Anda di halaman 1dari 8

E.ISSN.

2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.2 Edisi Mei 2021

TINDAK PIDANA LINGKUNGAN TERHADAP DUMPING LIMBAH


BAHAN BERBAHAYA BERACUN (B3) TANPA IZIN
Oleh :
Indah Meliwati1), Puti Priyana2)
12
Fakultas Hukum, Universitas Singaperbangsa Karawang
1
Indahmeliwati23@gmail.com
2
puti.priyana@fh.unsika.ac.id

Abstrak
Untuk mengurangi resiko terjadinya pencemaran lingkungan hidup menjadi sekecil mungkin, maka
Pemerintah Indonesia menetapkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai suatu instrumen pengendalian lingkungan hidup dalam mengawasi
terjadinya pencemaran lingkungan di Indonesia khususnya terkait dumping limbah B3. Tujuan dari penelitin ini
adalah agar semua orang dapat mengetahui tindak pidana lingkungan terhadap kegiatan dumping limbah bahan
berbahaya beracun (B3) ke media lingkungan tanpa izin (berdasarkan Putusan Nomor
24/Pid.B/LH/2019/PNCkr). Jenis Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, berfokus pada dokumen
Hasil Putusan Pengadilan Negeri Cikarang Nomor 24/Pid.B/LH/2019/PNCkr. Tindak pidana lingkungan
dumping limbah ke media lingkungan hidup tanpa izin artinya suatu kegiatan membuang limbah secara
langsung ke lingkungan hidup tanpa adanya sebuah wadah penyimpanan limbah yang sudah diberikan izin oleh
Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota. Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian pada putusan Nomor
24/Pid.B/LH/2019/PNCkr, PT. Wan Bao Long Steel dinyatakan telah melakukan dumping limbah seperti yang
diatur pada Pasal 60 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 dan dijatuhi sanksi pidana sesuai Pasal 104 Jo
Pasal 116 ayat (1) huruf (a) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, yaitu diberikan sanksi pidana berupa denda
sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) atas pertimbangan dari Majelis Hakim yang dapat meringankan
dan memberatkan hukumannya.

Kata Kunci: Pidana Lingkungan, Dumping Limbah B3 Tanpa Izin, Pencemaran Lingkungan.

1. PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang tersebut


Menurut R.M. Gatot P. Soemartono, seharusnya lingkungan hidup tidak hanya dapat
lingkungan hidup merupakan suatu ruang yang mensejahterakan manusia namun juga
dimana baik makhluk hidup maupun tidak hidup mensejahterkan makhluk hidup lainnya. Kenyataanya
berada didalam satu kesatuan dan saling berinteraksi, untuk mencapai kesejahteraannya, manusia menjadi
baik secara fisik maupun nonfisik sehingga dapat serakah dengan melakukan kegiatan ekonomi yang
memengaruhi keberlangsungan kehidupan makhluk berdampak ke lingkungan hidup. Pertumbuhan
hidup tersebut, khususnya bagi manusia. Sumber ekonomi dan pembangunan dijadikan alasan untuk
daya alam yang keberadaannya berada disekitar mensejahterakan manusia. Semakin meningkatnya
manusia sangat diperlukan bagi manusia untuk pelaksanaan pembangunan di Indonesia
memenuhi kebutuhan sekunder, primer dan menyebabkan semakin meningkatnya dampak
tersiernya. Namun dikarenakan sumber daya alam negative terhadap lingkungan hidup. Dikarenakan
memiliki sifat yang terbatas maka diperlukannya adanya kegiatan pembangunan, hal tersebut dapat
aturan yang ketat dan tepat dalam hal perlindungan memunculkan resiko terjadinya pencemaran dan
dan pengelolaan sumberdaya alam agar dapat kerusakan lingkungan.
melestarikan fungsi dari lingkungan hidup tersebut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
dan mencegah terjadinya pencemaran atau kerusakan Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
lingkungan. Karena sumberdaya alam tidak hanya Hidup (yang selanjutnya akan disebut dengan
dibutuhkan pada zaman kita saja, tetapi akan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009) di tetapkan
dibutuhkan juga oleh keturunan-keturunan kita nanti. oleh pemerintah sebagai suatu instrument
Pengertian dari lingkungan hidup sendiri telah pengendalian lingkungan hidup untuk mengawasi
dijelaskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan di
Nomor 32 Tahun 2009, yaitu lingkungan hidup dapat Indonesia. Permasalahan lingkungan hidup yang
diartikan sebagai suatu kesatuan ruang dengan semua sering terjadi di Indonesia biasanya berupa dumping
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk limbah tanpa izin, pencemaran udara, kerusakan
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam hutan, pemanasan global, tercemarnya sungai, dan
itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan lain-lainnya.
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Kasus tersebut biasanya terjadi dikarenakan
banyaknya perusahaan yang tidak mentaati peraturan

