Anda di halaman 1dari 2

EKSISTENSI MAHASISWA FARMASI DI LINGKUNGAN

MASYARAKAT

Pada hakikatnya mahasiswa merupakan insan akademis yang mempunyai


peran aktif dalam kemajuan bangsa dan negara. Mahasiswa mempunyai tuntutan
berpikir secara kritis, kreatif, inovatif dan independen. Mahasiswa memiliki
kedudukan tersendiri dilingkungan masyarakat, karena mampu membantu
mencerdaskan pola pikir masyarakat yang terbilang masih kurang pengetahuan.
Terutama dalam bidang kefarmasian masih banyak masyarakat yang memiliki
ketidaktahuan salah satunya mengenai cara pemakaian obat yang benar. Dan
profesi farmasi yang masih belum sangat dikenal luas oleh masyarakat karena
tanggapan masyarakat terhadap profesi farmasi itu yaitu hanya sebagai penjual
obat-obatan. Selain menjual obat, farmasi juga memiliki peranan penting yang
berhubungan langsung dengan masyarakat yaitu memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien.

Mahasiswa farmasi memiliki aktif tersendiri dalam memaknai peran


mahasiswa karena mahasiswa farmasi bergerak dalam disiplin ilmu kesehatan.
Mahasiswa farmasi dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh yang dapat
menjadi generasi muda dalam berbagai bidang dalam ruang lingkup farmasi.
Mahasiswa farmasi dapat menjadi generasi dan pemuda Indonesia yang sangat
berguna dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, karena
menurut beberapa ahli ekonomi bahwa pengukur kesejahteraan suatu negara dapat
dilihat dari beberapa faktor seperti : pertumbuhan ekonomi, penduduk dan
kesempatan kerja, tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, pendapatan serta
kesehatan dan keamanan di negara tersebut.

Maka eksistensi mahasiswa farmasi dalam lingkungan masyarakat harus


memiliki peranan yang lebih banyak dibandingkan mahasiswa pada umumnya.
Salah satu peranan mahasiswa farmasi yang dapat dilakukan di lingkungan
masyarakat adalah edukasi mengenai penggunaan obat-obatan secara benar.
Akhir-akhir ini banyak dibicarakan penggunaan antibiotik yang tidak sesuai
dengan aturan, yang dapat menyebabkan resistensi antibiotik. Hal ini disebabkan
karena masyarakat terlalu menganggap sepele dalam penggunaan antibiotik dan
dapat dengan mudah mendapatkan antibiotik tanpa resep dokter. Dengan adanya
masalah ini, kita sebagai mahasiswa farmasi harus memberikan edukasi lebih
kepada masyarakat terkait penggunaan dan informasi obat salah satunya adalah
dalam penggunaan antibiotik yang baik dan benar. Edukasi yang dapat diberikan
contohnya yaitu bakti sosial kepada masyarakat terkait dalam pelayanan
kesehatan.

Adapun yang harus disampaikan kepada masyarakat oleh mahasiswa


farmasi yaitu seperti swamedikasi dan pengelolaan obat yang baik dan
benar.Swamedikasi itu sendiri adalah perilaku untuk mengatasi sakit ringan
sebelum mencari pertolongan kepada petugas kesehatan. Berdasarkan permenkes
No.919/MENKES/PER/X/1993, secara sederhana swamedikasi adalah upaya
seseorang dalam mengobati gejala sakit atau penyakit tanpa berkonsultasi dengan
dokter terlebih dahulu. Sedangkan untuk pengelolaan obat yang baik dan benar
salah satunya menerapkan prinsip DAGUSIBU ( Dapatkan,Gunakan,Simpan,dan
Buang). Dagusibu dianggap sebagai komponen dasar dari penggunaan obat yang
wajib di sosialisasikan agar masyarakat lebih tahu dan mengerti penggunaan obat
yang tepat. Dagusibu merupakan selogan yang diberikan oleh IAI (Ikatan
Apoteker Indonesia) kepada masyarakat yang bertujuan memberikan informasi
dalam penggunaan obat yang baik dan benar.

Oleh karena itu sebagai mahasiswa farmasi mampu berperan aktif dalam
pelayanan informasi obat kepada masyarakat. Peranan yang dilakukan salah
satunya yaitu bakti sosial terkait penggunan obat.Maka mahasiwa farmasi dapat
berperan besar dalam meningkatkan kesehatan di lingkungan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai