Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENELITIAN

DISUSUN OLEH :
SYIFA SHAFIRA
X3
SMA MUHAMMADIYAH 2 JAKARTA

2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur , saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa karena telah membantu
penyelesaian penelitian pada mapel Geografi dengan tepat waktu , Alhamdulillah tanpa halangan
dalam menyusun laporan penelitian ini .
Ucap terimakasih saya pada ibu DERIH ANGGRAENI,SPD karena telah memberi
arahan dan pengetahuan dalam meyusun laporan penelitian ini , semoga apa yang telah saya teliti
bermanfaat bagi kalangan masyarakat,dan penyusunan laporan ini juga memiliki kesalahan
dalam mengerjakannya untuk itu saya berharap bahwa ibu dapat mengoreksi apa yang telah saya
teliti .

JAKARTA , 22 NOV 2023

2
DAFTAR ISI

Contents
LAPORAN PENELITIAN..........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB 1 ( PENDAHULUAN )......................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................4
1.4 MANFAAT PENELITIAN...............................................................................................................4
BAB 2 ( ISI )...............................................................................................................................................5
2.1 LUMPUR LAPINDO SIDOARJO 2006...........................................................................................5
2.2.1 Isi penelitian...............................................................................................................................5
BAB 3 ( PENUTUP)...................................................................................................................................8
3.1 KESIMPULAN.............................................................................................................................8
3.2 SARAN.............................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................9

3
BAB 1 ( PENDAHULUAN )

1.1 LATAR BELAKANG


Bencana lumpur Lapindo merupakan buah dari eksplorasi gas yang dilakukan oleh PT.
Lapindo Brantas. Semburan awal lumpur panas ini terjadi pada tanggal 29 Mei 2006.
Akibatnya,kawasan, pemukiman, pertanian dan perindustrian di wilayah Porong Sidoarjo
lumpuh total.Pusat semburan lumpur panas berjarak 150 meter dari pusat pengeboran gas PT
Lapindo Brantas.Peristiwa ini terjadi karena kesalahan PT. Lapindo Brantas yang tidak
menjalankan prosedur dalam melakukan pengeboran gas yang terletak di Kecamatan Porong,
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.Akibat dari kesalahan yang dilakukan PT Lapindo,
menimbulkan meluapnya lumpur panas dari dalam perut bumi. Banyak sekali pendapat dari para
peneliti dan para ahli yang berbeda, mulaidari penyebab utama terjadinya peristiwa banjir
lumpur panas ini karena bencana alam,kesalahan perhitungan dari PT Lapindo Brantas sendiri,
bahkan sampai ada yang menyebutkan bahwa penyebabnya tidak diketahui dengan
pasti.Peristiwa banjir lumpur ini menenggelamkan 16 desa di tiga kecamatan, 10.426 unit rumah
terendam lumpur dan 77 unit rumah ibadah terendam lumpur. Sekitar 30 pabrik lumpuh total
karena terendam banjir lumpur panas sehingga tidak dapat beroperasi. Akibat ini sebanyak
1.873tenaga kerja mengalami PHK dari perusahaan tersebut. Dan masih banyak lagi dampak
yang terjadi pada beberapa sektor yang lain.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Bagaimana alur singkat pada kasus tersebut?
1.2.2 Apa dampak yang terjadi?
1.2.3 Bagaimana solusi pemerintah dalam kasus tersebut?
1.2.4 Apakah ada pertanggung jawaban dari PT.Lapindo ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Memberikan orasi atau peyampaian bahwa kasus tersebut sangatlah butuh perhatian
dimana banyak warga yang mengungsi serta kehilangan harta benda dan surat penting.
13.2 Memberikan wawasan singkat pada kasus lumpur lapindo
1.3.3 Menjaga dan memberikan pada generasi muda bahwa bencana lumpur lapindo telah terjadi
pada tahun 2006 .
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Mengetahui kasus lumpur lapindo
1.4.2 Memberikan edukasi pada generasi muda
1.4.3 Mengetahui kronologi pada lumpur lapindo

