Anda di halaman 1dari 5

Kasus Pelanggaran PT Lapindo Brantas, Inc dalam Etika Bisnis Dan Tanggungjawab

Social

PT Lapindo Brantas, Inc adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang usaha
eksplorasi dan produksi migas di Indonesia yang beroperasi melalui skema Kontraktor Kontrak
Kerja Sama (KKKS) di blok Brantas, Jawa Timur. PT Lapindo Brantas, Inc melakukan
eksplorasi secara komersil di 2 wilayah kerja (WK) di darat dan 3 WK lepas pantai dan saat ini
total luas WK Blok Brantas secara keseluruhan adalah 3.042km2.

PT Lapindo Brantas, Inc sangat dikenal secara luas balik dalam maupun luar negeri
semenjak peristiwa banjir lumpur panas sidoarjo, atau yang biasa dikenal dengan perisitwa
“Lumpur Lapindo” yang terjadi pada 29 Mei 2006. Peristiwa Lumpur Lapindo, adalah peristiwa
menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di Sumur Banjar Panji 1
(BJP-1) yang terletak di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong,
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia. Semburan lumpur yang berbahaya ini sampai
sekarang masih berlanjut dan belum dapat di tutup, atau bahkan untuk diberhentikan. Semburan
lumpur lapindo ini merupakan suatu peristiwa yang sangat memilukan dan merugikan banyak
pihak. Oleh karena peristiwa ini, menyebabkan tutupnya tidak kurang dari 10 pabrik, merendam
lebih dari 100 hektar lahan produktif dan pemukiman penduduk yang pada akhirnya memaksa
para penduduk setempat untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman agar tidak terendam
lumpur panas tersebut.

Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Peristiwa Lumpur Lapindo

Pada awalnya, PT Lapindo Brantas Inc sebagai operator blok brantas telah menunjuk PT
Medici Citra Nusa untuk melaksanakan pekerjaan pemboran eksplorasi Sumur BJP-1. PT Medici
Citra Nusa sebagai kontraktor utama bertanggungjawab terhadap semua pekerjaan yang terkait
dengan eksplorasi sumur seperti cementing, mudlodging, penyediaan peralatan pemboran,
maupun pekerjaan terkait lainnya.

Pemboran dimulai pada tanggal 8 Maret 2006 dan terus berlangsung hingga tanggal 29 Mei
2006. Akhirnya, pada tanggal 29 Mei 2006 muncul erupsi lumpur panas ketika pemboran Sumur
BJP-1 belum selesai. Atas kemunculan erupsi lumpur panas tersebut, PT Lapindo Brantas, Inc
bersembunyi dibalik gempa tektonik di Yogyakarta yang terjadi pada hari yang sama dimana
erupsi lumpur panas tersebut menyembur keluar dari tanah. Namun atas beberapa ahli yang
didatangkan dalam pemeriksaan masalah ini, mereka mengatakan bahwa tidak ada hubungannya
antara gempa tektonik di Yogyakarta dengan Surabaya.

Setelah diselidiki, hal yang menjadi penyebab adanya semburan lumpur panas tersebut
adalah PT Lapindo Brantas, Inc sebagai operator dan PT Medici Citra Nusa dianggap kurang
teliti dalam melakukan pengeboran sumur dan terlalu menyepelekan baik kinerja maupun
dampak yang mungkin dapat diterima atas pengeboran yang dilakukannya. Kurang teliti dan
menyepelekannya pengeboran tersebut dilihat atas ketidaksesuaian rancangan pengeboran
dengan kenyataan.

Awalnya rancangan pengeboran adalah sumur akan dibor dengan kedalaman 8500 kaki (2590
meter) untuk bisa mencapai batu gamping. Lalu sumur tersebut dipasang casing yang bervariasi
sesuai dengan kedalaman sebelum mencapai batu gamping. Casing merupakan suatu pipa baja
yang berfungsi untuk mencegah gugurnya dinding sumur, menutup zona bertekanan abnormal,
zona lost dan sebagainya.

