Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPENDUDUKAN DAN

KETENAGAKERJAAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Ekonomi

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Erlina (3506180145)
2. Astri Wulandari (3506180073)
3. Tarsih (3506180202)
4. Kusmiati Gantina (3506180118)
5. Sopi Kamelania (3506180107)
6. Rini Priantini (3506180207)
7. Ning Darisalamah (3506180109)
8. Ranti R. Saputri (3506180161)
9. Anggia Lestari (3506180079)
10. Ade M. Rizky (3506180128)
11. Riyan Bagus P. (3506180131)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FISIP)


PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat
dan kasih‐Nya, atas anugerah
petunjuk‐Nya sehingga hidup dan
memberikan kesehatan yang
kemampuan dan telah kami terima,
kemudahan serta
bagi kami
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami
tentang KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN, menjadikan
keterbatasan kami pula untuk memberikan penjabaran yang lebih dalam tentang
masalah ini, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita,
setidaknya untuk sekedar membuka cakrawala berpikir kita tentang
KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan ini. Terutama kepada rekan satu kelompok
atas kerjasamanya, dan Dosen Mata Kuliah yang telah membimbing dalam
penyusunan karya tulis ini.

Pangandaran, 10 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
2.1 Kependudukan ............................................................................................ 3
2.1.1 Pengertian Penduduk ...................................................................... 3
2.1.2 Teori penduduk modern .................................................................. 4
2.1.3 Faktor mendorong terjadinya kependudukan ................................. 5
2.1.4 Penduduk: Komposisi usia dan jenis kelamin ................................ 5
2.1.5 Masalah Kependudukan .................................................................. 6
2.1.6 Laju Pertumbuhan Penduduk .......................................................... 8
2.1.7 Peranan Penduduk dalam Pembangunan Ekonomi ....................... 9
2.2 Ketenagakerjaan ......................................................................................... 10
2.2.1 Pengertian Tenaga kerja .................................................................. 10
2.2.2 Konsep dan Definisi ........................................................................ 11
2.2.3 Pekerjaan dan Tingkat Upah ........................................................... 12
2.2.4 Kebijakan Kependudukan Dan Ketenagakerjaan ........................... 13
2.3 Pendidikan .................................................................................................. 13
2.3.1 Masalah Pendidikan Di Indonesia .................................................. 13
2.3.2 Efektivitas Pendidikan Di Indonesia ............................................... 14
2.3.3 Efisiensi Pendidikan Di Indonesia .................................................. 15
2.3.4 Standarsisasi Pendidikan Di Indonesia ........................................... 17
2.4 Kesehatan .................................................................................................... 17
2.4.1 Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia ................................. 17
2.4.2 Strategi Paradigma Kesehatan ........................................................ 19

ii
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 21
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 21
3.2 Saran ........................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumber daya manusia dalam hal ini penduduk, penduduk yang


