Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Lingkungan adalah karunia yang di berikan kepada umat yang hidup di bumi oleh
Tuhan yang maha pencipta langit dan bumi. Dalam rangka memajukan dan
mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti yang di
amanatkan dalam undang-undang dasar 1945dan untuk mencapai kebahagiaan hidup
berdasarkan Pancasila. Maka tentunya seiring perkembangan zaman, dari zaman batu
hingga zaman yang berteknologi yang sangat canggih yang pada saat ini. Tentu juga harus
di waspadai yang di karenakan maraknya pendirian suatu pabrik yang mengharuskan
mengikis beberapa lahan hijau, untuk kebijakan nasional yang terbadu dan yang
menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi yang akan datang tentunya.
Maka dari itu sangatlah penting adanya pengelolaan lingkungan hidup yang serasi dan
seimbang guna menunjang terlaksanakannya pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup. Perlu di tegaskan, lingkungan hidup yang terganggu
keseimbangannya perlu di kembalikan fungsinya sebagai kehidupan dan memberi manfaat
bagi kesejahteraan masyarakat dan keadilan anta generasi dengan cara meningkatkan
pembinaan dan penegakan hukum. Dan dalam hal ini, tentu harus di berlakukan adanya
penegakan atau sauatu sangsi yang memang di haruskan untuk tidak melanggar aturan
yang sudah di tetapkan. Maka dari itu adanya hukum lingkungan yang di atur dalam uu no
32 tahun 2009. Karena menjaga lingkungan itu sangtlah di perlukan untuk kehidupan
generasi selanjutnya.

Undang-Undang (UU) No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup yang baru disahkan pada tanggal 3 Oktober 2009 sebagai ganti dari Undang-Undang
sebelumnya yaitu UU No. 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Banyak hal
yang dapat diambil dari adanya UU No. 32/2009 ini, terutama dalam penguatan penegakan
hukum, karena UU No. 23/1997 dalam penegakan hukum kurang mendapat perhatian yang
serius. Penguatan yang terdapat dalam UU No. 32/2009 ini adalah prinsip-prinsip

1
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan pada tata kelola
pemerintahan yang baik dengan penanggulangan dan penegakan hukum yang mewajibkan
pengintegrasian aspek transparansi, partisipasi, akuntabilitas dan keadilan.

Penegakan hukum dan pelaksanaan hukum di Indonesia masih jauh dari sempurna.
Kelemahan utama bukan pada sistem hukum dan produk hukum, tetapi pada penegakan
hukumnya. Harapan masyarakat untuk memperoleh jaminan dan kepastian hukum masih
sangat terbatas. Penegakan hukum dan pelaksanaan hukum belum berjalan sesuai dengan
prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran

UU No. 32/2009 ini memang sudah lebih baik apabila dibandingkan dengan UU
sebelumnya, sehingga dapat dikatakan bahwa UU No. 32/2009 ini sudah tepat dari materi
hukum yang mengatur lingkungan hidup. Akan tetapi, apakah penegakan hukum terhadap
undang-undang ini dapat dilaksanakan dengan baik, sebab selama ini peraturan pemerintah
maupun peraturan pelaksana lainnya belum ada, sehingga akan menimbulkan
ketidaktegasan terhadap pelaku pencemaran dan perusakan lingkungan.

Di sinilah permasalahannya terhadap keberadaan UU No. 32/2009 dari segi penegakannya,


sehingga peringatan bagi pejabat penegak hukum untuk menjalankan kewajibannya
terhadap pelaku pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sesuai dengan aturan yang
telah jelas diatur dalam UU No. 32/2009 ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian penegakan hukum lingkungan
2. Bagaimana penegakan hukum lingkungan pidana
3. Bagaimana penegakan hukum lingkungan perdata
4. Bagaimana penyelesaian sengketa lingkungan hidup menurut UU

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian penegakan hukum lingkungan.
2. Untuk mengetahui penegakan hukum lingkungan perdata .
3. Untuk mengetahui penegakan hukum lingkungan pidana.
4. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa lingkungan hidup menurut UUPLH.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penegakan hukum lingkungan

