DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPU:
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
Hukum dan Kebijakan Lingkungan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Hukum dan Kebijakan
Lingkungan. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang permasalahan Hukum dan Kebijakan Lingkungan yang kerap terjadi di sekitar
kita saat ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu penulis akan sangat menghargai segala bentuk kritik dan saran yang membangun
dari berbagai pihak dalam rangka penyempurnaan untuk pembuatan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sampah dan limbah padat memiliki komposisi yang kompleks, tergantung pada
sumbernya. Material-material tersebut, seperti plastik yang sulit terurai, logam yang bisa
teroksidasi, atau bahan organik yang mudah membusuk, memberikan tantangan tersendiri
dalam pengelolaan limbah. Pengelolaan yang tidak tepat terhadap limbah padat dapat
berdampak serius pada lingkungan dan kesehatan manusia. Limbah padat yang tidak
terkelola dengan baik dapat mencemari air, tanah, dan udara, memengaruhi keseimbangan
ekosistem dan berpotensi menyebabkan masalah kesehatan serius bagi manusia.
Dalam upaya untuk menghadapi masalah tersebut, pengelolaan yang tepat terhadap
sampah dan limbah padat menjadi semakin penting. Peraturan dan undang-undang
pengelolaan limbah padat bervariasi di setiap negara, tapi biasanya melibatkan regulasi
terkait pemrosesan, pembuangan, dan pengelolaan limbah. Strategi daur ulang,
pengurangan, dan pengelolaan yang efisien perlu ditekankan guna mengurangi dampak
negatifnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Dengan meningkatnya kesadaran
akan pentingnya pengelolaan sampah, strategi daur ulang, pengurangan, dan pengelolaan
limbah padat yang tepat menjadi fokus utama. Langkah-langkah ini menjadi krusial untuk
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan serta kesehatan manusia, sambil
memanfaatkan sumber daya secara lebih efisien.
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang didapat dari latar belakang diatas adalah:
3. Dampak terhadap lingkungan dan kesehatan manusia apabila limbah padat tidak
dikelola dengan baik.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang dimuat dalam makalah ini adalah:
1. Mengetahui kewajiban dan sanksi apabila melanggar aturan yang telah ditetapkan
oleh Pemerintah.
2. Mengetahui pihak mana saja yang seharusnya terlibat dalam mengelola limbah
padat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
hidup tersebut merupakan tanggapan (response) pemerintah dan bangsa Indonesia
terhadap hasil United j bnva sswzZANations Conference on The Human Environment
yang diselenggarakan tanggal 5 sampai dengan 16 Juni 1972 di Stockholm.
Hukum lingkungan dalam bidang ilmu hukum, merupakan salah satu bidang ilmu
hukum yang paling strategis karena hukum lingkungan mempunyai banyak segi yaitu
segi hukum administrasi, segi hukum pidana dan segi hukum perdata. Dalam pengertian
sederhana, hukum lingkungan diartikan sebagai hukum yang mengatur tatanan
lingkungan (lingkungan hidup), dimana lingkungan mencakup semua benda dan kondisi,
termasuk didalamnya manusia dan tingkah perbuatannya yang terdapat dalam ruang
dimana manusia berada dan memengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan
manusia serta jasad-jasad hidup lainnya.
Dalam pengertian secara modern, hukum lingkungan lebih berorientasi pada pada
lingkungan atau Environment Oriented Law, sedang hukum lingkungan yang secara
klasik lebih menekankan pada Perkembangan Hukum Lingkungan di Indonesia berawal
dari KonferensiStockholm pada tahun 1972 serta menjadi cikal bakal daripada hukum
lingkungan internasional yang diratifikasi menjadi UUPPLH dan Konferensi Stockholm
mempunyai hasil sebuah dokumen yaitu: Deklarasi tentang Lingkungan HidupManusia
serta dalam konferensi itu juga menetapkan bahwa pada tanggal 5 Junisebagai “Hari
Lingkungan Hidup Sedunia”.
Pada tahun 1983 dibentuklah sebuah badan oleh Majelis Umum PBB yaitu The
World Commision on Environment and Development (WCED) yang diketuai oleh
Perdana Menteri Norwegia Groharlem Bruntland dan Komisi Bruntland menghasilkan
sebuah laporan yang kemudian dipublikasikan dengan judul “Our Common
Future”Pemerintah sebenarnya telah menggagas permasalahan yang mengancam
keselamatan lingkungan di wilayahnya dengan membuat peraturan perundang-undangan,
pemerintah berharap agar masyarakat sadar akan menjaga lingkungan setempat.
