FAKULTAS HUKUM
MAKALAH
Terhadap Gubernur Sumatera Utara atas Pemberian Izin Lingkungan untuk PT.
Lingkungan
Oleh :
RAKHA GURAND
16/397715/HK/21037
YOGYAKARTA
2019
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
bermula karena adanya proses perizinan yang salah dan melanggar peraturan
hukum yang berlaku secara umum dan individual, melalui pengawasan dan penerapan
sanksi administrasi, perdata, dan pidana.1 Penegakan hukum lingkungan dalam rangka
pengendalian pencemaran lingkungan ini kemudian dapat dibedakan dalam tiga aspek:
(i) penegakan hukum lingkungan administratif oleh aparatur pemerintah; (ii) penegakan
hukum lingkungan kepidanaan yang dilakukan melalui prosedur yuridis peradilan; dan
gugatan yang dapat dilakukan oleh organisasi lingkungan hidup, yaitu hak gugat
action) dan kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Secara umum hak gugat
1
Fajar Winarni, 2008, Penggunaan Legal Standing Organisasi Lingkungan Hidup Dalam Rangka
Penegakan Hukum Lingkungan, MIMBAR HUKUM, Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, Vol. 20, No. 1,
Februari 2008, hlm. 151.
2
Joseph M. Schilling and James B. Hare, Code Enforcement: A Comprehensive Approach, Solano Press
Books, Point Arena, California, 1995, hlm. 32. Lihat juga Suparto Wijoyo, Wilda Prihatiningtyas, 2016,
Problematika Penegakan Hukum Lingkungan di Indonesia, Airlangga Development Journal, Universitas
Airlangga, Surabaya, hlm. 3.
organisasi lingkungan hidup (legal standing) ini merupakan mekanisme pengajuan
gugatan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) sebagai akibat pelanggaran atau
adanya perbuatan melawan hukum yang dilakukan terhadap lingkungan hidup. Hal ini
menunjukkan bahwa obyek-obyek alam diberikan hak hukum (legal rights) dan diakui
oleh hukum meskipun sebagai obyek yang inanimatif. Secara lebih lanjut, mekanisme
hak gugat organisasi lingkungan ini dapat dimaknai sebagai pendekatan perwalian
fungsinya.
Jatim, Dirut Perum Perhutani, dan Bupati Mojokerto (2003); 3) WALHI v. Presiden RI
pembuktian dan perangkat pemulihan yang belum memadai menjadikan mekanisme ini
sulit dijalankan.
dimaksudkan kepada gugatan aktual kini juga merambah kepada gugatan yang
potensial.3 Dimana gugatan potensial ini terkait dengan upaya penyelesaian sengketa
dampak buruk bagi fungsi lingkungan dapat diajukan pembatalannya dengan gugatan
3
Gugatan potensial adalah gugatan yang diajukan ke pengadilan dimana dasar gugatan adalah suatu
dampak yang belum terjadi atau dengan kata lain gugatan ini didasarkan pada dampak yang akan
dihasilkan terhadap lingkungan hidup.
melalui pengadilan tata usaha negara dengan mendasarkan pada alasan-alasan
pembatalan yang diatur dalam Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara itu
sendiri.
Berdasarkan apa yang penulis paparkan di atas, maka dalam tulisan ini penulis
organisasi lingkungan hidup terhadap izin lingkungan yang diterbitkan oleh pemerintah.
Sebagai fokus penulisan, penulis menggunakan studi kasus pemberian izin lingkungan
oleh Gubernur Sumatera Utara kepada PT. North Sumatera Hydro Energy (NSHE) yang
1.2.Rumusan Masalah
perlu mendapatkan pengkajian terkait dengan hak gugat organisasi lingkungan hidup
Indonesia mengatur konsep hak gugat (legal standing) organisasi lingkungan hidup?
lingkungan?
