Anda di halaman 1dari 11

PENEGAKAN SANKSI ATAS PENGELOLAAN LIMBAH B3 TANPA

IZIN MENURUT UU NO. 32TAHUN 2009 (STUDI KASUS PUTUSAN


NOMOR 4584 K/PID.SUS-LH/2022)

Xxxxxxx1, xxxxxxx2
ABSTRAK
Berbicara mengenai pertanggung jawaban pidana terhadap perusakan dan/atau
pencemaran lingkungan hidup dalam hal ini pelaku pembuangan atau pengelolaan
limbah B3 tanpa izin dibebankan kepada pelaku yang melakukan tindak pidana
tersebut. Dalam kenyataannya masih ada pelaku pembuangan atau pengelolaan
limbah B3 tanpa izin yang melakukan praktik tersebut, baik yang dilakukan oleh
perseorangan atau oleh korporasi. Adapun yang menjadi pokok permasalahan
adalah: (1) Bagaimana pengaturan mengenai tindak pidana pencemaran
lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pengelolaan limbah B3 tanpa izin? dan
(2) Bagaimana pertanggung jawaban pidana pelaku pengelolaan limbah B3 tanpa
izin? Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah
metode penelitian hukum yuridis normatif dengan sifat penelitian deskriptif dan
teknis analisis bahan hukum yang dipakai adalah teknis analisis kualitatif
dimaksudkan bahwa analisis tidak bergantung dari jumlah berdasarkan angka-
angka, melainkan mengumpulkan data dari bahan hukum yang telah disebutkan
sebelumnya, mengkualifikasikan, menghubungkannya dengan masalah yang
dibahas, kemudian menarik kesimpulan dari penelitian. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pertanggungjawaban pidana berkaitan erat dengan unsur
kesalahan. Unsur kesalahan merupakan jantung dari pertanggungjawaban pidana.
Tidak seorang pun yang melakukan tindak pidana, dijatuhi hukuman pidana tanpa
kesalahan. Pertanggungjawaban pidana pelaku praktik pengelolaan limbah B3
tanpa izin dibebankan kepada setiap orang yang melakukan tindak pidana
tersebut. Artinya, subjek hukum dalam Undang-undang Lingkungan Hidup tidak
saja orang/manusia tetapi juga badan hukum.
Kata kunci: Pertanggung jawaban, pidana, pengelolaan, limbah B3

I. PENDAHULUAN perbuatannya, yang terdapat


Lingkungan hidup dalam ruang dimana manusia
merupakan sesuatu hal yang berada dan mempengaruhi
terpenting bagi kehidupan kelangsungan hidup serta
manusia, oleh karena itu kesejahteraan manusia dan
lingkungan hidup harus jasad-jasad hidup lainnya”.
dilindungi dan dilestarikan Fungsi lingkungan hidup
serta dikelola dengan baik menurut Undang-Undang
demi kepentingan seluruh Nomor 32 Tahun 2009
umat manusia. Menurut Tentang Perlindungan dan
Munadjat Danusaputro, Pengelolaan Lingkungan
“lingkungan hidup dapat Hidup adalah sebagai daya
diterangkan sebagai semua dukung untuk mendukung
benda dan daya serta kondisi, perikehidupan manusia dan
termasuk di dalamnya makhluk hidup lainnya.
manusia dan tingkah laku Dalam perspektif teoritis,
fungsi lingkungan hidup
diharapkan dapat memberi perusahaan-perusahaan
kontribusi positif untuk industri.
menunjang kehidupan Kasus-kasus pencemaran
manusia dan makhluk hidup lingkungan hidup ini akibat
lainnya dalam menjalankan kecerobohan atau kelalaian
aktivitas masing-masing. perusahaan-perusahaan
Antara manusia dan industry yang telah
lingkungan hidupnya terdapat menghasilkan limbah Bahan
hubungan yang dinamis. Berbahaya dan Beracun (B3)
Perubahan dalam lingkungan tetapi tidak memiliki Tempat
hidup akan menyebabkan Pembuangan Sementara
perubahan dalam kondisi (TPS) dan tidak melakukan
fisik maupun psikis manusia pengelolaan limbah B3
untuk menyesuaikan diri sebagaimana mestinya, bila
dengan kondisi yang baru. limbah B3 di buang langsung
Perubahan dalam kondisi ke dalam lingkungan (tanah
manusia ini selanjutnya akan dan air) dapat menimbulkan
menyebabkan pula perubahan resiko bahaya terhadap
dalam lingkungan hidup. lingkungan dan kesehatan
Dengan demikian, dapat manusia dan makhluk hidup
dikatakan bahwa tidak hanya lainnya.