4
ataupun terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Pasal 65 mengatur adanya lima hak atas
lingkungan hidup, yaitu
1. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai
bagian dari hak asasi manusia.
2. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses
informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat.
3. Setiap orang berhak mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap rencana
usaha dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak
terhadap lingkungan hidup.
4. Setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup.
Pengaturan hak atas lingkungan hidup telah dirumuskan sejak era Undang-undang
Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup (disingkat UULH). Dalam Pasal 5 ayat (1) UULH dinyatakan “hak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat”. Pengaturan mengenai hak atas lingkungan hidup
ini juga dirumuskan dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (disingkat UUPLH). Padal Pasal 5 ayat (1) UUPLH,
Hak tersebut dipertegas menjadi “hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik
dan sehat”. Pengaturan hak atas lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2009 diikuti pengaturan kewajiban terhadap lingkungan hidup.
Pasal 67 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 mengatur bahwa setiap orang
berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
Ketentuan Pasal 67 memuat dua kewajiban bagi masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan hidup, yaitu (1) kewajiban untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan
hidup, dan (2) kewajiban mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup. Pelestarian fungsi lingkungan hidup sebagaimana dirumuskan pada Pasal 1 angka
6 bermakna rangka upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup.
Apabila rumusan Pasal 1 angka 6 ini dihubungkan dengan kewajiban sebagaimana
diatur pada Pasal 67, maka dapat dimaknai bahwa setiap orang mempunyai kewajiban
5
untuk melakukan upaya-upaya dalam rangka memelihara kelangsungan daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup. Adapun bentuk kewajiban kedua sebagaimana
dimaksud pada pasal 67 yaitu mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan, bertalian dengan upaya untuk tidak membiarkan terjadinya pencemaran atau
kerusakan lingkungan.
Pasal 1 angka angka 14 memberikan pengertian mengenai pencemaran lingkungan
hidup, yaitu masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen
lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan, Kerusakan lingkungan hidup, sebagaimana
dirumuskan pada Pasal 1 angka 17 dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui
batas kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Mengkaitkan antara hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat dengan
kewajiban untuk memelihara fungsi lingkungan hidup serta kewajiban untuk
mengendalikan lingkungan hidup, dapat dimaknai bahwa adanya keseimbangan dan
keselarasan antara hak dan kewajiban masyarakat atas lingkungan hidup. Lingkungan
hidup tidak akan menjadi baik dan sehat ketika masyarakat tidak memelihara kelestarian
fungsi lingkungan hidup serta berupaya untuk mengendalikan pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup.
Dalam rangka tuntutan hak dan kewajiban terhadap lingkungan hidup ini, maka
masyarakat tidak boleh diam atau pasif terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Oleh
karenanya, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun
2009, masyarakat harus berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.
6
Pengetahuan terhadap keberlakuan hukum tersebut adalah pengetahuan
menyeluruh baik itu mengenai ketentuan, kewajiban dan hak, apa yang dilarang,
prosedur lainnya, dan bahkan pengetahuan terhadap sanksi yang berlaku atas setiap hal
yang dilarang itu tadi. Sanksi memiliki kedudukan penting dalam suatu pemberlakuan
hukum, hubungan fungsional antara sanksi dan hukum berimplikasi pada pentaatan
masyarakat terhadap hukum dan pada akhirnya dapat menilai seberapa jauh efektifitas
hukum yang ada. Secara umum, eksistensi sanksi dalam norma hukum diciptakan tidak
hanya untuk suatu pembalasan terhadap si pelanggar, tetapi juga bertujuan mencegah dan
pengayoman.
Pembalasan terhadap pelanggar hukum bertujuan untuk memberikan hal yang
sepadan atas apa yang telah dilakukannya, di sisi lain juga untuk memberikan rasa puas
kepada orang yang telah dirugikan atas pelanggaran hukum yang ada. Keberadaan dan
penerapan sanksi administratif pada ketentuan hukum merupakan suatu konsekuensi dari
norma yang telah dirumuskan dalam bentuk larangan, perintah (keharusan), dan wajib
(kewajiban) yang bertujuan untuk: sebagai upaya penegakan ketentuan hukum itu
sendiri, memberikan hukuman bagi setiap orang yang melanggar yang tentunya
disesuaikan dengan ukuran berat/ringan/atau sedangnya tindakan pelanggaran yang
dilakukan, menciptakan efek jera agar setiap orang tidak melakukan pelanggaran
kembali, dan sebagai suatu upaya pencegahan agar setiap orang lainnya tidak melakukan
pelanggaran.