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 88


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.2 Edisi Mei 2021

dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan, buku, hasil penelitian dari jurnal dan mendapatkan
serta kebijakan hukum dan peraturan lingkungan data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
yang dirasa kurang diketahui dan dipahami oleh Data yang digunakan merupakan Data Sekunder dari
perusahaan dan masyarakat secara luas. Sering kali di Hasil Putusan Pengadilan Negeri Cikarang Nomor
dalam dunia bisnis, untuk menghemat biaya 24/Pid.B/LH/2019/PNCkr, serta mengacu pada
pengelolaan limbah pabriknya maka ada beberapa peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh
perusahaan yang melakukan tindak pidana pemerintah, yaitu: Undang-Undang Nomor 32 Tahun
pembuangan/dumping limbah tidak sesuai ijin dan 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
bukan ditempat pembuangan limbah yang telah Lingkungan Hidup. Kemudian Data Primer untuk
ditentukan atau yang telah diatur. Padahal Indonesia penelitian ini berupa hasil wawancara ke Bagian
sudah menetapkan aturan-aturan tentang Penegakan Hukum (GakKum) Dinas Lingkungan
pembuangan/dumping limbah ke media lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bekasi untuk pembahasan
hidup tanpa izin yang diancam di dalam Undang- didalam jurnal ini.
Undang Nomor 32 Tahun 2009, terdapat di Pasal 60
yang menyatakan bahwa “Setiap orang dilarang 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media Tindak Pidana Lingkungan Hidup
lingkungan hidup tanpa izin”. Dan sanksi Tindak pidana lingkungan hidup merupakan
pelanggaran pidananya terdapat di Pasal 104, yaitu: sesuatu yang dapat menimbulkan kerugian terhadap
“Setiap orang yang melakukan dumping limbah aspek lingkungan hidup. Pihak yang mengalami
dan/atau bahan ke media lingkungan hidup tanpa izin kerugian dari suatu tindak pidana disebut sebagai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, dipidana korban (victim) tindak pidana atau korban kejahatan
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan yang pastinya membutuhkan perlindungan atas
denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar kerugian yang dialami atau diderita. Tindak pidana
rupiah).” Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis dapat diidentifikasikan dengan timbulnya kerugian,
akan membahas tentang “Tindak Pidana Lingkungan yang kemudian mengakibatkan lahirnya
Terhadap Dumping Limbah Bahan Berbahaya pertanggungjawaban pidana. Pertanggungjawaban
Beracun (B3) tanpa izin (Berdasarkan Putusan pidana merupakan bentuk perlindungan hukum
Nomor 24/Pid.B/LH/2019/PNCkr)” yang mengacu terhadap korban tindak pidana atas kerugian yang
pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009. dideritanya. Korban dari tindak pidana lingkungan
tidak hanya manusia saja, tetapi bisa juga korban
2. METODE PENELITIAN kerugiannya ialah lingkungan itu sendiri. Secara
Metode adalah suatu tata cara untuk spesifik kerugian lingkungan berupa kerusakan
mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah- ekosistem, pemanasan global, kepunahan spesies,
langkah sistematis. Sedangkan metodologi adalah pencemaran lingkungan, dan kerugian terhadap
suatu pengkajian dalam memelajari peraturan- binatang. Tindak pidana lingkungan hidup
peraturan suatu metode. Jadi pengertian dari metode merupakan suatu perbuatan kejahatan (rechtdelicten)
penelitian ialah suatu pengkajian untuk mempelajari yang dilarang oleh pemerintah dan apabila dilanggar
peraturan-peraturan yang terdapat di dalam sebuah oleh subjek hukum, maka subjek hukum tersebut
penelitian. akan diancam atau dijatuhkan sanksi-sanksi pidana
1. Jenis Penelitian berupa denda, ganti kerugian, pidana penjara maupun
Jenis penelitian yang digunakan didalam pidana tambahan sehingga dapat memberikan efek
jurnal ini merupakan jenis penelitian yuridis jera bagi subjek hukum. Tindak pidana lingkungan
normatif, yang dimana menyatakan bahwa jenis diatur didalam BAB XV dari Pasal 98 sampai dengan
penelitian ini menganalisa tentang permasalahan Pasal 115 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009,
yang telah ada dengan menggunakan teori-teori, asas- bertujuan agar Penegak Hukum dapat mengetahui
asas hukum, konsep-konsep serta peraturan batas minimum dan maksimum pada saat
perundang-undangan yang berkaitan dengan memberikan hukuman berupa sanksi atau denda
penelitian ini. Penelitian yuridis normatif disebut kepada orang dan/atau korporasi yang menjadi
sebagai pendekatan perpustakaan, karena terdakwa.
mempelajari buku-buku, data dokumen yang Subjek hukum dapat merupakan orang
diberikan, serta peraturan perundangan-undangan (natuurlijkpersoon) dan bukan orang atau yang sering
yang berhubungan dengan penelitian ini. disebut badan hukum (rechtpersoon), baik warga
2. Metode Pengumpulan Data negara maupun orang asing dengan tidak memandang
Mengumpulkan data-data melalui analisa agama atau kebudayaannya. Berdasarkan Menurut
suatu Hasil Putusan Pengadilan Negeri Cikarang Pasal 116 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Nomor 24/Pid.B/LH/2019/PNCkr untuk dijadikan 2009, yang dapat dikatakan sebagai subjek hukum
bahan dalam pembuatan jurnal ini, dan melakukan pidana lingkungan ialah: “apabila tindak pidana
wawancara dengan Dinas Lingkungan Hidup lingkungan hidup dilakukan oleh, untuk, atau atas
Kabupaten Bekasi, serta menjelaskan pendapat nama badan usaha, tuntutan pidana dan sanski
hukum, menganalisa dan mengutip referensi dari pidana, dapat di jatuhkan kepada:

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 89


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.2 Edisi Mei 2021

a. badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan serta berwenang mengeluarkan kebijakan dan
atau organisasi lain; mengambil keputusan atas nama korporasi. Suatu
b. pemberi perintah untuk melakukan tindak pidana perbuatannya dapat dianggap sebagai tindak
atau pemimpin kegiatan dalam tindak pidana. pidana yang dilakukan oleh korporasi, hanya
Tanggung jawab korporasi dalam hal apabila tindak pidana tersebut dilakukan oleh
lingkungan merupakan suatu pertanggung jawaban pejabat senior korporasi yang memiliki
dari badan hukum, perseroan, peserikatan, yayasan, kewenangan untuk dapat bertindak sebagai
atau organisasi lain yang telah melakukan tindak directing mind dari korporasi tersebut.
pidana pencemaran/perusakan lingkungan dan dapat 4. Teori delegasi (delegation): Merupakan
diancam sanksi pidana berupa denda, ganti kerugian, modifikasi dari suatu teori identifikasi, dimana
pidana penjara maupun pidana tambahan. Teori-teori korporasi sangat besar dan pengambilan
pertanggungjawaban pidana korporasi dapat keputusannya bersifat fragmented. Teori delegasi
digunakan sebagai alasan pembenar untuk menjadi salah satu alasan dasar dari pembenar
membebankan pertanggungjawaban pidana kepada agar dapat membebankan pertanggungjawaban
korporasi. Teori-teori pertanggungjawaban pidana pidana yang dilakukan oleh pegawai kepada
tersebut meliputi: korporasi. Menurut teori tersebut, alasan agar
1. Teori pertanggungjawaban mutlak (strict dapat membebankan pertanggungjawaban pidana
lialibility): Teori pertanggungjawaban mutlak kepada korporasi yakni karena adanya
(strict lialibility) atau yang sering disebut dengan pendelegasian (pelimpahan) wewenang dari
absolute liability merupakan suatu teori atau seseorang kepada orang lain untuk melaksanakan
doktrin yang dapat digunakan sebagai dasar untuk kewenangan yang dimilikinya. Contohnya seperti
membenarkan pembebanan dari apabila seseorang yang menerima pendelegasian
pertanggungjawaban pidana kepada korporasi. (pelimpahan) wewenang dari Direksi korporasi
Menurut pendapat Richard Card tentang untuk dapat melakukan perbuatan untuk dan atas
pengertian dari strict lialibility ialah: “The nama korporasi, dan apabila penerima delegasi
accused may be convicted although his conduct wewenang melakukan tindak pidana maka
was neither international nor reckless nor korporasi sebagai pemberi wewenang wajib
negligent with references to the requisite bertanggungjawab atas perbuatan dari spenerima
consequences of the offence charge” yang artinya delegasi wewenang.
adalah terdakwa bisa saja dihukum meskipun 5. Teori agregasi (aggregarion): Teori agregasi
perbuatannya bukan karena kesengajaan, merupakan teori gabungan atau kombinasi yang
kesembronoan atau kealpaan berkenaan dengan nemiliki unsur-unsur berupa perbuatan (actus
syarat yang diharuskan dalan suatu kejahatan reus) dan kesalahan (mens rea) dari sejumlah
yang dituduhkan. Berdasarkan Undang-Undang orang, untuk diatributkan kepada korporasi
Nomor 32 Tahun 2009, strict lialibility diatur sehingga korporasi dapat di bebani
didalam pasal 87. pertanggungjawaban pidana. Contohnya seperti
2. Teori pertanggungjawaban vikarius (vicarious pemberi perintah sudah tentu memiliki kalbu atau
liability): Untuk mengetahui apakah suatu rasa bersalah (mens rea) dari perbuatan (actus
ketentuan pidana telah menggunakan teori reus) tindak pidana yang diperintahkan olehnya
vicarious liability, sebagai suatu pedoman dalam agar dapat dilakukan oleh penerima perintah.
masalah pertanggungjawaban pidana, maka Agar pelaksanaan dari pertanggungjawaban
terlebih dahulu perlu dilihat apakah ketentuan pidana korporasi berjalan dengan semestinya dan
tersebut telah mengatur secara jelas tentang objek sesuai dengan peraturan yang ada, maka
yang diatur dalam undang-undang, kata yang diperlukannya delik-delik hukum serta penegakan
digunakan, sifat tugas yang dibebakan kepada hukum dalam melaksanakan pertanggungjawabannya
majikannya, kepada siapa hal itu dikenakan, siapa sehingga hal tersebut dapat menjadi suatu dasar
yang pada umumnya melakukan, dan kepada untuk menjatuhkan hukuman pidana bagi pelaku atau
siapa sanksi hukuman tersebut di kenakan. korporasi yang melakukan perusakan/pencemaran
Pengertian mengenai vicarious liability menurut limbah. Menurut Michael Faure membagi delik-delik
Peter Gillies adalah suatu pengenaan di dalam undang-undang lingkungan hidup ke dalam
pertanggungjawaban pidana terhadap seseorang Administrative Independent Crimes dan
berdasarkan atas perbuatan pidana yang dilakukan Adminstrative Dependent Crimes. Administrative
oleh orang lain, atau berdasarkan atas kesalahan Independent Crimes merupakan suatu perbuatan yang
orang lain, atau berkenaan dengan kedua masalah sudah dapat dikategorikan sebagai delik kejahatan
tersebut. tanpa harus melihat ada/tidaknya pelanggaran
3. Teori identifikasi (indentification): Pada teori adminstratisi terlebih dahulu. Keberadaan sanksi
identifikasi, pertanggungjawaban pidana yang pidana nya dapat dijatuhkan terlebih dahulu tanpa
dibebankan kepada korporasi memperhatikan harus melihat atau tergantung kepada pelanggaran
dengan teliti siapa yang benar-benar menjadi otak administratif. Sanksi pidana dalam administrative
atau pemegang control operasional atas korporasi independent crime didasarkan pada rumusan

