Anda di halaman 1dari 3

Nama: adytia dimas hendara

Nim: 190208035
Mata kuliah : hukum & etika humas
Analisis Pelanggaran etika Humas pada kasus
HUMAS PT. LAPINDO BRANTAS
Kasus
Nama perusahaan PT.Lapindo Brantas Inc semakin dikenal oleh masyarakat dengan adanya
kasus Lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur yang terjadi pada tanggal 29 Mei
2006. Lumpur lapindo ini merupakan peristiwa menyemburnya lumpur panas yang lokasinya
dekat dengan Sumur Banjar Panji (BJP-1). Kejadian tersebut membuat masyarakat sekitar
menyatakan bahwa adanya lumpur panas tersebut disebabkan oleh kesalahan dari PT.Lapindo
Brantas Inc pada saat melakukan mud loging (pengeboran lumpur). Hal itu tentu saja sangat
merugikan dan merusak lingkungan yang berada di sekitar lokasi kejadian tersebut (Luthfiany,
2015, h.1)
PT Lapindo Brantas, Inc sangat dikenal secara luas balik dalam maupun luarnegeri
semenjak peristiwa banjir lumpur panas sidoarjo, atau yang biasadikenal dengan
perisitwa Lumpur Lapindo yang terjadi pada 29 Mei 2006.Peristiwa Lumpur Lapindo, adalah
peristiwa menyemburnya lumpur panas dilokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di Sumur
Banjar Panji 1 (BJP-1)
Dengan adanya kejadian Lumpur Lapindo yang disebabkan oleh PT.Lapindo Brantas Inc
juga mengakibatkan tidak stabilnya kondisi tanah dibawah lokasi awal. Lumpur Lapindo
tersebut menggenangi wilayah sekitar pengeboran seperti pemukiman, pertanian dan
perindustrian. Hal ini mengakibatkan 16 desa tenggelam di wilayah Kecamatan Porong,
Kecamatan Jabung, dan Kecamatan Tanggulangin. Mengutip dari beritasatu.com pada tanggal
29 Mei 2015.
Luasan kolam penampungan (pond) semburan lumpur panas itu sendiri, sementara ini
mencapai 640 hektar (ha), yang mengubur belasan pabrik, ribuan unit rumah tangga dan
aneka serba usaha di 16 desa yang ada di wilayah Kecamatan Porong, Kecamatan Jabon dan
Kecamatan Tanggulangin. (beritasatu.com)
Dengan meningkatnya korban dan kerugian yang disebabkan oleh kasus Lumpur Lapindo
ini membuat PT. Lapindo Brantas Inc memberdayakan praktisi Public Relations untuk
mengklarifikasi kasus tersebut. Praktisi Public Relations dari PT. Lapindo Brantas berusaha
mengklarifikasi kepada publik internal dan publik eksternal dengan mengajak beberapa ahli
geologi untuk melakukan penelitian agar menemukan penyebab dari menyemburnya lumpur
panas tersebut. Namun, langkah yang diambil oleh prakitis PR ini salah. Public Relations tidak
memberikan informasi yang sesuai dengan fakta mengenai hasil konferensi para ahli geologi
yang dilakukan di London. Hal itu dilakukan saat siaran pers pada tanggal 28 Oktober 2008.
Sehingga membuat media semakin memberitakan keburukan tentang PT. Lapindo Brantas Inc
terkait peristiwa Lumpur Lapindo (Nova, 2009, h.16)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof.Stephen Miller dan timnya ini juga menyatakan
bahwa peristiwa Lumpur Lapindo ini tidak dapat dihentikan karena merupakan gejala alam.
Prof. Stephen Miller juga menghimbau untuk masyarakat tidak perlu khawatir, karena lumpur
tersebut hanya mengeluarkan letupan kecil. Selain Prof. Stephen Miller, wakil Kepala Badan
Penanggulangan Lumpur Sidoarjo(BPLS) mengatakan bahwa hal tersebut disebabkan oleh 2
hal. Pertama adalah adanya ledakan dibawah tanah dan yang kedua adalah dipicu oleh adanya
Gempa Yogyakarta. Mengutip dari kompas.com pada tanggal 4 Juni 2014
Lusi yang di Sidoarjo kejadiannya sama seperti di Italia. Jadi, karena ada gempa bumi
sebelumnya, ada gesekan bebatuan panas. Lusi keluar seperti lahar karena ada tekanan dari
bawah, kemudian keluar letupan," katanya.
Masyarakat sekitar yang menjadi korban meminta ganti rugi dengan mengadakan
demo ke kediaman Aburizal Bakrie (Ical) selaku direktur dari PT. Lapindo Brantas Inc. Korban
Lumpur Lapindo mengancam akan mengadakan demo besar-besaran ke Istana Negara, Jakarta
bila dari pihak PT. Lapindo Brantas Inc tidak mengganti rugi dan tidak bertanggung jawab.
Korban dalam kasus ini selalu mengikuti perkembangan ganti rugi yang akan diberikan oleh
PT. Lapindo Brantas Inc yang tidak mendapat kepastian dan selalu diundur. Demo juga
dilakukan di Porong, Sidoarjo oleh korban Lumpur Lapindo dengan menutup jalan raya
Porong. Demonstran yang melakukan penutupan jalanraya porong ini merupakan warga
Jatirejo, Renokenongo, Kecamatan Porong dan warga Desa Kedungbongo (Kecamatan
Tanggulangin). Seperti yang dikutip dari Tribunnews.com pada tanggal 10 Mei 2015
Para pengunjuk rasa ini adalah korban yang berada di dalam area peta terdampak
yakni warga Jatirejo, Renokenongo (Kecamatan Porong) dan Desa Kedungbendo (Kecamatan
Tanggulangin). Aksi nekat warga memicu reaksi ratusan anggota Polres Sidoarjo. Sempat
terjadi adu dorong antara polisi dan warga. Belasan warga yang lolos dari kepungan polisi
hingga menutup Jalan Raya Porong. Alhasil aksi penutupan jalan itu berlangsung hanya 5
menit."Nasib kami digantung. Diulur-ulur. Kami sudah muak 9 tahun dibohongi. Warga sudah
kehabisan kata-kata karena janji pelunasan tak jelas ujungnya," ujar Sugiono, Korlap
Aksi.Namun, kata dia, warga tidak akan menyerah menuntut haknya. Berbagai spanduk berisi
hujatan kepada Lapindo dan pemerintah mereka bentangkan.

