Anda di halaman 1dari 28

CANANGSARI

SUNARKOLIM, S.Ag., M.Pd


SEJARAH

 Canang Sari merupakan upakara ( perlengkapan )


keagamaan umat Hindu di Pulau Bali untuk
persembahan tiap harinya yang bisa dilakukan pada
waktu pagi atau sore hari. Persembahan ini dapat anda
temui diberbagai pura, tempat sembahyang kecil di
rumah - rumah atau sanggah, dan di jalan - jalan
sebagai bagian dari sebuah persembahan yang wajib
dilakukan secara rutin dalam bentuk yang beragam
yaitu kecil, sedang dan lebih besar. Dikutip dari
berbagai sumber, menyebutkan bahwa canang sari
merupakan ciptaan dari Mpu Sangkulputih yang menjadi
Sulinggih atau melukiskan simbul Tuhan bagi umat Hindu
untuk menggantikan Danghyang Rsi Markandeya di Pura
Besakih.
 Canang sari ini dalam persembahyangan penganut Hindu
Bali adalah memiliki kuantitas terkecil namun inti ( kanista
= inti ) dari dihaturkannya canang ini pada tempat - tempat
tertentu adalah untuk kelengkapan sarana upacara. Kenapa
disebut terkecil namun tetap menjadi inti, karena dalam
masing - masing banten atau yadnya yang telah disiapkan
atau apa pun bentuk lainnya dalam skala besar selalu berisi
Canang Sari. Canang berasal dari kata " can " yang berarti
indah, sedangkan " nang " berarti tujuan atau maksud (
dalam bahasa Kawi / Jawa kuno ), " sari " berarti inti atau
sumber. Dengan demikian Canang Sari bermakna sebuah
media persembahyangan bagi umat Hindu untuk memohon
kekuatan Widya atau Tuhan kehadapan Sang Hyang Widhi
beserta Prabhawa ( manifestasi ) Nya secara skala maupun
niskala.
UNSUR-UNSUR CANANGSARI

 1. Ceper
 2. Beras
 3. Porosan,
 4. Jajan,
 5. Sampian Uras / Duras,
 6. Bunga
 7. Kembang Rampai
 8. Lepa / Boreh Miyik
 9. Minyak Wangi
CEPER

 Merupakan sebuah alas dari canang sari yang


mempunyai bentuk segi empat dan melambangkan
angga - sarira ( badan ). Keempat sisi ceper
tersebut adalah melambangkan sifat Panca Maha
Bhuta, Panca Tan Mantra, Panca Buddhindriya, dan
Panca Karmendriya. Canang sari yang dialasi ceper
merupakan sebuah simbol Ardha Candra,
sedangkan yang dialasi oleh tamas kecil adalah
merupakan simbol dari Windhu, masing - masing
merupakan lambang manifestas dari keberadaan
Tuhan di sekitar pura atau sanggah.
Beras / Pija

 merupakan sebuah lambang terhadap


Sang Hyang Ãtma atau yang membuat
badan umat Hindu mejadi hidup,
melukiskan tentang benih di awal
kehidupan dari manusia yang bersumber
dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam
wujud Ãtma
Porosan

 Porosan atau peporosan terbuat dari daun sirih, kapur,


dan jambe (gambir) yang melambangkan Tri-Premana,
yaitu Bayu ("pikiran"), Sabda ("perkataan"), dan Idep
("perbuatan"). Ketiganya membuat tubuh yang bernyawa
dapat melakukan aktivitas. Porosan juga melambangkan
Trimurti, yaitu Siwa (kapur), Wisnu (sirih), dan Brahma
(gambir). Porosan mempunyai makna bahwa setiap
umat harus mempunyai hati (poros) penuh cinta dan
welas asih serta rasa syukur yang mendalam kepada Ida
Sang Hyang Widhi Wasa.
Jajan, tebu dan pisang

 ketiga media ini merupakan simbol


dari Tedong Ongkara yaitu media
yang melambangkan kekuatan
berupa Upetti, Stiti, dan Pralinan
dalam kehidupan di alam semesta
Sampian Uras / Duras