pada umumnya di pandang sebagai penghambat atau juga bisa di pandang
sebagai pemicu perkembangan pembangunan. Cara mengantisipasi padatnya
sumber daya manusia yaitu dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya
manisia itu sendiri dengan berupaya memanfaatkan dan mengolah sumber
daya alam yang ada di sekitar, hingga dapat menciptakan tenaga kerja yang
berkualitas. Semakin banyak sumber daya manusia yang berkualitas maka
semakin banyak juga tenaga kerja yang berkualitas, yang dapat mengolah
dan memanfaatkan sumber daya alam yam efisien dan efektif.
Selain tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, tingkat
pendidikan dan kesehatan juga mempengaruhi masalah kependudukan.
Besarnya kematian yeng terjadi di suatu daerah menujukkan bagaimana
kondisi lingkungan dan juga kesehatan pada masyarakat di daerah tersebut.
Penduduk berfungsi ganda dalam perekonomian. Dalam literatur-
literatur kuno pada umumnya penduduk dipandang sebagai penghambat
pembangunan. Keberadaanya, apalagi dalam jumlah besar dan dengan
pertumbuhan yang tinggi, dinilai hanya menambah beban pembangunan.
Dinyatakan dengan kalimat yang lebih lugas: jumlah penduduk yang besar
memperkecil pendapatan per kapita dan menimbulkan masalah
ketenagakerjaan. Dalam literatur-literatur modern, penduduk justru
dipandang sebagai pemacu pembangunan.
Berlangsungnya kegiatan produksi adalah berkat adanya orang
yang membeli dan mengonsumsi barang-barang yang dihasilkan. Konsumsi
dari penduduk inilah yang menimbulkan permintaan agregat. Pada
gilirannya, peningkatan lonsumsi agregat memungkinkan usaha-usaha
produktif berkembang, begitu pula perekonomian secara keseluruhan. Jadi,
perkembangan ekonomi turut ditentukan oleh permintaan yang datang dari
penduduk.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kependudukan?
2. Apa faktor yang mendorong terjadinya kependudukan?
3. Apa masalah kependudukan di Indonesia?
4. Bagaimana laju pertumbuhan penduduk di Indonesia?
5. Apa peranan penduduk dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
6. Apa pengertian ketenagakerjaan?
7. Bagaimana kebijakan kependudukan dan ketenagakerjaann di
Indonesia?
8. Bagaiamana pendidikan di Indonesia dan apasaja yang menjadi masalah
dalam pendidikan di Indonesia?
9. Bagaimana setandar pendidikan di Indonesia?
10. Bagaimana kondisi kesehatan di Indonesia serta apasaja yang masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian kependudukan.
2. Mengetahui faktor terjadinya kependudukan.
3. Mengetahui permasalahan kependudukan di Indonesia.
4. Mengetahui laju pertumbuhan penduduk Indonesia.
5. Mengethaui pernanan penduduk dalam pertumbuhan ekonomi.
6. Mengetahui pengertian ketenagakerjaan.
7. Mengetahui kebijakan kependudukan dan ketenagakerjaann di
Indonesia.
8. Mengetahui pendidikan di Indonesia dan apasaja yang menjadi masalah
dalam pendidikan di Indonesia.
9. Mengetahui setandar kependudukan Indonesia.
10. Mengetahui kondisi kesehatan di Indonesia serta apasaja yang masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KEPENDUDUKAN
Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 225 juta jiwa,
menjadikan negara ini negara dengan penduduk terpadat ke-4 di dunia.
Penduduk yang besar dengan daya beli yang terus meningkat adalah pasar
yang potensial,sementara itu jumlah penduduk yang besar dengan kualitas
sumber daya manusia (SDM) yang terus membaik adalah potensi daya asing
yang luar biasa.
Selain jumlah penduduknya yang besar, luasnya negara kepulauan
dan tidak meratanya penduduk membuat Indonesia semakin banyak
mengalami permasalahan terkait dengan hal kependudukan. Tidak hanya
itu, faktor geografi, tingkat migrasi, struktur kependudukan di Indonesia dan
lain-lain membuat masalah kependudukan semakin kompleks dan juga
menjadi hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus guna kepentingan
manusia Indonesia.
Terkait dengan jumlah penduduk yang tinggi tentunya terdapat
faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah tingkat atau laju
pertumbuhan penduduk. Besarnya laju pertumbuhan penduduk membuat
pertambahan jumlah penduduk semakin meningkat, yang akhirnya akan
membawa dampak negatif di suatu daerah yang padat penduduknya.

2.1.1 Pengertian Penduduk


Dalam arti luas, penduduk atau populasi berarti sejumlah makhluk
sejenis yang mendiami atau menduduki tempat tertentu. Bahkan populasi
dapat pula dikenakan pada benda-benda sejenis yang terdapat pada suatu
tempat. Dalam kaitannya dengan manusia, maka pengertian penduduk
adalah manusia yang mendiami dunia atau bagian-bagiannya.
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah
geografis Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang
berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap. Pertumbuhan
penduduk diakibatkan oleh tiga komponen yaitu: fertilitas, mortalitas dan
migrasi.
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil
reproduksiyang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan
kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup.
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen
demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Informasi
tentang kematian penting, tidak saja bagi pemerintah melainkan juga bagi
pihak swasta, yang terutama berkecimpung dalam bidang ekonomi dan
kesehatan. Mati adalah keadaan menghilangnya semua tanda-tanda
kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran
hidup.Migrasi merupakan salah satu faktor dasar yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk. Peninjauan migrasi secara regional sangat penting
untuk ditelaah secara khusus mengingatadanya densitas (kepadatan) dan
distribusi penduduk yang tidak merata, adanya faktor-faktor pendorong dan
penarik bagi orang-orang untuk melakukan migrasi, di pihak lain,
komunikasi termasuk transportasi semakin lancar. Migrasi adalah
perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke
tempat lain melampaui batas politik/negara atau pun batasadministratif/batas
bagian dalam suatu negara. Jadi migrasi sering diartikan sebagai
perpindahanyang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain.

2.1.2 Teori penduduk modern


Pandangan-pandangan tentang Teori penduduk modern,
diantaranya:
1. Pandangan Merkantilisme, jumlah penduduk yang banyak sebagai
elemen yang penting dalam kekuatan negara yaiti merupakan faktor
yang penting di dalam kekuatan negara dan memegang peranan dalam
meningkatkan pengahasilan dan kekayaan negara.
2. Pandangan Kaum Fisiokrat, kesempatan untuk meningkatkan jumlah
produksi pertanian dalam rangka menunjang pertambahan penduduk.
3. Pandangan Cantilion (Merkantilisme), tanah merupakan faktor utama
yang dapat menentukan tinggi rendahnya kesejahteraan, selain itu,
dinyatakan pula bahwa jumlah penduduk akan terbatas karena
jumlahnya akan dibatasi oleh jumlah makanan yang dapat diproduksi
oleh tanah.
4. Pandangan Quesnay (Fisiokrat), suatu negara hendaknya mempunyai
penduduk yang cukup banyak, tetapi dengan sayarat agar mereka
dapat mencapai taraf hidup yang layak.

Pertumbuhan penduduk (populatin growth) di suatu negara adalah


peristiwa berubahnya jumlah penduduk yang disebabkan oleh adanya
pertambahan alami dengan migrasi neto. Pertambahan alami (natural
increase) adalah pertambahan penduduk yang diperoleh dari selisih antara
jumlah kelahiran dan jumlah kematian. Migrasi neto (nett migration) adalah
pertambahan penduduk yang diperoleh dari selisih antara jumlah imigran
dan jumlah emigran.

2.1.3 Faktor mendorong terjadinya kependudukan


Beberapa faktor yang mendorong terjadinya kependudukan baik
secara kuantitatif maupun kualitatif, antara lain:
1. Kemajuan IPTEK.
2. Dorongan atau hasrat naluri manusia yang selalu memperoleh kondisi
yang lebih baik dari sebelumnya di dalam kehidupannya baik material
maupun intelektual.
3. Keterbatasan kemampuan dukungan alam dan SDA serta dukungan
lainnya yang diperlukan.

2.1.4 Penduduk: Komposisi usia dan jenis kelamin


Rasio antara anak-anak dan lansia di satu sisi (khususnya mereka
yang berumur dibawah 15 tahun dan diatas 65 tahun) dan penduduk usia
kerja di sisi lain menentukan rasio ketergantungan berbasis usia, yaitu
jumlah orang yang harus ditanggung oleh tiap penduduk usia kerja. Rasio
ketergantungan berbasis usia memiliki dampak langsung terhadap
pendapatan per kapita, kemiskinan dan jumlah pekerja miskin – working
poor (seperti yang didefinisikan oleh ILO); rasio ketergantungan berbasis
usia ini juga memiliki pengaruh pada simpanan dan investasi serta sumber
daya manusia. Perbedaan antara rasio ketergantungan usia dan aktual
memberikan sebuah indikasi cakupan untuk meningkatkan rasio
ketergantungan dengan meningkatkan partisipasi angkatan kerja.
Pembedaan harus dibuat antara rasio ketergantungan yang tinggi karena
jumlah kaum muda yang besar dalam penduduk dan rasio ketergantungan
yang tinggi karena jumlah lansia yang besar. Struktur demografi dapat
digambarkan dengan ringkas dalam bentuk sebuah piramida yang
menunjukkan struktur usia dan jenis kelamin penduduk. Perubahan dalam
rasio ketergantungan memiliki dampak yang berbeda pada pendapatan per
kapita dan mempengaruhi kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas dan
penghasilan tenaga kerja guna mengurangi pekerja miskin. Rasio
ketergantungan yang tinggi menyiratkan bahwa tiap pencari nafkah harus
menyokong sejumlah besar orang dan oleh karenanya memerlukan
penghasilan yang lebih besar untuk bisa keluar dari kemiskinan
dibandingkan bila rasio ketergantungannya lebih rendah.
Tingkat pertumbuhan penduduk total dan penduduk usia kerja
(berusia 15– 60/64) memiliki dampak besar terhadap jumlah kesempatan
kerja produktif yang dibutuhkan, dan oleh karenanya, analisa berikutnya.
Struktur usia penduduk saat ini adalah faktor utama yang, menentukan
jumlah kesempatan kerja yang dibutuhkan – lapangan kerja baru – selama
periode 15-20 tahun kedepan, faktor utama lainnya adalah kebutuhan untuk
mengurangi pengangguran dan pekerja miskin.

2.1.5 Masalah Kependudukan


Masalah penduduk sebenarnya sangat kompleks, banyak sekali
aspek yang mencakup didalamnya, diantara aspek pangan, pemukiman,
sandang, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, lingkungan hidup, dan
sebagainya.
Diantara beberapa konsekuensi tersebut, ada tiga hal yang perlu
dicatat yaitu :
1. Jumlah angkatan kerja bertambah dengan cepat seiring dengan
cepatnya laju pertumbuhan penduduk.
2. Rendahnya kemampuan negara–negara yang sedang berkembang
untuk menciptakan kesempatan kerja tambahan.
3. Semakin menurunnya daya dukung lingkungan terhadap kualitas
kehidupan.
4. Masalah–masalah lanjutan yang muncul kemudian adalah angka
pengangguran semakin meningkat, urbanisasi, migrasi makin
menjadi–jadi, dan last but not least, angka kejahatan dengan berbagai
bentuk juga meningkat.

Masalah kependudukan yang dihadapi NSB (Negara Sedang


Berkembang) dewasa ini lebih rumit daripada masa sebelum perang dunia
kedua. Tingkat pertumbuhan penduduk yang terlalu tinggi secara langsung
telah menimbulkan masalah bagi NSB dalam upaya mereka untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Masalah kependudukan yang dimaksudkan disini adalah masalah
pertambahan jumlah penduduk yang sangat tinggi di Indonesia.
Pertambahan penduduk ini akan menimbulkan berbagai masalah dan
hambatan bagi upaya-upaya pengembangan yang dilakukan karena
pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut akan menyebabkan cepatnya
pertambahan jumlah tenaga kerja, sedangkan kemampuan Indonesia dalam
menciptakan kesempatan kerja baru sangat terbatas.
Sebagai akibat dari dua keadaan yang bertentangan diatas, maka
pertumbuhan penduduk biasanya menimbulkan masalah-masalah seperti :
struktur umur muda, jumlah pengangguran yang semakin lama semakin
serius, urbanisasi dan sebagainya.
Masalah kependudukan di Indonesia pada hakekatnya menyangkut
tiga aspek yaitu aspek kuantitas, aspek kualitas dan aspek mobilitas. Saat ini
dari aspek kuantitas, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat
besar yang mencapai angka 237,6 juta jiwa pada tahun 2010, ini
menempatkan Indone-sia sebagai negara dengan penduduk paling banyak
nomor 4 dunia. Sementara itu dari aspek kuali-tas, Indonesia memiliki
kualitas penduduk yang rendah, tercermin pada Indeks Pembangunan Manu-
sia Indonesia yang menempati ranking ke 108 dari 188 negara pada tahun
2009. Untuk aspek mobili-tas, Indonesia memiliki persebaran penduduk
yang timpang, dimana 58% penduduk terkonsentrasi di Pulau Jawa, padahal
Pulau Jawa hanya memiliki luas daratan 7% dari total daratan di Indonesia.
Kondisi diatas berdampak luas pada berbagai aspek kehidupan dan
pembangunan Indonesia. Dilihat dari aspek sosial ekonomi dampak yang
ditimbulkan antara lain: masalah pemenuhan kebutuhan pan-gan,
perumahan, kesehatan, pendidikan, penyediaan lapangan kerja dan lain
sebagainya. Berbagai kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut
bermuara pada tingginya angka pengangguran, juga masalah kemiskinan
yang pada akhirnya dapat memicu berbagai konflik sosial seperti tingkat
krimi-nalitas yang tinggi, kasus-kasus tawuran warga, permasalahan TKI di
luar negeri, perdagangan manusia, timbulnya demonstrasi anarkis dan lain
sebagainya. Besarnya dampak kependudukan ini memerlukan suatu Analisis
Dampak Kependudukan yang komprehensif dan tepat sehingga didapat-kan
solusi dan masukan yang tepat bagi para pembuat kebijakan untuk
penyelesaian masalah-masalah tersebut.

2.1.6 Laju Pertumbuhan Penduduk


Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia
selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1
juta pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta pada tahun 2025. Walaupun
demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama
periode 2000-2025 menunjukkan kecenderungan terus menurun. Dalam
dekade 1990-2000, penduduk Indonesia bertambah dengan kecepatan 1,49
persen per tahun, kemudian antara periode 2000-2005 dan 2020-2025 turun
menjadi 1,34 persen dan 0,92 persen per tahun. Turunnya laju pertumbuhan
ini ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian, namun
penurunan karena kelahiran lebih cepat daripada penurunan karena
kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per 1000 penduduk
pada awal proyeksi menjadi 15 per 1000 penduduk pada akhir periode
proyeksi, sedangkan Crude Death Rate (CDR) tetap sebesar 7 per 1000
penduduk dalam kurun waktu yang sama.
Salah satu ciri penduduk Indonesia adalah persebaran antar pulau
dan provinsi yang tidak merata. Sejak tahun 1930, sebagian besar penduduk
Indonesia tinggal di Pulau Jawa, padahal luas pulau itu kurang dari tujuh
persen dari luas total wilayah daratan Indonesia. Namun secara perlahan
persentase penduduk Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa terus menurun
dari sekitar 59,1 persen pada tahun 2000 menjadi 55,4 persen pada tahun
2025. Sebaliknya persentase penduduk yang tinggal di pulau pulau lain
meningkat seperti, Pulau Sumatera naik dari 20,7 persen menjadi 22,7
persen, Kalimantan naik dari 5,5 persen menjadi 6,5 persen pada periode
yang sama. Selain pertumbuhan alami di pulau-pulau tersebut memang lebih
tinggi dari pertumbuhan alami di Jawa, faktor arus perpindahan yang mulai
menyebar ke pulau-pulau tersebut juga menentukan distribusi penduduk.
Jumlah penduduk di setiap provinsi sangat beragam dan bertambah
dengan laju pertumbuhan yang sangat beragam pula. Bila dibandingkan
dengan laju pertumbuhan periode 1990-2000, maka terlihat laju
pertumbuhan penduduk di beberapa provinsi ada yang naik pesat dan ada
pula yang turun dengan tajam (data tidak ditampilkan). Sebagai contoh,
provinsi-provinsi yang laju pertumbuhan penduduknya turun tajam minimal
sebesar 0,50 persen dibandingkan periode sebelumnya (1990-2000) adalah
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Tengah,
Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Papua. Sementara, provinsi yang laju
pertumbuhannya naik pesat minimal sebesar 0,40 persen dibandingkan
periode sebelumnya adalah Lampung, Kep. Bangka Belitung, DKI Jakarta
dan Maluku Utara.

2.1.7 Peranan Penduduk dalam Pembangunan Ekonomi


Ada 4 aspek penduduk yang perlu diperhatikan negara-negara
sedang berkembang,yaitu:
1. Adanya tingkat perkembangan penduduk yang relatif tinggi
2. Adanya struktur umum yang favorable
3. Tidak adanya distribusi penduduk yang merata
4. Tidak adanya tenaga kerja yang terlatih dan terdidik

2.2 KETENAGAKERJAAN
UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan merumuskan
pengertian istilah Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan
dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
Di atas telah disinggung sedikit tentang pengertian tenaga kerja pada bagian
ini akan kembali dijelaskan bahwa menurut UU 13 Tahun 2003 Tenaga
kerja adalah : “setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.”
Secara garis besar penduduk di suatu Negara di bedakan menjadi
dua golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.ialah penduduk
yang berumur di dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda
antara Negara yang satu dengan Negara yang lain.

2.2.1 Pengertian Tenaga kerja


Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan
bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu
negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan
tenaga kerja.
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam
kehidupan manusia, karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Oleh
karenanya, setiap upaya pembangunan selalu diarahkan pada perluasan
kesempatan kerja dan lapangan usaha, dengan harapan penduduk dapat
memperoleh manfaat langsung dari pembangunan.
Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah
memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah
berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang
mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat
mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang menyebutkan di atas 17
tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang
menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah termasuk
tenaga kerja.

2.2.2 Konsep dan Definisi


Tenaga kerja (manpower) di pilih pula dalam dua kelompok yaitu
angkatan kerja (labor force)dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk
angkatan kerja adalah tenaga tidak kerja atau penduduk dalam usia kerja
yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara tidak
bekerja, dan mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan
kerja (bukan termasuk angkatan kerja ) adalah tenaga kerja atau penduduk
dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang
tidak mencari pekerjaan.
Selanjuutnya, angkatan keerja di bedakan pula menjadi dua
subkelompok yaitu pekerja dan penganggur. Yang di maksud dengan
pekerja ialah oaring- oaring yang mempunyai pekerjaan, dan (saat di sensus
atau di survai) memang sedang bekerja, serta orang yang mempunyai
pekerjaan namun untuk sementara waktu kebutuhan sedang tidak bekerja.
Adapun yang di maksud dengan penganggur ialah orang yang tidak
mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan ( masih
atau sedang) mencari pekerjaan. Penganggur semacam ini dinyatakan oleh
BPS sebagai penganggur terbuka.
Tenaga kerja yang bukan angkatan kerja dibedakan menjadi tiga
subkelompok yaitu penduduk dalam usia kerja yang sedang bersekolah;
mengurus rumah tangga (tanpa mendapatkan upah); serta penerima
pendapatan lain.
Konsep pemilah-milahan penduduk seperti di atas di sebut
pendekatan angkatan kerja (labour force approach), diperkenalkan oleh
international labour organization (ILO). Banyak negate berkembang
menerapkan pendekatan ini. Biro pusat statistik juga menerapkannya untuk
memetakan dan menganalisis ketenaga kerjaan di tanah air. Alternative bagi
pendekatan ini ialah pendekatan pemanfaatan tenaga kerja.perbedaannya
pendekatan pertama hanya sekedar membedakan angkatan kerja atas beekrja
dan menganggur, tidak menguraikan pekerja secara lebih rinci berdasarkan
pemanfaatan tenaganya.

2.2.3 Pekerjaan dan Tingkat Upah


Sebaran pekerjaan angkatan kerja dapat di tinjau dari tiga aspek
yaitu :
1. Lapangan pekerjaan
2. Sumber pekerjaan
3. Jenis pekerjaan

Sebaran angkatan kerja berdasarkan lapangan pekerjaan


menggambarkan di sector-sektor produksi apa/mana saja para pekerja
menyandarkan sumber nafkahnya. Sebaran menurut setatus pekerjaan
menjelaskan kedudukan pekerja di dalam pekerjaan yang di miliki atau di
lakukannya. Adapun sebaran menurut jenis pekerjaan menunjukkan
kegiatan kongkrit apa yang di kerjakan oleh pekerja yang bersangkutan.
Lapangan pekerjaan utama bagi rakyat Indonesia masih di sektor
pertanian. Sektor perdagangan dan sector jasa menempati kedudukan ke dua
dan ketiga. Adapun sector industri pengolahan berada di urutan berikutnya.
Ditinjau menurut setatus dari pekerjaan utama yang di lakukan hampir
sepertiga angkatan kerja yang bekerja bersetatus sebagai buruh, karyawan,
atau pegawai. Upah tertinggi bagi yang bekerja yang bersetatus karyawan
atau buruh adalah di sektor pertambangan.
Tinggi rendahnya uapah dalam bentuk uang bukanlah satu-satunya
faktr yang menentukan tingkat prduktivitas. Sering terdapat pandangan
seakan-akan tingkat upah uang itu merupakan faktor yang tunggal yang
mempengaruhi produktivitas. Berhubung dengan itu dari sudut pengusaha
seolah-olah tenaga kerja dipandang terutama sebagai ongkos produksi. Upah
sebagai harga tenaga kerja hanya dilihat dari sudut permintaan pengusaha
akan tenaga kerja. Perihalharga tenaga kerja (upah) hanya aspek permintaan
yang diutamakan (demand price of labour).

