LOGO UPB
TUGAS XXXXXXXX
OLEH
Nama Mahasiswa
NIM
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN
I. PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1. Latar Belakang................................................................................................................ 1
2. Tujuan ............................................................................................................................. 2
ii | R e v i e w J u r n a l I n t e r n a s i o n a l
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Tren Rerata Temperature dan Curah Hujan Tahunan di Wuchuan County Tahun
1961-2009 dan Tahun 1991-2009 ......................................................................... 7
Gambar 2 Tren Produksi Gandum Tahunan di Wuchuan County Tahun 1961-2009 dan
Tahun 1991-2009 ................................................................................................ 8
Gambar 3 Probabilitas Produksi Gandum Tahunan di Wuchuan County ............................. 9
iii | R e v i e w J u r n a l I n t e r n a s i o n a l
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Resiko dan ketidakpastian sering kali muncul dalam berbagai kegiatan di sektor
pertanian. Resiko dan ketidakpastian sendiri merupakan dua hal yang berbeda yang digunakan
untuk menunjukkan sesuatu keadaan yang tidak diketahui dengan jelas akibat kurangnya
informasi akan terjadinya suatu keadaan. Resiko adalah kondisi yang lebih baik jika
dibandingkan dengan ketidakpastian. Resiko lebih jelas diketahui probabilitas atau peluang
terjadinya suatu keadaan. Sebaliknya, keadaan yang disebut ketidakpastian merupakan kondisi
dimana peluang atau probabilitas terjadinya suatu keadaaan tidak diketahui dengan jelas, dalam
hal ini resiko memiliki informasi yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan ketidakpastian,
walaupun kedua hal tersebut sama-sama tidak memiliki informasi yang lengkap (Debertin,
2012).
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang akan selalu menghadapi resiko dan
ketidakpastian. Resiko dan ketidakpastian yang dihadapi oleh sektor pertanian akan sangat
bervariasi meliputi adanya resiko dan ketidakpastian iklim untuk melakukan kegiatan
usahatani, munculnya resiko dan ketidakpastian hama dan penyakit tumbuhan yang dapat
menyerang sewaktu-waktu, adanya resiko dan ketidakpastian harga produk pertanian, dan lain
sebagainya. Resiko dan ketidakpastian ini akan selalu dihadapi oleh seseorang dalam
mengelola kegiatan pada sektor pertanian.
Resiko dan ketidakpastian yang muncul pada sektor pertanian semakin besar disaat
terjadinya anomali perubahan iklim yang sedang terjadi pada beberapa dekade ini. Perubahan
iklim yang terjadi menyebabkan perubahan lingkungan menjadi sulit untuk diprediksi dengan
tepat, sehingga ketidakpastian yang terjadi pada sektor pertanian semakin besar. Perubahan
iklim merupakan perubahan jangka panjang dalam distribusi pola cuaca secara statistik
sepanjang periode waktu tertentu. Perubahan iklim yang tidak dapat diketahui dengan pasti
tersebut merupakan resiko dan ketidakpastian yang harus dihadapi oleh sektor pertanian.
Resiko dan ketidakpastian akibat terjadinya perubahan iklim tentu saja juga akan
berpengaruh terhadap produksi dan produktivitas tanaman yang sedang dibudidayakan.
Perubahan iklim yang menyebabkan terjadinya musim kemarau yang sangat panjang dapat
berpengaruh terhadap produksi tanaman, yaitu produksi tanaman menjadi terhambat akibat
kurangnya pasokkan air untuk proses biologis tanaman (Jia et al., 2016). Terhambatnya proses
produksi tanaman pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap menurunnya ketahanan pangan
masyarakat (Dong et al. 2016). Hal ini menjadi latar belakang yang penting sehingga penilaian
2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mempermudah dalam memahami
intisari dari penelitian yang telah dilakukan melalui review jurnal terkait resiko dan
ketidakpastian yang dihadapi oleh sektor pertanian, khususnya resiko dan ketidakpastian yang
terjadi akibat adanya perubahan iklim.
1. Identitas Jurnal
Judul “A quantitative method for risk assessment of agriculture
due to climate change”
Penulis Dong, Zhiqiang1,2,3, Zhihua Pan1,3, Pangli An1,3, Jingting
Zhang1,3, Jun Zhang1,3, Yuying Pan1,3, Lei Huang1,3, Hui
Zhao1,3, Guolin Han1,3, Dong Wu1,3, Jialin Wang1,3,
Dongliang Fan1,3, Lin Gao3, and Xuebiao Pan1,3
1.