 Pelanggaran UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas


Dalam hal ini, PT Lapindo Brantas, Inc melanggar pasal-pasal sebagai berikut:
1. Pasal 74
Dalam pasal ini, diatur tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan.
PT Lapindo Brantas, Inc melanggar pasal ini dikarenakan tidak menjalankan
tanggung jawab sosial dan lingkungan dengan baik sehingga harus diberikan sanksi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang terkait.
2. Pasal 92

Berdasarkan pasal ini, seharusnya PT Lapindo Brantas, Inc menjalankan pengurusan


perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
tertentu. Direksi PT Lapindo Brantas, Inc juga seharusnya menjalankan
kepengurusan sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat dan tidak menyimpang
dari aturan demi kepentingan pribadi maupun pihak lainnya.
3. Pasal 97

Atas kelalaiannya, Direksi PT Lapindo Brantas, Inc melanggar pasal 97. Direksi
dianggap tidak bertanggung jawab atas kepengurusan Perseroan, tidak dilaksanakan
dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Dalam hal ini, Direksi PT Lapindo
Brantas, Inc diwajibkan untuk bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian
Perseroan dikarenakan kelalaiannya dalam mengerjakan tugas.

4. Pasal 108

Komisaris PT Lapindo Brantas, Inc dinilai kurang melakukan pengawasan dan


kebijakan pengurusannya kepada direksi, serta memberikan nasihat kepada direksi
sehingga kasus ini terjadi.

 Pelanggaran Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi
PT Lapindo Brantas, Inc tidak memiliki tujuan yang sesuai dalam penyelenggaraan
kegiatan usaha migasnya, dimana tidak dapat menjamin efektivitas pelaksanaan dan
pengendalian usaha Eksplorasi dan Eksploitasi secara berdaya guna, berhasil guna, berdaya saing
tinggi, dan berkelanjutan melalui mekanisme yang terbuka dan transparan. Selain itu, PT
Lapindo Brantas, Inc tidak menjamin adanya efisiensi dan efektivitas tersedianya Gas Bumi
untuk kebutuhan dalam negerti karena banyak gas bumi yang seharusnya dapat diolah menjadi
terbuang atas terjadinya peristiwa lumpur lapindo tersebut. Selanjutnya, PT Lapindo Brantas, Inc
juga tidak dapat menjaga kelestarian lingungan hidup dengan perusakan lingkungan yang sangat
besar.

PT Lapindo Brantas, Inc tidak menjamin standar dan mutunya yang berlaku dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak menerapkan kaidah keteknikan yang baik,
dimana ia tidak memasang casing, melakukan pengeboran secara vertikal padahal sudah ada
peringatan, dan tidak memiliki lumpur berat yang cukup untuk mengatasi masalah apabila terjadi
blowout. Kemudian, PT Lapindo Brantas, Inc juga tidak melakukan pengelolaan lingkungan
hidup karena tidak adanya upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran, serta pemulihan
atas kerusakan lingkungan hidup hingga saat ini, dan tidak adanya transparansi dalam
melaksanakan kegiatan. Selain itu, PT Lapindo Brantas, Inc juga tidak bertanggung jawab dalam
mengembangkan lingkungan dan masyarakat setempat.

 Pelanggaran Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Dalam hal ini, PT Lapindo Brantas, Inc melanggar pasal-pasal sebagai berikut:
1. Pasal 47

PT Lapindo Brantas, Inc tidak melakukan analisis risiko lingkungan hidup yang
meliputi pengkajian risiko, pengelolaan risiko, dan komunikasi risiko atas adanya
risiko ledakan lumpur panas yang terjadi dalam pengeboran tersebut.

2. Pasal 53

Dalam pelanggaran pasal ini, PT Lapindo Brantas, Inc tidak melakukan


penanggulangan hingga saat ini atas peristiwa lumpur lapindo tersebut.

3. Pasal 54

Belum adanya pemulihan fungsi lingkungan hidup seperti pemberhentian sumber


pencemaran dan pembersihan unsur pencemar yang dilakukan oleh PT Lapindo
Brantas hingga saat ini.

4. Pasal 68

PT Lapindo Brantas, Inc melanggar pasal ini atas tidak menjaga keberlangsungan
fungsi hidup.

Akbar, Ali Azhar. 2007. Konspirasi di Balik Lumpur Lapindo : Dari Aktor Hingga Strategi Kotor.
Yogyakarta: Percetakan Galangpress.

Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Jakarta :
Author.

Republik Indonesia. 2001. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi. Jakarta :
Author.

Anda mungkin juga menyukai