2.2.4 Kebijakan Kependudukan Dan Ketenagakerjaan


Berbagai kebijaksanaan telah, sedang, dan atau di tempuh oleh
pemerintah dalam upaya mengatasi masalah-masalah kependudukan dan
ketenagakerjaan. Dengan peningkatan kualitas penduduk dimaksudkan
adalah peningkatan kualitas kehidupan dan kemampuan manusia serta
masyarakat Indonesia sebagai pelaku utama dan sasaran pembangunan.
Sedangkan di bidang ketenagakerjaan, penciptaan, dan perluasan lapangan
kerja terus di upayakan terutama melalui peningkatan dan pemerataan
pembangunan industri, pertanian, dan jasa yang mempu menyerap banyak
tenaga kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat.
Pengendalian pertumbuhan penduduk di tempuh antaralain melalui
gerakan keluarga berencana untuk mewujudkan norma keluarga kecil,
bahagia, dan sejahtera. Dalam persebaran penduduk program transmigrasi di
masa depan lebih di arahkan pada transmigrasi swakarsa. Pembangunan
kependudukan di kaitkan pula pada pertimbangan pemeliharaan kelestarian
sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup, sehingga mobilitas dan
persebaran penduduk selaras dengan kesempatan kerja dan pembangunan
daerah.

2.3 PENDIDIKAN
2.3.1 Masalah Pendidikan Di Indonesia
Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi
heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu
pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan
bahaya keterbelakangan pendidikandi Indonesia. Perasan ini disebabkan
karena beberapa hal yang mendasar.
Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globslisasi
dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi
memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri.
Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga
orang bebas membandingkan kehidupan dengan Negara lain.
Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan di dalam
mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu
diperoleh setelah kita membandingkannya dengan Negara lain. Pendidikan
memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya
manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Nampak jelas bahwa
masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia
adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik
pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan
rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya
menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi
pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Ada banyak penyabab mengapa mutu pendidikan di Indonesia,
baik pendidikan formal maupun informal, dinilai rendah.

2.3.2 Efektivitas Pendidikan Di Indonesia


Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang
memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah,
menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan.
Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut
untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran
tersebut dapat berguna.
Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi
pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah satu
penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelm
kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik
dan pendidik tidak tahu “goal” apa yang akan dihasilkan sehingga tidak
mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan. Jelas hal ini
merupakan masalah terpenting jika kita menginginkan efektifitas
pengajaran. Bagaimana mungkin tujuan akan tercapai jika kita tidak tahu
apa tujuan kita.
Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan
formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya
manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal
tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanak pendidikan di jenjang
yang tinggi dan dapat dinaggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu
jugalah yang menyebabkan efektifitas pengajaran di Indonesia sangat
rendah. Setiap orang mempunya kelebihan di bidangnya masing-masing dan
diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan
hanya untuk dianggap hebat oleh orang lain.
Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya, seseorang yang
mempunyai kelebihan di bidang sosial dan dipaksa mangikuti program studi
IPA akan menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika
dibandingkan peserta didik yang mengikuti program studi yang sesuai
dengan bakat dan minatnya. Hal-hal sepeti itulah yang banyak terjadi di
Indonesia. Dan sayangnya masalah gengsi tidak kalah pentingnya dalam
menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan di Indonesia.