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 90


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.2 Edisi Mei 2021

pelanggaran yang bersifat Delik Materil Rumusan  Membuang Bahan Berbahaya Beracun (B3) dan
pelanggaran sanksi pidana materil telah diatur di Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) ke media
dalam Pasal 98 (sengaja) dan 99 (lalai) Undang- lingkungan hidup;
Undang Nomor 32 Tahun 2009. Delik materil yang  Melepas rekayasa genetik (sesui yang diatur di
diperhatikan adalah akibatnya, yang dimana dalam undang-undang lingkungan hidup);
mengakibatkan pencemaran/perusakan lingkungan  Melakukan pembukaan lahan dengan membakar;
yang serius dan berat, serta dapat menyebabkan  Menyusun Amdal tanpa sertifikasi kompetensi;
kematian kepada makhluk hidup. Untuk  Memberikan informasi palsu dan menyesatkan;
Administrative Independent Crimes sendiri,  Memberikan informasi palsu, menyesatkan,
penegakan hukumnya menggunakan Premium menghilangkan informasi, merusak informasi,
Remedium dikarenakan tidak perlu melihat ada atau atau memberikan keterangan yang tidak benar.
tidaknya sanksi administrasi atau sanksi perdata Kejahatan pada bidang lingkungan hidup
tetapi hanya melihat kepada akibat atau bukti dari biasanya merupakan suatu perbuatan yang
kerusakan lingkungan itu sendiri yang dapat dampaknya muncul secara tidak langsung serta
merugikan makhluk hidup. Sedangkan untuk dianggap menjadi suatu hal yang tidak berpengaruh
Administrative Dependent Crimes merupakan sebagai pada kehidupan makhluk hidup. Namun jika diukur
suatu perbuatan yang dimana tindak pidana nya dan dilihat dalam jangka waktu yang lama, maka
tergantung kepada pelanggaran sanksi administratif, dampaknya akan menjadi sangat berbahaya bagi
seperti pelanggaran izin atau baku mutu. Ketiadaan kehidupan makhluk hidup. Maka, di bawah ini
dokumen izin atau surat keterangan dapat dijadikan penulis akan mengkaji tentang salah satu kasus
sebagai dasar untuk menyatakan bahwa perbuatannya pencemaran lingkungan hidup yang dilakukan oleh
merupakan termasuk kedalam delik. Sanksi pidana perusahan atau pabrik yang terletak di Kabupaten
dalam administrative dependent crimes didasarkan Bekasi. Kasus tersebut mengenai tindak pidana
pada rumusan pelanggaran yang bersifat Delik dumping limbah ke media lingkungan hidup tanpa
Formil. Rumusan pelanggaran sanksi pidana formil izin berdasarkan pada Putusan Nomor:
telah diatur di dalam Pasal 100, Pasal 101, Pasal 102, 24/Pid.B/LH/2019/PNCkr.
Pasal 103, Pasal 104, Pasal 107, Pasal 110, Pasal 111, Putusan Kasus Dumping Limbah B3
dan Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114, Pasal 115 Berdasarkan Putusan Nomor:
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009. Delik 24/Pid.B/LH/2019/PNCkr, menyatakan bahwa PT.
Formil yang diperhatikan adalah pelanggaran sanksi Wan Bao Long Steel secara sah dan meyakinkan
administrasi terhadap izin atau baku mutu, serta telah bersalah melakukan tindak pidana “dumping
pelanggarannya telah dilakukan lebih dari sekali. limbah ke media lingkungan hidup tanpa izin”.
Untuk Administrative Independent Crimes sendiri, Seperti yang telah di atur di dalam Pasal 60 Undang-
Penegakan Hukumnya menggunakan Ultimum Undang Nomor 32 Tahun 2009, yang mana dapat
Remedium sebagai sarana terakhir untuk pemidanaan. diartikan bahwa semua orang atau perusahaan tidak
Inilah beberapa contoh pelanggaran atau larangan- diperbolehkan untuk melakukan dumpling atau
larangan pencemaran/perusakan lingkungan yang pembuangan limbah dan/atau bahan ke lingkungan
tidak boleh dilanggar oleh orang-perseorangan hidup tanpa izin. Melakukan tindak pidana dumping
maupun korporasi yang diatur didalam Undang- limbah ke media lingkungan hidup tanpa izin ialah
Undang Nomor 32 Tahun 2009, yaitu seperti: maksudnya sama saja dengan melakukan
 Melampaui batas/mencemari Baku Mutu effluent, pembuangan limbah secara langsung atau
Baku Mutu emisi dan Baku Mutu ganguan; sembarangan ke suatu lingkungan hidup tanpa
 Melakukan pencemaran dan perusakan adanya sebuah wadah penyimpanan limbah yang
Lingkungan Hidup; telah atau sudah diberikan izin oleh Menteri,
 Sanksi administrasi tidak dipatuhi berupa Gubernur, atau Walikota/Bupati. Berdasarkan
perizinan; Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 yang
 Pelanggaran lingkungan dilakukan lebih dari satu terdapat di Pasal 61, menjelaskan mengenai untuk
kali; mendapatkan izin melakukan dumping limbah harus
 Memasukkan Bahan Berbahaya Beracun (B3) yg dengan adanya persetujuan dari Menteri, Gubernur,
dilarang menurut perundang-undangan ke dalam atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya
Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan hanya dapat dilakukan sesuai dengan lokasi yang
 Memasukkan Limbah Bahan Berbahaya Beracun telah di tentukan. Pertanggungjawaban pidana dapat
(B3) dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik diberikan kepada pelaku/subjek hukum yang telah
Indonesia ke media lingkungan hidup Negara melakukan suatu pelanggaran atau perbuatan
Kesatuan Republik Indonesia; melawan hukum, hal tersebut dapat diberikan sanksi
 Memasukkan Limbah Bahan Berbahaya Beracun maupun dijatuhkan hukum pidana. Dikarenakan
(B3) ke dalam wilayah Negara Kesatuan adanya peristiwa pidana lingkungan yang terjadi di
Republik Indonesia; area PT. Wan Bao Long, maka subjek hukum dari
 Membuang limbah ke media lingkungan hidup; pertanggungjawaban korporasi ialah Direktur Utama
yang berhak dan berwenang bertindak mewakili