lingkungan yang dapat Pemerintah dalam
memengaruhi manusia, upayanya menjaga,
melainkan manusia pun melindungi serta mengelola
menjadi faktor utama yang lingkungan hidup, dengan
memengaruhi lingkungan, perjalanannya yang panjang
sehingga dibutuhkan telah melahirkan sebuah
kepedulian dari manusia Undang-Undang Nomor 32
terhadap lingkungannya Tahun 2009 tentang
sendiri. Hal ini dilakukan Perlindungan dan
demi memperoleh lingkungan Pengelolaan Lingkungan
yang baik dan sesuai dengan Hidup. Hal tersebut dilakukan
kebutuhan manusia, sehingga dan ditujukan untuk
hubungan yang dinamis melindungi lingkungan hidup
antara manusia dengan dari pelaku kejahatan yang
lingkungannya akan tetap dilakukan oleh orang atau
terjaga. sekelompok orang yang
Oleh karena itu, dengan sengaja merusak
kerusakan lingkungan sudah lingkungan kita yang akan
tentu menjadi masalah yang berimplikasi atau berdampak
meresahkan bagi manusia, terhadap kelangsungan
karena kenyataan kehidupan masyarakat, baik
menunjukan bahwa itu dilihat dari kerusakan
lingkungan hidup di negeri ekosistemnya dan atau
ini belum terhindar dari kerusakan iklim. Dengan
ancaman dan pencemaran berlakunya Undang-Undang
akibat buangan limbah Nomor 32 Tahun 2009
industri yang dilakukan oleh tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan manusia dan makhluk hidup
Hidup di dalamnya telah lain.
memuat berbagai macam Begitu besar dampak
atauran tentang lingkungan, yang diakibatkan melakukan
salah satunya adalah adanya dumping limbah B3 tersebut,
aturan tentang pengelolaan Undang-Undang Nomor 32
limbah B3. Tahun 2009 Perlindungan
Pengelolaan limbah B3 dan Pengelolaan Lingkungan
adalah kegiatan mengelola, Hidup, mengatur mengenai
menempatkan, dan/atau sanksi atas pengelolaan
memasukkan limbah dan/atau limbah B3 tanpa izin itu pada
bahan dalam jumlah, Pasal 102 Undang-Undang
konsentrasi, waktu, dan Nomor 32 Tahun 2009
lokasi tertentu dengan tentang Perlindungan dan
persyaratan tertentu ke media Pengelolaan Lingkungan
lingkungan hidup tertentu. Hidup, menyatakan:
Pengaturan tersebut “Setiap orang yang melakukan
tercantum jelas pada Pasal 59 pengelolaan limbah B3 tanpa izin
UndangUndang Nomor 32 sebagaimana dimaksud dalam
Tahun 2009 tentang Pasal 59 ayat (4), dipidana dengan
Perlindungan dan pidana penjara paling singkat
Pengelolaan Lingkungan 1(satu) tahun dan paling lama 3
Hidup, menyatakan: (tiga) tahun dan denda paling
“Setiap eorang yag menghasilkan sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu
limbah B3 wajib melakukan miliar rupiah) dan paling banyak
pengelolaan limbah B3 yang Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
dihasilkannya”. rupiah)”.

Limbah Bahan Pasal 104 Undang-


Berbahaya dan Beracun (B3) Undang Nomor 32 Tahun
adalah sisa suatu usaha 2009 tentang Perlindungan
dan/atau kegiatan yang dan Pengelolaan Lingkungan
mengandung Bahan Hidup, menyatakan bahwa
Berbahaya dan Beracun. unsur-unsur tindak pidana
Sedangkan, Bahan Berbahaya terhadap pelaku dumping
dan Beracun (B3) adalah zat, limbah B3 adalah unsur setiap
energi, dan / atau komponen orang, unsur melakukan, unsur
lain yang karena sifat, limbah dan/atau bahan, unsur
konsentrasi, dan/atau ke media lingkungan hidup,
jumlahnya, baik secara unsur tanpa izin. Hal tersebut
diperkuat kembali dalam Pasal
langsung maupun tidak
175 Peraturan Pemerintah
langsung, dapat
Nomor 101 Tahun 2014 tentang
mencemarkan dan / atau
Pengelolaan Limbah Bahan
merusak lingkungan hidup,
Berbahaya dan Beracun,
dan / atau membahayakan
menyatakan:
lingkungan hidup, kesehatan,
“Setiap Orang dilarang melakukan
serta kelangsungan hidup dumping Limbah B3 ke media
lingkungan hidup tanpa izin”.