2.3.3 Efisiensi Pendidikan Di Indonesia


Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu
tujuan dengan proses yang lebih „murah‟. Dalam proses pendidikan akan
jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang
baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang
kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang
mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaiman dapat meraih stendar hasil
yang telah disepakati.
Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah
mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses
pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang
efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam
peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.
Masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sudah menjadi
rahasia umum bagi kita. Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia relative
lebih randah jika kita bandingkan dengan Negara lain yang tidak mengambil
sitem free cost education. Namun mengapa kita menganggap pendidikan di
Indonesia cukup mahal? Hal itu tidak kami kemukakan di sini jika
penghasilan rakyat Indonesia cukup tinggi dan sepadan untuk biaya
pendidiakan.
Jika kita berbiara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya
berbicara tenang biaya sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan
formal atau informal lain yang dipilih, namun kita juga berbicara tentang
properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya transportasi
yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih.
Di sekolah dasar negeri, memang benar jika sudah diberlakukan
pembebasan biaya pengajaran, nemun peserta didik tidak hanya itu saja,
kebutuhan lainnya adalah buku teks pengajaran, alat tulis, seragam dan lain
sebagainya yang ketika kami survey, hal itu diwajibkan oleh pendidik yang
berssngkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada pendidik yang mewajibkan les
kepada peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk pendidik
tersebut.
Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah
lainnya adalah waktu pengajaran. Dengan survey lapangan, dapat kami lihat
bahwa pendidikan tatap muka di Indonesia relative lebih lama jika
dibandingkan Negara lain. Dalam pendidikan formal di sekolah menengah
misalnya, ada sekolah yang jadwal pengajarnnya perhari dimulai dari pukul
07.00 dan diakhiri sampai pukul 16.00.. Hal tersebut jelas tidak efisien,
karena ketika kami amati lagi, peserta didik yang mengikuti proses
pendidikan formal yang menghabiskan banyak waktu tersebut, banyak
peserta didik yang mengikuti lembaga pendidikan informal lain seperti les
akademis, bahasa, dan sebagainya. Jelas juga terlihat, bahwa proses
pendidikan yang lama tersebut tidak efektif juga, Karena peserta didik
akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk melengkapi pendidikan
formal yang dinilai kurang.
Sistem pendidikan yang baik juga berperan penting dalam
meningkatkan efisiensi pendidikan di Indonesia. Sangat disayangkan juga
sistem pendidikan kita berubah-ubah sehingga membingungkan pendidik
dan peserta didik.

2.3.4 Standarsisasi Pendidikan Di Indonesia


Dunia pendidikan terus berudah. Kompetensi yang dibutuhkan oleh
masyarakat terus-menertus berunah apalagi di dalam dunia terbuka yaitu di
dalam dunia modern dalam ere globalisasi. Kompetendi-kompetensi yang
harus dimiliki oleh seseorang dalam lembaga pendidikan haruslah
memenuhi standar.
Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam
pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap
standar dan kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh standar dan
kompetensi di dalam berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk
badan-badan baru untuk melaksanakan standardisasi dan kompetensi
tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP)
Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaiman agar
mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang
diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar
memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang
terpentinga adalah memenuhi nilai di atas standar saja.
Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan
seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi.
Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

2.4 KESEHATAN
2.4.1 Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan
penduduk yang masih perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh
dari semua pihak antara lain: anemia pada ibu hamil, kekurangan kalori dan
protein pada bayi dan anak-anak, terutama di daerah endemic, kekurangan
vitamin A pada anak, anemia pada kelompok mahasiswa, anak-anak usia
sekolah, serta bagaimana mempertahankan dan meningkatkan cakupan
imunisasi. Permasalahan tersebut harus ditangani secara sungguh-sungguh
karena dampaknya akan mempengaruhi kualitas bahan baku sumber daya
manusia Indonesia di masa yang akan datang. Perubahan masalah kesehatan
ditandai dengan terjadinya berbagai macam transisi kesehatan berupa
transisi demografi, transisi epidemiologi, transisi gizi dan transisi perilaku.
Transisi kesehatan ini pada dasarnya telah menciptakan beban ganda
(double burden) masalah kesehatan.
1. Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan
hidup yang meningkatkan proporsi kelompok usia lanjut sementara
masalah bayi dan BALITA tetap menggantung.
2. Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas penyakit
menular yang belum pupus ditambah dengan penyakit tidak menular
yang meningkat dengan drastis.
3. Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih.
4. Transisi perilaku, membawa masyarakat beralih dari perilaku
tradisional menjadi modern yang cenderung membawa resiko.
Masalah kesehatan tidak hanya ditandai dengan keberadaan penyakit,
tetapi gangguan kesehatan yang ditandai dengan adanya perasaan
terganggu fisik, mental dan spiritual.

Gangguan pada lingkungan juga merupakan masalah kesehatan


karena dapat memberikan gangguan kesehatan atau sakit. Di negara kita
mereka yang mempunyai penyakit diperkirakan 15% sedangkan yang
merasa sehat atau tidak sakit adalah selebihnya atau 85%. Selama ini
nampak bahwa perhatian yang lebih besar ditujukan kepada mereka yang
sakit. Sedangkan mereka yang berada di antara sehat dan sakit tidak banyak
mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam penyusunan prioritas anggaran,
peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada
85% masyarakat sehat yang perlu mendapatkan upaya promosi kesehatan.
Dengan adanya tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan
suatu perubahan paradigma dan konsep pembangunan kesehatan.