4
BAB 2 ( ISI )
2.1 LUMPUR LAPINDO SIDOARJO 2006
2.2.1 Isi penelitian

Tujuh belas tahun berselang, semburan lumpur


Lapindo masih terus menyembur ke permukaan. Semburan
pertama terjadi pada 29 Mei 2006 di lokasi pengeboran
minyak bumi Sumur Banjar Panji-1 (BJP-1), Desa
Renokenongo, Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Tinggi
semburan awal mula hanya sekitar 40 meter. Sumur itu
dioperasikan oleh PT Lapindo Brantas Inc (Lapindo), anak perusahaan PT Energi Mega Persada
Tbk. Semburan pertama terjadi pada pukul 22.00 WIB tepatnya selang dua hari setelah terjadi
gempa di Yogyakarta.
18 Mei 2006
Berdasarkan dokumen rapat teknis PT Lapindo Brantas pada 18 Mei 2006, saat
pengeboran mencapai 8.500 kaki, PT Medco Energi sebagai pemegang 32 persen saham
Lapindo, sudah memperingatkan agar operator segera memasang selubung pengaman (casing)
berdiameter 9 5/8 inci. Namun sayangnya peringatan itu diabaikan dan pengeboran terus
dilakukan hingga mencapai kedalaman 9.297 kaki.
27 Mei 2006
Hingga kemudian pada Sabtu pagi, 27 Mei 2006, Lapindo kehilangan lumpur atau loss.
Penyebabnya karena masuknya lumpur pengeboran yang berfungsi sebagai pelumas. Namun
kejadian tersebut bisa ditanggulangi dengan menggunakan LCM (lost-circulation materials).
Sayangnya saat rangkaian alat pengeboran dicabut hingga kedalaman 4.241 kaki muncul letupan
gas (well kick). Letupan gas itulah yang membuat alat pengebor keluar sehingga lumpur menjadi
naik ke atas. Kejadian seperti ini biasanya bisa dituntaskan dengan menutup letupan gas dengan
kill mud atau lumpur berat yang dapat mematikan aliran. Mekanik pengeboran dari PT Tiga
Musim Mas Jaya, Syahdun memberikan keterangan dalam buku bahwa letupan terjadi karena
pecahnya formasi sumur pengeboran. Bor macet saat akan diangkat ke atas untuk mengganti alat.
Karena gas tidak bisa naik melalui saluran fire pit dalam rangkaian pipa bor, gas kemudian
menekan ke samping dan akhirnya keluar ke permukaan melalui rawa. Baca juga: Semburan
Lumpur Lapindo dan Utang Rp 2 Triliun yang Belum Terbayar
29 Mei 2006
Lumpur pertama kali menyembur pada Senin pagi, 29 Mei 2006 dengan ketinggian 40
meter pada jarak 150 meter dari lokasi pengeboran.
6 Juni 2006
PT Lapindo Brantas mulai memberikan air bersih dan pengobatan gratis pada warga terdampak.