Mengenai pertanggung
Unsur-unsur tindak pidana jawaban pidana suatu badan
terhadap pelaku dumping usaha dalam kasus lingkungan
limbah B3 adalah unsur setiap hidup, hal ini diatur dalam Pasal
orang, unsur melakukan, unsur 116 Undang-Undang Nomor 32
limbah B3, unsur ke media Tahun 2009 tentang
lingkungan hidup, unsur tanpa Perlindungan dan Pengelolaan
pengolahan. Apabila unsur- Lingkungan Hidup. Berdasarkan
unsur tersebut telah terpenuhi Pasal 116 (ayat 1)
maka sangat jelas dan cukup UndangUndang Nomor 32
beralasan secara hukum bahwa Tahun 2009, pertanggung
telah terjadi tindak pidana jawaban pidana badan usaha
lingkungan yaitu melakukan dapat dimintakan kepada badan
pengelolaan limbah B3 tanpa usaha, dan atau orang yang
izin. memberi perintah untuk
Sementara mengenai melakukan tindak pidana
pertanggung jawaban pidana tersebut atau orang yang
terhadap perusakan dan/atau bertindak sebagai pemimpin
pencemaran lingkungan hidup kegiatan dalam tindak pidana
dalam hal ini pelaku tersebut.
pengelolaan limbah B3 tanpa
izin dibebankan kepada setiap II. METODE
orang yang melakukan tindak Dalam penelitian ini
pidana tersebut. Kata setiap penulis menggunakan metode
orang, menurut Pasal 1 angka penelitian hukum normatif
23 Undang-Undang Nomor 32 yang dilakukan dan diajukan
Tahun 2009 tentang pada berbagai sumber
Perlindungan dan Pengelolaan peraturan perundang –
Lingkungan Hidup, menyatakan: undangan. Penelitian ini
“Pengelolaan limbah B3 adalah diarahkan sebagai penelitian
kegiatan yang meliputi hukum, yaitu penelitian
pengurangan, penyimpanan, terhadap bahan pustaka dan
pengumpulan, pengangkutan, data sekunder.
pemanfaatan, pengolahan, dan /
atau penimbunan”. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengaturan Mengenai Tindak
Dengan demikian jelaslah
Pidana Pencemaran
bahwa badan hukum adalah
Lingkungan Hidup dalam
salah satu subjek hukum
Kaitannya dengan Pengelolaan
disamping orang/manusia
Limbah B3 Tanpa Izin
dalam Undang-Undang
Lingkungan Hidup. Dengan kata
Perkembangan kondisi
lain badan hukum dapat
lingkungan hidup di
dijadikan sebagai subjek hukum Indonesia pada saat sekarang
pidana dan oleh karenanya dapat dikatakan semakin
dapat dituntut dan dijatuhi parah keadaannya dari waktu
sanksi pidana apabila ke waktu seiring dengan
melakukan pencemaran / meningkatnya sektor industri
perusakan lingkungan hidup. skala rumah tangga maupun
berbadan hukum besar. Dan
akan meningkatkan pula melindungi lingkungan hidup
ketergantungan lingkungan secara keseluruhan maupun
dari limbahlimbah yang unsur-unsur dalam
dihasilkannya baik pada lingkungan hidup seperti
proses produksi maupun hutan, satwa, lahan, udara,
penggunaan barang hasil dan air serta manusia. Oleh
produksi. sebab itu, dengan pengertian
Suatu limbah digolongkan ini, tindak pidana lingkungan
sebagai limbah B3 bila hidup tidak hanya ketentuan-
mengandung bahan ketentuan pidana yang
berbahaya atau beracun yang dirumuskan dalam Undang-
sifat dan konsentrasinya, baik Undang tentang Perlindungan
langsung atau maupun tidak dan Pengelolaan Lingkungan
langsung, dapat merusak atau Hidup, tetapi juga
mencemarkan lingkungan ketentuanketentuan pidana
hidup atau membahayakan yang dirumuskan dalam
kesehatan manusia. Bahan- peraturan perundang-
bahan termasuk limbah B3 undangan lain sepanjang
adalah yang memiliki salah rumusan ketentuan itu
satu atau lebih dari ditujukan untuk melindungi
karakteristik berikut: mudah lingkungan hidup secara
meledak, mudah terbakar, keseluruhan atau bagian-
bersifat reaktif, beracun, bagiannya.