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 91


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.2 Edisi Mei 2021

Perseroan didalam dan diluar pengadilan tentang Dikarenakan perusahaan di Indonesia banyak
segala hal dan/atau segala kejadian yang berada di sekali, khususnya perusahaan-perusahaan di
sekitar perusahaan. Menurut teori pertanggung Kabupaten Bekasi. Sedangkan pekerja di Dinas
jawaban mutlak (strict lialibility), Terdakwa harus Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bekasi bagian
mempertanggungjawabkan tindak pidana korporasi penegakan hukum seksi pengawasannya hanya ada
nya walaupun Terdakwa tidak melakukan kesalahan terbatas yaitu berisikan 6 orang saja. Maka dari itu,
(mens rea) apapun tetapi terdakwa diminta untuk pemerintah memberikan perintah kepada
bertanggungjawab dikarenakan terdakwa adalah perusahaan/korporasi untuk melakukan hal dibawah
pimpinan Direktur Utama PT. Wan Bao Long Steel. ini, yaitu:
Di dalam Putusan Nomor: 24/Pid.B/LH/2019/PNCkr, 1. Perusahaan tetap wajib melakukan pelaporan
PT. Wan Bao Long Steel telah melakukan tindak pengelolaan Limbah B3 periode triwulan.
pidana dumping dan/atau membuang limbah 2. Perusahaan tetap wajib melakukan pencatatan
produksi pabrik nya ke sebuah lahan kosong yang (log book dan neraca) terhadap seluruh jenis dan
berada di area terbuka yang letaknya di samping area volume limbah B3 yang dihasilkan.
produksi, serta melakukan pembuangan limbahnya ke 3. Perusahaan tetap wajib melampirkan kontrak
sebuah rawa-rawa yang telah kosong yang berada di kerjasama antara penghasil dan pengelola lanjut
area belakang pabrik tetapi lahan tersebut bukan TPS Limbah B3 yang masih berlaku.
(Tempat Pembuangan Sampah) limbah. Penjelasan 4. Perusahaan tetap wajib melakukan pengelolaan
lebih rincinya ialah terdakwa selama dari tahun 2015 lanjutan terhadap seluruh limbah B3 yang
sampai dengan tanggal 17 Juli 2018, telah melakukan dihasilkan sesuai ketentuan peraturan dalam
pembuangan limbahnya di area terbuka (lahan pengelolaan limbah B3 dan persyaratan dalam
kosong yang berada di pabrik) yang mana izin.
pembuangannya secara langsung dibuang ke tanah 5. Perusahaan tetap wajib menjaga pemenuhan
(bagian tanah atau bawahnya tidak di cor serta bagian teknis TPS Limbah B3 sesuai Kepdai Nomor:
atasnya terbuka), dan juga lahan kosong tersebut Kep-01/Bapeda/09/1995 tentang Tata cara
tidak memiliki izin dari Menteri, Gubernur, atau penyimpanan dan pengumpulan Limbah.
Bupati/Walikota. PT. Wan Bao Long Steel telah 6. Perusahaan tetap wajib mengisi pemenuhan
didirikan sejak pada tanggal 08 April 2013, ketentuan teknis pengelolaan Limbah B3 beserta
merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di dokumen pendukungnya.
