Anda di halaman 1dari 6

UAS TEORI DAN PRAKTEK

MATA KULIAH PENYIDIKAN LINGKUNGAN


TA 2022/2023
KELAS ALIH JENJANG

PETUNJUK SOAL:

1. Kerjakanlah soal dibawah ini dengan ketentuan :


a. No. absen 1 mengerjakan soal no. 1
b. No. absen 2 mengerjakan soal n0. 2
c. No. absen 3 mengerjakan soal no. 3
d. No. absen 4 mengerjakan soal n0.4….dst sesuai dengan no. absen

2. Saudara analisis kasus-kasus tersebut sebagai berikut :


a. Jelaskan penyelidikannya
b. Buatllah Langkah-langkah penyidikannya
c. Berikan contoh berita acara tentang sampel-sampel apa saja yang yang harus
dijadikan barang bukti.

3. Dibuat dengan cara diketik dengan rapih dan dikirimkan ke GCR dengan waktu yang
sudah ditetukan sesuai dengan deadlinenya. (TANGGAL 20 MARET 2023, JAM 08.00
SD 14.00)

4. Tidak copy paste dengan temannya, apabila ada keterlambatan waktu pengiriman, maka
akan dilakukan pengurangan penilaian.

SOAL- SOAL

1.    Lumpur beracun yang ada di lahan pemukiman

Pada Oktober 2019, diketahui adanya penguburan puluhan ton lumpur beracun di
dalam tanah perumahan Desa Darawolong, Kecamatan Purwasari. Satuan Reskrim
Polres Karawang berhasil mengungkap kasus pencemaran lingkungan yang
melibatkan beberapa perusahaan itu.

Lumpur beracun itu berasal dari tiga perusahaan tekstil yang ada di
Bandung."Limbahnya diambil dari PT FJ, PT BCP, PT TB. Bukannya dimusnahkan,
limbah malah dikubur dalam lahan pemukiman di Karawang," terang Kasat Reskrim
Polres Karawang, Bimantoro Kurniawan, Jumat, 20 Desember 2019.

Menurut Bimantoro, limbah beracun itu seharusnya dibawa ke PT WI di Tangerang


untuk dimusnahkan. Diduga, demi meraup keuntungan, PT RPW dan PT LSA selaku
pihak ke-3 yang mengantar limbah melakukan penyelundupan limbah.

Bimantoto menjelaskan bahwa PT RWP dan PT LSA merupakan perusahaan


transporter yang membuat kesepakatan dengan tiga pabrik tekstil penghasil limbah.
NH (inisial), direktur PT RPW dan PT LSA, kemudian bersekongkol dengan
koordinator lapangan, SI (inisial), untuk tidak memproses uang tersebut.

Puluhan ton lumpur beracun dibawa dengan 5 buah dump truk dari Bandung ke


Karawang. Truk-truk tersebut tiba pada malam hari agar tak mengundang
perhatian. Pada 29 Oktober 2019, aksi kejahatan tersebut diketahui warga. Warga
pun kemudian melaporkannya ke pihak berwajib. Setelah melakukan pengintaian,
polisi berhasil menangkap 5 sopir.

2.    Minyak Mentah Milik Pertamina Tumpah di Pesisir

Masyarakat Karawang yang ada di pesisir dikejutkan oleh adanya oil spill pada 21


Juni 2019. Bentuk oil spill bulat dengan warna hitam dan memiliki bau seperti
minyak tanah.

Setelah bertebaran di pantai, oil spill mencair. Dalam hitungan hari, beberapa


ekosistem laut mendapatkan efek buruk.

Selain pohon bakau yang tercemar, ikan-ikan juga menjauh dan banyak yang mati.
Para nelayan mau tidak mau harus melaut lebih jauh. Beberapa nelayan bahkan
melaporkan bahwa jaring mereka terkena minyak.

Dalang di balik kasus tersebut ternyata adalah BUMN, yaitu Pertamina Hulu Energi
ONWJ. Mereka mengonfirmasi bahwa minyak mentah itu berasal dari sumur mereka.