Lembaga Penulis College of Resources and Environmental Science, China
Agricultural University, Beijing 100193, China
2.
Shandong Provincial Climate Center, Jinan 250031, China
3.
Key Ecology and Environment Experimental Station of
Ministry of Agriculture for Field Scientific Observation in
Hohhot, Wuchuan, Hohhot 011705, China
Terbit 18 November 2016
Nama Jurnal Journal of Theoretical and Applied Climatology
Lembaga Penerbit Jurnal Springer
https://link.springer.com/article/10.1007/s00704-016-1988-
2
Seri Jurnal Vol. 131 No. 1, 2016 pp. 653-659
Gambar 1. Tren Rerata Temperature dan Curah Hujan Tahunan di Wuchuan County Tahun
1961-2009 dan Tahun 1991-2009
Gambar 2. Tren Produksi Gandum Tahunan di Wuchuan County Tahun 1961-2009 dan
Tahun 1991-2009
Berdasarkan data produksi gandum dan temperature serta curah hujan dapat dilakukan
analisis regresi dengan variabel dependen adalah produksi gandum, sedangkan variabel
independen adalah data temperature dan curah hujan. Hasil regresi dapat dilihat pada
persamaan berikut.
Melalui data produksi yang telah dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok yang
telah ditetapkan sebelumnya (jumlah data 49 tahun, maka dibagi menjadi 9 kelompok baru
dengan interval produksi 20%, mulai dari 100% hingga -80%), maka dapat dihitung
probabilitas dengan menggunakan metode CCEAF (Climate Change Effect Accumulated
Frequency) kejadian dari masing-masing kelompok tersebut. CCEAF adalah probabilitas
perbedaan besaran perubahan produksi pertanian karena perubahan iklim, yaitu peningkatan
atau penurunan hasil produksi. Probabilitas dalam CCEAF diperoleh dari jumlah frekuensi atau
keandalan dari suatu kejadian nilai ambang. Probabilitas tersebut dapat dilihat pada gambar 3.
berikut ini.
Berdasarkan gambar 3 dapat diketahui bahwa hasil produksi gandum menurun dari 20%
hingga 80% dengan probabilitas 53,1%, 32,7%, 20,4%, dan 4,1%. Sedangkan hasil produksi
meningkat dari persentase hasil 20% hingga 100% dapat terjadi dengan probabilitas sebesar
46,9%, 30,6%, 14,3%, 6,1%, dan 4,1%. Hasil lebih spesifik diketahui bahwa maximum
increase value (MIV) dari suhu udara adalah sebesar 88,3%. Nilai tersebut menghasilkan
penurunan hasil produksi maksimum sebesar 3,5 dengan probabilitas sebesar 64,6%, sehingga
menghasilkan resiko sebesar 2,2%. Hal yang sama terjadi pada saat maximum decrease value
(MDV) dari curah hujan adalah sebesar 35,2%. Nilai tersebut akan menghasilkan penurunan
produksi maksimum sebesar 14,1 dengan probabilitas sebesar 56,1%, sehingga menghasilkan
resiko sebesar 7,9%. Resiko akan bertambah besar menjadi 9,4% saat suhu udara mencapai
nilai peningkatan maksimum disertai dengan curah hujan yang mencapai nilai penurunan
maksimum, pada kondisi tersebut akan menyebabkan produksi turun menjadi 17,6 dengan
probabilitas sebesar 53,4%.
e. Kesimpulan
Pada keadaan maximum increase value (MIV) dari suhu udara mencapai angka 88,3%.
Nilai tersebut menghasilkan penurunan hasil produksi maksimum sebesar 3,5 dengan
probabilitas sebesar 64,6%, sehingga menghasilkan resiko sebesar 2,2%. Hal yang sama terjadi
pada saat maximum decrease value (MDV) dari curah hujan adalah sebesar 35,2%. Nilai
tersebut akan menghasilkan penurunan produksi maksimum sebesar 14,1 dengan probabilitas
sebesar 56,1%, sehingga menghasilkan resiko sebesar 7,9%. Resiko akan bertambah besar
menjadi 9,4% saat suhu udara mencapai nilai peningkatan maksimum disertai dengan curah
hujan yang mencapai nilai penurunan maksimum, pada kondisi tersebut akan menyebabkan
produksi turun menjadi 17,6 dengan probabilitas sebesar 53,4%.
