Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Perkembangan Pengaturan Anti-SLAPP di bidang lingkungan hidup menurut Hukum


Indonesia

DOSEN PENGAMPU : Dr. Irawan Harahap, S.H., S.E., M.kn.

Hukum Lingkungan

Astrid Glorya

2174201227

ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LANCANG KUNING

2023

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat, karunia, serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini berjudul "Perkembangan
Peraturan Anti-SLAPP di Bidang Lingkungan Hidup Menurut Hukum Indonesia".
Tema yang diangkat dalam makalah ini sangat penting, terutama dalam rangka
menjaga lingkungan hidup yang sehat dan lestari di Indonesia.

Makalah ini akan membahas tentang perkembangan peraturan Anti-


SLAPP (Strategic Lawsuit Against Public Participation) yang diadopsi oleh
Indonesia dalam bidang lingkungan hidup. Selain itu, makalah ini juga akan
membahas tentang upaya-upaya hukum yang dapat dilakukan dalam rangka
mengatasi tuntutan hukum yang dilakukan oleh pihak yang berkepentingan
terhadap masyarakat yang berpartisipasi dalam upaya pelestarian lingkungan
hidup.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca yang tertarik dengan isu lingkungan hidup dan hukum di Indonesia.

Hormat saya,

Astrid Glorya

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................4
A. Tinjauan Teoritis mengenai SLAPP dan Anti-SLAPP....................................4
B. Perkembangan Pengaturan Anti-SLAPP dalam Bidang Lingkungan Hidup di
Indonesia.......................................................................................................... 5
C. Strategi dan Rekomendasi untuk Pengaturan Anti-SLAPP yang Efektif.......7
BAB III PENUTUP..............................................................................................10
A. Kesimpulan..............................................................................................10
B. Saran.......................................................................................................10
DAFTAR ISI........................................................................................................12

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan kekayaan sumber daya
alam yang melimpah, dihadapkan pada tantangan untuk menjaga keseimbangan
antara pembangunan dan pelestarian lingkungan hidup1. Dalam beberapa tahun
terakhir, isu lingkungan hidup semakin mendapatkan perhatian yang signifikan,
dan peran pejuang lingkungan hidup menjadi semakin penting dalam menjaga
kelestarian sumber daya alam dan keadilan lingkungan2. Namun, pejuang
lingkungan hidup sering kali menghadapi berbagai tantangan dan ancaman,
salah satunya adalah fenomena SLAPP (Strategic Lawsuit Against Public
Participation)3.

SLAPP merupakan taktik hukum yang digunakan oleh pihak-pihak


tertentu, seperti perusahaan atau individu, untuk menggugat aktivis lingkungan
dengan tujuan menghentikan atau menghambat partisipasi publik dalam
perjuangan lingkungan4. Fenomena ini telah menjadi perhatian global, termasuk
di Indonesia, di mana kasus-kasus SLAPP terhadap pejuang lingkungan hidup
telah terjadi5. Oleh karena itu, perlunya pengaturan hukum yang efektif untuk
melindungi pejuang lingkungan hidup dari praktik SLAPP menjadi sangat penting.

Salah satu upaya hukum yang telah diambil oleh Indonesia untuk
melindungi pejuang lingkungan hidup adalah melalui UU No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. UU ini mencakup
beberapa ketentuan yang berhubungan dengan perlindungan pejuang

1
Santosa, M. A., & Quina, M. (2014). Gerakan Pembaruan Hukum Lingkungan Indonesia dan Perwujudan Tata
Kelola Lingkungan yang Baik dalam Negara Demokrasi. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, 1(1), 23-54. Hal
27
2
Hernanda, D. A., & Rusdiana, E. (2021). Problematika Hukum Pejuang Lingkungan Hidup Dalam Pasal 66
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. NOVUM:
JURNAL HUKUM, 8(4), 1-10. Hal 7
3
Sembiring, R. (2014). Kriminalisasi atas Partisipasi Masyarakat: Menyisir Kemungkinan terjadinya SLAPP
terhadap Aktivis Lingkungan Hidup Sumatera Selatan. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, 1(1), 207-218. Hal
207
4
Handayani, M. M., Achmadi, J. C., & Apsari, P. K. (2021). Berbagai Wajah Fenomena SLAPP di
Indonesia. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, 8(1), 152-192. Hal 177
5
Sembiring, R. (2017). Menyoal Pengaturan Anti Eco-SLAPP Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009. Jurnal Hukum lingkungan indonesia, 3(2), 1-18. Hal 10
2

lingkungan hidup, termasuk ketentuan anti-SLAPP6. Meskipun demikian,


pengaturan anti-SLAPP dalam UU ini masih memiliki beberapa kelemahan dan
belum sepenuhnya efektif dalam melindungi pejuang lingkungan hidup7.