Sementara itu sanksi pidana yang terdapat pada UU PPLH telah ditegaskan dan
dijelaskan sebagaimana yang terdapat pada bagian penjelasan umum. Bahwa sanksi
pidana dalam UU PPLH bersifat double track system yakni selain dikenakan sanksi
pidana, pelaku yang melakukan pelanggaran juga harus memperbaiki keadaan
lingkungan yang telah dilanggarnya sebagaimana keadaan semula. Hal tersebut karena
masalah lingkungan merupakan masalah yang kompleks, yang tidak cukup hanya
diselesaikan dengan memberikan sanksi pidana saja yang berupa pidana penjara,
kurungan dan denda.
7
a) Pemerintah
Pemerintah memiliki peran penting dalam mengelola limbah padat untuk
memastikan perlindungan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Berikut
adalah beberapa peran kunci pemerintah dalam mengelola limbah padat:
a. Pembuatan Kebijakan dan Regulasi:
Pemerintah bertanggung jawab untuk merancang kebijakan dan
regulasi terkait pengelolaan limbah padat. Hal ini mencakup standar
pembuangan, pembatasan jenis limbah, dan pedoman pengelolaan.
b. Pemberian Izin dan Pengawasan:
Pemerintah lokal memberikan izin kepada perusahaan atau fasilitas
pengelola limbah padat setelah memastikan bahwa mereka memenuhi
standar lingkungan dan kesehatan. Pemerintah juga bertugas mengawasi
kepatuhan terhadap izin tersebut.
c. Penetapan dan Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir:
Pemerintah menentukan lokasi dan mengelola tempat pembuangan
akhir (TPA) yang aman dan sesuai dengan standar. Ini melibatkan
pemilihan lokasi yang tidak membahayakan air tanah dan permukiman,
serta penerapan teknologi pengelolaan limbah yang tepat.
d. Promosi Daur Ulang dan Pengurangan Limbah:
Pemerintah dapat mempromosikan praktik daur ulang dan
pengurangan limbah dengan memberikan insentif, mengembangkan
program pendidikan, atau memberlakukan kebijakan yang mendorong
penggunaan bahan daur ulang.
e. Penegakan Hukum:
Pemerintah memiliki peran dalam menegakkan regulasi terkait limbah
padat. Ini mencakup penyelidikan terhadap pelanggaran, memberlakukan
sanksi kepada pelanggar, dan menjalankan sistem peradilan terkait.
f. Pendidikan Masyarakat:
Pemerintah memainkan peran dalam memberikan informasi dan
edukasi kepada masyarakat tentang pengelolaan limbah padat. Ini
melibatkan kampanye kesadaran dan penyuluhan agar masyarakat dapat
berpartisipasi aktif dalam praktik pengelolaan limbah yang bertanggung
jawab.
g. Penanganan Krisis dan Kejadian Darurat:
8
Pemerintah perlu memiliki rencana darurat untuk menangani kejadian
seperti kebocoran limbah beracun atau bencana alam yang dapat
mengancam keamanan lingkungan dan kesehatan masyarakat.
h. Pendanaan dan Investasi:
Pemerintah dapat menyediakan pendanaan dan investasi untuk
pengembangan teknologi pengelolaan limbah yang inovatif dan ramah
lingkungan. Ini mencakup dukungan untuk penelitian dan pengembangan di
bidang ini.
i. Kerjasama Internasional:
Pemerintah dapat berperan dalam kerjasama internasional untuk
mengatasi masalah limbah padat yang bersifat lintas batas, serta
berpartisipasi dalam perjanjian internasional terkait pengelolaan limbah.
Melalui peran-peran ini, pemerintah dapat memastikan bahwa pengelolaan
limbah padat dilakukan secara efektif, berkelanjutan, dan sesuai dengan
prinsip-prinsip keberlanjutan lingkungan.
