Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL PENELITIAN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAK GUGAT ORGANISASI LINGKUNGAN


HIDUP PADA PUTUSAN NOMOR 19/ PDT.G.LH/ 2017/ PN DUMAI
BERDASARKAN UU NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Disusun oleh:

Friendly Bonatua Silitonga 200200643


Khusi Muhammad Husein 200200646
Muhammad Sigit Suseno 200200647
Firman Deak Novelmen Silalahi 200200648
Atqiya Annazfi Lubis 200200649
Venny Fransiska Nababan 200200651

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. i

BAB 1 ......................................................................................................................1

PENDAHULUAN ...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang .....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................2

1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................2

1.5 Metode Penelitian ................................................................................3

i
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Pasal 28H ayat 1 UUD 1945 “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.” Setiap orang berhak untuk mendapatkan lingkungan yang
yang baik, maka dari itu perwujudan lingkungan harus diusahakan oleh setiap orang. Usaha
untuk mendapatkan lingkungan tidak berjalan mulus karena terdapat banyak sengketa
lingkungan yang merugikan bagi masyarakat. Sengketa mengenai lingkungan perlu upaya
hukum yang dapat menjamin terbentuknya lingkungan yang sehat bagi masyarakat. Maka dari
itu, perlu upaya penegakan hukum yang dapat mewujudkan tujuan hukum, yaitu kepastian,
keadilan, dan kemanfaatan.

Untuk mewujudkan penegakan hukum, pihak yang bermasalah dapat melakukan upaya
hukum melalui litigasi atau nonlitigasi. Penegakan hukum lingkungan dapat ditempuh melalui
jalur pengadilan yang diajukan oleh masyarakat, pemerintah daerah, bahkan organisasi
lingkungan. Penegakan hukum di luar pengadilan dapat ditempuh dengan cara mediasi atau
arbitrase, apabila tidak berhasil maka ditempuh upaya hukum melalui pengadilan. Dua upaya
penegakan hukum ini tidak hanya tanggung jawab dari aparat penegak hukum dan pemerintah,
akan tetapi terdapat peran masyarakat untuk mewujudkan penegakan hukum tersebut.

Peran masyarakat dalam penegakan hukum lingkungan dan dalam pengelolaan lingkungan
hidup telah diatur dalam Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH), yang menyatakan bahwa setiap orang mempunyai
hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku. Hak ini dikaitkan pula dengan kewajiban memelihara
kelestarian fungsi lingkungan, yang diatur dalam Pasal 6 ayat (1) UUPLH, yaitu bahwa setiap
orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan
menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Pengertian orang di sini adalah
orang perseorangan, dan/atau kelompok orang, dan/atau badan hukum. Termasuk dalam
kelompok orang atau badan hukum adalah organisasi lingkungan hidup. Dengan demikian
organisasi lingkungan hidup juga mempunyai hak untuk berperan serta dalam mewujudkan
kelestarian fungsi lingkungan, karena Pasal 7 ayat (1) UUPLH juga mengatur bahwa
masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam

1
pengelolaan lingkungan hidup. Peran serta tersebut juga didasarkan pada hak setiap orang atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (1) UUPLH.

Di samping usaha dari masyarakat, perlu juga upaya dari organisasi lingkungan untuk
menyelesaian sengketa lingkungan. Hak gugat lingkungan oleh organisasi lingkungan diatur
dalam Pasal 92 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, yaitu gugatan legal standing. Organisasi lingkungan hidup dapat mengajukan gugatan
lingkungan hidup untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Pengajuan gugatan
lingkungan hidup harus memenuhi persyaratan, yakni berbadan hukum, anggaran dasar
menjelaskan upaya organisasi lingkungan hidup untuk pelestarian fungsi lingkungan hidup,
dan telah melaksanakan kegiatan nyata anggaran dasar paling singkat dua tahun. Hak gugatan
organisasi lingkungan dalam Putusan Nomor 19/ PDT.G.LH/ 2017/ PN Dumai sempat menjadi
eksepsi dalam putusan tersebut. Maka dari itu, perlu penjelasan yang tepat mengenai hak gugat
organisasi lingkungan dan bagaimana awal hak gugat lingkungan ini terealisasi.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana perbedaan hak gugat lingkungan hidup pada UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup?
b. Bagaimana pengaturan hak gugat organisasi lingkungan hidup pada UU No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup?
c. Bagaimana hak gugat organisasi lingkungan hidup oleh Yayasan Wahana Sinergi
Nusantara dalam Putusan Nomor 19/ PDT.G.LH/ 2017/ PN Dumai?

