BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Banjir lumpur panas atau yang lebih dikenal sebagai bencana lumpur lapindo telah
terjadi di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo,
Jawa Timur pada tanggal 29 Mei. Bencana lumpur lapindo adalah peristiwa menyemburnya
lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc. Sampai saat ini bencana lumpur
lapindo masih terus berlangsung. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo
(BPLS), pada 2007 area terdampak lumpur Lapindo meliputi 12 desa di tiga kecamatan seluas
640 hektar. Saat ini wilayah itu sudah berubah menjadi kolam lumpur. Pada 2008, luas area
terdampak bertambah menjadi 728 hektar.Pada 2011, luasnya bertambah dengan
dimasukkannya wilayah 9 rukun tetangga baru dalam peta area terdampak. Dan pada awal
2012, ada 65 RT baru masuk peta area terdampak. Sehingga selama enam tahun semburan
lumpur Lapindo terjadi, ada sebanyak 11.881 keluarga yang rumah ataupun tanahnya berada
di area terdampak. Dengan demikian dapat dilihat bahwa bencana lumpur lapindo ini telah
memberikan dampak yang luar biasa bagi masyarakat, bukan hanya masyarakat sekitar lokasi
terjadinya bencana lumpur lapindo namun juga bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.
Tragedi ‘Lumpur Lapindo’ dimulai pada tanggal 27 Mei 2006. Peristiwa ini menjadi
suatu tragedi ketika banjir lumpur panas mulai menggenangi areal persawahan, pemukiman
penduduk dan kawasan industri. Hal ini wajar mengingat volume lumpur diperkirakan sekitar
5.000 hingga 50 ribu meter kubik perhari (setara dengan muatan penuh 690 truk peti kemas
berukuran besar). Akibatnya, semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi
masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur: genangan hingga
setinggi 6 meter pada pemukiman; total warga yang dievakuasi lebih dari 8.200 jiwa;
rumah/tempat tinggal yang rusak sebanyak 1.683 unit; areal pertanian dan perkebunan rusak
hingga lebih dari 200 ha; lebih dari 15 pabrik yang tergenang menghentikan aktivitas produksi
dan merumahkan lebih dari 1.873 orang; tidak berfungsinya sarana pendidikan; kerusakan
lingkungan wilayah yang tergenangi; rusaknya sarana dan prasarana infrastruktur (jaringan
listrik dan telepon); terhambatnya ruas jalan tol Malang-Surabaya yang berakibat pula
terhadap aktivitas produksi di kawasan Ngoro (Mojokerto) dan Pasuruan yang selama ini
merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur.
2
Lumpur juga berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Kandungan logam berat (Hg),
misalnya, mencapai 2,565 mg/liter Hg, padahal baku mutunya hanya 0,002 mg/liter Hg. Hal
ini menyebabkan infeksi saluran pernapasan, iritasi kulit dan kanker.4 Kandungan fenol bisa
menyebabkan sel darah merah pecah (hemolisis), jantung berdebar (cardiac aritmia), dan
gangguan ginjal.5
Selain perusakan lingkungan dan gangguan kesehatan, dampak sosial banjir lumpur
tidak bisa dipandang remeh. Setelah lebih dari 100 hari tidak menunjukkan perbaikan kondisi,
baik menyangkut kepedulian pemerintah, terganggunya pendidikan dan sumber penghasilan,
ketidakpastian penyelesaian, dan tekanan psikis yang bertubi-tubi, krisis sosial mulai
mengemuka. Perpecahan warga mulai muncul menyangkut biaya ganti rugi, teori konspirasi
penyuapan oleh Lapindo,6 rebutan truk pembawa tanah urugan hingga penolakan menyangkut
lokasi pembuangan lumpur setelah skenario penanganan teknis kebocoran 1
(menggunakan snubbing unit) dan 2 (pembuatan relief well) mengalami kegagalan. Akhirnya,
yang muncul adalah konflik horisontal.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Tujuan saya membuat makalah ini agar para pembaca makalah ini mengerti asal-usul
keberaddaan lumpur lampindo yag ada saat ini.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PEMBAHASAN
Sebenarnya ada beberapa hal yang diduga sebagai penyebab terjadinya luapan lumpur
lapindo, seperti kaitannya dengan gempa Yogyakarta yang berlangsungpada hari yang sama,
aspek politik yaitu eksplorasi migas oleh pemerintah,dan aspek ekonomis yaitu untuk
menghemat dana pengeluaran, maka PT Lapindo sengaja tidak memask casing pada sumur
BPJ-
Salah satu dari ketiga perkiraan yang sudah umum diketahui banyak orang tentang penyebab
meluapnya lumpur lapindo di Porong Sidoarjo 29 Mei 2006 lalu adalah PT Lapindo Brantas
yang waktu itu sedang melakukan kegiatan di dekat lokasi semburan.
Kegiatan yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas waktu iu adalah pengeboran sumur
Banjar Panji-1 (BPJ-1) pada awal maret 2006, kegiatan tersebut bekerjasama dengan
perusahaan kontraktor pengeboran yaitu PT Medici Citran Nusantara. Dugaan atas meluapnya
lumpur tersebut kepada PT Lapindo Brantas adalah kurang telitinya PT Lapindo dalam
melakukan pengeboran sumur dan terlalu menyepelekan. Dua hal tersebut sudah tampak
ketika rancangan pengeboran akhirnya tidak sesuai dengan yang ada dilapangan. Rancangan
pengeboran adalah sumur akan dibor dengan kedalaman 8500 kaki (2590 meter) untuk bisa
mencapai batu gamping. Lalu sumur tersebut dipasang casing yang bervariasi sesuai dengan
kedalaman sebelum mencapai batu gamping.
Awalnya, PT Lapindo sudah memasang casing 30 inchi pada kedalaman 150 kaki, 20
inchi pada 1195 kaki, 16 inchi pada 2385 kaki dan 13-3/8 inchi pada 3580 kaki. Namun
setelah PT Lapindo mengebor lebih dalam lagi, mereka lupa memasang casing. Mereka
berencana akan memasang casing lagi setelah mencapai/menyentuh titik batu gamping.
Selama pengeboran tersebut, lumpur yang bertekanan tinggi sudah mulai menerobos, akan
tetapi PT Lapindo masih bisa mengatasi dengan pompa lumpur dari PT Medici.
Dan setelah kedalam 9297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh batu gamping. PT
Lapindo mengira target sudah tercapai, namun sebenarnya mereka hanya menyentuh titik batu
gamping saja.
5
Titik batu gamping itu banyak lubang sehingga mengakibatkan lumpur yang
digunakan untuk melawan lumpur dari bawah sudah habis, lalu PT Lapindo berusaha menarik
bor, tetapi gagal, akhirnya bor dipotong dan operasi pengeboran dihentikan serta perangkap
BOP (Blow Out Proventer) ditutup. Namun fluida yang bertekanan tinggi sudah terlanjur naik
ke atas sehingga fluida tersebut harus mencari jalan lain untuk bisa keluar. Itu lah yang
menyebabkan penyemburan tidak hanya terjadi di sekitar sumur melainkan di beberapa
tempat. Oleh karena itu terjadilah semburan lumpur lapindo.
Berikut ada contoh gambar semburan yang terjadi dibawah tanah disekitar sumur BPJ-1.
Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi luapan lumpur lapindo adalah dengan
membangun tanggul desekitar luapan lumpur panas itu. Namun tanggul yang dibangun bisa
sewaktu-waktu jebol karena lumpur setiap hari terus meluap naik. Hingga akhirnya
direncanakan akan membangun beberapa waduk untuk membendung lumpur tersebut.
Namun rencana tersebut batal tanpa sebab yang jelas.
6
Ada beberapa pihak yang mengatakan bahwa luapan lumpur bisa diatasi dengan
melakukan beberapa skenario, namun hingga 2009 luapan tidak bisa dihentikan yang artinya
luapan ini adalah fenomena alam yang akan susah ditanggulangi tanpa ijin Tuhan.
Tinggi genangan lumpur yang mencapai 6 meter di pemukiman warga sudah membuat
warga rugi atas rumah/tempat tinggal, lahan pertaniannya dan perkebunan yang rusak.
Pabrik-pabrik pun rusak tidak bisa difungsikan untuk proses produksi, sarana dan prasarana
(jaringan telepon dan listrik) juga tidak dapat berfungsi, serat terhambatnya ruas jalan tol
Malang-Surabaya yang mengakibatkan aktivitas produksi dari Mojokerto dan Pasuruan yang
selama ini menjadi salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur.