9
Perusahaan bertanggung jawab untuk memilih dan
mengimplementasikan teknologi pengolahan limbah yang sesuai dengan
jenis limbah yang dihasilkan. Memilih teknologi yang ramah lingkungan
dan efisien merupakan langkah kunci.
d. Pengelolaan Limbah Berbahaya:
Industri yang menghasilkan limbah berbahaya perlu memiliki sistem
pengelolaan khusus untuk menghindari dampak negatif pada lingkungan
dan kesehatan manusia. Ini termasuk penyimpanan yang aman, penanganan
yang tepat, dan penghapusan limbah berbahaya sesuai dengan regulasi.
e. Kerjasama dengan Pemerintah dan Lembaga Terkait:
Kerjasama dengan pemerintah dan lembaga lingkungan membantu
perusahaan mematuhi regulasi dan mendapatkan izin yang diperlukan. Ini
juga mencakup pelaporan secara transparan terkait dengan volume dan jenis
limbah yang dihasilkan.
f. Inovasi Teknologi dan Proses Produksi Bersih:
Perusahaan diharapkan untuk terus berinovasi dalam mengembangkan
teknologi dan proses produksi bersih yang menghasilkan limbah lebih
sedikit atau bahkan tanpa limbah. Ini dapat mencakup teknologi hijau dan
desain produk berkelanjutan.
g. Pendidikan dan Pelibatan Karyawan:
Mengedukasi karyawan tentang pentingnya pengelolaan limbah padat
dan melibatkan mereka dalam praktik yang bertanggung jawab dapat
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan internal.
h. Pelaporan Keberlanjutan:
Perusahaan diharapkan untuk melaporkan kinerja keberlanjutan
mereka, termasuk informasi tentang pengelolaan limbah. Hal ini
memungkinkan pihak berkepentingan untuk mengukur dampak lingkungan
perusahaan dan mendukung transparansi.
i. Pengembangan Sistem Ekonomi Berkelanjutan:
10
Melalui peran aktif ini, perusahaan dan industri dapat menjadi agen
perubahan positif dalam mengelola limbah padat, menciptakan lingkungan
bisnis yang berkelanjutan dan mendukung tujuan pembangunan
berkelanjutan secara keseluruhan.
c. Lembaga Penelitian dan Pendidikan
Lembaga Penelitian dan Pendidikan memainkan peran penting dalam
pengelolaan limbah padat dengan menyediakan pengetahuan, penelitian, dan
pendidikan untuk mendukung praktek-praktek yang berkelanjutan dan
inovatif. Berikut adalah beberapa peran utama lembaga-lembaga ini dalam
konteks pengelolaan limbah padat:
1. Penelitian dan Pengembangan Teknologi:
Lembaga penelitian dapat melakukan penelitian untuk
mengembangkan teknologi inovatif dalam pengelolaan limbah padat. Ini
termasuk metode pengolahan limbah yang lebih efisien, pengembangan
bahan daur ulang baru, dan penemuan solusi teknologi hijau.
2. Pemberian Solusi untuk Tantangan Spesifik:
Lembaga penelitian dapat memfokuskan penelitian mereka untuk
memberikan solusi terhadap tantangan spesifik dalam pengelolaan limbah
padat, seperti penanganan limbah berbahaya atau pengolahan limbah
elektronik.
3. Pendukung Kebijakan Lingkungan:
Lembaga penelitian dapat menyediakan bukti ilmiah dan data empiris
yang mendukung pembentukan dan perbaikan kebijakan lingkungan terkait
limbah padat. Penelitian ini dapat membantu pemerintah membuat
kebijakan yang lebih efektif dan berkelanjutan.
4. Pelatihan dan Pendidikan:
Lembaga pendidikan dapat memberikan pelatihan dan pendidikan
kepada para profesional, mahasiswa, dan masyarakat umum tentang
praktik-praktik pengelolaan limbah padat yang ramah lingkungan. Ini
mencakup kurikulum yang berfokus pada teknologi terkini, hukum
lingkungan, dan praktik-praktik terbaik.
5. Pemantauan dan Evaluasi:
Lembaga penelitian dapat melibatkan diri dalam pemantauan dan
evaluasi program pengelolaan limbah padat untuk mengukur efektivitasnya.
11
Hasil evaluasi ini dapat membantu perbaikan dan pengembangan program-
program selanjutnya.