1.3.Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan daripada penulisan
1.4.Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini dilakukan dengan harapan akan memberikan manfaat sebagai
berikut:
PEMBAHASAN
UUD NRI 1945 secara tegas menjamin bahwa lingkungan hidup yang bersih dan
sehat merupakan hak asasi seluruh rakyat Indonesia. Ketentuan tersebut tertuang dalam
Pasal 28H UUD NRI 1945 yang menyatakan “Setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Hak atas lingkungan itulah yang
lingkungan hidup, salah satunya hak gugat organisasi lingkungan hidup (legal
standing).
Hak gugat organisasi lingkungan hidup merupakan salah satu bagian dari hukum
standing (standing law) yang banyak berkembang dibelahan dunia, terutama di negara-
negara penganut common law system. Kecakapan organisasi lingkungan hidup dimuka
pengadilan didasarkan pada suatu asumsi bahwa organisasi lingkungan hidup sebagai
wali (guardian) dari lingkungan. Pendapat ini berangkat dari teori yang dikemukakan
oleh Prof. Christopher D. Stone dalam artikelnya yang berjudul: “Should Trees Have
obyek alam memiliki hak hukum (legal right) dan sangatlah tidak bijaksana jika
4
Dokumentasi Lembaga Studi & Advokasi Masyarakat (ELSAM), Legal Standing (Hak Gugat
Organisasi Lingkungan), http://referensi.elsam.or.id/2014/09/legal-standing-hak-gugat-organisasi-
lingkungan/, diakses pada 1 Maret 2019.
Pada prinsipnya istilah standing dapat diartikan secara luas yaitu hak orang
standing, Stangding tu Sue, Ius Standi, Locus Standi dapat diartikan sebagai hak
lingkungan hidup ini setidaknya didasarkan pada dua faktor yakni: (i) Faktor
kepentingan masyarakat luas; (ii) Faktor penguasaan sumber daya alam oleh negara.7
Pasal 38 ayat (1) UUPLH memberikan dasar hukum terhadap hak gugat yang dilakukan
oleh organisasi lingkungan hidup tersebut, bahwa dalam rangka pengelolaan lingkungan
hidup sesuai dengan pola kemitraan, organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan
gugatan tersebut terbatas pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu tanpa adanya
tuntutan ganti kerugian, kecuali biaya atau pengeluaran riil, yaitu biaya yang nyata-
5
M. Achmad Santosa, Topic 7, Civil Leability for Environment Demage Indonesia, disampaikan pada
Pelatihan Hukum Lingkungan dan Penegakan Hukum Lingkungan di Indonesia, antara Indonesia –
Australia, Desember 1999 - September 2000.
6
Triwanto, 2009, Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Menurut Menurut Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009, Wacana Hukum, Vol. VIII, No. 1, April 2019, hlm. 99.
7
Ibid.
8
Fajar Winarni, Op.cit. hlm.155
Hak gugat organisasi lingkungan sebagaimana yang tertuang di dalam Pasal 92
ayat (1) UUPPLH ini dibatasi dengan syarat-syarat tertentu, sehingga tidak semua
organisasi lingkungan hidup dapat tampil sebagai standing bilamana syarat tersebut
tidak dipenuhi. Pasal 92 ayat (3) UUPPLH memberikan kriteria yang harus dipenuhi
oleh organisasi lingkungan hidup, dimana kriteria yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
administrasi, hukum perdata, dan hukum pidana. Penyelesaian sengketa tersebut tidak
9
Francisca Romana Harjiyatni dan Sunarya Raharja, 2014, Fungsi Peradilan Tata Usaha Negara dalam
Menyelesaikan Sengketa Lingkungan (Studi Gugatan Organisasi Lingkungan Hidup), MIMBAR
HUKUM, Fakultas Hukum UGM, Vol. 26, No. 2, hlm. 263
sengketa lingkungan hidup baik perbuatan hukum administrasi, perbuatan hukum
agar pencemaran dan kerusakan lingkungan dapat di hentikan, ganti kerugian dapat
administrasi.