bidang produksi usaha industri besi, baja dasar, dan 7. Perusahaan tetap Memprioritaskan upaya 3R
industri penggilingan baja yang menghasilkan limbah (Reuse, Recycle, Recovery) dalam pengelolaan
padat berupa Steel Slag dan Debu EAF. Steel Slag Limbah.
dan Debu EAF ialah limbah (B3) hasil sisa dari Setelah melakukan wawancara dengan pihak
peleburan baja, termasuk kedalam suatu limbah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi bagian
industri besi/baja dan logam yang menjadi limbah penegakan hukum seksi pengawasan yaitu dengan
khusus, yang bersifat reaktif, beracun, serta dapat bapak Sukmawan sebagai saksi dalam putusan.
menyebabkan infeksi (penyakit) bagi masyarakat Menurut pendapat beliau, biasanya hal-hal diatas
disekitarnya. Hal tersebut tidak hanya merugikan tersebut dapat dijadikan oleh Dinas Lingkungan
bagi lingkungan, tetapi dapat mengancam dan Hidup Kabupaten Bekasi sebagai suatu bahan untuk
merugikan keamanan serta kesehatan manusia. Dari melakukan pengawasan kepada setiap
sini lah kita dapat melihat bahwa korban dari tindak perusahaan/korporasi agar tidak melakukan
pidana lingkungan itu sendiri tidak hanya merugikan pencemaran lingkungan.
bagi lingkungan saja tetapi dapat merugikan bagi Pada awalnya terdakwa mendapatkan surat
manusia juga. Inilah beberapa barang bukti limbah teguran atau sanksi administatif dari Dinas
B3 dari kasus dumping limbah B3 yang terdapat Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi dikarenakan
didalam putusan tersebut, yaitu berupa: tidak bertanggungjawab dalam melakukan
1. Limbah padat berupa Steel Slag dan Debu EAF Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
yang terletak di area terbuka samping area (Limbah B3) sesuai dengan ketentuan yang berlaku
produksi dan area belakang pabrik dengan total dan persyaratan dalam perizinnya. Namun setelah
Volume 5.147, 95 m3 (lima ribu seratus empat mendapatkan surat teguran atau sanksi administatif
puluh tujuh koma sembilan lima meter kubik); pun, terdakwa masih tidak memenuhi persyaratan
2. 3 (tiga) sampel limbah padat berupa Steel Slag dan ketentuan yang berlaku didalam penerapan
dan Debu EAF yang diambil dari 4 (empat) titik sanksi administratif tersebut. Surat teguran dan
lokasi yakni lokasi 3077, 90 m3 + lokasi 542, 02 Penerapan Sanksi nya berupa:
m3 + lokasi 596, 64 m3 + lokasi 931, 39 m3 a. Pada tanggal 22 Juli 2014, terdakwa telah
samping area produksi dan area belakang pabrik diberikan 2 (dua) lembar fotocopy legalisir sanksi
dengan total Volume 5.147, 95 m3 (lima ribu teguran tertulis berupa Surat Badan Pengendalian
seratus empat puluh tujuh koma sembilan lima Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi Nomor:
meter kubik. 660.3/2302/PPKL/BPLH/2014.