Pencemaran terjadi karena sumur YYA-1 mengalami kebocoran. Tak tinggal


diam, Pertamina berupaya menangani masalah lingkungan yang terjadi selama
hampir 5 bulan itu.

3.    Pencemaran di Anak Sungai Citarum

Pada April 2019, Sungai Cibeet di Desa Taman Mekar, Kecamatan Pangkalan,
dipenuhi limbah berbusa. Masyarakat kemudian melaporkan kasus tersebut ke Dinas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK). Usut punya usut, limbah tersebut berasal
dari PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills 3.

DLHK kemudian meminta bantuan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk
menyegel pabrik tersebut.

"Permohonan penindakan itu kami sampaikan ke Satpol PP melalui surat


No.180/981/PPL tertanggal 7 Mei 2019," ungkap Rosmalia Dewi, Sekretaris DLHK
Karawang, Kamis 9 Mei 2019.

Lima bulan kemudian, pencemaran terjadi lagi dengan lokasi yang sama.
Menindaklanjuti kasuis tersebut, Unit Tipiter Satuan Reskrim Polres Karawang
bergerak ke lokasi. Pengecekan melibatkan Satgas Citarum Harum Sektor 18 dan
Dinas Lingkungan Hidup Karawang.

"Setelah dicek, ternyata benar ada kegiatan (pencemaran) tersebut," jelas Kapolres
Karawang yang ketika itu dijabat oleh Nuredy Irwansyah Putra.

Ia menjelaskan, pencemaran disebabkan oleh gagalnya pengolahan limbah cair.


Limbah cair dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) mengalami peluberan.
Karena tak tertampung IPAL, limbah cair itu meluap dan gagal ditampung bak
penampung.

"Karena outlet-nya (bak penampung) sedang diperbaiki, limbah ditampung


sementara dalam empang. Karena empang tak dapat menampung seluruh limbah,
akhirnya limbah cair limpas dan mengalir ke sungai Cibeet," terang Nuredy ketika
itu.

Limbah cair harus diolah sedemikian rupa untuk mengurangi residu zat berbahaya.
Limbah terseut harus dikelola melalui IPAL sebelum dibuang. Setelah itu, limbah cair
umumnya ditampung dalam bak khusus.

4. Tragedi Chernobyl

Tragedi Chernobyl terjadi pada 26 April 1986 di kota Pripyat, Ukraina. Tragedi ini
menjadi tragedi nuklir terbesar di dunia saat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
Chernobyl meledak. Ledakan tersebut melepaskan partikel radioaktif dalam jumlah
besar ke atmosfer bumi yang kemudian menyebar ke wilayah sepanjang perbatasan
Ukraina, Rusia, Belarusia, dan sejumlah negara di Eropa Utara. Kota hantu Pripyat
setelah tragedi Chernobyl (Sumber: konsciouskloud.com). 

Tragedi Chernobyl merupakan insiden nuklir terburuk di dunia dinilai dari hal
kerugian finansial dan juga korban jiwa. Ledakan reaktor nuklir Chernobyl
menewaskan 32 orang dan puluhan lainnya menderita luka radiasi dalam beberapa
hari pertama bencana terjadi.

Sejak tahun 1986-2000 atau selama 14 tahun, ada sebanyak 350.400 orang yang
dipindahkan dari wilayah yang terkontaminasi. Chernobyl Forum memperkirakan
terdapat hampir 4000 orang yang meninggal dunia akibat kanker atau penyakit lain
terkait radiasi.

5. Tragedi Gas Bhopal

Tragedi ini terjadi pada malam tanggal 3 Desember 1984, saat gas beracun bocor
dari pabrik pestisida Union Carbide di Bhopal, India. Tragedi ini dikatakan sebagai
kecelakaan industri terburuk sepanjang sejarah akibat banyaknya angka kematian
dan dampak lingkungan yang ditimbulkan.