Beberapa peneliti telah mengkaji masalah ini dan menemukan bahwa


terdapat berbagai hambatan dalam penerapan pengaturan anti-SLAPP di
Indonesia, seperti budaya hukum hakim dalam penyelesaian perkara lingkungan
hidup8, kriminalisasi atas partisipasi masyarakat dalam isu lingkungan hidup 9,
dan permasalahan dalam pengaturan anti eco-SLAPP dalam konflik
pertambangan . Selain itu, mekanisme perlindungan yang diberikan oleh UU ini
10

juga dianggap belum cukup untuk melindungi pejuang lingkungan hidup secara
menyeluruh11.

Beberapa peneliti juga menyarankan agar pengaturan anti-SLAPP di


Indonesia direformulasi untuk mengatasi berbagai hambatan yang ada. Salah
satu usulan yang muncul adalah memperkuat peran amicus curiae dalam
penegakan hukum pidana lingkungan hidup12. Amicus curiae merupakan pihak
ketiga yang dapat memberikan informasi atau pandangan kepada pengadilan
dalam suatu kasus, termasuk kasus lingkungan hidup, untuk membantu
pengadilan dalam mengambil keputusan yang adil dan tepat.

Selain itu, peningkatan peran serta masyarakat dalam proses


pengambilan keputusan terkait lingkungan hidup juga dianggap penting untuk
mewujudkan tata kelola lingkungan yang baik dalam negara demokrasi13. Hal ini
6
Aji, A. B. W., Wiyatno, P., Arifin, R., & Kamal, U. (2020). Social Justice on Environmental Law Enforcement in
Indonesia: The Contemporary and Controversial Cases. The Indonesian Journal of International Clinical Legal
Education, 2(1), 57-72. Hal 62
7
Sembiring, R. (2017). Menyoal Pengaturan Anti Eco-SLAPP Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009. Jurnal Hukum lingkungan indonesia, 3(2), 1-18. Hal 4
8
Rochmani, R., & Faozi, S. (2017). Budaya Hukum Hakim dalam Penyelesaian Perkara Lingkungan Hidup di
Pengadilan. Dinamika Hukum, 18(1), 60-73. Hal 60
9
Sembiring, R. (2014). Kriminalisasi atas Partisipasi Masyarakat: Menyisir Kemungkinan terjadinya SLAPP
terhadap Aktivis Lingkungan Hidup Sumatera Selatan. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, 1(1), 207-218. Hal
207
10
Azuri, M. V., Tavares, M. A., & Sandyawan, S. D. (2021). Reformulasi Pengaturan Anti Eco-SLAPP dalam
Konflik Pertambangan. Jurnal Legislatif, 28-47. Hal 28
11
Aulia, N. Z., Zafira, A., & Margarettha, R. (2021). Anti-SLAPP: Meninjau Kembali Mekanisme Perlindungan
Pejuang Lingkungan Hidup. Jurnal Legislatif, 1-15. Hal 3
12
Nabila, I. A., Rusmiati, E., & Imamulhadi, I. (2021). Amicus Curiae Sebagai Bentuk Peran Serta Lembaga
Swadaya Masyarakat Dalam Penegakan Hukum Pidana Lingkungan Hidup. Widya Yuridika: Jurnal
Hukum, 4(2). Hal 326
13
Santosa, M. A., & Quina, M. (2014). Gerakan Pembaruan Hukum Lingkungan Indonesia dan Perwujudan
Tata Kelola Lingkungan yang Baik dalam Negara Demokrasi. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, 1(1), 23-54.
Hal 25
3

sejalan dengan prinsip keadilan lingkungan yang menekankan pentingnya peran


masyarakat dalam pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup 14. Maka dari
itu, topik penelitian ini adalah "Perkembangan pengaturan Anti SLAPP di bidang
Lingkungan hidup menurut hukum Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana perkembangan pengaturan Anti-SLAPP dalam bidang lingkungan
hidup di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian
Mengetahui dan menganalisis perkembangan pengaturan Anti-SLAPP dalam
bidang lingkungan hidup menurut hukum Indonesia.

14
Hernanda, D. A., & Rusdiana, E. (2021). Problematika Hukum Pejuang Lingkungan Hidup Dalam Pasal 66
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. NOVUM:
JURNAL HUKUM, 8(4), 51-60. Hal 7
4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teoritis mengenai SLAPP dan Anti-SLAPP

Pengertian SLAPP dan Anti-SLAPP SLAPP (Strategic Lawsuit Against


Public Participation) adalah taktik yang digunakan oleh pihak-pihak tertentu,
seperti perusahaan atau individu, untuk mengintimidasi dan membungkam aktivis
lingkungan dengan mengajukan tuntutan hukum yang tidak berdasar15.
Sementara itu, Anti-SLAPP adalah pengaturan yang bertujuan melindungi aktivis
lingkungan dan masyarakat yang turut berpartisipasi dalam upaya pelestarian
lingkungan dari tuntutan hukum yang tidak berdasar16.

Tujuan dan dampak SLAPP terhadap aktivis lingkungan hidup Tujuan


utama SLAPP adalah untuk menghabiskan sumber daya dan waktu aktivis
lingkungan serta menciptakan efek menghambat bagi masyarakat umum dalam
berpartisipasi pada isu-isu lingkungan. Dampak negatif SLAPP terhadap aktivis
lingkungan hidup meliputi penekanan kebebasan berbicara, penghentian
partisipasi masyarakat dalam isu lingkungan, dan pengaruh negatif terhadap
penegakan hukum lingkungan17.

Peran lembaga swadaya masyarakat dalam penegakan hukum pidana


lingkungan hidup Lembaga swadaya masyarakat (LSM) memiliki peran penting
dalam penegakan hukum pidana lingkungan hidup, seperti melalui amicus curiae.
Amicus curiae merupakan bentuk partisipasi LSM dalam membantu pengadilan
untuk menyampaikan pandangan atau informasi terkait kasus lingkungan hidup18.

Gerakan pembaruan hukum lingkungan Indonesia Gerakan pembaruan


hukum lingkungan di Indonesia telah menciptakan perubahan signifikan dalam

15
Sembiring, R. (2014). Kriminalisasi atas Partisipasi Masyarakat: Menyisir Kemungkinan terjadinya SLAPP
terhadap Aktivis Lingkungan Hidup Sumatera Selatan. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, 1(1), 207-218. Hal
212
16
Aulia, N. Z., Zafira, A., & Margarettha, R. (2021). Anti-SLAPP: Meninjau Kembali Mekanisme Perlindungan
Pejuang Lingkungan Hidup. Jurnal Legislatif, 1-15. Hal 9
17
Sembiring, R. (2017). Menyoal Pengaturan Anti Eco-SLAPP Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009. Jurnal Hukum lingkungan indonesia, 3(2), 1-18. Hal 5
18
Nabila, I. A., Rusmiati, E., & Imamulhadi, I. (2021). Amicus Curiae Sebagai Bentuk Peran Serta Lembaga
Swadaya Masyarakat Dalam Penegakan Hukum Pidana Lingkungan Hidup. Widya Yuridika: Jurnal
Hukum, 4(2). Hal 326
5

upaya melindungi lingkungan hidup dan menjaga keberlanjutan sumber daya


alam. Perwujudan tata kelola lingkungan yang baik dalam negara demokrasi
menjadi salah satu fokus dalam gerakan pembaruan ini 19. Budaya hukum hakim
dalam penyelesaian perkara lingkungan hidup menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi efektivitas pengaturan Anti-SLAPP. Hakim memiliki peran penting
dalam memutuskan apakah suatu tuntutan hukum merupakan SLAPP atau
bukan20.

