Disusun oleh:
FAKULTAS HUKUM
MEDAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. i
BAB 1 ......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...............................................................................................1
i
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Pasal 28H ayat 1 UUD 1945 “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.” Setiap orang berhak untuk mendapatkan lingkungan yang
yang baik, maka dari itu perwujudan lingkungan harus diusahakan oleh setiap orang. Usaha
untuk mendapatkan lingkungan tidak berjalan mulus karena terdapat banyak sengketa
lingkungan yang merugikan bagi masyarakat. Sengketa mengenai lingkungan perlu upaya
hukum yang dapat menjamin terbentuknya lingkungan yang sehat bagi masyarakat. Maka dari
itu, perlu upaya penegakan hukum yang dapat mewujudkan tujuan hukum, yaitu kepastian,
keadilan, dan kemanfaatan.
Untuk mewujudkan penegakan hukum, pihak yang bermasalah dapat melakukan upaya
hukum melalui litigasi atau nonlitigasi. Penegakan hukum lingkungan dapat ditempuh melalui
jalur pengadilan yang diajukan oleh masyarakat, pemerintah daerah, bahkan organisasi
lingkungan. Penegakan hukum di luar pengadilan dapat ditempuh dengan cara mediasi atau
arbitrase, apabila tidak berhasil maka ditempuh upaya hukum melalui pengadilan. Dua upaya
penegakan hukum ini tidak hanya tanggung jawab dari aparat penegak hukum dan pemerintah,
akan tetapi terdapat peran masyarakat untuk mewujudkan penegakan hukum tersebut.
Peran masyarakat dalam penegakan hukum lingkungan dan dalam pengelolaan lingkungan
hidup telah diatur dalam Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH), yang menyatakan bahwa setiap orang mempunyai
hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku. Hak ini dikaitkan pula dengan kewajiban memelihara
kelestarian fungsi lingkungan, yang diatur dalam Pasal 6 ayat (1) UUPLH, yaitu bahwa setiap
orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan
menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Pengertian orang di sini adalah
orang perseorangan, dan/atau kelompok orang, dan/atau badan hukum. Termasuk dalam
kelompok orang atau badan hukum adalah organisasi lingkungan hidup. Dengan demikian
organisasi lingkungan hidup juga mempunyai hak untuk berperan serta dalam mewujudkan
kelestarian fungsi lingkungan, karena Pasal 7 ayat (1) UUPLH juga mengatur bahwa
masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam
1
pengelolaan lingkungan hidup. Peran serta tersebut juga didasarkan pada hak setiap orang atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) UUPLH.
Di samping usaha dari masyarakat, perlu juga upaya dari organisasi lingkungan untuk
menyelesaian sengketa lingkungan. Hak gugat lingkungan oleh organisasi lingkungan diatur
dalam Pasal 92 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, yaitu gugatan legal standing. Organisasi lingkungan hidup dapat mengajukan gugatan
lingkungan hidup untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Pengajuan gugatan
lingkungan hidup harus memenuhi persyaratan, yakni berbadan hukum, anggaran dasar
menjelaskan upaya organisasi lingkungan hidup untuk pelestarian fungsi lingkungan hidup,
dan telah melaksanakan kegiatan nyata anggaran dasar paling singkat dua tahun. Hak gugatan
organisasi lingkungan dalam Putusan Nomor 19/ PDT.G.LH/ 2017/ PN Dumai sempat menjadi
eksepsi dalam putusan tersebut. Maka dari itu, perlu penjelasan yang tepat mengenai hak gugat
organisasi lingkungan dan bagaimana awal hak gugat lingkungan ini terealisasi.
Tinjauan yuridis pada putusan tersebut dapat memberikan pemahaman yang lebih
mendalam mengenai hak gugat organisasi lingkungan hidup dalam konteks hukum
lingkungan hidup yang berlaku di Indonesia. Hal ini akan memperkaya pemahaman
2
masyarakat dan para praktisi hukum mengenai hak dan kewajiban yang terkait dengan
lingkungan hidup.
Penelitian ini dapat menjadi acuan dan referensi bagi penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan hak gugat organisasi lingkungan hidup di Indonesia. Hal ini dapat
memperkaya pengetahuan dan pemahaman mengenai masalah lingkungan hidup dan
memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
hukum di Indonesia.
3
2. Sumber data
Dalam penelitian hukum normatif, data yang digunakan berupa data sekunder, yang
terdiri atas:
a. Bahan hukum primer: