyebabkan jalur perdagangan menjadi lebih pendek. Berbagai emporium yang
muncul pada abad itu adalah Aden dan Mocha di Laut Merah; Muskat, Bandar Abas
dan Hormuz di Teluk Persia; Kambai dan Kalikut di Laut Arab; Satgaon di Teluk
Benggala; Zaiton dan Nanking di Laut Cina serta Malaka di Selat Malaka.
Selat malaka merupakan jalur perniagaan yang ramai yang banyak dilalui
kapal dagang dari berbagai negeri asia. Negeri-negeri yang ada di sepanjang perairan
selat malaka, silih berganti menempati kedudukan sebagai bandar/pelabuhan yang di
singgahi oeh banyak kapal yang lewat di sana untuk mengambil pembekalan dan
sekaligus di manfaatkan oleh para edagang untuk berniaga dan kepentingan-
kepentingan lainnya. Salah satu negeri yang terkenel di kawasan itu adalh
malaka.sudah semenjak awal abad ke 15 malak di jadikan sentral perdagangan oleh
para pedagang yang berasal dari berbagai negeri, baik dari barat (timur tengah dan
india), maupun dari negeri cina di timur dan negeri-negeri asia tenggara. Selain itu,
malaka juga di jadikan pusat penyebaran agama Islam yang di lakukan oleh para
pedagang muslim yang berasal dari negeri-negeri timur tengah,india, dan negeri-negeri
Asia tenggara yang peduduknya telah memeluk agama islam.
Semua faktor tersebut menyebabkan kawasan itu menjadi sebuah target
pembajakan dan kemungkinan target terorisme. Pembajakan di Selat Malaka menjadi
masalah yang mendalam akhir-akhir ini, meningkat dari 25 serangan pada 1994 hingga
10
mencapai rekor 220 pada 2000. Lebih dari 150 serangan terjadi pada 2003. Jumlah ini
mencakup sekitar sepertiga dari seluruh pembajakan pada 2003. Frekuensi serangan
meningkat kembali pada paroh awal 2004, dan angka total dipastikan akan melebihi
rekor tahun 2000. Sebagai tanggapan dari krisis ini, angkatan laut Indonesia, Malaysia
dan Singapura meningkatkan frekuensi patroli di kawasan tersebut pada Juli 2004.
Ketakutan akan munculnya aksi terorisme berasal dari kemungkinan sebuah
kapal besar dibajak dan ditenggelamkan pada titik terdangkal di Selat Malaka
(kedalamannya hanya 25 m pada suatu titik) sehingga dengan efisien menghalang lajur
pelayaran. Apabila aksi ini berhasil dilancarkan dengan sukses, efek yang parah akan
timbul pada dunia perdagangan. Pendapat antara spesialis keamanan berbeda-beda
mengenai kemungkinan terjadinya serangan terorisme.
Berbicara mengenai malaka tidak dapat kita lepaskan dari peran malaka
terhadap perkembangan perdagangan. Di indonesia sendiri malaka merupakan salah
satu daerah yang sangat penting dalam hal perkembangan perdagangan. Jauh sebelum
bangsa barat menginjakkan kaki di Indonesia, kawasan indonesia yang tergabung
menjadi nusantara sudah menjadi wilayah perdagangan yang berkembang secara
internasional. Hal ini dapat di buktikan dengan adanya peta jalur perdagangan
internasional.
13
pengelolaan internasional, rezim transit bebas, lkintas damai, lintas transit, dan lain-
lainnya.
Jadi oleh karena adanya bagian-bagian laut di Selat Malaka yang lebarnya
kurang dari 24 mil, tentu perlu ditarik garis batas yang akan menentukan laut wilayah
masing-masing negara pantai yaitu Indonesia dan Malaysia. Penetapan garis batas laut
wilayah Indonesia dan Malaysia yang merupakan suatu garis tengah (Mediane Line)
yang diukur dari garis pangkal laut wilayah masing-masing merupakan suatu
keharusan agar batas-batas yurisdiksi dan jaminan-jaminan hokum di laut wilayah
masing-masing Negara menjadi jelas, lalu diadakanlah perundingan-perundingan
kedua Negara dan tanggal 17 februari1970, ditandatanganilah perjanjian garis batas
laut wilayah antara antara kedua Negara, yang selanjutnya menjadi undang-undang RI
No.2 tahun 1970.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain
akan saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.
15
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Jurnal
https://www.academia.edu/8734640/SEJARAH_KEMARITIMAN_INDONESI
A
http://mahasiswamengabdi.blogspot.com/2016/04/makalah-kemaritiman-
indonesia
16