Keterbatasan hukum yang ada dalam mengatasi SLAPP meliputi


ketiadaan pengaturan khusus mengenai Anti-SLAPP yang efektif dan
komprehensif serta kurangnya pemahaman dan kesadaran hakim dalam
mengidentifikasi dan menangani kasus SLAPP. Kriteria yang harus dipenuhi
untuk menggolongkan suatu tuntutan hukum sebagai SLAPP Beberapa kriteria
yang harus dipenuhi untuk menggolongkan suatu tuntutan hukum sebagai
SLAPP meliputi: tuntutan hukum yang diajukan oleh pihak yang memiliki
kekuasaan atau sumber daya lebih, tuntutan hukum yang tidak berdasar dan
bertujuan untuk mengintimidasi atau membungkam aktivis lingkungan, serta
tuntutan hukum yang mengancam kebebasan berbicara dan partisipasi
masyarakat dalam isu lingkungan21.

B. Perkembangan Pengaturan Anti-SLAPP dalam Bidang Lingkungan Hidup


di Indonesia

Analisis terhadap kasus-kasus SLAPP yang terjadi di Indonesia Berbagai


kasus SLAPP yang terjadi di Indonesia menunjukkan kebutuhan mendesak untuk
pengaturan Anti-SLAPP yang efektif22. Contohnya, kasus yang melibatkan aktivis
lingkungan di Sumatera Selatan menyoroti bagaimana mereka menjadi sasaran
tuntutan hukum yang tidak berdasar23.

19
Santosa, M. A., & Quina, M. (2014). Gerakan Pembaruan Hukum Lingkungan Indonesia dan Perwujudan
Tata Kelola Lingkungan yang Baik dalam Negara Demokrasi. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, 1(1), 23-54.
Hal 24
20
Rochmani, R., & Faozi, S. (2017). Budaya Hukum Hakim dalam Penyelesaian Perkara Lingkungan Hidup di
Pengadilan. Dinamika Hukum, 18(1), 60-73. Hal 60
21
Sembiring, R. (2017). Menyoal Pengaturan Anti Eco-SLAPP Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009. Jurnal Hukum lingkungan indonesia, 3(2), 1-18. Hal 5
22
Handayani, M. M., Achmadi, J. C., & Apsari, P. K. (2021). Berbagai Wajah Fenomena SLAPP di
Indonesia. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, 8(1), 152-192. Hal 171
23
Sembiring, R. (2014). Kriminalisasi atas Partisipasi Masyarakat: Menyisir Kemungkinan terjadinya SLAPP
terhadap Aktivis Lingkungan Hidup Sumatera Selatan. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, 1(1), 207-218. Hal
207
6

Kebijakan dan regulasi yang ada, termasuk Undang-Undang Nomor 32


Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup merupakan landasan hukum utama yang mencakup
perlindungan terhadap aktivis lingkungan hidup di Indonesia24. Namun,
pengaturan Anti-SLAPP dalam undang-undang ini masih belum efektif dalam
melindungi aktivis lingkungan dari tuntutan SLAPP25.

Reformulasi pengaturan Anti Eco-SLAPP dalam konflik pertambangan,


Azuri et al. (2021) mengusulkan reformulasi pengaturan Anti Eco-SLAPP agar
lebih efektif melindungi aktivis lingkungan dan masyarakat yang terlibat dalam
upaya pelestarian lingkungan. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
reformulasi ini meliputi peningkatan kebijakan dan regulasi yang ada, serta
penegakan hukum yang lebih tegas terhadap pelaku SLAPP26.

Upaya penguatan kebijakan Anti-SLAPP Upaya penguatan kebijakan


Anti-SLAPP dapat dilakukan melalui perubahan perundang-undangan,
peningkatan kapasitas hakim dan penegak hukum, serta pemberdayaan
masyarakat dalam melawan SLAPP. Selain itu, peran LSM dan organisasi
masyarakat sipil sangat penting dalam upaya penguatan kebijakan Anti-SLAPP
ini.

Model legislasi Anti-SLAPP di negara lain Studi perbandingan mengenai


model legislasi Anti-SLAPP di negara lain, seperti Amerika Serikat dan Kanada,
dapat memberikan inspirasi dan panduan dalam menyusun pengaturan Anti-
SLAPP yang efektif di Indonesia. Beberapa contoh model legislasi Anti-SLAPP di
negara lain meliputi pengaturan mengenai proses penilaian awal tuntutan hukum,
pelaksanaan sanksi terhadap pelaku SLAPP, dan mekanisme bantuan hukum
bagi korban SLAPP27.