 melambangkan roda kehidupan di bumi


harus tetap berputar mengikuti astaa
iswaryanya ( delapan karakteristik ) yang
menyertai setiap langkah kehidupan umat
manusia
Bunga
 merupakan salah satu bagian yang paling penting
dalam membuat canang agar terlihat lebih menarik.
Masing - masing warna dan peletakan bunga pada
canang haruslah mempunyai arti yang melambangkan
sesuatu untuk tujuan keselamatan dan memperlancar
jalannya upacara keagamaan.
 Bunga berwarna putih disusun dari arah Timur sebagai
simbol kekuatan dari Sang Hyang Iswara.
 Bunga berwarna Merah disusun dari arah Selatan sebagai
simbol kekuatan Sang Hyang Brahma.
 Bunga berwarna Kuning disusun dari Barat sebagai simbol
kekuatan Sang Hyang Mahadewa.
 Bunga berwarna Biru atau Hijau disusun dari Utara sebagai
simbol kekuatan Sang Hyang Wisnu.
 Kembang Rampai disusun di tengah - tengah sebagai simbol
kekuatan Sang Hyang Panca Dewata
Kembang Rampai

 mempunyai makna sebagai lambang


kebijaksanaan. Terdapat bermacam - macam
bungai tersedia di alam buat dihaturkan menjadi
canang kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, namun
harus memenuhi kriteria sebagai berikut : ada
yang harum dan ada yang tidak berbau, mereka
bisa melambangkan kehidupan manusia, dimana
kadang - kadang akan menjumpa kondisi susah
atau senang, untuk itulah, dalam menata
kehidupan, manusia hendaknya mempunyai sikap
agar selalu bertindak bijaksana
Lepa / Boreh Miyik

 merupakan lambang sebagai sikap dan


perilaku yang baik dalam diri manusia.
Perilaku tersebut akan menentukan
penilaian masyarakat terhadap baik atau
buruknya seseorang
Minyak Wangi

 melambangkan ketenangan jiwa atau


pengendalian diri. Dalam menata
kehidupan di alam semesta, manusia
hendaknya selalu patuh dalam
menjalankan kehidupan mereka dengan
ketenangan jiwa dan pengendalian diri
yang sempurna.
Bahan membuat Canang sari

 1. Janur
2. semat
3. pisau
4. pisang
5. porosan
6. jajan bali
7. bunga rampai
8. Bunga Kamboja
9. Bunga gemitir
10. bunga pacar putih
11. Bunga Pacar Ungu
12. Bunga Pacar Merah
13. CeperBeras,
14. Tebu,
15. Sampian uras,
16. Lepa
17. Minyak wangi
Cara pembuatan canang sari
 1. Sediakan semua bahan seperti yang telah dijelaskan diatas.
 2. Ambil pisau dan janur kemudia potong mejadi empat bagian ukuran sama
rata (minimal 8-10 cm sesuaikan)
 3.Setelah itu ambil janur yang lain dan lipat empat menjadi sama rata. dan
kemudian jahit menggunakan semat maka akan tampil seperti gambar
 4. Setelah hasil pejaiatan selesai disetiap ujungnya maka tampak seperti
gambar dibawah dan saatnya untuk memasang alasnya.
 5. Langkah selanjutnya yakni ambil janur yang telah dipotong empat tadi
sebagai alasnya. Disini saya mengambil gambar daun pisang untuk alasnya.
anda bisa menggantinya dengan janur kelapa.
 6. Kemudia ambil janur lain dan potong seperti gambar usahakan agar lidinya
bisa lentur. Bisa dibelah sedikit lihat gambar. (buat secukupnya)
 7. Setelah itu, lipat menjadi dua bagian dan belah pada ujung dengan posisi
miring. Dengan catatan jangan sampai putus. Perhatikan gambar kedua
dibawah
 8. Setelah dibelah, maka selanjutnya masuk dalam tahan penjaitan. Jahit
dengan posisi bersilangan seperti pada gambar dibawah.
 9. Usai penjaitan akan tampak seperti gambar dibawah. Maka saatnya untuk
menyusun
 10. Untuk menyusun canang cukup mudah. Yang anda harus perhatikan disini
adalah yang pertama anda susun yakni porosan letakkan paling bawah sebelum
janur tadi. Kemudian diatasnya anda susun bunga beserta lainya sesuai bahan
diatas. Nah demikian cara membuat canang sari semoga bermanfaat.
Mantra Canang Sari.