Bencana ini menewaskan sekitar 2.000-8.000 orang dalam beberapa hari setelah
bencana Bhopal. Sebagian besar merasa tercekik akibat menghirup gas, nyeri
pernapasan, sakit mata, hingga pembengkakan otak sebelum kematiannya. Hampir
100.000 orang juga mengalami berbagai gangguan kesehatan akibat paparan gas
berkepanjangan di tahun-tahun setelah tragedi Bhopal.

6. Pencemaran Minyak Exxon Valdez

Pada 24 Maret 1989, kapal super tanker Exxon Valdez yang mengangkut 12 juta
galon minyak mentah karam di perairan Alaska. Kapal tersebut karam dalam
perjalanannya menuju Long Beach, California. Bayangkan saja, akibat kejadian ini
seluruh barel minyak yang dibawa oleh kapal tersebut tumpah dan mencemari
perairan. Pencemaran ini menutupi perairan hingga 2.100 km dari garis pantai, yang
meliputi wilayah seluas 28 ribu km persegi.

Peristiwa ini memang tidak berdampak langsung pada manusia, tetapi dampak pada
hewan dan biota laut sangat parah. Lokasi karamnya kapal Exxon Valdez merupakan
habitat dari ikan salmon, berang-berang laut, anjing laut serta burung laut. Akibat
peristiwa ini lebih dari 250.000 ekor burung dan biota laut yang tidak terhitung
jumlahnya mati.

7. Peristiwa Three Mile Island

Tragedi ini terjadi di Harrisburg, ibukota negara bagian Pennsylvannia, Amerika


Serikat pada 28 Maret 1979. Kecelakaan nuklir Three Mile Island disebabkan oleh
kegagalan fungsi pendingin yang mengakibatkan kerusakan pada bagian inti reaktor
nuklir.

Akibatnya, terjadi pelepasan sejumlah gas dan iodium radioaktif ke lingkungan,


hingga membuat ratusan ribu orang dievakuasi dari daerah sekitar. Insiden ini juga
menimbulkan sentimen negatif pada publik terhadap pemanfaatan tenaga nuklir.
Jika tidak digunakan dengan sangat hati-hati, nuklir memang sangat berbahaya.

8.Lumpur Panas Lapindo

Banjir lumpur panas Sidoarjo terjadi pada bulan Mei 2006, sebagai akibat dari
‘meletusnya’ gunung lumpur yang dipicu oleh ledakan gas alam dari pengeboran
sumur minyak oleh PT Lapindo Brantas di Jawa Timur, Indonesia.

Semburan lumpur panas Sidoarjo telah menghancurkan rumah dan properti


penduduk, serta menewaskan 13 orang akibat jebolnya dinding tanggul penahan
lumpur. Psst, semburan lumpur masih terus keluar hingga hari ini lho, dan
diperkirakan akan terus berlanjut hingga 30 tahun ke depan.

Kasus ini diawali ketika Tim Operasi Pengamanan Hutan Balai Gakkum KLHK
wilayah Sulawesi seksi wilayah II Palu, bekerja sama dengan KPH Gunung
Dako, pada 29 Agustus 2021 menahan A dan mengamankan satu ekskavator
yang digunakan untuk menambang emas secara ilegal di kawasan hutan
produksi terbatas di wilayah KPH Gunung Dako.

9. KASUS PENAMBANGAN EMAS LIAR

“Kegiatan penambangan menggunakan dua ekskavator. Saat tim Gakkum


tiba di lokasi, 29 Agustus 2021, hanya ada satu ekskavator yang digunakan
untuk menambang emas itu. Tambang emas ini sendiri sudah dimulai sejak
Juli 2021 itu tidak memiliki izin,” tambah Dodi.

Saat proses penyidikan, Tim Penyidik Balai Gakkum KLHK Wilayah Sulawesi
meminta keterangan sejumlah saksi, keterangan ahli terkait perizinan
kawasan hutan dari Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah.

