MAKALAH
Oleh :
i
RINGKASAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan. Ucapan terima kasih
saya sampaikan kepada Ibu Eko Yuliastuti, S.H., M.H sebagai dosen mata kuliah
Mata Kuliah Hukum Lingkungan yang telah membantu memberikan arahan dan
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ....................................................................................................... ii
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 18
iv
BAB I. PENDAHULUAN
Mattias Finger menyatakan bahwa krisis lingkungan global saat ini disebabkan
oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan yang tidak tepat, teknologi yang tidak
dan ideologi yang pada akhirnya merugikan lingkungan, serta tindakan dan
yang baik.
terkait masalah di hutan. Tingginya jumlah kasus kebakaran hutan dan pencurian
kayu di hutan Indonesia yang lebih dikenal sebagai kasus illegal logging yang tidak
menjadi alat pemerintah untuk merawat dan melindungi lingkungan tidak berfungsi
efektif. Oleh karena itu, UU PPLH yang lebih fokus pada penegakan hukum,
1
Pengelolaan Lingkungan Hidup, dijelaskan bahwa pengelolaan dan perlindungan
lingkungan hidup merujuk pada upaya yang terencana dan terpadu untuk menjaga
sumber daya manusia yang berkualitas, dan kemitraan dengan pihak-pihak yang
peduli terhadap lingkungan. Ini juga melibatkan kerangka kerja hukum dan
Penting untuk diingat bahwa lingkungan hidup memiliki sifat yang saling
terkait dan holistik, yang berarti pengelolaan lingkungan dan sistem pendukungnya
secara seimbang dengan fungsi lingkungan hidup. Oleh karena itu, kebijakan,
yang serius.
2
perdata, belum memberikan dampak yang signifikan dalam perlindungan
di dunia, dengan kehilangan lahan hutan sekitar 2% setiap tahun atau sekitar 1,8
juta hektar per tahun antara tahun 2000 hingga 2005, adalah prestasi memalukan
bagi negara ini. Hal ini juga mengindikasikan bahwa Indonesia belum mampu
sebagai berikut:
Lingkungan?
Lingkungan?
Lingkungan?
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini yakni sebagai berikut:
3
2. Mengetahui Penerapan Hukum Administratif dalam Penegakan Hukum
Lingkungan
Lingkungan
Lingkungan
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diharapkan pada penelitian ini yakni sebagai berikut:
lingkungan. Hasil makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam
Balitar
Indonesia.
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hukum
negara atau pemerintah secara resmi melalui lembaga atau intuisi hukum untuk
memiliki sanksi yang harus dipenuhi oleh masyarakat. Hukum adalah sistem yang
berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial
berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku dalam, kons titusi hukum
manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan mereka yang
akan di pilih.
bernegara. Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan
oleh subjek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum
oleh subjek dalam arti yang terbatas atau sempit. Dalam arti luas, proses
penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan
hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu
atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan
5
hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum.
Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan
sebagai upaya aparatur penegak hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan
Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut objeknya,
yaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna
yang luas dan sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup pula nilai-
nilai keadilan yang terkandung di dalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai
keadilan yang hidup dalam masyarakat. Akan tetapi, dalam arti sempit, penegakan
hukum itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja.
Hukum Lingkungan merupakan salah satu bidang ilmu hukum yang masih
muda, yang perkembangannya baru terjadi pada dua dasarwarsa terakhir ini.
permasalahan lingkungan hidup baik dalam lingkup nasional maupun global. Hal
ini diikuti pula dengan semakin berkembangnya instrumen hukum ling kungan,
baik regulasi maupun institusi hukum dalam rangka mengatasi dan menyelesaikan
6
(natuurlijk melieu) dalam arti luas. Ruang hukum lingkungan berkaitan de ngan
oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun badan internasional. Selain itu
pemeliharaan kondisi air, tanah dan udara; 3) pencegahan kebisingan yang semua
7
BAB III. METODE PENELITIAN
tentang gambaran yang lengkap terkait setting sosial atau penelitian yang
Sumber data merupakan bagian dari penelitian, dan jika terdapat sumber
data maka penelitian berjalan dengan baik. Sumber data yang digunakan dalam
penilitian ini yaitu studi pustaka. Studi pustaka yaitu menggunakan sumber
8
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
penegakan hukum lingkungan telah menarik perhatian publik dan menjadi topik
kerja sama antar bangsa, terutama dalam masalah "kepatuhan lintas batas". Istilah
hukum yang berhubungan dengan berbagai aspek ilmu hukum. G.A. Biezeveld
korektif);
represif);
9
ketidakpatuhan (aktivitas preventif atau korektif).
lingkungan dalam konteks pidana yang melibatkan prosedur peradilan, dan (iii)
hukum ini adalah hasil alur logis dari posisi hukum lingkungan sebagai mata
izin lingkungan untuk memastikan bahwa persyaratan izin diikuti dengan benar.
Indonesia terdapat dalam Pasal 71-75 UU PPLH, dengan Pasal 74 (1) UUPPLH
10
preventif belum berjalan dengan efektif. Terdapat juga pemahaman yang beragam
lingkungan.
diatur dalam Pasal 76-83 UU PPLH. Jenis sanksi administrasi termasuk teguran
lingkungan. Sanksi ini harus setidaknya setara dengan nilai ekonomi yang
dan tidak selalu efektif. Kejadian seperti kebakaran hutan tahun 1997
menunjukkan perlunya penegakan hukum lingkungan yang lebih efektif dan terkait
11
lingkungan)" berdasarkan prinsip "nullum delictum nulla poena sine praevia lege
poenali," yang mengacu pada Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum
Hidup (UUPPLH) mengatur ketentuan pidana dalam Pasal 97-120, tetapi tidak
yuridis pencemaran lingkungan dan sanksi pidana. Dengan mengacu pada Pasal
yang menghasilkan masuknya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain
ke dalam lingkungan hidup oleh manusia, melebihi baku mutu lingkungan hidup
kelalaian. Delik ini memiliki dua elemen dasar, yaitu perbuatan dan akibat yang
akibat yang ditimbulkan, atau "formal," menekankan pada perbuatan itu sendiri.
Pemilihan antara delik materiil dan formal berdampak pada tuntutan pembuktian
materiil membutuhkan pembuktian yang lebih rumit daripada delik formal, yang
dalam delik lingkungan. Hal ini penting dalam penyusunan undang-undang pidana
12
yang memungkinkan pemidanaan tanpa perlu bukti yang meyakinkan
dapat dikenakan pada individu dan badan hukum yang melakukan delik
mengenali badan hukum sebagai subyek hukum (Helmi, 2021). Dalam UU PPLH,
tindak pidana lingkungan hidup diatur dalam Bab XV, yang mencakup Pasal 97
sampai dengan Pasal 120. Namun, kejahatan terhadap lingkungan hidup juga
diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dalam beberapa pasal
seperti Pasal 187, Pasal 188, Pasal 202, Pasal 203, Pasal 502, dan Pasal 503
ini terjadi karena pihak yang mengajukan gugatan tidak hanya mengalami kerugian
finansial, tetapi juga dapat mengalami kerugian akibat kerusakan lingkungan hidup
di sekitar tempat tinggal mereka. Beberapa putusan perdata yang terkait dengan
Samarinda telah mengakomodir hak gugat warga negara, yang juga dikenal
sebagai tindakan populer (citizen lawsuit). Jika gugatan diajukan oleh pemerintah
melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), maka hal ini
mengarah pada prinsip pro natura, di mana pihak KLHK sebagai penggugat tidak
perlu membuktikan kesalahan pihak tergugat. Namun, tidak semua putusan ini
diikuti oleh hukuman untuk memulihkan lingkungan yang rusak atau tercemar.
(UUPPLH) mengatur tentang tanggung jawab mutlak (strict liability) bagi setiap
13
orang yang melakukan tindakan, usaha, atau kegiatan yang menggunakan bahan
berbahaya dan beracun (B3), menghasilkan atau mengelola limbah B3, atau
tanggung jawab mutlak berarti bahwa pihak yang bertanggung jawab atas
kerugian yang terjadi tidak perlu membuktikan unsur kesalahannya. Pasal ini
umumnya. Besarnya ganti rugi yang dapat dikenakan kepada pencemar atau
perusak lingkungan hidup dapat ditetapkan hingga batas tertentu. "Sampai batas
untuk usaha atau kegiatan yang bersangkutan atau ketersediaan dana untuk
lingkungan hidup.
Ketentuan tentang tanggung jawab mutlak ini merupakan hal yang baru dan
hukum (onrechtmatige daad). Ketika kegiatan atau usaha yang berlaku strict
liability yang melibatkan bahan berbahaya dan beracun, dan terjadi kerusakan
atau pencemaran lingkungan di luar hal tersebut, maka ketentuan yang diterapkan
tanggung jawab individu atau entitas hukum terkait dengan kerugian yang
disebabkan oleh pencemaran atau perusakan lingkungan. Dalam hal ini, pihak
terjadi dan bahwa ada hubungan langsung antara pencemaran tersebut dan
kerugian yang mereka alami. Tindakan membuktikan ini memiliki tujuan untuk
14
yang menjadi subjek perselisihan.” (Sentosa, 2001).
Ini dibagi menjadi dua cara, yaitu penyelesaian sengketa lingkungan di luar
pilihan kepada pihak yang terlibat dalam sengketa lingkungan hidup untuk memilih
pengadilan. Jika upaya penyelesaian di luar pengadilan tidak berhasil, maka salah
satu atau semua pihak dapat memilih untuk melanjutkan sengketa tersebut ke
pengadilan.
mutlak atau strict liability adalah kondisi di mana pihak penggugat tidak perlu
Ketentuan ini merupakan ketentuan khusus yang berlaku dalam kasus gugatan
terkait pelanggaran hukum lingkungan dan berbeda dari gugatan perdata pada
Hidup. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan sengketa
15
lingkungan hidup. Pertama, melalui mekanisme penyelesaian sengketa di luar
pengadilan, mereka tidak dapat beralih ke pengadilan kecuali jika salah satu pihak
16
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
mencakup aspek administratif, pidana, dan perdata dalam kerangka legislasi yang
internasional. Ini terbagi menjadi tiga aspek utama: administratif, pidana, dan
berkelanjutan.
5.2 Saran
pembahasan dalam makalah ini dapat membantu dan bermamfaat bagi pembaca.
Kami pun berharap pula kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan dalam
17
DAFTAR PUSTAKA
Helmi. (2021). Hukum Lingkungan dalam Negara Hukum Kese jahteraan Untuk
5, 93-103.
Liberty.
18