 Oṁ Puspa Danta ya namah svaha


(dalam hati)
Oṁ tamolah panca pacara guru
paduka bhyo namah swaha
Oṁ shri Deva Devi Sukla ya namah
svaha
Daksina
 Daksina merupakan tapakan dari Ida Sang Hyang Widhi
Wasa , dalam berbagai manifestasi-Nya dan juga
merupakan perwujudan-Nya. Daksina mempunyai
beberapa fungsi atau tujuan yaitu sebagai berikut:
 Permohonan kehadapan Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha
Esa agar Beliau berkenan melimpahkan wara
nugrahaNya sehingga mendapat keselamatan.
 Sebagai persembahan atau tanda terima kasih yang
dalam “Yadnya Patni”, disebutkan daksina selalu
menyertai banten-banten yang agak besar dan
sebagainya perwujudan atau pertapakan.
 Dalam lontar Yadnya Prakerti disebutkan bahwa Daksina
melambangkanHyang Guru / Hyang Tunggal
Unsur Daksina

1. Alas bedogan/srembeng/wakul/katung, terbuat dari


janur/slepan yang bentuknya bulat dan sedikit panjang
serta ada batas pinggirnya. Alas Bedogan ini lambang
pertiwi unsur yang dapat dilihat dengan jelas.
2. Bedogan/ srembeng/wakul/katung/ srobong
daksina, terbuat dari janur/slepan yang dibuta melinkar
dan tinggi, seukuran dengan alas wakul. Bedogan bagian
tengah ini adalah lambang Akasa yang tanpa tepi. Srembeng
daksina juga merupakan lambang dari hukum Rta ( Hukum
Abadi tuhan )
3. Tampak, dibuat dari dua potongan janur lalu dijahit
sehinga membentuk tanda tambah. Tampak adalah lambang
keseimbangan baik makrokosmos maupun mikrokosmos.
tampak juga melambangkan swastika, yang artinya semoga
dalam keadaan baik.
Unsur Daksina

 Beras, yang merupakan makanan pokok melambang dari


hasil bumi yang menjadi sumber penghidupan manusia
di dunia ini. Hyang Tri Murti (Brahma, Visnu, Siva)
 Sirih temple / Porosan, terbuat dari daun sirih (hijau –
wisnu), kapur (putih – siwa) dan pinang (merah –
brahma) diikat sedemikian rupa sehingga menjadi satu,
porosan adalah lambang pemujaan.
Unsur Daksina

 Kelapa, adalah buah serbaguna, yang juga simbol Pawitra (air


keabadian/amertha) atau lambang alam semesta yang terdiri dari
tujuh lapisan (sapta loka dan sapta patala) karena ternyata kelapa
memiliki tujuh lapisan ke dalam dan tujuh lapisan ke luar. Air
sebagai lambang Mahatala, Isi lembutnya lambang Talatala, isinya
lambang tala, lapisan pada isinya lambang Antala, lapisan isi yang
keras lambang sutala, lapisan tipis paling dalam lambang Nitala,
batoknya lambang Patala. Sedangkan lambang Sapta Loka pada
kelapa yaitu: Bulu batok kelapa sebagai lambang Bhur loka, Serat
saluran sebagailambang Bhuvah loka, Serat serabut basah lambang
svah loka, Serabut basah lambanag Maha loka, serabut kering
lambang Jnana loka, kulit serat kering lambang Tapa loka, Kulit
kering sebagai lamanag Satya loka Kelapa dikupas dibersihkan
hingga kelihatan batoknya dengan maksud karena Bhuana Agung
sthana Hyang Widhi tentunya harus bersih dari unsur-unsur gejolak
indria yang mengikat dan serabut kelapa adalah lambang pe ngikat
indria.
Unsur Daksina

 Telor Itik, dibungkus dengan ketupat telor, adalah lambang


awal kehidupan/ getar-getar kehidupan , lambang Bhuana
Alit yang menghuni bumi ini, karena pada telor terdiri dari
tiga lapisan, yaitu Kuning Telor/Sari lambang Antah karana
sarira, Putih Telor lambang Suksma Sarira, dan Kulit telor
adalah lambang Sthula sarira. dipakai telur itik karena itik
dianggap suci, bisa memilih makanan, sangat rukun dan
dapat menyesuaikan hidupnya (di darat, air dan bahkan
terbang bila perlu)
 Pisang, Tebu dan Kojong, adalah simbol manusia yang
menghuni bumi sebagai bagian dari ala mini. Idialnya
manusia penghuni bumi ini hidup dengan Tri kaya
Parisudhanya. Dalam tetandingan Pisang melambangkan
jari, Tebu belambangkan tulang.
Unsur Daksina

 Buah Kemiri, adalah sibol Purusa / Kejiwaan / Laki-


laki, dari segi warna putih (ketulusan)

 Buah kluwek/Pangi, lambang pradhana / kebendaan /


perempuan, dari segi warna merah (kekuatan). Dalam
tetandingan melambangkan dagu.
Unsur Daksina