menyebabkan infeksi, bersifat Di dalam perkembangan
korosif, dan lain-lain, yang akhir-akhir ini, terutama di
bila diuji dengan toksido dalam bidang ekonomi dan
dapat diketahui termasuk lingkungan hidup, badan
limbah B3. hukum dapat terlibat secara
Perbuatan mencemari dan langsung maupun tidak
menimbulkan kerusakan langsung dalam perbuatan-
lingkungan merupakan perbuatan yang melanggar
kegiatan yang secara hukum seperti pelanggaran
langsung atau tidak langsung hukum pidana khususnya
dapat membahayakan terhadap tindak pidana
kehidupan dan jiwa manusia. lingkungan hidup yang
Perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian bagi
merupakan tindakan yang kepentingan orang banyak
melanggar hukum khususnya ataupun negara.
dalam hal hukum pidana. Mengenai pengelolaan
Tindak pidana lingkungan limbah B3, Pasal 59 Undang-
adalah perintah dan larangan Undang Nomor 32 Tahun
undang-undang kepada 2009 tentang Perlindungan
subjek hukum yang jika dan Pengelolaan Lingkungan
dilanggar diancam dengan Hidup menentukan bahwa :
penjatuhan sanksi-sanksi 1) Setiap orang yang menghasilkan
pidana, antara lain limbah B3 wajib melakukan
pemenjaraan dan denda, pengelolaan limbah B3 yang
dengan tujuan untuk dihasilkannya.
2) Dalam hal B3 sebagaimana miliar rupiah) dan paling banyak
dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar
telah kedaluwarsa, rupiah)”.
pengelolaannya mengikuti - Pasal 103 Undang-Undang
ketentuan pengelolaan limbah Nomor 32 Tahun 2009 :
B3. “Setiap orang yang menghasilkan
3) Dalam hal setiap orang tidak limbah B3 dan tidak melakukan
mampu melakukan sendiri pengelolaan sebagaimana
pengelolaan limbah B3, dimaksud dalam Pasal 59
pengelolaannya diserahkan dipidana dengan pidana penjara
kepada pihak lain. paling singkat 1 (satu) tahun dan
4) Pengelolaan limbah B3 wajib paling lama 3 (tiga) tahun dan
mendapat izin dari Menteri, denda paling sedikit Rp
Gubernur, atau Bupati / Walikota 1.000.000.000,00 (satu miliar
sesuai dengan kewenangannya. rupiah) dan paling banyak Rp
5) Menteri, Gubernur, atau Bupati / 3.000.000.000,00 (tiga miliar
Walikota wajib mencantumkan rupiah)”.
persyaratan lingkungan hidup - Pasal 106 Undang-Undang
yang harus dipenuhi dan Nomor 32 Tahun 2009 :
kewajiban yang harus dipatuhi “Setiap orang yang memasukkan
pengelola limbah B3 dalam izin. limbah B3 ke dalam wilayah
6) Keputusan pemberian izin wajib Negara Kesatuan Republik
diumumkan. Indonesia sebagaimana dimaksud
7) Ketentuan lebih lanjut mengenai dalam Pasal 69 ayat (1) huruf
pengelolaan limbah B3 diatur dipidana dengan pidana penjara
dalam Peraturan Pemerintah. paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun
Dan setiap ketentuan- dan denda paling sedikit Rp
ketentuan pidana terhadap 5.000.000.000,00 (lima miliar
pengelolaan limbah B3 telah rupiah) dan paling banyak Rp
diatur dalam Undang-Undang 15.000.000.000,00 (lima belas
Nomor 32 Tahun 2009 miliar rupiah)”.
tentang Perlindungan dan - Pasal 107 Undang-Undang
Pengelolaan Lingkungan Nomor 32 Tahun 2009 :
Hidup. Ketentuan-ketentuan “Setiap orang yang memasukkan
Pidana tersebut telah diatur B3 yang dilarang menurut
dalam pasalpasal sebagai peraturan perundang–undangan
berikut: ke dalam wilayah Negara
- Pasal 102 Undang-Undang Kesatuan Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2009 : sebagaimana dimaksud dalam
“Setiap orang yang melakukan Pasal 69 ayat (1) huruf b dipidana
pengelolaan limbah B3 tanpa izin dengan pidana penjara paling
sebagaimana dimaksud dalam singkat 5 (lima) tahun dan paling
Pasal 59 ayat (4) dipidana dengan lama 15 (lima belas) tahun dan
pidana penjara paling singkat 1 denda paling sedikit Rp
(satu) tahun dan paling lama 3 5.000.000.000,00 (lima miliar
(tiga) tahun dan denda paling rupiah) dan paling banyak Rp
sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu
15.000.000.000,00 (lima belas apabila orang yang
miliar rupiah)”. melakukan tindak pidana itu
- Pasal 117 Undang-Undang tidak termasuk dalam
Nomor 32 Tahun 2009 : golongan orang-orang yang
“Jika tuntutan pidana diajukan dikecualikan dari hukuman,
kepada pemberi perintah atau maka ia dapat
pemimpin tindak pidana dipertanggungjawabkan.
sebagaimana dimaksud dalam Di dalam pokok
Pasal 116 ayat (1) huruf b, pemikiran tentang
ancaman pidana yang dijatuhkan pertanggung jawaban pidana
berupa pidana penjara dan denda juga terdapat konsep
diperberat dengan sepertiga”. kesalahan Gen Starf Zonder
- Pasal 119 Undang-Undang Schuld (Tiada Pidana Tanpa
Nomor 32 Tahun 2009 : Kesalahan) sebagai dasar
“Selain pidana sebagaimana untuk meminta pertanggung
dimaksud dalam Undang-Undang jawaban terhadap seseorang
ini, terhadap badan usaha dapat dan sesuatu badan hukum
dikenakan pidana tambahan atau yang dikenal di Indonesia.
tindakan tata tertib berupa : Kesalahan itu mengandung
a. perampasan keuntungan yang unsur pencelaan terhadap si
diperoleh dari tindak pidana; pelaku karena telah
b. penutupan seluruh atau melakukan tindak pidana
sebagian tempat usaha (yang telah dirumuskan di
dan/atau kegiatan; dalam peraturan perundang-
c. perbaikan akibat tindak undangan) dan mengandung
pidana; unsur pertanggungan jawab
d. pewajiban mengerjakan apa dalam hukum pidana.
yang dilalaikan tanpa hak; Mengenai kesalahan terhadap
dan/atau suatu badan hukum dalam hal
e. penempatan perusahaan di pengelolaan lingkungan
bawah pengampuan paling hidup dilihat dari konsep
lama 3 (tiga) tahun. pertanggung jawaban pidana
terhadap badan hukum
B. Pertanggung jawaban Pidana tersebut itu sendiri.
Pelaku Pengelolaan Limbah B3 Mengenai penerapan
Tanpa Izin pertanggung jawaban pidana
Berbicara mengenai berdasarkan kesalahan
pertanggung jawaban pidana, (liability based on fault)
seseorang yang melakukan dalam UndangUndang
tindak pidana dapat dimintai Nomor 32 Tahun 2009
pertanggungjawaban atau tentang Perlindungan dan
tidak ditentukan dengan cara Pengelolaan Lingkungan
negatif yang telah diatur Hidup dapat dilihat dalam
secara umum dalam Kitab beberapa pasal, seperti Pasal
Undangundang Hukum 101 UndangUndang Nomor
Pidana, yaitu dalam ketentuan 32 Tahun 2009 tentang
mengenai pengecualian perbuatan melepaskan atau
hukuman. Dengan kata lain, mengedarkan produk
rekayasa genetik ke media
lingkungan, dan yang Dengan demikian jelaslah
berhubungan dengan subjek hukum dalam
pengelolaan limbah B3 dapat Undang-Undang
dilihat dalam Pasal 102 Perlindungan dan
Undang-Undang Nomor 32 Pengelolaan Lingkungan
Tahun 2009 mengenai Hidup adalah orang/manusia
pengelolaan limbah B3 tanpa dan badan hukum.
izin, dan Pasal 103 Undang- Pengaturan badan hukum
Undang Nomor 32 Tahun sebagai subjek hukum pidana,
2009 tentang menghasilkan dapat dilihat terutama di
limbah B3 dan tidak dalam ketentuanketentuan
melakukan pengelolaan, pidana yang diatur di luar
Pasal 106 Undang-Undang KUHP.
Nomor 32 Tahun 2009 Dengan kata lain, badan
mengenai memasukkan hukum dapat dijadikan
limbah B3 ke wilayah sebagai subjek hukum pidana
Indonesia. Berdasarkan pasal dalam Undang-Undang
tersebut dapat dilihat bahwa Perlindungan dan
kesalahan dalam melakukan Pengelolaan Lingkungan
pengelolaan lingkungan Hidup dan oleh karenanya
hidup khususnya pengelolaan dapat dituntut dan dijatuhi
limbah B3 dapat berbentuk sanksi pidana apabila
kesengajaan (dolus) dan melakukan pencemaran /
kelalaian (culpa) yang perusakan lingkungan hidup.
menyebabkan rusak atau Dalam alasan penghapus
tercemarnya lingkungan pidana dalam Kitab Undang-
hidup. undang Hukum Pidana
Menurut Undang-Undang dikenal 2 (dua) alasan, yaitu:
Perlindungan dan alasan pemaaf dan alasan
Pengelolaan Lingkungan pembenar. Dari kedua alasan
Hidup yang dapat diminta tersebut dapat dilihat bahwa
pertanggung jawaban pidana alasan penghapus pidana
adalah terhadap perusakan hanya berlaku terhadap
dan/atau pencemaran manusia pribadi yang
lingkungan hidup dalam hal mempunyai kejiwaan
ini pelaku pembuangan sedangkan korporasi ataupun
limbah B3. Menurut Pasal 1 badan hukum tidak
angka 32 Undang-Undang mempunyai kejiwaan
Nomor 32 Tahun 2009 sehingga tidak mungkin
tentang Perlindungan dan alasan penghapus pidana
Pengelolaan Lingkungan berlaku terhadap korporasi
Hidup, menyatakan : atau badan hukum. Alasan
“Setiap orang adalah orang yang dapat digunakan badan
perseorangan atau badan usaha, hukum adalah dengan cara
baik yang berbadan hukum kembali kepada
maupun yang tidak berbadan Undangundang yang
hukum”. mengatur atau yang
menyatakan bahwa suatu adalah terpusatnya
badan hukum itu dapat manajemen dibawah struktur
dituntut dan dijatuhi sanksi dewan direksi. Keberadaan
pidana atau kembali kepada direksi dalam Perseroan
ajaran/teori yang mengatur Terbatas merupakan bagian
tentang hal tersebut. penting dalam perseroan.23
Jika alasannya bertitik Mengenai tindakan direksi
tolak pada ajaran/doktrin terhadap perseroan
vicarious liability, maka mempunyai tanggung jawab
syarat pertanggung jawaban secara keperdataan maupun
badan hukum adalah secara pidana. Dalam
berdasarkan adanya pertanggung jawaban secara
hubungan kerja dan pekerjaan pidana harus terdapat unsur
yang dilakukan seseorang itu kesalahan yang merupakan
masih dalam ruang lingkup unsur utama dalam
usaha dari badan hukum itu. pertanggungjawaban pidana.
Dengan demikian alasan yang Ketentuan pidana
dapat diajukan oleh badan terhadap direksi diatur dalam
hukum untuk mendapatkan Pasal 155 Undang-Undang
pengecualian atau Nomor 40 Tahun 2007
penghapusan pidana adalah tentang Perseroan Terbatas.
didasarkan kepada tidak Pasal tersebut menjelaskan
adanya hubungan kerja dan bahwa tanggung jawab
atau pekerjaan itu dilakukan direksi atas kesalahan dan
seseorang di luar dari ruang kelalaiannya yang diatur
lingkup usaha dari badan dalam Undang-undang ini
hukum tersebut. tidak mengurangi ketentuan
Oleh karena itu, badan yang diatur dalam Kitab
usaha yang melakukan tindak Undang-undang Hukum
pidana pengelolaan limbah Pidana maupun di luar Kitab
B3 dianggap tidak bersalah, Undang-undang Hukum
jika ia mempunyai alasan Pidana.