Metode penilaian resiko yang dihadapi oleh sektor pertanian sangat beragam. Hal ini
disesuaikan dengan berbagai kondisi yang tersedia pada setiap lokasi penelitian. Selain itu,
faktor ketersediaan data juga menjadi pertimbangan dalam memilih metode penilaian resiko
yang terbaik. Resiko dapat dinilai dengan menggunakan metode EPIC (Environmental Policy
Integrated Climate) yang dijelaskan oleh Jia et al. (2016). Metode tersebut digunakan dengan
mempertimbangkan berbagai faktor iklim yang dapat mempengaruhi produksi dan
produktivitas dari tanaman yang dibudidayakan. Faktor iklim tersebut dapat meliputi keadaan
cuaca, keadaan tanah, topografi, pola pergiliran tanaman, dan lain sebagainya. Metode ini
memiliki kelemahan karena hanya dapat diaplikasikan pada wilayah yang memiliki iklim yang
relative homogen. Selain metode tersebut, terdapat pula metode penilaian resiko dengan
menggunakan nilai evaprotranspirasi potensial dan green water deficit (GWD). Pada metode
tersebut dapat diketahui ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan irigasi sektor pertanian
saat terjadi perubahan iklim di wilayah Iran (Karandish and Seyed, 2016). Lukas et al. (2017)
menggunakan metode micro-scale assessment untuk melakukan penilaian terhadap resiko
banjir yang terjadi di Austria akibat terjadinya perubahan iklim. Resiko tersebut dinilaikan
berdasarkan probabilitas terjadinya peristiwa banjir dengan potensi negative yang mungkin
terjadi akibat peristiwa tersebut, yaitu potensi negative terhadap kesehatan manusia,
lingkungan, kegiatan ekonomi, dan lain sebagainya. Maharani and Sungsu (2017) melakukan
penilaian resiko terhadap terjadinya bencana angin topan di Korea Selatan dengan
menggunakan metode SOM (Self Organizing Map) dan Social Vulnerability Index (SoVI).
Selanjutnya, Dong (2016) menggunakan metode penilaian kuantitatif untuk mengukur resiko
terjadinya perubahan iklim terhadap sektor pertanian. Metode ini menggunakan data curah
hujan dan temperature untuk mengukur tingkat perubahan hasil produksi dan resiko yang
dilakukan pada komoditas gandum.
Setiap metode yang digunakan dalam penilaian resiko terjadinya perubahan iklim
terhadap sektor pertanian akan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Seperti
pada metode yang disampaikan oleh Dong (2016) memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
implementasi untuk mengetahui resiko yang dihadapi oleh sektor pertanian akibat terjadinya
perubahan iklim. Metode yang disampaikan oleh Dong (2016) relative mudah untuk diterapkan
dengan penyusunan model yang lebih sederhana jika dibandingkan dengan metode lainnya.
Selain itu, metode tersebut juga merupakan metode yang lebih murah dan efektif dalam
melakukan penilaian terhadap resiko yang dapat terjadi akibat terjadinya perubahan iklim pada
10 | R e v i e w J u r n a l I n t e r n a s i o n a l
suatu wilayah. Metode yang dipaparkan pada jurnal penelitian yang dilakukan oleh Dong
(2016) juga menggunakan data-data yang mudah diperoleh, sehingga dapat menunjang analisis
yang akan dilakukan. Akan tetapi, metode tersebut memiliki beberapa kelemahan yang perlu
diperhatikan, yaitu metode tersebut memerlukan data yang relative panjang. Data yang pendek
dapat menyebabkan estimasi menjadi kurang akurat. Di sisi lain, apabila data yang digunakan
adalah data time series yang lebih panjang, akan menambah tingkat akurasi penilaian resiko
yang diperoleh. Selain itu, metode ini hanya menggunakan dua indicator iklim, yaitu suhu dan
curah hujan, sedangkan pada kenyataannya iklim yang berpengaruh pada sektor pertanian
sangat bervariasi, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Jia et al. (2016).
