BAB I
PENDAHULUAN
Dari kedua pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa sengketa adalah prilaku
pertentangan antara dua orang atau lebih yang dapat menimbulkan suatu akibat hukum dan
karenanya dapat diberi sangsi hukum bagi salah satu diantara keduanya
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Simpulan
1. Penyelesaian sengketa Lingkungan Hidup pada UU No 32 Tahun 2009 melengkapi dari
undang-undang sebelumnya,sebagaimana yang tercantum pada Bab XIII UU No 32 Tahun
2009 dikatakan bahwa Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup dapat ditempuh melalui
pengadilan atau diluar pengadilan (pasal 84 ayat 1).
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup diluar pengadilan dilakukan untuk mencapai
kesepakatan mengenai :
a. Bentuk dan besar nya ganti rugi;
b. Tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau peruskan;
c. Tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya pencemaran dan/atau perusakan;
dan/atau
d. Tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
2. Sedangkan penyelesaian sengketa melalui peradilan diatur pada bagian ketiga UU No 32
Tahun 2009 dan terdiri dari :
a. Ganti Kerugian dan Pemulihan Lingkungan
b. Tanggung Jawab Mutlak
c. Hak Gugat Pemerintah dan Pemerintah daerah
d. Hak Gugat Masyarakat
e. Hak gugat Organisasi Lingkungan Hidup
f. Gugatan Administratif
IV.2. Saran
1. Kepada pemerintah sebaiknya menerapkan peraturan yang tertuang dalam UU.No.32 Tahun
2009 dalam hal Penyelesaian Sengketa lingkungan untuk menyelesaikan masalah sengketa
lingkungan. Pemerintah juga harus menegakkan peraturan tersebut dalam menanganinya.
2. Kepada masyarakat harus memanfaatkan hak gugatnya apabila merasa dirugikan oleh
tindakan pihak-pihak yang menimbulkan kerusakan yang berujung pada sengketa lingkungan
3. Kepada pihak yang harus bertanggung jawab terhadap kerusakan atau pencemaran
lingkungan yang berujung pada sengketa lingkungan harus bertanggung jawab sesuai dengan
peraturan yang ada pada UU. No.32 Tahun 2009 tentang Penyelesaian Sengketa baik melalui
pengadilan atau di luar pengadilan.