Usaha Negara (PTUN) karena kepentingannya (atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat) dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara di bidang lingkungan
Negara dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dirubah
Dengan adanya gugatan ke PTUN maka timbul yang namanya sengketa Tata
Usaha Negara, yaitu sengketa yang timbul di bidang Tata Usaha Negara antara orang
atau badan hukum perdata dengan Badan Hukum atau Pejabat Tata Usaha Negara,
Subjek dalam sengketa Tata Usaha Negara dimana sebagai pihak penggugat
adalah orang atau badan hukum perdata yang merasa dirugikan atas dikeluarkannya
10
Imron Supomo, 2018, Penyelesaian Sengketa Lingkungan Melalui PengadilanTata Usaha Negara,
Makalah Program Studi Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, hlm.6-7.
11
Ibid¸hlm. 7-8.
12
Ibid, hlm. 8-9.
keputusan Tata Usaha Negara. Sedangkan pihak tergugat adalah Badan Hukum atau
Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan putusan Tata Usaha Negara (biasanya
berupa keputusan tentang perijinan). Dimana tuntutan pokok dalam sengketa Tata
Usaha Negara adalah tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan itu
analisis dan penafsiran dilakukan dengan mendasarkan diri pada asas-asas umum
pemerintahan yang baik yang dituangkan dalam ketentuan Pasal 10 ayat (1) UU No. 30
13
Ibid, hlm.9.
14
Ibid.
15
Eny Kusdarini, 2018, Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik pada Produk Hukum Perizinan
Investasi Pemerintah Daerah, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, No.4, Vol. 24, hlm. 672.
Asas-asas umum pemerintahan yang baik ini diperlukan dalam perumusan
daerah di bidang perizinan lingkungan itu tidak dilakukan dengan hati-hati dan
bijaksana sesuai dengan AAUPB, maka akan dapat merugikan bagi masyarakat yang
terkena dampak akibat pemberian izin usaha yang tidak dilakukan dengan bijaksana dan
mengindahkan asas kehatihatian serta asas-asas umum pemerintahan yang baik lainnya.
yang baik, mengingat bahwa perizinan merupakan instrumen penting bagi pemerintah
daerah.
instrumen yang biasa dipakai dalam bidang hukum administrasi, yang dimaksudkan
untuk mempengaruhi para warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkan guna
mencapai tujuan konkret.17 Mengutip pendapat Ten Berge, Tatiek Sri Djatmiati
16
Henk Addink, Gordon Anthony, Antoine Buyse & Cees Flinterman, et.al, Sourcebook HUMAN RIGHT
GOOD GOVERNANCE, SIM Special.
17
Tatiek Sri Djatmiati, Prinsip Usaha Industri Di Indonesia, Program Pascasarjana Universitas
Airlangga, Surabaya, 2004, hlm. 1.
18
Ibid.
c. keinginan untuk melindungi obyek-obyek tertentu (izin tebang, izin
persyaratan tertentu”.
Philipus M Hadjon yakni: (1) Berbasis kedaulatan rakyat, artinya terdapat ruang bagi
rakyat untuk berpatisipasi dalam pengambilan keputusan dan dalam kebijakan publik
(2) pembentukan kelembagaan yang sesuai dengan kebutuhan, potensi dan karkater
sosial ekonomi serta budaya rakyat (3) perimbangan kekuasaan dalam hubungan antar
lembaga sehingga dapat terjadi check and balances (4) pembagian kewenangan yang
jelas diantara bidang-bidang pemerintahan sesuai dengan tugas dan fungsinya yang
memiliki sinergi satu sama lain (5) fungsi manajemen pemerintahan yang berdasarkan
pada rasionalitas, objektivitas, efisiensi dan transparansi (6) lembaga legislatif yang
penyelenggaraan pemerintahan (8) prinsip-prinsip penetapan visi, misi dan tujuan yang
jelas dalam menetapkan strategi kebijakan yang responsif sesuai kebutuhan rakyat.19
Dalam hal perizinan lingkungan yang diterbitkan oleh pejabat Tata Usaha
Negara, izin lingkungan berfungsi selaku ujung tombak instrumen hukum sebagai
pengarah, perekayasa, dan perancang pelaku usaha dan/atau kegiatan untuk mencapai
19
Sudardi, Konsep dan Materi Dari Segi Hukum Tata Negara Untuk Naskah Akademik RUU tentang
Administrasi Pemerintahan, Semiloka I kajian Reformasi Hukum Administrasi Pemerintahan,
Kementrian PAN, 27-28 April 2004.
tujuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan untuk menanggulangi
masalah lingkungan disebabkan aktivitas manusia yang melekat dengan dasar izin dan
juga dapat berfungsi sebagai sarana yuridis untuk mencegah serta menanggulangi
melalui perangkat hukum administrasi merupakan bagian dari penegakan hukum non
penal. Tujuan dari penegakan hukum lingkungan ini guna melakukan penataan
(compliance) dan perlindungan daya dukung ekosistem serta fungsi lingkungan hidup.
upaya penegakan hukum guna mencegah terjadinya pencemaran lingkungan hidup. Dan
secara represif, yaitu penegakan hukum dengan tindakan hukum kepada siapa yang
Dalam kaitannya dengan kasus pemberian izin lingkungan oleh Gubernur Sumatera
Utara kepada PT. North Sumatera Hydro Energy (NSHE) yang digugat oleh Wahana
Negara yang perlu dikaji terlebih dahulu adalah perizinan tersebut telah sesuai dengan
tertentu yang sebenarnya dilarang.22 Sedangkan yang pokok dari izin dalam arti sempit
(izin) ialah bahwa suatu tindakan dilarang, terkecuali diperkenankan, dengan tujuan
20
Dahlia Kusuma Dewi, Alvi Syahrin, et.al, Izin Lingkungan dalam Kaitannya Dengan Penegakan
Administrasi Lingkungan dan Pidana Lingkungan berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH), USU Law Journal, Vol. II, No.1
hlm. 127.
21
Syahrul Machmud, Penegakan Sanksi Lingkungan Indonesia, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2012, hlm. 163.
22
NM Spelt, dan JBJM Ten Berge, 1993, Pengantar Sanksi Perizinan, disunting oleh Philipus M.Hadjon,
Yuridika, Surabaya, hal.2.
agar dalam ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan perkenaan dapat dengan
teliti diberikan batas-batas tertentu bagi tiap-tiap kasus. Jadi persoalannya bukanlah
untuk hanya memberi perkenan dalam keadaan-keadaan khusus, tetapi agar tindakan-
bahwa dengan izin dibentuk suatu hubungan hukum tertentu. Dalam hubungan ini oleh
tertentu yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh pihak yang memperoleh izin.
Penolakan izin hanya dilakukan jika kriteria yang ditetapkan oleh penguasa tidak
dipenuhi atau bila karena suatu alasan tertentu tidak mungkin memberikan izin kepada
semua orang.24
proses penerbitan suatu keputusan tata usaha negara yang berdampak penting terhadap
lingkungan. Gugatan administratif tersebut juga diajukan terkait dengan keputusan tata
usaha negara yang salah satunya mengenai badan atau pejabat tata usaha negara yang
menerbitkan izin usaha dan/atau kegiatan yang tidak dilengkapi dengan izin lingkungan.
Gugatan tata usaha negara disamping sebagai sarana untuk menekan pejabat tata usaha
negara agar mematuhi prosedural, juga sebagai sarana perlindungan hukum bagi
23
Dahlia Kusuma Dewi, Alvi Syahrin, et.al, Op.Cit, hlm.128.
24
NM Spelt, dan JBJM Ten Berge,Op.Cit., hlm.3
25
Philippus M. Hadjon, 1988, Perlindungan Sanksi Bagi Rakyat Indonesia, PT. Bina Ilmu, Surabaya,
hlm. 5.
kepentingan orang banyak atau masyarakat (algemeen belang). Pada Pasal 93 ayat (1)
a. Badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan kepada usaha
dan/atau kegiatan yang wajib amdal tetapi tidak dilengkapi dengan dokumen
amdal;
b. Badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan kepada
kegiatan yang wajib UKL-UPL, tetapi tidak dilengkapi dengan dokumen UKL-
UPL; dan/atau
c. Badan atau pejabat tata usaha negara yang menerbitkan izin usaha dan/atau
Adapun tata cara pengajuan gugatan terhadap keputusan Tata Usaha Negara
26
Pasal 93 ayat (2) UUPPLH