24
Sitabuana, T. H., & Setiawan, H. (2021). Perlindungan Hukum Terhadap Pejuang Lingkungan HIdup yang
Dijamin dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Era Hukum-Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum, 19(1). Hal 150
25
Sembiring, R. (2017). Menyoal Pengaturan Anti Eco-SLAPP Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009. Jurnal Hukum lingkungan indonesia, 3(2), 1-18. Hal 5
26
Azuri, M. V., Tavares, M. A., & Sandyawan, S. D. (2021). Reformulasi Pengaturan Anti Eco-SLAPP dalam
Konflik Pertambangan. Jurnal Legislatif, 28-47. Hal 44
27
Indrawati, N. (2022). Perlindungan hukum terhadap pastisipasi masyarakat (Anti SLAPP) dalam penegakan
hukum lingkungan hidup di Indonesia. Media Luris, 5(1), 115-134. Hal 155
7

Perlindungan hak asasi manusia dalam konteks Anti-SLAPP


Perlindungan hak asasi manusia, terutama hak kebebasan berbicara dan hak
untuk hidup dalam lingkungan yang sehat, menjadi pertimbangan utama dalam
pengaturan Anti-SLAPP. Pengaturan Anti-SLAPP harus memastikan bahwa hak
asasi manusia ini dilindungi dari ancaman SLAPP.

Peran media dalam menghadapi SLAPP Media memiliki peran penting


dalam menghadapi SLAPP, baik sebagai korban maupun sebagai penyebar
informasi mengenai isu-isu lingkungan dan kasus SLAPP yang terjadi. Media
juga dapat mempengaruhi opini publik dan meningkatkan kesadaran masyarakat
mengenai pentingnya pengaturan Anti-SLAPP.

C. Strategi dan Rekomendasi untuk Pengaturan Anti-SLAPP yang Efektif

1. Penyusunan undang-undang khusus mengenai Anti-SLAPP Salah satu


strategi dalam menghadapi SLAPP adalah dengan menyusun undang-
undang khusus mengenai Anti-SLAPP yang dapat memberikan
perlindungan lebih komprehensif bagi aktivis lingkungan dan masyarakat
yang turut berpartisipasi dalam upaya pelestarian lingkungan.
2. Peningkatan kapasitas hakim dan penegak hukum Peningkatan kapasitas
hakim dan penegak hukum dalam menghadapi kasus SLAPP sangat
penting, termasuk melalui pelatihan dan pendidikan mengenai pengaturan
Anti-SLAPP dan identifikasi tuntutan hukum yang merupakan SLAPP.
Dengan peningkatan kapasitas ini, diharapkan penanganan kasus SLAPP
dapat lebih efektif dan efisien.
3. Pemberdayaan masyarakat dan aktivis lingkungan Pemberdayaan
masyarakat dan aktivis lingkungan melalui penyuluhan, pelatihan, dan
bantuan hukum merupakan strategi penting dalam melawan SLAPP.
Pemberdayaan ini akan memberikan pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan untuk melindungi diri dari ancaman SLAPP dan berpartisipasi
secara aktif dalam upaya pelestarian lingkungan.
4. Kerjasama antara pemerintah, LSM, dan organisasi masyarakat sipil
sangat penting dalam menghadapi SLAPP dan mengembangkan
pengaturan Anti-SLAPP yang efektif. Melalui kerjasama ini, berbagai
pihak dapat saling mendukung dan melengkapi dalam upaya melindungi
8