untuk penghapusan pidana Direksi dalam hal
dengan membuktikan bahwa mengurus perseroan
badan hukum tidak mempunyai tanggung jawab
melakukan suatu kesalahan, yang besar terhadap
berhubung orang-orang yang pengelolaan limbah B3
melakukan perbuatan itu tersebut, oleh karena itu
tidak ada hubungan kerja atau setiap tindak pidana
hubungan lainnya dengan pengelolaan limbah B3 dapat
korporasi, atau perbuatan itu dimintai pertanggung
dilakukan oleh seseorang di jawaban pidananya terhadap
luar lingkungan akivitas direksi sesuai dengan
usaha badan hukum itu. ketentuan pidana lingkungan
Perseroan sebagai badan yang berlaku. Dengan
hukum tentu mempunyai demikian, direksi tidak dapat
suatu ensitas ekonomi dimana melepaskan diri dari
salah satu karakteristiknya pertanggung jawaban pidana
dalam hal terjadinya Dan terhadap
pencemaran dan/atau pertanggung jawaban pidana
kerusakan lingkungan dari pelaku praktik dumping
akibat pengelolaan limbah B3 limbah B3 dibebankan
tersebut, hal ini disebabkan kepada setiap orang yang
direksi memiliki melakukan tindak pidana
“kemampuan” dan tersebut. Artinya, subjek
“kewajiban” untuk hukum dalam Undangundang
mengawasi kegiatan Lingkungan Hidup tidak saja
korporasi termasuk kewajiban orang/manusia tetapi juga
untuk melakukan pelestarian badan hukum
lingkungan hidup
DAFTAR PUSTAKA
IV. PENUTUP Tresna Sastrawijaya, Pencemaran
Undang-Undang Nomor Lingkungan, Rineka Cipta,
32 Tahun 2009 Tentang Jakarta, 2000
Perlindungan dan Achmad Faishal, Hukum
Pengelolaan Lingkungan Lingkungan Pengaturan Limbah
Hidup dijadikan sebagai dan Paradigma Industri Hijau,
payung hukum (umbrella act) Pustaka Yustisia, Yogyakarta,
dari Undang-undang lain 2016
(sektoral) dibidang Alvi Syahrin, Ketentuan Pidana
pelestarian lingkungan hidup, Dalam UU No. 32 Tahun 2009
rumusan yang umum dan Tentang Perlindungan Dan
abstrak tersebut diharapkan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
dapat menjangkau perbuatan Sofmedia, Jakarta, 2011
pencemaran dan/atau Erdianto, Pokok-Pokok Hukum
perusakan lingkungan yang Pidana, Alaf Riau, Pakanbaru,
diatur atau yang akan diatur 2010
dalam Undang-undang Hasbullah F. Sjawie, Direksi
sektoral lainnya. Perseroan Terbatas Serta
Pengaturan mengenai Pertanggungjawaban Pidana
dumping limbah B3 telah Korporasi, Citra Aditya Bakti,
diatur secara mendalam Bandung, 2013
dalam peraturan perundang- Jimly Asshiddiqie, Green
undangan. Mulai aturan Constitution, Rajawali Pers,
larangan melakukan dumping Jakarta, 2010
limbah B3 sebagaimana M. Hamdan, Tindak Pidana
diatur dalam Pasal 60 Pencemaran Lingkungan Hidup,
Undang-Undang Nomor 32 Mandar Maju, Bandung, 2000
Tahun 2009 sampai dengan Mohammad Eka Putra, Dasar-dasar
sanksi pidana bila pelaku Hukum Pidana, USU Press,
melakukan praktik dumping Jakarta, 2013
limbah B3 sebagaimana Munadjat Danusaputro, Hukum
diatur dalam Pasal 104 Lingkungan Buku : I Umum,
Undang-Undang Nomor 32 Bina Cipta, Jakarta, 1985
Tahun 2009.
Takdir Rahmadi, Hukum
Lingkungan Indonesia, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2012
Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana
Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah Nomor 101
Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
Alvi Syahrin, Ketentuan Pidana
Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun,
Alvisyahrin.blogspot.co.id
Djabu, Jenis Limbah Berdasarkan
Wujudnya,
http://www.google.com.
Jimly Asshiddiqie, Penegakan
Hukum,
http://www.docudesk.com

Anda mungkin juga menyukai