1.3 Tujuan Penelitian


a. Mendapatkan informasi mengenai hak gugat organisasi lingkungan hidup pada UU No.
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
b. Menganalisis bagaimana hak gugat organisasi lingkungan hidup oleh Yayasan Wahana
Sinergi Nusantara dalam Putusan Nomor 19/ Pdt.G.LH/ 2017/ PN Dumai
c. Untuk mengetahui perbedaan hak gugat lingkungan hidup pada UU No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

1.4 Manfaat Penelitian


a. Memperkaya pemahaman hukum lingkungan hidup

Tinjauan yuridis pada putusan tersebut dapat memberikan pemahaman yang lebih
mendalam mengenai hak gugat organisasi lingkungan hidup dalam konteks hukum
lingkungan hidup yang berlaku di Indonesia. Hal ini akan memperkaya pemahaman

2
masyarakat dan para praktisi hukum mengenai hak dan kewajiban yang terkait dengan
lingkungan hidup.

b. Mendorong perlindungan lingkungan hidup yang lebih efektif

Melalui penelitian ini, dapat ditemukan faktor-faktor apa yang mempengaruhi


keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi lingkungan hidup dalam memperjuangkan
hak gugatnya. Penelitian ini dapat memberikan rekomendasi dan solusi untuk
meningkatkan efektivitas perlindungan lingkungan hidup di masa depan, terutama
dalam hal perlindungan hak organisasi lingkungan hidup.

c. Memberikan dasar hukum bagi organisasi lingkungan hidup

Tinjauan yuridis terhadap Putusan Nomor 19/PDT.G.LH/2017/PN Dumai dapat


memberikan dasar hukum bagi organisasi lingkungan hidup untuk memperjuangkan hak
gugatnya di pengadilan. Penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang jelas
mengenai prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh organisasi lingkungan
hidup dalam mengajukan gugatan di pengadilan.

d. Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi acuan dan referensi bagi penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan hak gugat organisasi lingkungan hidup di Indonesia. Hal ini dapat
memperkaya pengetahuan dan pemahaman mengenai masalah lingkungan hidup dan
memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
hukum di Indonesia.

1.5 Metode Penelitian


1. Jenis penelitian
Jenis penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan
yuridis normatif atau penelitian hukum doctrinal, yaitu suatu penelitian hukum yang
mempergunakan sumber data sekunder dengan menggunakan studi kasus normatif
berupa produk perilaku hukum. Pokok kajiannya dititik beratkan pada segi-segi yuridis
mengenai aturan-aturan hukum sebagai norma atau kaidah yang belaku dalam
masyarakat yang diberlakukan pejabat negara politis kepada konstituen di daerah
pemilihannya.

3
2. Sumber data
Dalam penelitian hukum normatif, data yang digunakan berupa data sekunder, yang
terdiri atas:
a. Bahan hukum primer:

Undang-Undang Nomot 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup pada Pasal 92 menurut buku Keputusan Ketua Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor: 36/KMA/SK/II/2013 tentang Pemberlakuan
Pedoman Penanganan Perkara Lingkungan Hidup sedangkan dalam gugatan
perwakilan kelompok (Class Action) diatur dalam pasal 91 Undang-Undang Nomor
32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Hukum Acaranya sampai saat ini masih mengacu kepada Peraturan Mahkamah
Agung (PERMA) Nomor:1 tahun 2002 tentang Gugatan Perwakilan Kelompok.

b. Bahan hukum sekunder terdiri dari fakta hukum, prinsip-prinsip hukum


ketatanegaraan dan pendapat hukum para ahli hukum tata negara melalui putusan
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Dumai.

Anda mungkin juga menyukai