PETUNJUK SOAL:
3. Dibuat dengan cara diketik dengan rapih dan dikirimkan ke GCR dengan waktu yang
sudah ditetukan sesuai dengan deadlinenya. (TANGGAL 20 MARET 2023, JAM 08.00
SD 14.00)
4. Tidak copy paste dengan temannya, apabila ada keterlambatan waktu pengiriman, maka
akan dilakukan pengurangan penilaian.
SOAL- SOAL
Pada Oktober 2019, diketahui adanya penguburan puluhan ton lumpur beracun di
dalam tanah perumahan Desa Darawolong, Kecamatan Purwasari. Satuan Reskrim
Polres Karawang berhasil mengungkap kasus pencemaran lingkungan yang
melibatkan beberapa perusahaan itu.
Lumpur beracun itu berasal dari tiga perusahaan tekstil yang ada di
Bandung."Limbahnya diambil dari PT FJ, PT BCP, PT TB. Bukannya dimusnahkan,
limbah malah dikubur dalam lahan pemukiman di Karawang," terang Kasat Reskrim
Polres Karawang, Bimantoro Kurniawan, Jumat, 20 Desember 2019.
Selain pohon bakau yang tercemar, ikan-ikan juga menjauh dan banyak yang mati.
Para nelayan mau tidak mau harus melaut lebih jauh. Beberapa nelayan bahkan
melaporkan bahwa jaring mereka terkena minyak.
Dalang di balik kasus tersebut ternyata adalah BUMN, yaitu Pertamina Hulu Energi
ONWJ. Mereka mengonfirmasi bahwa minyak mentah itu berasal dari sumur mereka.
Pada April 2019, Sungai Cibeet di Desa Taman Mekar, Kecamatan Pangkalan,
dipenuhi limbah berbusa. Masyarakat kemudian melaporkan kasus tersebut ke Dinas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK). Usut punya usut, limbah tersebut berasal
dari PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills 3.
DLHK kemudian meminta bantuan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk
menyegel pabrik tersebut.
Lima bulan kemudian, pencemaran terjadi lagi dengan lokasi yang sama.
Menindaklanjuti kasuis tersebut, Unit Tipiter Satuan Reskrim Polres Karawang
bergerak ke lokasi. Pengecekan melibatkan Satgas Citarum Harum Sektor 18 dan
Dinas Lingkungan Hidup Karawang.
"Setelah dicek, ternyata benar ada kegiatan (pencemaran) tersebut," jelas Kapolres
Karawang yang ketika itu dijabat oleh Nuredy Irwansyah Putra.
Limbah cair harus diolah sedemikian rupa untuk mengurangi residu zat berbahaya.
Limbah terseut harus dikelola melalui IPAL sebelum dibuang. Setelah itu, limbah cair
umumnya ditampung dalam bak khusus.
4. Tragedi Chernobyl
Tragedi Chernobyl terjadi pada 26 April 1986 di kota Pripyat, Ukraina. Tragedi ini
menjadi tragedi nuklir terbesar di dunia saat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
Chernobyl meledak. Ledakan tersebut melepaskan partikel radioaktif dalam jumlah
besar ke atmosfer bumi yang kemudian menyebar ke wilayah sepanjang perbatasan
Ukraina, Rusia, Belarusia, dan sejumlah negara di Eropa Utara. Kota hantu Pripyat
setelah tragedi Chernobyl (Sumber: konsciouskloud.com).
Tragedi Chernobyl merupakan insiden nuklir terburuk di dunia dinilai dari hal
kerugian finansial dan juga korban jiwa. Ledakan reaktor nuklir Chernobyl
menewaskan 32 orang dan puluhan lainnya menderita luka radiasi dalam beberapa
hari pertama bencana terjadi.
Sejak tahun 1986-2000 atau selama 14 tahun, ada sebanyak 350.400 orang yang
dipindahkan dari wilayah yang terkontaminasi. Chernobyl Forum memperkirakan
terdapat hampir 4000 orang yang meninggal dunia akibat kanker atau penyakit lain
terkait radiasi.
Tragedi ini terjadi pada malam tanggal 3 Desember 1984, saat gas beracun bocor
dari pabrik pestisida Union Carbide di Bhopal, India. Tragedi ini dikatakan sebagai
kecelakaan industri terburuk sepanjang sejarah akibat banyaknya angka kematian
dan dampak lingkungan yang ditimbulkan.
Bencana ini menewaskan sekitar 2.000-8.000 orang dalam beberapa hari setelah
bencana Bhopal. Sebagian besar merasa tercekik akibat menghirup gas, nyeri
pernapasan, sakit mata, hingga pembengkakan otak sebelum kematiannya. Hampir
100.000 orang juga mengalami berbagai gangguan kesehatan akibat paparan gas
berkepanjangan di tahun-tahun setelah tragedi Bhopal.