“Berdasarkan keterangan ahli dan hasil plotting koordinat lokasi kegiatan


tambang oleh BPKH Wilayah XVI Palu, dipastikan berada dalam kawasan
hutan negara dengan status hutan produksi terbatas.”

10. PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KELAPA SAWIT

PT. SIPP merupakan pabrik kelapa sawit (crude palm oil) yang berlokasi di KM 6
Kelurahan Pematang Pudu, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Provinsi
Riau. Perusahaan tersebut dilaporkan telah melakukan pencemaran lingkungan
hidup oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bengkalis.
 
Setelah dilakukan rangkaian kegiatan pengumpulan bahan dan keterangan serta
penyidikan, diperoleh fakta bahwa perusahaan tersebut menyebabkan pencemaran
lingkungan hidup berupa dumping limbah dengan melakukan pembuangan limbah
secara langsung (by pass) dan pengolahan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
yang tidak sesuai dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL/UPL). Selain itu, ditemukan juga perusahaan tidak memiliki
perizinan pengelolaan limbah dan limbah B3.
 
Sebelumnya, PT. SIPP telah dikenakan sanksi administratif oleh Pemerintah
Kabupaten Bengkalis, namun tidak patuh. Selain itu, juga diketahui fakta bahwa
IPAL PT. SIPP pernah mengalami kerusakan sebanyak dua kali. Berdasarkan hasil
analisa sampel laboratorium diketahui bahwa air sungai tersebut telah tercemar,
maka tersangka ditetapkan sebagai orang yang bertanggung jawab atas
pencemaran tersebut.

11. KASUS PENCEMARAN UDARA

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh menyebutkan sejumlah warga di Aceh


Timur menjadi korban akibat pencemaran limbah udara. Limbah itu diduga dari
tambang perusahaan minyak dan gas yang beroperasi di daerah tersebut.
"Keterangan dari warga, sejak 2019 hingga akhir 2022 sudah 13 orang lebih yang
menjadi korban dan semua harus dirawat di Puskesmas. Bahkan sebagian besar
korban harus dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Zubir Mahmud di Idi,
Kabupaten Aceh Timur," kata Direktur Walhi Aceh Ahmad Shalihin dalam
keterangan kepada wartawan, Selasa (10/1/2023).

Warga yang diduga menjadi korban pencemaran limbah itu berasal dari Gampong
Blang Nisam, Alue Ie Mirah, Suka Makmur dan Jambo Lubok yang merupakan desa
di ring satu perusahaan. Warga setempat disebut sudah berkali-kali melayangkan
protes namun hingga kini belum ada solusi.
Shalihin menjelaskan, warga mencium aroma tidak sedap yang diduga berasal dari
limbah perusahaan tersebut. Akibatnya warga mengalami mual, muntah, pusing
hingga pingsan.

"Kasus pencemaran ini sudah berlangsung lama dirasakan oleh warga yang tinggal
di lingkar tambang tersebut. Bahkan pada tanggal 9 April 2021, ada 250 jiwa warga
Gampong Panton Rayeuk, Kecamatan Banda Alam terpaksa mengungsi ke kantor
Camat karena bau busuk yang dirasakan," jelas pria yang akrab disapa Om Sol ini.

"Ini persoalan serius yang harus segera ditangani, terlebih kebanyakan korbannya
adalah perempuan, anak-anak, ibu hamil hingga lansia, mereka cukup rentan bila
udara tidak sehat," lanjutnya.

Dia menjelaskan, setelah bertahun-tahun mencium aroma busuk, warga kini


menghadapi persoalan baru. Kualitas air sumur disebut mulai berubah rasa dan
kandungannya.

"Kualitas air sumur sebelum perusahaan tambang itu beroperasi dapat dikonsumsi
setelah dimasak. Tetapi sekarang kendati sudah dipanaskan, terjadi perubahan rasa
dan berkeruh, sehingga warga harus membeli air isi ulang untuk konsumsi," ujarnya.

SELAMAT BEKERJA

Anda mungkin juga menyukai