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 92


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.2 Edisi Mei 2021

b. Setelah itu, pada tanggal 10 November 2015. mempertimbangkan terlebih dahulu mengenai
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi keadaan yang dapat meringankan maupun
mengeluarkan 1 (satu) bundle fotocopy legalisir memberatkan hukumannya, yaitu meliputi:
Surat Badan Pengendalian Lingkungan Hidup a. Keadaan yang meringankan
Kabupaten Bekasi Nomor:  Terdakwa telah melakukan pengurusan izin dan
660.3/4510/PPKL/BPLH/2015 perihal sanksi perbaikan area dumping limbah B3;
administrasi paksaan pemerintah kepada  Terdakwa tidak pernah dihukum;
terdakwa, yaitu berisikan 12 (dua belas) poin dari  Terdakwa bersikap sopan dan mengakui
penerapan sanksi administrasi berupa paksaan perbuatannya; serta
pemerintah.  Terdakwa menyesali akan perbuatannya dan
c. Pada tanggal 2 Mei 2017, Kepala Dinas berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi b. Keadaan yang memberatkan
memutuskan untuk melakukan pengawasan  Perbuatan Terdakwa bertentangan dengan
gabungan dengan PPLH Provinsi Jawa Barat program pemerintah tentang pemberantasan
untuk penaatan sanksi administrasi. tindak pidana lingkungan hidup;
d. Pada tanggal 24 Agustus 2017, Dinas Lingkungan  Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat.
Hidup Kabupaten Bekasi memberikan atau Menurut pendapat penulis, perbuatan
mengeluarkan 7 (tujuh) fotocopy legalisir sanksi terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan
administrasi berupa paksaan pemerintah II bersalah melakukan unsur tindak pidana dumping
melalui Keputusan Kepala Dinas Lingkungan limbah dan/atau bahan ke media lingkungan hidup
Hidup Kabupaten Bekasi berdasarkan pada tanpa izin, seperti yang telah diatur didalam Pasal 60
Nomor: 660.3.1/73/GAKUM/DLH/VIII/2017 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009. Dan sanksi
tentang penerapan sanksi Administrasi paksaan pelanggaran pidananya diatur di dalam Pasal 104 Jo
Pemerintah II kepada PT. Wan Bao Long Steel. Pasal 116 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 32
Namun pada akhirnya, terdakwa tetap tidak tahun 2009. Maka dari itu, penulis menyatakan
menindaklanjuti atau menerapkan poin-poin yang bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana
ada di surat teguran tersebut. Didalam sanksi dumping limbah seperti yang telah didakwakan
administrasi paksaan pemerintah II terdapat 10 kepada terdakwa yang terdapat di dalam dakwaan
(sepuluh) poin penerapan yang telah diberikan penuntut umum di bagian dakwaan alternatif ketiga.
oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi Pada Kasus Putusan Nomor:
kepada Terdakwa. Tetapi hanya 4 (empat) saja 24/Pid.B/LH/2019/PNCkr, delik pidana lingkungan
yang sudah terlaksanakan, masih terdapat 6 nya termasuk ke dalam delik Adminstrative
(enam) poin lagi yang belum dilaksanakan oleh Dependent Crimes, yang dimana tindak pidana nya
pihak terdakwa. dikarenakan tidak melaksanakan sanksi administrasi
Pada Hasil Putusan Nomor: dan pelanggarannya dilakukan lebih dari satu kali.
24/Pid.B/LH/2019/PNCkr, Majelis Hakim telah Jenis tindak pidana nya merupakan jenis Delik
memutuskan dan menjatuhkan Pasal 104 Jo Pasal Formil (tidak perlu dibuktikan dengan lingkungan
116 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 32 telah tercermar atau tidak, cukup dibuktikan dengan
tahun 2009 kepada Direktur Utama PT. Wan Bao terdakwa telah melakukan perbuatan pelanggaran
Long Steel. Dikarenakan adanya pertimbangan dari sanksi administrasi) karena tindak pidana nya
Majeles Hakim, maka terdakwa dijatuhkan denda dijatuhkan apabila tidak mematuhi sanksi
sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan administrasi dan pelanggarannya dilakukan lebih dari
harus wajib dibayar paling lambat 1 bulan sejak satu kali. Pelanggaran formil di dalam kasus PT. Wan
diputuskannya perkara tersebut di pengadilan apabila Bao Long Steel sebenarnya hanya dikenakan pada
denda tersebut tidak dibayar maka akan digantikan Pasal 104 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009
dengan penyitaan harta benda Terdakwa untuk saja, tetapi didalam dakwaan penuntut umum
dilelang sebagai pengganti pidana denda. Seperti dikenakan atau terdapat juga Pasal 102 (dakwaan
yang telah dijelaskan di dalam Pasal 119 UU No. 32 alternatif pertama), Pasal 103 (dakwaan alternatif
Tahun 2009 yang mana menjelaskan tentang pidana kedua), Pasal 104 (dakwaan alternatif ketiga)
tambahan. Maka dari itu, terdakwa juga dijatuhkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009. Dikarenakan
pidana tambahan berupa memperbaiki lingkungan delik pidana lingkungannya termasuk kedalam
akibat tindak pidana dengan cara normalisasi fungsi Adminstrative Dependent Crimes, maka Penegakan
lingkungan terhadap lokasi dumping limbah B3 Hukum pidana nya berarti menggunakan Ultimum
dibawah pengawasan Dinas Lingkungan Hidup Remedium (hukum pidana dipakai sebagai sarana
Kabupaten Bekasi. Serta, terdakwa dibebankan biaya terakhir pemidanaan). Penjelasan lebih rinci atas
perkara sebesar Rp.5.000,- (lima ribu rupiah). penegakan hukum dari penyelesaian kasus tersebut
Majelis Hakim dapat memutuskan dan ialah seperti ini:
menjatuhkan pidana denda dan pidana tambahan
 Pada awalnya, terdakwa telah melakukan
seperti penjelasan diatas terhadap terdakwa, pembuangan/dumping limbah B3 ke media
dikarenakann Majelis Hakim telah lingkungan tanpa izin di area sekitar perusahaan.