Pada penelitian yang telah dimuat dalam jurnal hasil karya Dong et al. (2016) secara
keseluruhan telah memberikan penjelasan yang baik terkait hasil penelitian terkait penilaian
resiko dalam menghadapi perubahan iklim bagi sektor pertanian. Hasil yang disajikan juga
disertai dengan berbagai data yang mendukung argumentasi penulis. Akan tetapi, terdapat
beberapa bagian yang perlu diperjelas terkait metode penelitian yang digunakan, seperti
aplikasi metode CCEAF yang belum dijelaskan dengan detail untuk mengetahui probabilitas
terjadinya suatu peristiwa hasil produksi tertentu. Apabila hal ini telah dijelaskan dengan lebih
detail, maka metode ini dapat menjadi salah satu metode alternative yang mudah, murah,dan
efisien dalam melakukan analisis penilaian terhadap resiko akibat terjadinya perubahan iklim,
khususnya bagi sektor pertanian.
11 | R e v i e w J u r n a l I n t e r n a s i o n a l
IV. PENUTUP
Berdasarkan hasil pembahasan kritis terkait jurnal dengan judul “A quantitative method
for risk assessment of agriculture due to climate change” karya Dong et al. (2016), maka dapat
diketahui bahwa perubahan iklim yang terjadi beberapa decade terakhir sangat berpengaruh
terhadap produksi dan produktivitas sektor pertanian. Terjadinya perubahan iklim memberikan
hambatan yang berpengaruh signifikan bagi produksi suatu komoditas di sektor pertanian.
Perubahan iklim menyebabkan hasil produksi suatu komoditas mengalami fluktuasi yang
semakin besar, sehingga hal ini memberikan dampak terhadap semakin besarnya resiko yang
harus diterima oleh seseorang yang bekerja di sektor pertanian dalam melakukan suatu kegiatan
produksi komoditas pertanian tertentu. Oleh karena itu, melalui penelitian tersebut akan
semakin disadari bahwa resiko yang muncul akibat terjadinya perubahan iklim bagi sektor
pertanian akan semakin besar, sehingga perlu dilakukan penilaian yang tepat dan akurat untuk
mengukur resiko yang dapat terjadi dari perubahan iklim tersebut. Penilaian resiko ini dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode kuantitatif, seperti yang telah disampaikan
dalam jurnal penelitian Dong et al. (2016). Hasil penelitian yang disampaikan oleh penulis
jurnal tersebut telah disampaikan secara komprehensif, tetapi terdapat beberapa bagian yang
perlu disempurnakan seperti yang telah dibahas sebelumnya, agar hasil penelitian tersebut
dapat dipahami dengan baik oleh masyarakat secara luas.
12 | R e v i e w J u r n a l I n t e r n a s i o n a l
DAFTAR PUSTAKA
Debertin, David L. 2012. Agricultural Production Economics 2nd Edition. Amazon Createspace
: Kentucky.
Dong Zhiqiang, Zhihua Pan, Pangli An, Jingting Zhang, Jun Zhang, Yuying Pan, Lei Huang,
Hui Zhao, Guolin Han, Dong Wu, Jialin Wang, Dongliang Fan, Lin Gao, and Xuebiao
Pan. 2016. A quantitative method for risk assessment of agriculture due to climate
change. Journal of Theoretical and Applied Climatology 131(1) : 653-659.
Jia Hui-Chong, Pan Dong-Hua, Li Jing, Zhang Wan-Chang, and Gulam Rasul. 2016. Risk
assessment of maize drought disaster in Southwest China using the Environmental
Policy Integrated Climate model. Journal of Mountain Science 13(3) : 465-475.
Karandish, Fatemeh and Seyed Saeed Mousavi. 2016. Climate change uncertainty and risk
assessment in Iran during twenty-first century: evapotranspiration and green water
deficit analysis. Journal of Theoretical and Applied Climatology 131(1) : 777-791.
Lucas, Loschner, Mathew Herrnegger, Benjamin Apperl, Tobias Senoner, Walter Seher, and
Hans Peter Nachtnebel. 2017. Flood risk, climate change and settlement development:
A micro-scale assessment of Austrian municipalities. Journal of Regional
Environmental Change 17(2) : 311-322.
Maharani, Yohana Noradika and Sungsu Lee. 2017. Assessment of social vulnerability to
natural hazards in South Korea: Case study for typhoon hazard. Journal of Spatial
Information Research 25(1) : 99-116.
13 | R e v i e w J u r n a l I n t e r n a s i o n a l