 Gegantusan, merupakan perpaduan dari isi daratan dan


lautan, yang terbuat dari kacang-kacangan, bumbu-
bumbuan, garam dan ikan teri yang dibungkus dengan
kraras/daun pisang tua adalah lambang sad rasa dan
lambang kemakmuran.
 Papeselan, terbuat dari lima jenis dedaunan yang diikat
menjadi satu adalah lambang Panca Devata; daun duku
lambang Isvara, daun manggis lambang Brahma, daun
durian / langsat / ceroring lambang Mahadeva, daun salak /
mangga lambang Visnu, daun nangka atau timbul lamban
Siva. Papeselan juga merupakan lambang kerjasama (Tri
Hita Karana).
 Bija ratus adalah campuran dari 5 jenis biji-bijian,
diantaranya, godem (hitam – wisnu), Jawa (putih – iswara),
Jagung Nasi (merah – brahma), Jagung Biasa (kuning –
mahadewa) dan Jali-jali (Brumbun – siwa). kesemuanya itu
dibungkus dengan kraras (daun pisang tua).
Unsur Daksina

 Benang Tukelan, adalah alat pengikat simbol dari naga Anantabhoga


dan naga Basuki dan naga Taksaka dalam proses pemutaran Mandara Giri
di Kserarnava untuk mendapatkan Tirtha Amertha dan juga simbolis dari
penghubung antara Jivatman yang tidak akan berakhir sampai terjadinya
Pralina. Sebelum Pralina Atman yang berasal dari Paramatman akan
terus menerus mengalami penjelmaan yang berulang-ulang sebelum
mencapai Moksa. Dan semuanya akan kembali pada Hyang Widhi kalau
sudah Pralina. dalam tetandingan dipergunakan sebagai lambing
usus/perut.
 Uang Kepeng, adalah alat penebus segala kekurangan sebagai sarining
manah. uang juga lambang dari Deva Brahma yang merupakan inti
kekuatan untuk menciptakan hidup dan sumber kehidupan.
 Sesari, sebagai labang saripati dari karma atau pekerjaan (Dana
Paramitha)
 Sampyan Payasan, terbuat dari janur dibuat menyerupai segi tiga,
lambang dari Tri Kona; Utpeti, Sthiti dan Pralina.
 Sampyan pusung, terbuat dari janur dibentuk sehingga menyerupai
pusungan rambut, sesunggunya tujuan akhir manusia adalah Brahman
dan pusungan itu simbol pengerucutan dari indria-indria
Jenis-jenis Daksina

1. Daksina alit.
Isinya adalah satu porsi dari masing- masing unsur, banyak sekali dipergunakan, baik sebagai
pelengkap banten yang lain, maupun berdiri sendiri sebagai banten tunggal.

2. Daksina pakala-kalaan (Manusa Yajna).


Isi daksina dilipatkan dua kali dengan ditambah dua tingkih dan dua pangi. Digunakan pada
waktu ada perkawinan dan untuk upacara bayi / membuat peminyak-penyepihan
3. Daksina krepa (Rsi Yajna).
Daksina yang isinya dilipatkan tiga kali. Kegunaannya lebih jarang, kecuali ada penebusan oton /
menurut petunjuk rohaniwan atau sesuai petunjuk lontar khusus misalnya guna penebusan oton
atau mebaya oton.
4. Daksina gede/pamogpog (upacara besar).
Isinya dilipatkan 5 (lima) kali, juga dilengkapi dengan tetandingan-tetandingan yang lain
yaitu:Dasar tempat daksina sebuah sok yang berisi srobong dan pada dasarnya diberi tetampak
taledan bundar. Masukkan : 5 x coblong beras, 5 butir kelapa yang di atasnya berisi benang putih
tukelan kecil, 5 kojong tampelan letakkan berkeliling, 5 kojong pesel-peselan, 5 kojong
gegantusan, 5 kojong tebu, 5 kojong pisang, 1 cepér berisi 5 buah pangi, 5 buah kemiri (tingkih),
1 cepér berisi 5 butir telur bébék, Sampiyannya : basé ambungan (kekojong dari janur berisi basé
lembaran dan sampiyan sreyok - lihat gambar sebelah
5. Daksina galahan
Cara Membuat Daksina

 Masukkan Tetampak ke Bedogan, tapak dara ke bedogan


.
 Masukkan Beras, Silih Asih, Pangi, Gantusan dan Pesel-
peselan ke Bedogan .
 Tempatkan Kelapa di atasnya.
 Masukkan Adeng, Jinah/uang Bolong, tingkih dan Tet
ebusan Benang di Kelapa. kelapa tingkih Adeng jinah
bolong .
 Terakhir, tempat Canang Sari di atasnya.

Anda mungkin juga menyukai