Gas Metana yang beracun tersebut banyak menyebabkan penyakit bagi warga yang
menghirupnya. Tercatat dampak kesehatan di Puskesmas Porong menunjukkan banyaknya
penderita infeksi saluran pernafasan yang semakin meningkat sejak 2006 lalu hingga
mencapai 52.543 orang di 2009. Dan juga penderita gastritis melonjak hingga 22.189 orang
di 2009 yang sebelumnya tercatat 7.416 di 2005.
Untuk masalah pendidikan, ada 33 sekolah tenggelam dalam lumpur dan sampai Juni
2012 belum ada sekolah yang dibangun sebagi pengganti. Akhirnya pendidikan yang
harusnya dirasakan oleh pelajar harus terbengkelai.
Dampak berikutnya adalah pencemaran lingkungan, dampak ini sebenarnya sudah
berhubungan dengan dampak-dampak yang lain, dampak kesehatan misalnya. Dari
lingkungan yang lama setelah semburan lumpur tak tertanggulangi akan menimbulkan
pencemaran yang luar biasa. Pencemaran ini sungguh merugikan sekali, karena lingkungan
yang sangat berdampak dengan aktivitas manusia harus punah dan tidak bisa digunakan lagi.
Dampak-dampak yang timbul telah lama dimintai pertanggungjawaban oleh warga.
Namun warga belum merasakan ganti rugi oleh PT Lapindo serta tindakan pemerintah atas
meluapnya lumpur panas tersebut. Akhirnya perpecahan mulai muncul antara pemerintah, PT
Lapindo Brantas dan warga korban lumpur lapindo.
4. LOKASI
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia seperti mineral, minyak, batu
bara, dan gas juga dapat memberikan dampak yang berbahaya bagi Indonesia. Lingkungan
yang ada disekitar kita hendaklah dijaga dan dirawat sebaik mungkin. Karena dengan
lingkungan yang nyaman tentu kehidupan kita sebagai manusia akan terjamin. Manusia
bertanggungjawab atas lestarinya alam semesta, karena ketergantungan kita dengan apa yang
ada di alam ini.
Luapan Lumpur Lapindo yang sampai saat ini sudah ±8 tahun sejak 29 Mei 2006
menunjukkan bahwa manusia telah lalai dan terlalu meremehkan atas alam. Akibat luapan
tersebut manusia juga yang rugi. Banyak dampak yang ditimbulkan seperti dampak sosial
yang meliputi perekonomian di Jawa Timur, kesehatan, dan pendidikan serta pencemaran
lingkungan.
Namun dampak-dampak yang timbul sampai saat ini juga tak kunjung terselesaikan,
bahkan luapan lumpur semakin hari semakin bertambah.
Dari banyak pendapat ahli diketahui bahwa bencana lumpur lapindo ini disebabkan
oleh kelalaian yang dilakukan oleh Lapindo Brantas Inc. Pihak Lapindo Brantas Inc
tidak melakukan pemasangan casing sesuai dengan spesifikasi standar teknis
pengeboran, sehingga mengakibatkan terjadinya blow out atau semburan lumpur.
Bencana lumpur lapindo ini juga memberikan banyak dampak, tidak hanya pada
masyarakat sekitar namun juga pada aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Hal ini
dilihat dari banyaknya warga yang kehilangan tempat tinggal, lapangan pekerjaan, dan
sarana pendidikan. Bukan hanya itu, warga sekitar juga kesulitan untuk mendapatkan
air bersih, listrik, dan jaringan telepon. Selain itu juga masih ada pula pencemaran
lingkungan yang diakibatkan oleh bencana ini. Namun dibalik semua dampak negatif
tersebut masih ada pula dampak positif yang bisa didapat dari terjadinya bencana ini.
Dampak positif itu yaitu pembuatan batu bata dan genteng dari lumpur lapindo serta
pembuatan baterai dengan lumpur lapindo yang telah memenangkan juara juara kedua
dari kompetisi Technopreneurship Pemuda 2012.
11
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_lumpur_panas_Sidoarjo
http://nasional.kompas.com/read/2012/05/30/03095137/Dampak.Lumpur.Meluas
http://lapindo-brantas.co.id/id/about/history/
http://kenalilahbencanaalam.blogspot.com/2009/03/kronologis-terjadinyabencana-
lumpur.html
http://nasional.inilah.com/read/detail/58352/penyebab-lumpur-lapindo-
gempa#.UiHkYn9TuAM
http://steffyapriyanti.blogspot.com/2013/01/lumpur-lapindo.html
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=293926:korban-
lumpur-lapindo-belum-terima-pembayaran&catid=95:nusantara&Itemid=146
13
LAMPIRAN
14
15