2.4.2 Strategi Paradigma Kesehatan


Dalam perkembangan kebijaksanaan pembangunan kesehatan
maka memasuki era reformasi untuk Indonesia baru telah terjadi perubahan
pola pikir dan konsep dasar strategis pembangunan kesehatan dalam bentuk
paradigma sehat. Sebelumnya pembangunan kesehatan cenderung
menggunakan paradigma sakit dengan menekankan upaya-upaya
pengobatan (kuratif) terhadap masyarakat Indonesia. Perubahan paradigma
kesehatan dan pengalaman kita dalam menangani masalah kesehatan di
waktu yang lalu, memaksa kita untuk melihat kembali prioritas dan
penekanan program dalam upaya meningkatkan kesehatan penduduk yang
akan menjadi pelaku utama dan mempertahankan kesinambungan
pembangunan. Indonesia menjadi sumber daya manusia sehat-produktif-
kreatif, kita harus berfikir dan agak berbeda dengan apa yang kita lakukan
sekarang. Kita perlu re-orientasi dalam strategi dan pendekatan.
Pembangunan penduduk yang sehat tidak bisa dilakukan melalui
pengobatan yang sedikit saja. Perubahan paradigma dan re-orientasi
mendasar yang perlu dilakukan adalah paradigma atau konsep yang semula
menekankan pada penyembuhan penyakit berupa pengobatan dan
meringankan beban penyakit diubah ke arah upaya peningkatan kesehatan
dari sebagian besar masyarakat yang belum jatuh sakit agar bias lebih
berkontribusi dalam pembangunan.
Dalam UU kesehatan RI No. 23 tahun 1992 telah dimasukkan
unsur hidup produktif sosial dan ekonomi. Definisi terkini yang dianut di
beberapa negara maju seperti Kanada yang mengutamakan konsep sehat
produktif. Sehat adalah sarana atau alat untuk hidup sehari-hari secara
produktif.
Adapun faktor-faktor yang dapat menggambarkan masih
rendahnya tingkat kesehatan di Indonesia adalah:
a) Banyaknya lingkungan yang kurang sehat.
b) Penyakit menular sering terjadi.
c) Gejala kekurangan gizi sering dialami penduduk.

Usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas kesehatan


penduduk Indoensia, yaitu:
1. Melaksanakan program perbaikan gizi.
2. Perbaikan lingkungan hidup dengan cara mengubah perilaku sehat
penduduk, serta melengkapi sarana dan prasarana kesehtan.
3. Penambahan jumlah tenaga medis seperti dokter, bidan, dan perawat.
4. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
5. Pembangunan puskesmas dan rumah sakit.
6. Penyediaan air bersih.
7. Pembentukan posyandu (pos Pelayan terpadu)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masalah penduduk sebenarnya sangat kompleks, banyak sekali aspek yang
mencakup didalamnya, diantara aspek pangan, pemukiman, sandang, pendidikan,
kesehatan, ketenagakerjaan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Maka
pertumbuhan penduduk biasanya menimbulkan masalah-masalah seperti : struktur
umur muda, jumlah pengangguran yang semakin lama semakin serius, urbanisasi
dan sebagainya.
Ada 3 ciri yang menandai perkembangan dan permasalahan kependudukan
Indonesia dewasa ini. Yaitu laju pertumbuhan penduduk yang masih perlu
diturunkan, penyebaran penduduk antar daerah yang kurang seimbang, serta
kualitas kehidupan penduduk yang perlu ditingkatkan. Untuk itu pemerintah juga
harus lebih meningkatkan dan menciptakan lapangan pekerjaan sehingga tidak ada
angka pengangguran yang lebih meningkat.
Semakin pentingnya penyediaan lapangan kerja agar perekonomian dapat
memanfaatkan secara maksimal besarnya porsi penduduk usia produktif. Dan
lebih penting lagi, bila tingkat pendidikan secara umum diasumsikan terus
membaik, dimana hal tersebut akan sangat bermanfaat untuk tujuan percepatan
maupun perluasan pembangunan ekonomi.

3.2 Saran
Dalam menghadapi permasalahan kependudukan dan ketenagakerjaan
yang terjadi di Indonesia sebaiknya bukan hanya pemerintah yang ikut serta
dalam mengatasi permasalahan yang terjadi tetapi masyarakat ikut membantu
pemerintah dalam menjalankan program- program pemerintah dalam
mengupayakan terjadinya jumlah penduduk yang semakin meningkat dan
rendahnya lapangan pekerjaan yang menimbulkan terjadinya ketidak merataan
penduduk dan banyaknya pengangguran yang dapat mengganggu perekonomian
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Wajah Perekonomian Indonesia dan Prospeknya, Direktorat Jenderal Informasi


dan Komunikasi Publik. Hal-68
Berita resmi statistik Badan Pusat Statistik No. 33/05/Th.XIII, 10 Mei 2010
Sumber: Diektorat Analisis Dampak Kependudukan, BKKBN,
http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/919/934/ (diakses pada
tanggal 14 April 2015)
www.tempointeraktif.com
Sumber: Sumitro Djojohadikusumo. Ekonomi Pembangunan, Jakarta, 1955 (Hal.
174).
Dumairy, 1997.Perekonomian indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta.
https://sayapbarat.wordpress.com/2007/08/29/masalah-pendidikan-di-indonesia/

iv

Anda mungkin juga menyukai