Pada 24 Maret 1989, kapal super tanker Exxon Valdez yang mengangkut 12 juta
galon minyak mentah karam di perairan Alaska. Kapal tersebut karam dalam
perjalanannya menuju Long Beach, California. Bayangkan saja, akibat kejadian ini
seluruh barel minyak yang dibawa oleh kapal tersebut tumpah dan mencemari
perairan. Pencemaran ini menutupi perairan hingga 2.100 km dari garis pantai, yang
meliputi wilayah seluas 28 ribu km persegi.
Peristiwa ini memang tidak berdampak langsung pada manusia, tetapi dampak pada
hewan dan biota laut sangat parah. Lokasi karamnya kapal Exxon Valdez merupakan
habitat dari ikan salmon, berang-berang laut, anjing laut serta burung laut. Akibat
peristiwa ini lebih dari 250.000 ekor burung dan biota laut yang tidak terhitung
jumlahnya mati.
Banjir lumpur panas Sidoarjo terjadi pada bulan Mei 2006, sebagai akibat dari
‘meletusnya’ gunung lumpur yang dipicu oleh ledakan gas alam dari pengeboran
sumur minyak oleh PT Lapindo Brantas di Jawa Timur, Indonesia.
Kasus ini diawali ketika Tim Operasi Pengamanan Hutan Balai Gakkum KLHK
wilayah Sulawesi seksi wilayah II Palu, bekerja sama dengan KPH Gunung
Dako, pada 29 Agustus 2021 menahan A dan mengamankan satu ekskavator
yang digunakan untuk menambang emas secara ilegal di kawasan hutan
produksi terbatas di wilayah KPH Gunung Dako.
Saat proses penyidikan, Tim Penyidik Balai Gakkum KLHK Wilayah Sulawesi
meminta keterangan sejumlah saksi, keterangan ahli terkait perizinan
kawasan hutan dari Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah.
PT. SIPP merupakan pabrik kelapa sawit (crude palm oil) yang berlokasi di KM 6
Kelurahan Pematang Pudu, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Provinsi
Riau. Perusahaan tersebut dilaporkan telah melakukan pencemaran lingkungan
hidup oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bengkalis.
Setelah dilakukan rangkaian kegiatan pengumpulan bahan dan keterangan serta
penyidikan, diperoleh fakta bahwa perusahaan tersebut menyebabkan pencemaran
lingkungan hidup berupa dumping limbah dengan melakukan pembuangan limbah
secara langsung (by pass) dan pengolahan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
yang tidak sesuai dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL/UPL). Selain itu, ditemukan juga perusahaan tidak memiliki
perizinan pengelolaan limbah dan limbah B3.
Sebelumnya, PT. SIPP telah dikenakan sanksi administratif oleh Pemerintah
Kabupaten Bengkalis, namun tidak patuh. Selain itu, juga diketahui fakta bahwa
IPAL PT. SIPP pernah mengalami kerusakan sebanyak dua kali. Berdasarkan hasil
analisa sampel laboratorium diketahui bahwa air sungai tersebut telah tercemar,
maka tersangka ditetapkan sebagai orang yang bertanggung jawab atas
pencemaran tersebut.
Warga yang diduga menjadi korban pencemaran limbah itu berasal dari Gampong
Blang Nisam, Alue Ie Mirah, Suka Makmur dan Jambo Lubok yang merupakan desa
di ring satu perusahaan. Warga setempat disebut sudah berkali-kali melayangkan
protes namun hingga kini belum ada solusi.
Shalihin menjelaskan, warga mencium aroma tidak sedap yang diduga berasal dari
limbah perusahaan tersebut. Akibatnya warga mengalami mual, muntah, pusing
hingga pingsan.
"Kasus pencemaran ini sudah berlangsung lama dirasakan oleh warga yang tinggal
di lingkar tambang tersebut. Bahkan pada tanggal 9 April 2021, ada 250 jiwa warga
Gampong Panton Rayeuk, Kecamatan Banda Alam terpaksa mengungsi ke kantor
Camat karena bau busuk yang dirasakan," jelas pria yang akrab disapa Om Sol ini.
"Ini persoalan serius yang harus segera ditangani, terlebih kebanyakan korbannya
adalah perempuan, anak-anak, ibu hamil hingga lansia, mereka cukup rentan bila
udara tidak sehat," lanjutnya.
"Kualitas air sumur sebelum perusahaan tambang itu beroperasi dapat dikonsumsi
setelah dimasak. Tetapi sekarang kendati sudah dipanaskan, terjadi perubahan rasa
dan berkeruh, sehingga warga harus membeli air isi ulang untuk konsumsi," ujarnya.
SELAMAT BEKERJA