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 93


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.2 Edisi Mei 2021

Dikarenkan adanya pengaduan dari masyarakat diberikan sanksi pidana yang sesuai dengan
setempat, maka dari itu terdakwa diberikan sanksi perbuatannya agar dapat menimbulkan efek jera
administrasi oleh Dinas Lingkungan Hidup bagi pelaku pencemaran.
Kabupaten Bekasi; b. Tindak pidana lingkungan sering kali kurang
 Setelah diberikan sanksi administrasi berupa pengawasan dikarenakan kekurangan sumber
sanksi surat teguran tertulis dan sanksi paksaan daya manusia atau pekerja di dalam Dinas
pemerintah I & II yang diberikan oleh Dinas Lingkungan Hidup khususnya di Kabupaten
Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi, tetapi Bekasi bagian penegakan hukum. Oleh karena itu,
terdakwa tetap tidak mematuhi sanksi untuk meningkatkan penegakan hukum
administrasi tersebut; lingkungan khusus nya mengenai
Dikarenakan terdakwa tidak mematuhi sanksi pencemaran/perusakan lingkungan, maka
administrasi yang telah diberikan dan telah dibutuhkan dan diperlukannya peran aktif/besar
melakukan pelanggaran lebih dari satu kali, maka dari masyarakat atau pihak-pihak lainnya untuk
pada akhirnya Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten mengawasi setiap kegiatan-kegiatan perusahaan
Bekasi menggunakan penyelesaian secara Sanksi dan/atau kegiatan-kegiatan yang lainnya yang
Pidana (Ultimum Remedium) agar memberikan efek dapat berdampak menyebabkan
jera kepada PT. Wan Bao Long Steel. kerusakan/pencemaran lingkungan. Masyarakat
atau pihak-pihak lainnya dapat mengadukan atau
4. PENUTUP melaporkan kasus-kasus tersebut ke Dinas
Kesimpulan Lingkungan Hidup khususnya Kabupaten Bekasi
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat bagian penegakan hukum seksi pengaduan, agar
disimpulkan bahwa: Dinas Lingkungan Hidup dapat memproses dan
a. Adanya suatu pelanggaran tindak pidana memberikan pengawasan kepada perusahaan
pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh PT. tersebut.
Wan Bao Long Steel dengan cara dumping atau
membuang limbah secara langsung 5. REFERENSI
(sembarangan) ke lingkungan hidup tanpa adanya Ali, Mahrus. 2020. Hukum Pidana Lingkungan. PT.
sebuah wadah penyimpanan limbah, atau di RajaGrafindo, Jakarta.
buang ke area terbuka langsung ke tanah dengan Pratama, Rusdianto. 2015. “Tindak Pidana
bagian bawah tidak di cor serta bagian atasnya Pencemaran Lingkungan Serta
terbuka dan tidak memiliki surat izin dari Pertanggungjawabannya Ditinjau Dari Hukum
Menteri, Gubernur, Walikota/Bupati. Pidana Di Indonesia”. Lex Crimen. Volume 4,
b. PT. Wan Bao Long Steel juga tidak memenuhi Nomor 2.
sanksi administrasi berupa teguran dan paksaan Putusan Pengadilan Negeri Cikarang Nomor:
pemerintah I & II yang diberikan oleh Dinas 24/Pid.B/LH/2019/PNCkr Perihal Perkara
Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi. Dumpling Limbah Ke Media Lingkungan
c. PT. Wan Bao Long Steel selanjutnya dituntut Tanpa Izin, 4 April 2019.
menggunakan penyelesaian secara Sanksi Pidana Renggong, Ruslan. 2018. Hukum Pidana
(Ultimum Remedium) agar memberikan efek jera Lingkungan. Prenadamedia Group, Jakarta.
kepada terdakwa. Pada putusan Nomor Syahrin, Alvi. Agusti, Martono. Alsa, Abdul Aziz.
24/Pid.B/LH/2019/PNCkr, terdakwa telah 2019. Ketentuan Pidana Korporasi Tentang
dinyatakan melakukan dumping limbah seperti Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
yang diatur didalam Pasal 60 Undang-Undang Hidup. Prenadamedia Group, Jakarta.
Nomor 32 tahun 2009, serta sanksi pidana nya Telaumbanua, Dalinama. 2015.
telah diputuskan dan dijatukan pada Pasal 104 Jo “Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Di
Pasal 116 ayat (1) huruf a Undang-Undang Bidang Lingkungan Hidup”. Refleksi Hukum:
Nomor 32 Tahun 2009, yaitu diberikan sanksi Jurnal Ilmu Hukum, Volume 9, Nomor 1.
pidana berupa denda sebesar Rp.200.000.000,- Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang
(dua ratus juta rupiah) atas pertimbangan dari Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan,
Majelis Hakim yang dapat meringankan dan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
memberatkan. 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Saran Negara Republik Indonesia Nomor 5059.
Saran dari hasil penelitian ini, yaitu: Vanensashakeh, Yondia. Sularto, R.B. Wisaksono,
a. Setiap pelaku/subjek hukum yang telah Budhi. 2017. “Lingkungan Hidup (Studi
melakukan pelanggaran pencemaran/perusakan Dumpling Limbah Tanpa Izin Terkait Dan
lingkungan harus melakukan pertanggungjawaban Berdasarkan Putusan Nomor
hukum pidana lingkungan dan harus diberikan 61/PID.SUS/2015/PN.UNR. Jo. Nomor
sanksi ataupun dijatuhkan hukuman pidana sesuai 162/PID.SUS/2016/PT.SMG.)”. Diponegoro
dengan peraturan perundang-undangan yang Law Journal. Volume 6, Nomor 2.
berlaku. Pelaku pencemaran lingkungan harus

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 94


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.2 Edisi Mei 2021

Wawancara Dengan Dinas Lingkungan Hidup


Kabupaten Bekasi, pada Tanggal 8 Januari
2021

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 95

Anda mungkin juga menyukai