5
7 Juni 2006
Sebanyak 200 personel aparat gabungan dari kantor Kepolisian Resor dan Komando
Distrik Militer Sidoarjo membangun empat pos keamanan dan mulai membangun tanggul
untuk untuk mengantisipasi melubernya lumpur panas.
10 Juni 2006
Sejumlah warga Desa Siring dan Desa Rona di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo,
Jawa Timur menjebol tanggul penahan jalan tol Surabaya-Gempol di kilometer 38 hingga
38,200, Hal itu mereka lakukan karena khawatir semburan lumpur yang mencapai 5.000 meter
kubik per hari bakalmenenggelamkandesamereka.
Agustus 2006
Warga dievakuasi sebanyak 25.000 jiwa mengungsi. Ada 10.426 unit rumah terendam
lumpur dan 77 unit rumah ibadah terendam lumpur.
8 September 2006
Semburan lumpur masih belum bisa dihentikan. Banyak pihak saling lempar bola untuk
siapa yang bertanggung jawab. Hingga kemudian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
mengeluarkan Keputusan Presiden (KEPPRES) nomor 13 tahun 2006 tentang Tim Nasional
Penanggulangan Semburan Lumpur di Sidoarjo. Dalam Kepres tersebut disebutkan bahwa PT
Lapindo Brantas bertanggung jawab melakukan penanggulangan dan pemulihan kerusakan
lingkungan hidup dan masalah sosial yang ditimbulkan dari kejadian tersebut.
28 September 2006
Pemerintah memutuskan membuang lumpur panas Lapindo Brantas ke laut tanpa proses
pengolahan. Keputusan ini diambil dalam rapat kabinet yang diikuti Tim Nasional
Penanggulangan Semburan Lumpur Sidoarjo di Jakarta. Pembuangan ke laut dilakukan karena
lumpur dinilai tidak mengandung bahan berbahaya. Namun upaya pemerintah tetap tidak bisa
menghentikan lumpur.
13 Februari 2007
WALHI menggugat pihak swasta dan pemerintah terkait dampak masif lumpur Lapindo.
Enam tergugat pertama adalah pihak swasta PT Lapindo Brantas Inc (Lapindo), PT Energi Mega
Persada Tbk, Kalila Energy Ltd, Pan Asia Entreprise, PT Medco Energy Tbk dan Santos
Australia Ltd. Sementara tergugat dari pihak pemerintah yakni Presiden Republik Indonesia,
Menteri Energi Sumber Daya Manusia, BP Migas, Meneg Lingkungan Hidup, Gubernur Provinsi
Jawa Timur dan Bupati Kabupaten Sidoarjo. Dalam gugatan Walhi menuntut pengadilan untuk
segera memerintahkan Menteri ESDM memanggil seluruh tergugat untuk segera
mengalokasikan anggaran dan sumber daya untuk menghentikan semburan lumpur serta
menjaminkan aset-asetnya sebagai pertanggungjawaban.
18 April 2007

6
Presiden SBY kala itu mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2007, tentang
Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS).
Agustus 2009
Kepolisian Daerah Jawa Timur pernah menetapkan 13 tersangka, di antaranya yakni dari
pihak PT Energi Mega Persada Tbk, PT Medici Citra Nusa, PT Tiga Musim Mas Jaya, dan
Lapindo Brantas. Namun penyidikan tersebut dihentikan pada Agustus 2009.
September 2009
Sidang Paripurna DPR dan putusan Mahkamah Agung menegaskan bahwa penyebab
semburan Lapindo ialah faktor bencana alam sehingga tidak ada yang bisa dipidanakan dalam
tragedi ini

23 September 2009
Presiden SBY menerbitkan Peraturan Presiden No. 48 Tahun 2008 tentang sumber dana
APBN untuk memberikan ganti rugi kepada warga desa terdampak lumpur Lapindo. Peraturan
tersebut sempat digugat dan kemudian tetap dimenangkan dengan dalil sumber pendanaan di luar
PAT menjadi tanggungan pemerintah. Sementara desa-desa yang berada di dalam PAT tetap
menjadi tanggung jawab PT Lapindo Brantas
Juli 2015
Pemerintah meminjamkan dana sebesar Rp 773,38 miliar kepada Grup Bakrie selaku
pemilik PT Lapindo Brantas. Dana ini dialokasikan untuk ganti rugi dan pembelian tanah milik
warga terdampak.
2017
Dari 2006 sampai tahun 2017 tercatat bahwa Pemerintah telah menggelontorkan dana Rp
11,27 triliun untuk penanggulangan bencana lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur. Namun
besaran tersebut masih belum bisa mengganti rugi semua warga terdampak. Pihak PT Lapindo
juga baru membayar utang ke pemerintah sebesar Rp 5 miliar padahal Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) mencatat Lapindo Brantas Inc dan PT Minarak Lapindo Jaya harus
mengembalikan uang negarasebesarRp1,91triliun.

7
BAB 3 ( PENUTUP)
3.1 KESIMPULAN
Penelitian ini berusaha untuk membangun potensi dari lumpur Lapindo. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menyampaikan dampak dari lumpur Lapindo terhadap wilayah sekitar
dan Menyusun strategi mengembangkan wilayah yang ada disekitar lumpur Lapindo. Metode
yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari beberapa institusi di
Kabupaten Sidoarjo. Hasil penelitian menunjukkan; bahwa dampak dari lumpur Lapindo
terhadap wilayah sekitar sangatlah memberi dampak yang besar dari beberapa bidang seperti
ekonomi, pertanian, dll.
3.2 SARAN
Untuk kasus Lumpur Lapindo itu sendiri, memang diakui bahwa itu adalah kesalahan
manusia. Untuk itu pemerintah sudah meminta kepada pihak Lapindo untuk turut bertanggung
jawab. Pemerintah juga sudah membentuk tim penanggulangan lumpur. Pendekatan pertama
yang dilakukan adalah menangani korban Lumpur yang ditangani oleh pihak Lapindo. Lapindo
harus membayar semua kerugian yang diakibatkan oleh semburan lumpur. Sedangkan
pemerintah sendiri menangani Infrastruktur yang rusak.
Namun demikian, menangani persoalan korban lumpur tidak akan menyelesaikan
masalah, karena itu hanya akibat. Yang perlu diselesaikan lebih dahulu adalah "sebab" bencana
yaitu semburan lumpuran itu sendiri. Sebab tanpa menghentikan semburan, maka percuma saja
kita mengurusi para pengungsi, mengeruk kali porong, kali surabaya yang mulai penuh oleh
pasir. Ini tentunya akan memakan biaya yang tidak sedikit, dan korban akan bertambah terus.
Untuk itu, pemerintah akan fokus pada masalah intinya, menghentikan semburan lumpur.
Ini sama dengan ketika menyelesaikan konflik di beberapa daerah di Indonesia.

8
DAFTAR PUSTAKA
1.https://www.bing.com/ck/a?!
&&p=d0fef3fe205b1428JmltdHM9MTcwMDM1MjAwMCZpZ3VpZD0wMzIyMWJmMy01ZjFhLTZlZjctMTU
4NS0wYWExNWU2NTZmNDUmaW5zaWQ9NTE5MQ&ptn=3&ver=2&hsh=3&fclid=03221bf3-5f1a-6ef7-
1585-
0aa15e656f45&psq=SARAN+lumpur+lapindo&u=a1aHR0cHM6Ly93d3cua29tcGFzaWFuYS5jb20vanVzdW
ZrYWxsYS81NGZkODQzNmEzMzMxMTVlMTY1MTAwMDUvc29sdXNpLXVudHVrLWx1bXB1ci1sYXBpbmRv
&ntb=1

2.https://www.bing.com/ck/a?!
&&p=0151fbc280962e8cJmltdHM9MTcwMDM1MjAwMCZpZ3VpZD0wMzIyMWJmMy01ZjFhLTZlZjctMT
U4NS0wYWExNWU2NTZmNDUmaW5zaWQ9NTE5NQ&ptn=3&ver=2&hsh=3&fclid=03221bf3-5f1a-6ef7-
1585-
0aa15e656f45&psq=kronologi+lumpur+lapindo&u=a1aHR0cHM6Ly9uYXNpb25hbC5rb21wYXMuY29tL3Jl
YWQvMjAyMy8wNy8wNi8wMDE1MDA3MS9rcm9ub2xvZ2ktbHVtcHVyLWxhcGluZG8&ntb=1

3.https://www.bing.com/ck/a?!
&&p=3337fa09eaa37983JmltdHM9MTcwMDM1MjAwMCZpZ3VpZD0wMzIyMWJmMy01ZjFhLTZlZjctMT
U4NS0wYWExNWU2NTZmNDUmaW5zaWQ9NTIyNA&ptn=3&ver=2&hsh=3&fclid=03221bf3-5f1a-6ef7-
1585-
0aa15e656f45&psq=kronologi+lumpur+lapindo&u=a1aHR0cHM6Ly93d3cudGFnYXIuaWQva3Jvbm9sb2d
pLWthc3VzLWx1bXB1ci1sYXBpbmRvLXNpZG9hcmpvLTIwMDYyMDE5&ntb=1

Anda mungkin juga menyukai