Penegakan hukum atau law enforcementadalah upaya untuk menegakan norma dan nilai
hukum yang terdapat di belakang norma tersebut. penegakan hukum lingkungan
berkaitan erat dengan kemampuan aparatur dan kepatuhan warga masyarakat terhadap
suatau aturan yang telah berlaku, yang meliputi tiga bidang di dalamnya, yaitu bidang
administratif, pidana, dan perdata. Penegakan hukum lingkungan merupakan upaya untuk
mencapai ketaatan terhadap peraturan dan persyaratan dalam ketentua hukum yang
berlaku secara umum dan individu, melalui pengawasan dan penerapan (atau ancaman)
sarana administrative, kepidanaan dan keperdataan. Siti sundasari rungkuti, menyebutkan
penegakan hukum lingkungan dapat di lakukan dengan prevetif dan refresif, sesuai
dengan sifat dan efektivitasnya. Adapun itu ialah : penegakan hukum yang bersifat
preventif dalam rangka pengendalian dampak lingkungan hidup perlu di laksanakan
dengan mendayagunakan secara maksimal instrument pengawasan perizinan. Dalam hal
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup sudah terjadi , perlu di lakukan upaya
represif berupa penegakan hukum yang efektif, konsekuen, dan konsisten terhadap
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang sudah terjadi. Oleh karenanya perlu di
kembangkan suatu sistem hukum perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang jelas.
Oleh karena itu, dalam kerangka penegakan hukum lingkunga di indonesia mencangkup
penataan dan penindakan preventif dan represif yang mencangkup tiga bidang, yaitu
administrasi, hukum perdata, hukum pidana. dalam hal untuk mengenal lebih jauh
instrument penegak hukum dapat di terapkan sesuai dengan UU No. 32/2009. 1

1. Penegakan hukum lingkungan perdata

1
Sodikin, Penegakan Hukum Lingkungan Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jurnal Ilmiah (2010),Vol 1.

3
Penegakan hukum lingkungan melalui instrument hukum perdata, hukum perdata
yang merupakan hukum privat yang berbeda denga hukum administrasi yang
merupakan hukum publik. Maka hukum pedata adalah huku yang mengatur
hubungan-hubungan dalam keperdataan dan akibat perbuatan atau tindakan perdata
antara seorang dengan orang lainnya atau dengan badan hukum lainnya. Kaitannya
hukum perdata dengan pengelolaan lingkungan hidup, hukum perdata yang
merupakan hukum private yang mengatur hubungan hukum dalam memenuhi
kepentingan perseorangan. Sebagaiman di ketahui suatu pebuatan yang mencemari
atau merusak lingkungan hidup, yang senantiasa mengancam kelestarian fungsi
lingkungan hidup yang perlu di cegah dan di tanggulangi. Dengan terjadinya
pencemaran dan perusakan lingkungan tentu saja ada pihak yang di rugikan akibat
perusakan dan pencemaran, dan dalam hal ini bisa memicu terjadinya sengketa
anatara orang perorangan atau dengan publik. Dalam permasalahan persengketaan
keperdataan dalam lingkungan hidup dapat di tempuh melalui pengadilan maupun
diluar pengadilan. Di jelaskan dalam UU No. 32/2009 yang menyatakan “ketentuan
hukum perdata meliputi penyelesaian sengketa lingkungan hidup di dalam
pengadilan. Penyelesaian sengketa lingkunagn hidup di dalam pengedilan meliputi
gugatan perwakilan kelompok, hak gugat organisasi lingkungan, ataupun hak gugat
pemerintah. Yang di harapkan memberi efek jera dan menimulkan kesadaran tentang
oentingnya lingkungan hidup. Lalu dalam pengelolaan lingkungan hidup tentunya
juga sering terjadi adanya sengketa oleh kedua belah pihak atau lebih, sehingga dalam
hal persengketaan ini, pihak sengketa boleh memilih menyelesaikan dalam peradilan
ataupun di luar pengadilan. Dan maka dari itu penyelesaiaan di luar pengadilan dapat
di tempuh melalui lembaga mediasi sebagai alternatif penyelesaian sengketa.2

2. Penegakan hukum lingkungan pidana


Penegakan hukum pidana lingkungan meliputi beberapa proses, dan setiap proses
akan tetap mengacu kepada ketentuan-ketentuan hukum, baik yang diatur dengan
hukum pidana formil (hukum acara pidana) maupun hukum pidana materiil.