aktivis lingkungan dan masyarakat yang turut berpartisipasi dalam upaya


pelestarian lingkungan.
5. Penyusunan mekanisme sanksi terhadap pelaku SLAPP merupakan
langkah penting dalam pengaturan Anti-SLAPP. Sanksi ini harus tegas
dan proporsional agar dapat memberikan efek jera bagi pelaku SLAPP
dan mencegah tindakan serupa di masa depan.
6. Pengembangan mekanisme bantuan hukum bagi korban SLAPP
merupakan salah satu strategi dalam melindungi aktivis lingkungan dan
masyarakat yang turut berpartisipasi dalam upaya pelestarian lingkungan
(Yuniar et al., 2020, h. 50). Bantuan hukum ini dapat membantu korban
SLAPP dalam menghadapi tuntutan hukum yang tidak berdasar dan
mengurangi beban biaya yang ditimbulkan oleh SLAPP.
7. Mendorong partisipasi publik dalam upaya pelestarian lingkungan dapat
mengurangi efek menghambat yang dihasilkan oleh SLAPP. Peningkatan
partisipasi publik dapat menciptakan dukungan yang lebih luas terhadap
aktivis lingkungan dan mengurangi efektivitas taktik intimidasi yang
digunakan oleh pelaku SLAPP.
8. Melakukan advokasi dan kampanye untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat mengenai SLAPP dan Anti-SLAPP Advokasi dan kampanye
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai SLAPP dan Anti-
SLAPP sangat penting untuk mencegah dan melawan SLAPP. Kampanye
ini dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti media sosial, seminar,
dan diskusi publik, untuk mencapai audiens yang lebih luas.
9. Melakukan studi perbandingan dengan negara-negara yang telah memiliki
pengaturan Anti-SLAPP yang efektif Melakukan studi perbandingan
dengan negara-negara yang telah memiliki pengaturan Anti-SLAPP yang
efektif dapat memberikan wawasan dan inspirasi bagi Indonesia dalam
menyusun pengaturan Anti-SLAPP yang sesuai dengan konteks lokal.
Studi perbandingan ini dapat membantu pemerintah, LSM, dan organisasi
masyarakat sipil dalam merumuskan strategi dan rekomendasi yang
efektif untuk melawan SLAPP.
10. Melakukan evaluasi dan pemantauan terhadap implementasi pengaturan
Anti-SLAPP yang ada Evaluasi dan pemantauan terhadap implementasi
pengaturan Anti-SLAPP yang ada sangat penting untuk memastikan
9

efektivitas dan efisiensi pengaturan ini dalam melindungi aktivis


lingkungan dan masyarakat yang turut berpartisipasi dalam upaya
pelestarian lingkungan. Hasil evaluasi dan pemantauan ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk penyempurnaan pengaturan Anti-SLAPP
di masa depan.
10

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, SLAPP merupakan


ancaman yang serius terhadap aktivis lingkungan dan partisipasi masyarakat
dalam upaya pelestarian lingkungan di Indonesia. Taktik intimidasi yang
digunakan dalam SLAPP dapat menciptakan efek menghambat dan mengancam
keberlangsungan demokrasi serta hak asasi manusia.

Pengaturan Anti-SLAPP yang ada di Indonesia, khususnya dalam UU No.


32 Tahun 2009, belum cukup efektif untuk melindungi aktivis lingkungan dan
masyarakat yang turut berpartisipasi dalam upaya pelestarian lingkungan. Hal ini
dikarenakan pengaturan tersebut masih memiliki kelemahan, seperti kurangnya
mekanisme sanksi terhadap pelaku SLAPP dan ketidakjelasan mengenai
prosedur hukum yang harus diikuti dalam menghadapi kasus SLAPP.

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi permasalahan


SLAPP di Indonesia meliputi penyempurnaan pengaturan Anti-SLAPP,
peningkatan kapasitas hakim dan penegak hukum, pemberdayaan masyarakat
dan aktivis lingkungan, kerjasama antara pemerintah, LSM, dan organisasi
masyarakat sipil, serta pengembangan mekanisme bantuan hukum bagi korban
SLAPP.

Kajian terhadap pengaturan Anti-SLAPP di Indonesia dan perbandingan


dengan pengaturan di negara-negara lain yang efektif dalam melawan SLAPP
menjadi penting dalam mengembangkan strategi dan rekomendasi yang efektif
untuk melindungi aktivis lingkungan dan masyarakat yang turut berpartisipasi
dalam upaya pelestarian lingkungan.

B. Saran

1. Berdasarkan pembahasan di atas, beberapa saran yang dapat diajukan


untuk mengatasi tantangan dalam pengaturan anti-SLAPP di bidang
lingkungan hidup menurut hukum Indonesia adalah:
11