ANALISIS PELANGGARAN ETIKA


Lapindo yang dimiliki oleh Bakrie Group ini memang memiliki sumberdaya politik ekonomi
yang dapat perpengaruh di Indonesia, bahkan Bakrie Group dapat menciptakan opini public
mengenai lumpur Lapindo itu sendiri melalui media yang dimiliki. Pada 22 Oktober 2008
Lapindo Brantas mengadakan siaran pers mengenai hasil para ahli geologi di London. Pada
konfrensi tersebut Lapindo menyewa perusahan Public Relation untuk mengabarkan bahwa
peristiwa tersebut bukan dari kesalahan Lapindo. Lapindo mengeluarkan statement bahwa
kejadian tersebut akibat dari bencana alam, akan tetapi sejumlah ahli geolog dan LSM yang
peduli terhadap kasus lumpur Lapindo ini tetap menganggap bahwa kejadian pengeboran
Lapindo yang menjadi pemicu tragedy tersebut. Lapindo terus menutupi fakta dengan
berbagai cara termasuk membuat iklan serta memecah belah warga memalui masalah ganti
rugi hal tersebut dilakukan untuk mengarahkan pada opini public. Dari kasus tersebut, maka
PR Lapindo Brantas dapat dinyatakan telah melanggar kode etik profesi Public relation,
a. Pasal 2 mengenai Penyebaran informasi ; “seorang anggota tidak akan menyebarluaskan,
secara sengaja dan tidak bertanggungjawab, informasi yang palsu atau yang meyesatkan, dan
sebaliknya justru akan berusaha sekeras mungkin untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Ia
berkewajiban menjaga dan ketepatan informasi.”. Lapindo dikatakan melanggar pasal
tersebut karena Lapindo menyebarkan informasi yang tidak sesuai dengan fakta.
b. Pasal 3 mengenai Media Komunikasi ; “seorang anggota tidak akan melaksanakan
kegiatan yang dapat merugikan integritas media komunikasi”. Lapindo dapat dikatakan
melanggar pasal berikut karena Lapindo yang merupakan milik Bakrie Group dapat
menciptakan opini public sendiri mengenai lumpur Lapindo itu sendiri melalui media yang
dimiliki sehingga informasi yang diberikan meskipun tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
tidak menjatuhkan citra Lapindo. Solusi : Pihak Lapindo harus kembali menelusuri dengan
baik apa penyebab akibat keluarnya lumpur tersebut, baik dengan bantuan pihak luar ataupun
tidak, dan memberitakan dengan sejujur-jujurnya. Sehingga tidak ada lagi kesalahpahaman
yang terjadi, dan pihak Lapindo bisa menyelesaikan masalah ini, tanpa tambahan tekanan dan
gangguan dari luar.

Strengths
Dalam hal ini humas lapindo sudah menyebarkan tentang kejadian lapindo bukan lah terjadi
karena pengeboran tetapi terjadi oleh alam( bencana alam), dan pt lapindo mehadirkan
pakar geologi dari london untuk fact.
Weaknesses

namun dalam hal ini PT lapindo dituduh melampirkan informasi tidak jujur, Akan tetapi
sejumlah ahli geolog dan LSM yang peduli terhadap kasus lumpur Lapindo ini tetap
menganggap bahwa kejadian pengeboran Lapindo yang menjadi pemicu tragedy tersebut
Opportunities
Namun peluang dari kasus ini PT.lapindo bisa terbebas dari tuduhan dikarenakan stamp
label “bencana alam” yang mereka miliki
Threats

Adalah hilangnya kepercayaan masyarakat atas PT lapindo dimasa depan

Anda mungkin juga menyukai