2
Andi Hamzah, penegakan hukum lingkungan, (Jakarta: penerbit sinar grafika,2005), hlm48

4
Penegakan hukum pidana dilakukan sebagai pelaksana norma hukum lingkungan
melalui keputusan peradilan pidana. Keputusan ini didahului oleh penyidik dan
penuntutan oleh jaksa penuntut umum. 3
Dalam melakukan penangkapan dan penahanan, penyidik pejabat pegawai negeri sipil
berkoordinasi dengan penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia. Setelah
pelakunya selesai proses penyidikan, kemudian dibawa ke kejaksaan untuk dilakukan
penuntutan perkara selanjutnya diserahkan ke pengadilan untuk disidangkan. Di
persidangan untuk menentukan bersalah tidaknya pelaku dengan menggunakan alat-
alat bukti yang sah menurut undang- undang. Apabila perbuatan pelaku dapat
dibuktikan kesalahannya sebagai didakwakan oleh penuntut umum maka pengadilan
akan menjatuhkan hukuman pidana yang berupa pidana penjara dan pidana denda.
Sebaliknya jika kesalahan terdakwa tidak dapat dibuktikan, berakibat pengadilan
membebaskan.
Dalam Pasal 6 ayat (1) KUHAP dikenal ada 2 (dua) penyidik tindak pidana yaitu
penyidik Polri dan penyidik Pegawai Negeri Sipil (PNS). Penyidik Polri sebagai
penyidik umum untuk semua tindak pidana, sedangkan penyidik PNS adalah
penyidik khusus tindak pidana di bidang tertentu yang ditentukan oleh undang-
undang. Untuk penyidik tindak pidana di bidang lingkungan hidup, Pasal 94 ayat (1)
UUPPLH menyebutkan, selain penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia,
pejabat sebagai pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang
lingkup tugas dan tanggungjawabnya di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup diberi wewenang sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam
hukum acara pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana lingkungan hidup.
Ada dua penyidik yang berwenang, yaitu penyidik Polri dan Penyidik PNS bertugas
menyidik di bidang lingkungan hidup (penyidik PNSLH).4
Penegakan hukum lingkunagn melalui instrument hukum pidana sebagaimana yang di
tentukan dalam penjelasan umum UU No. 32/2009 yang menyatakan “penegakan
hukum pidana dalam undang-undang ini memperkenalkan ancaman hukuman
minimum di samping maksimum, perluasan alat bukti, pemidanaan bagi pelanggaran

3
Ibid.
4
Jaka kelana , penegakan hukum lingkungan diindonesia, jurnal ilmiah (2017), Vol I

5
baku mutu, keterpaduaan penegakan hukum pidana, dan pengaturan tindak pidana
korporasi. Penegakan hukum pidana lingkungan tetap memperhatikan asas ultimatum
remedium yang mewajibkan penerapan penegakan hukum pidana sebagai upaya
terakhir setelah penerapan penegakan hukum administrasi di anggap tidak berhasil.
Asas ini berlaku bagi tidak pidana formil tertentu, yaitu seperti pemidaan terhadap
pelanggaran baku mutu air limbah, emisi, dan gangguan. Menurut Moeljatno, hukum
pidana merupakan bagian keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara yang
mengadakan dasar-dasar untuk menentukan aturan- aturan tentang perbuatan mana
yang tidak boleh di lakukan dengan di sertai ancaman bagi yang melarangnya,
menentukan kapan dan dalam hal apa larangan itu di langgar dan di kenakan sanksi,
serta menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana dapat di laksanakan
apabila orang itu di duga telah melanggar larangan tersebut. 5 dalam penegakan
hukum lingkunagan melalui instumen hukum pidana yang terdapat asas ultimum
remedium, adanya keraguan dalam asas ini karena mengantisipasi pencemaran dan
perusakan lingkungan tidak mesti hukum pidana dapat di terapkan belakangan apabila
instruen administrasi dan perdata di anggap tidak berhasil dalam mengatasi
pencemaran. Oleh karena itu, penerapan hukum pidana tanpa harus menunggu proses
instrumen hukum yang lain, sehingga instrumen hukum pidana dapat di terapkan
apabila bukti dan unsur adanya tindak pidana lingkungan itu sudah terpenuhi. Aparat
penegak hukum dapat langsung melakukan tindak pidana lingkungan, dan mencari
alat bukti yang menghadirkan tersangka tanpa harus menunggu proses penegakan
hukum melalui instrument hukum lain berhasil atau tidaknnya.6