6. Penyebaran Informasi dan Kesadaran Masyarakat:
Menyebarluaskan hasil penelitian dan informasi tentang pengelolaan
limbah padat dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemahaman
tentang pentingnya pengelolaan limbah yang berkelanjutan.
7. Konsultasi untuk Industri:
Lembaga penelitian dapat memberikan konsultasi kepada industri
terkait cara-cara inovatif untuk mengelola limbah padat yang dihasilkan
oleh kegiatan produksi mereka. Ini mencakup saran tentang teknologi
pengolahan terkini dan praktik-praktik berkelanjutan.
8. Kolaborasi dengan Pihak Swasta dan Pemerintah:
Lembaga penelitian dapat berkolaborasi dengan pihak swasta,
pemerintah, dan lembaga nirlaba untuk mengembangkan solusi bersama
dalam mengelola limbah padat. Ini menciptakan sinergi dan memperkuat
implementasi solusi-solusi yang ditemukan.
9. Inisiasi Proyek-Proyek Penelitian Bersama:
Lembaga penelitian dapat menginisiasi proyek-proyek penelitian
bersama dengan pihak swasta, pemerintah, dan lembaga lainnya untuk
memecahkan masalah-masalah khusus yang terkait dengan pengelolaan
limbah padat.
12
mempermudah proses daur ulang dan mengurangi volume limbah yang
dikirim ke tempat pembuangan akhir.
2. Pendidikan dan Kesadaran:
Masyarakat sipil dapat berpartisipasi dalam kampanye pendidikan dan
kesadaran tentang pentingnya pengelolaan limbah padat yang bertanggung
jawab. Ini melibatkan sosialisasi tentang cara pemisahan limbah, praktik
daur ulang, dan dampak buruk limbah padat terhadap lingkungan.
3. Pantauan dan Pemantauan:
Masyarakat dapat berperan sebagai pengawas independen untuk
memantau dan melaporkan pelanggaran terkait pengelolaan limbah padat.
Ini dapat mencakup pelaporan tentang pembuangan limbah ilegal atau
praktik-praktik yang merugikan lingkungan.
4. Partisipasi dalam Program Daur Ulang:
Masyarakat dapat aktif berpartisipasi dalam program daur ulang yang
disediakan oleh pemerintah atau lembaga swasta. Ini mencakup
mengumpulkan dan mendaur ulang bahan-bahan yang dapat didaur ulang.
5. Pengawalan Terhadap Perusahaan dan Pemerintah:
Masyarakat sipil dapat mengawal kegiatan perusahaan dan
pemerintah terkait pengelolaan limbah padat. Ini mencakup mengkritisi dan
memastikan bahwa perusahaan dan pemerintah mematuhi regulasi
lingkungan dan menjalankan praktik-praktik yang ramah lingkungan.
6. Partisipasi dalam Konsultasi Publik:
Masyarakat dapat berpartisipasi dalam proses konsultasi publik terkait
perencanaan dan implementasi fasilitas pengelolaan limbah padat, seperti
tempat pembuangan akhir. Hal ini memungkinkan pendapat dan
kekhawatiran masyarakat disertakan dalam pengambilan keputusan.
7. Pengembangan Program Sosial dan Ekonomi:
Masyarakat sipil dapat mengembangkan dan mendukung program
sosial dan ekonomi yang terkait dengan pengelolaan limbah padat.
Misalnya, mendirikan bisnis daur ulang kecil atau proyek-proyek
pelestarian lingkungan.
8. Advokasi untuk Kebijakan Lingkungan:
Masyarakat sipil dapat menjadi advokat kebijakan lingkungan yang
lebih ketat terkait pengelolaan limbah padat. Ini mencakup berpartisipasi
13
dalam kampanye dan mendukung perubahan kebijakan yang lebih
berorientasi keberlanjutan.
9. Pemberdayaan Masyarakat Lokal:
Pemberdayaan masyarakat lokal untuk mengambil peran aktif dalam
pengelolaan limbah padat di wilayah mereka. Ini mencakup pembentukan
kelompok masyarakat atau organisasi nirlaba yang fokus pada lingkungan.
Partisipasi aktif masyarakat sipil dalam pengelolaan limbah padat
tidak hanya menciptakan pengaruh positif terhadap keberlanjutan
lingkungan, tetapi juga meningkatkan tanggung jawab bersama untuk
menjaga lingkungan dan kesehatan masyarakat.
