Anda di halaman 1dari 3

Nama: Yulvi Afrah Nadhilah

NIM: 20180610031

Kelas: Akuntansi 3B

PT. Lapindo Brantas merupakan penyebab utama meluapnya lumpur panas di Sidoarjo, tetapi pihak
Lapindo malah berdalih dan enggan untuk bertanggung jawab. Jika dilihat dari sisi etika bisnis, apa yang
dilakukan oleh PT. Lapindo Berantas jelas telah melanggar etika dalam berbisnis. Dimana PT. Lapindo
Brantas telah melakukan eksploitasi yang berlebihan dan melakukan kesalahan dalam bencana bencana
besar yang mengakibatkan kerusakan parah pada lingkungan dan sosial.

Eksploitasi besar-besaran yang dilakukan PT. Lapindo membuktikan bahwa PT. Lapindo rela
menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan. Dan keengganan PT. Lapindo untuk
bertanggung jawab membuktikan bahwa PT. Lapindo lebih memilih untuk melindungi aset-aset mereka
yang melakukan kesalahan dan perbaikan kerusakan lingkungan dan sosial yang mereka timbulkan.

Hal yang dilakukan oleh PT. Lapindo telah melanggar prinsip - prinsip etika yang ada. Lapindo Brantas
Inc. melakukan pengeboran gas melalui perusahaan kontraktor pengeboran PT. Medici Citra Nusantara
yang merupakan perusahaan penyedia Bakrie Group. Kontrak itu diperoleh Medici dengan tender dari
Lapindo Brantas Inc. senilai US $ 24 juta. Namun dalam hal perijinannya telah terjadi kesimpang siuran
prosedur dimana ada beberapa tingkatan ijin yang dimiliki oleh lapindo. Hak konsesi eksplorasi Lapindo
yang diberikan oleh pemerintah pusat dalam hal ini adalah Badan Pengelola Minyak dan Gas (BP
MIGAS),

Pada awalnya sumur tersebut direncanakan hingga kedalaman 8.500 kaki (2.590 meter) untuk mencapai
formasi Kujung ( batu gamping ). Sumur tersebut akan dipasang selubung bor ( casing ) yang ukurannya
bervariasi sesuai dengan kedalaman untuk mengantisipasi potensi kerugian sirkulasi dalam formasi dan
kick (masuknya formasi fluida tersebut ke dalam sumur) sebelum pengeboran formasi Kujung.

Sesuai dengan desain awalnya, Lapindo “sudah” memutus casing 30 inci pada kedalaman 150 kaki,
casing 20 inci pada 1.195 kaki, casing (liner) 16 inci pada 2.385 kaki, dan casing 13 3/8 inci pada 3.580
kaki (Lapindo Press Release ke wartawan, 15 Juni 2006). Ketika Lapindo mengebor lapisan bumi dari
kedalaman 3.580 kaki sampai ke 9.297 kaki, mereka “belum” terpasang casing 9 5/8 inci yang
rencananya akan dipasang tepat di batas batas antara formasi Kalibeng Bawah dengan formasi Kujung
(8.500 kaki).

Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan pengeboran ini dengan membuat
prognosis pengeboran yang salah. Mereka membuat prognosis dengan mengasumsikan zona
pengeboran mereka di zona Rembang dengan target pengeborannya adalah formasi Kujung. Padahal
mereka membor di zona Kendeng yang tidak ada formasi Kujung-nya. Alhasil, mereka merencanakan
casing setelah pemantauan yaitu batu gamping formasi Kujung yang sebenarnya tidak ada. Selama
mengebor mereka tidak meng- casing lubang karena kegiatan pemboran masih berlangsung. Selama
pemboran, lumpur overpressure (bertekanan tinggi) Dari formasi Pucangan Sudah berusaha
menerobos ( blow out) tetapi dapat diatasi dengan pompa lumpur Lapindo (Medici).

Analisis:

Pada kasus ini PT. Lapindo telah melakukan prinsip-prinsip etika bisnis, seperti:

1. Prinsip otonomi

yaitu sikap independen untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri.
Dalam kasus ini PT. Lapindo tidak berlaku pada kasus ini, yaitu banyak kalangan yang merencanakan ini
seperti dari pihak PT. Lapindo dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan dari kasus ini.

2. Prinsip kejujuran

Prinsip kejujuran tersebut terdiri dari:

Jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak.

Kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding.

Jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.

Dalam kasus ini, PT. Lapindo tidak melaksanakan kejujuran

1. Lapindo menyimpang dari perjanjian yang telah ditetapkan dan PT. Lapindo melanggar audit
lingkungan yang mencemarkan lingkungan dari kegiatan yang dilakukan perusahaan.

2. Lapindo tidak jujur dalam hubungan dengan masyarakat sekitar wilayah itu.

3. Prinsip keadilan

Keadilan yang dimaksud adalah Menuntut agar setiap orang yang diatur secara sama sesuai dengan
aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.
Namun dalam kasus ini, PT. Lapindo tidak memperlakukan masyarakat sama sesuai dengan aturan yang
adil dan PT. Lapindo tidak memperhatikan kepentingan dari masyarakat yang ada di sekitar wilayah itu,
serta PT. Lapindo tidak bertanggung jawab terhadap masyarakat sekitar.

4. Prinsip saling menguntungkan (prinsip saling menguntungkan)

Bisnis dilakukan agar menguntungkan semua pihak. Namun beda halnya dengan kasus ini, bisnis yang
dilakukan PT.Lapindo hanya memberikan keuntungan sendiri bagi perusahaannya bahwa memberikan
kerugian yang sangat besar kepada masyarakat sekitar bencana bencana yang terjadi dari ulah
PT.Lapindo tersebut.

5. Prinsip integritas
Dihayati sebagai kasus internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar dapat menjalankan bisnis
dengan tetap menjaga nama baik pimpinan, karyawan, maupun perusahaannya. Dalam kasus ini, PT.
Lapindo tidak memperhatikan nama baik dari perusahaan tersebut serta kejadian ini membuktikan
kepada masyarakat bahwa PT. Lapindo memiliki citra yang buruk dari segi audit lingkungannya. PT.
Lapindo hukum tidak ada yang memiliki kepedulian terhadap sesama manusia atau lingkungan, karena
menganggap peristiwa tersebut merupakan bencana alam yang kemudian dijadikan alasan mengapa
tanggung jawab. Dengan segala tindakan yang dilakukan oleh PT. Lapindo secara otomatis juga berarti
telah melanggar etika kebajikan.

Saran kepada PT. Lapindo:

Bencana yang terjadi adalah masyarakat maka PT. Lapindo harus meminta maaf yang sangat tulus
kepada masyarat dengan memberikan ganti rugi atas kerusakan yang kerusakan. PT. Lapindo juga harus
memperbaiki lingkungan yang hancur. PT. Lapindo juga harus memperbaiki pengeboran yang baik dan
benar kembali. Dan agar tidak terjadi kelalaian yaitu dibutuhkan ketelitian. Dan solusi saya supaya tidak
meluapnya lumpur panas perlu adanya penanaman tumbuhan hijau dan di adakannya go green.

Anda mungkin juga menyukai