B. PENYELESAIAN SENGKATA HUKUM LINGKUNGAN MENURUT UU


NOMOR 32 THN 2009

Sengketa lingkungan hidup adalah suatu perselisihan antara dua pihak atau lebih yang
timbul dari kegiatan yang berpotensi atau telah berdampak pada lingkungan hidup hal ini
diatur dalam pasal 1 ayat 25 UU nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan

5
Moeljatno, 1993, asas-asas hukum pidana, (Jakarta, penerbit Rineka cipta), hlm 1
6
Jaka kelana , penegakan hukum lingkungan diindonesia, jurnal ilmiah (2017), Vol 1.

6
pengelolaan lingkungan hidup. Sebagian besar ketentuan-ketentuan penyelesaian
sengketa lingkungan UUPPLH mengadopsi ketentuan-ketentuan dalam UULH 1997.
Peneyelesaian sengketa lingkungan hidup dalam UUPPLH diatur dalam pasal 87 hingga
pasal 93. Menurut UUPPLH penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh
secara sukarela melalui dua pilihan mekanisme, yaitu mekanisme proses pengadilan dan
mekanisme diluar pengadilan. 7
a. diluar pengadilan/ non litigasi
Tujuan diaturnya penyelesaian sengketa di luar pengadilan adalah untuk melindungi hak
keperdataan para pihak yang bersengketa dengan cepat dan efisien. Hal mana mengingat
penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi/dipengadilan cenderung membutuhkan waktu
lama dan biaya yang relatif tidak sedikit. Hal ini disebabkan proses penyelesaian
sengketa lambat, biaya beracara di pengadilan mahal, pengadilan dianggap kurang
responsif dalam penyelesaian perkara, selain itu yakni untuk mencapai kesepakatan
sebagaimana diatur dalam pasal 85 UU nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yaitu berupa ;
a) Bentuk dan besarnya ganti rugi
b) Tindakan pemulihan akibat pencemaran/ kerusakan
c) Tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya pencemaran
atau kerusakan.
Dalam UUPLH diatur juga pendekatan lain, yaitu diberikan kesempatan
menyelesaikan sengketa lingkungan di luar pengadilan, sebagaimana dinyatakan
dalam padal 30 UUPLH yakni: (1) Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat
ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berasaskan pilihan secara
sukarela para pihak yang bersengketa; (2) penyelesaian sengketa di luar pengadilan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku terhadap tindak pidana lingkungan
hidup sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini; (3) apabila telah dipilih upaya
penyelesian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan, gugatan melalui
pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil
oleh salah satu atau para pihak yang bersangkutan.8

7
Elvie Wahyuni, Penyelesaian sengketa lingkungan hidup diluar pengadilan, jurnal ilmiah (2009) hlm.23
8
Ellyke, Sengketa Lingkungan Hidup, jurnal ilmiah (2018), hal. 10.