14
misalnya, dapat mengakibatkan hilangnya habitat, erosi tanah, dan
hilangnya keanekaragaman
5. Penurunan Kualitas Tanah Pertanian:
Limbah padat yang terkontaminasi dapat menyebabkan penurunan
kualitas tanah pertanian. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan tanaman,
mengurangi hasil pertanian, dan bahkan dapat mengakibatkan keracunan
tanaman yang kemudian masuk ke rantai makanan.
6. Pengurangan Ketersediaan Sumber Daya Alam:
Pembuangan limbah padat yang tidak terkendali dapat mengurangi
ketersediaan sumber daya alam seperti air bersih dan tanah subur. Hal ini
dapat mengancam keberlanjutan ekosistem dan menurunkan kualitas hidup
masyarakat yang bergantung pada sumber daya tersebut.
7. Efek pada Kualitas Estetika Lingkungan:
Pembuangan limbah padat secara ilegal atau tidak terkendali dapat
merusak tampilan lingkungan. Tempat pembuangan sampah yang tidak
teratur dapat menciptakan pemandangan yang tidak menyenangkan dan
mengurangi kualitas estetika suatu daerah.
Oleh karena itu, pengelolaan limbah padat yang efektif dan berkelanjutan
menjadi kunci untuk mengurangi dampak negatifnya pada lingkungan dan manusia.
Praktik-praktik seperti daur ulang, pengelolaan limbah berbahaya, dan pembuangan
akhir yang terkendali dapat membantu meminimalkan dampak negatif limbah padat.
15
Limbah padat yang mencemari air dapat mengakibatkan kontaminasi
pada sumber air minum. Peningkatan konsentrasi bahan kimia atau mikroba
berbahaya dalam air dapat menyebabkan penyakit seperti diare, kolera, dan
infeksi saluran air.
3. Penyebaran Penyakit Menular:
Tempat pembuangan sampah yang tidak terkendali dapat menjadi
tempat berkembang biaknya vektor penyakit, seperti nyamuk atau tikus. Hal
ini dapat meningkatkan risiko penularan penyakit menular, seperti demam
berdarah, leptospirosis, atau penyakit yang ditularkan melalui vektor.
4. Paparan Bahan Berbahaya:
Limbah padat dapat mengandung bahan-bahan berbahaya seperti
logam berat, pestisida, dan senyawa kimia toksik. Paparan terhadap bahan-
bahan ini dapat menyebabkan keracunan dan gangguan kesehatan kronis,
seperti kerusakan organ, gangguan sistem saraf, atau kanker.
5. Masalah Kesehatan pada Pekerja Pengelola Limbah:
Pekerja yang terlibat dalam pengelolaan limbah, seperti pekerja di
tempat pembuangan akhir atau pabrik pengolahan limbah, berisiko tinggi
terpapar bahan kimia berbahaya. Ini dapat menyebabkan berbagai masalah
kesehatan, termasuk masalah pernapasan, dermatitis, atau masalah
kesehatan mental akibat stres pekerjaan.
6. Efek pada Kesehatan Anak-anak:
Anak-anak lebih rentan terhadap dampak limbah padat karena
sistem kekebalan tubuh mereka masih berkembang. Paparan terhadap
polutan yang berasal dari limbah padat dapat berkontribusi pada masalah
perkembangan dan pertumbuhan anak-anak.
16
hewan ke manusia. Ini dapat terjadi melalui kontak langsung atau melalui
air atau tanah yang terkontaminasi.
Pentingnya manajemen limbah yang aman dan berkelanjutan sangat jelas dalam
mengurangi risiko dampak kesehatan yang disebabkan oleh limbah padat. Dengan
pengelolaan limbah yang tepat, dapat dihindari atau dikurangi potensi dampak negatifnya
pada kesehatan manusia.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah hukum kebijakan lingkunganumumnya, kesimpulan dari makalah
hukum kebijakan lingkungan dapat mencakup beberapa poin kunci, seperti:
3.2 Saran
Berikut adalah beberapa saran yang dapat diambil dari makalah hukum kebijakan
lingkungan:
18
DAFTAR PUSTAKA
Yanti, Aviany, and Winda Fitri. "Sanksi Pencemaran Lingkungan Hidup dalam Undang-
Undang Cipta Kerja: Studi Komparatif Negara Jepang." Mulawarman Law
Review (2022): 31-48.
19