2. Melakukan revisi terhadap Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk memperkuat
pengaturan anti-SLAPP, dengan mengakomodasi prinsip-prinsip hukum
lingkungan internasional dan best practices dari negara-negara lain.
3. Meningkatkan koordinasi antara lembaga penegak hukum, termasuk
kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan, dalam penanganan kasus SLAPP
dan penerapan pengaturan anti-SLAPP.
4. Mengadakan pendidikan hukum dan pelatihan bagi penegak hukum,
masyarakat sipil, dan pejuang lingkungan hidup untuk meningkatkan
pemahaman tentang prinsip-prinsip keadilan lingkungan dan pengaturan
anti-SLAPP.
5. Mendorong partisipasi aktif masyarakat sipil dan LSM dalam proses
pengambilan keputusan terkait lingkungan hidup, serta dalam pengawasan
dan pelaporan kasus SLAPP.
6. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintah dalam
pengambilan keputusan terkait lingkungan hidup, untuk memastikan
kebijakan yang diambil didasarkan pada informasi yang akurat dan relevan.
7. Memanfaatkan teknologi dan media sosial untuk memberdayakan pejuang
lingkungan hidup dalam menyuarakan kekhawatiran mereka dan
mendapatkan dukungan dari masyarakat luas.
8. Dengan mengimplementasikan saran-saran di atas, diharapkan pengaturan
anti-SLAPP di bidang lingkungan hidup menurut hukum Indonesia dapat
menjadi lebih efektif dalam melindungi pejuang lingkungan hidup dan
memastikan keadilan lingkungan bagi semua pihak yang terlibat.
12

DAFTAR ISI

Aji, A. B. W., Wiyatno, P., Arifin, R., & Kamal, U. (2020). Social Justice on
Environmental Law Enforcement in Indonesia: The Contemporary and
Controversial Cases. The Indonesian Journal of International Clinical Legal
Education, 2(1), 57-72.
Aulia, N. Z., Zafira, A., & Margarettha, R. (2021). Anti-SLAPP: Meninjau Kembali
Mekanisme Perlindungan Pejuang Lingkungan Hidup. Jurnal Legislatif, 1-
15.
Azuri, M. V., Tavares, M. A., & Sandyawan, S. D. (2021). Reformulasi
Pengaturan Anti Eco-SLAPP dalam Konflik Pertambangan. Jurnal
Legislatif, 28-47.
Diaz, M. R., Putri, J. K., & Jegiantho, J. B. (2021). Penguatan Kebijakan Anti-
SLAPP dalam Mewujudkan Keadilan Lingkungan di Indonesia. Jurnal
Magister Hukum ARGUMENTUM, 7(2), 63-71.
Handayani, M. M., Achmadi, J. C., & Apsari, P. K. (2021). Berbagai Wajah
Fenomena SLAPP di Indonesia. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, 8(1),
152-192.
Hernanda, D. A., & Rusdiana, E. (2021). Problematika Hukum Pejuang Lingkungan Hidup
Dalam Pasal 66 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. NOVUM: JURNAL HUKUM, 8(4), 51-60.
Indrawati, N. (2022). Perlindungan hukum terhadap pastisipasi masyarakat (Anti SLAPP)
dalam penegakan hukum lingkungan hidup di Indonesia. Media Luris, 5(1), 115-
134.

Nabila, I. A., Rusmiati, E., & Imamulhadi, I. (2021). Amicus Curiae Sebagai
Bentuk Peran Serta Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam Penegakan
Hukum Pidana Lingkungan Hidup. Widya Yuridika: Jurnal Hukum, 4(2).
Rochmani, R., & Faozi, S. (2017). Budaya Hukum Hakim dalam Penyelesaian
Perkara Lingkungan Hidup di Pengadilan. Dinamika Hukum, 18(1), 60-73.
Santosa, M. A., & Quina, M. (2014). Gerakan Pembaruan Hukum Lingkungan
Indonesia dan Perwujudan Tata Kelola Lingkungan yang Baik dalam
Negara Demokrasi. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, 1(1), 23-54.
Sembiring, R. (2014). Kriminalisasi atas Partisipasi Masyarakat: Menyisir
Kemungkinan terjadinya SLAPP terhadap Aktivis Lingkungan Hidup
Sumatera Selatan. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, 1(1), 207-218.
Sembiring, R. (2017). Menyoal Pengaturan Anti Eco-SLAPP Dalam Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009. Jurnal Hukum lingkungan indonesia, 3(2),
1-18.
Sitabuana, T. H., & Setiawan, H. (2021). Perlindungan Hukum Terhadap Pejuang
Lingkungan HIdup yang Dijamin dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Era
Hukum-Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum, 19(1).

Anda mungkin juga menyukai