7
b. Dipengadilan /litigasi
Penyelesaian lingkungan hidup melalui pengadilan bermula dari adanya gugatan dari
pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain yang dianggap penyebab kerugian itu.
UUPPLH menyediakan dua bentuk tuntunan yang dapat diajukan oleh penggugat,
yaitu meminta ganti kerugian dan meminta tergugat untuk melakukan tindakan
tertentu. Agar tergugat dapat dijatuhi hukuman seperti yang dituntut oleh penggugat,
maka harus ditentukan lebih dahulu, bahwa tergugat bertanggung jawab atas kerugian
yang timbul, melalui cara tersebut diharapkan selain akan menimbulkan efek jera
jugaakan meningkatkan kesadaran seluruh pemangku kepentingan tentang betapa
pentingnya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup demi kehidupan generasi
masa kini dan masa depan.9

Penyelesaian sengketa melalui peradilan diatur pada bagian ketiga UU No 32 Tahun


2009 yang terdiri dari :

a) Ganti Kerugian dan Pemulihan Lingkungan


b) Tanggung Jawab Mutlak
c) Hak Gugat Pemerintah dan Pemerintah daerah
d) Hak Gugat Masyarakat
e) Hak gugat Organisasi Lingkungan Hidup
f) Gugatan Administratif10

9
Ibid.
10
Undang-Undang No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penegakan hukum lingkungan adalah suatu aturang yang di buat untuk di lakukan oleh
suatu individu ataupun kelompok guna menjaga ketertiban dan kemaslahatan masyarat.
Dalam penegakan hukum lingkungan sendiri terdapat dua instrument yang sekiranya
dapat mengatur dari ketertiban lingkungan, yaitu
1. Melalui perdata
Yang mana dalam hukum perdata sendiri adalah hukum atau aturan yang bersifat
pribadi atau hukum privat. Yang dimana jika memang terjadi persengektaan yang
terjadi yang menyangkut hukum lingkungan seperti perusakan atau mencemari
lingkungan tentu saja dalam hal ini dapat menyebabkan persengketaan antar individu
atau kelompok. Dan dalam penegakan hukum lingkuan secara perdata ini terdapat dua
jalan penyelesaian persengketaan. Yaitu di dalam perdian dan di luar peradilan. Di
dalam peradilan tentu saja akan melibatkan adanya badan- badan hukum yang akan
mengadili atau menengahi persengketaan tersebut. tentu saja dengan pengajuan
gugatan ke pengadilan menurut hukum acara perdata. Dan penyelesaian di luar
persengketaan di selesaikan dengan lembaga mediasai sebagai alternative
persengketaan.
2. Melalui pidana
Melalui hukum pidana adanya penerapan asas dalam menyelesaikan penegakan
hukum lingkungan tersebut dengan asas ultimum remidium, dalam asas ini di takutkan
untuk mengantisipasi pencemaran dan perusakan lingkungan tidak mesti hukum
pidana dapat di terapkan belakangan apabila instruen administrasi dan perdata di
anggap tidak berhasil dalam mengatasi pencemaran.Oleh karena itu, penerapan
hukum pidana tanpa harus menunggu proses instrumen hukum yang lain, sehingga
instrumen hukum pidana dapat di terapkan apabila bukti dan unsur adanya tindak
pidana lingkungan itu sudah terpenuhi. Sengketa lingkungan hidup adalah suatu
perselisihan antara dua pihak atau lebih yang timbul dari kegiatan yang berpotensi
atau telah berdampak pada lingkungan hidup hal ini diatur dalam pasal 1 ayat 25 UU

9
nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Sebagian besar ketentuan-ketentuan penyelesaian sengketa lingkungan UUPPLH
mengadopsi ketentuan-ketentuan dalam UULH 1997. Peneyelesaian sengketa
lingkungan hidup dalam UUPPLH diatur dalam pasal 87 hingga pasal 93. Menurut
UUPPLH penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh secara sukarela
melalui dua pilihan mekanisme, yaitu mekanisme proses pengadilan dan mekanisme
diluar pengadilan

10
DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Andi Hamzah, penegak hukum lingkungan, (Jakarta: penerbit sinar grafika, 2005)
Moeljatno, asas-asas hukum pidana, (Jakarta, penerbit Rineka cipta, 1993)

Jurnal
Sodikin, Penegakan Hukum Lingkungan Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009,
Undang-Undang No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Jaka kelana , penegakan hukum lingkungan diindonesia, jurnal ilmiah (2017).
Elvie Wahyuni, Penyelesaian sengketa lingkungan hidup diluar pengadilan, jurnal ilmiah
(2009) .
Ellyke, Sengketa Lingkungan Hidup, jurnal ilmiah (2018),

11

Anda mungkin juga menyukai