Anda di halaman 1dari 27

Upaveda

(Pengertian Upaveda,
Kedudukan Upaveda, Itihasa,
dan Purana)
Oleh : Kelompok 3

Anak Agung Ayu Ardhanareswari 1


Anak Agung Gede Agung Smaraputra
2
I Made Kesumariana Astawan 15
Ni Luh Putu Linda Hana Oktariani 27
Ni Made Ayu Regina Karasugi 28
Putu Ditya Oktaviani 35

A. Pengertian Upaveda
Veda adalah sumber dari ajaran agama Hindu sebagai Wahyu
Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) yang mengalirkan ajaran
mengenai kebenaran agama Hindu. Kata veda berasal dari
bahasa Sansekerta yang artinya ilmu pengetahuan atau
pengetahuan veda bersifat anadi ananta, yaitu tidak berawal dan
tidak berakhir dan sebagai sabda Brahman. Sebagai sabda, veda
telah ada semenjak Tuhan Yang Maha Esa ada.
Istilah upaveda dapat dibagi menjadi dua kata yaitu, upa dan
veda. Upa artinya dekat atau sekitar dan Veda artinya
pengetahuan. Jadi, upaveda dapat diartikan sebagai hal-hal di
sekitar kita yang bersumber pada Veda atau ilmu pengetahuan.
B. Kedudukan Upaveda dalam Veda
Pendahulu
anSebagai kitab suci, Veda adalah sumber ajaran agama Hindu sebab dari Vedalah
mengalir ajaran yang merupakan kebenaran agama Hindu. Ajaran Veda dikutip kembali
dan memberikan vitalitas terhadap kitab-kitab susastra Hindu pada masa berikutnya.
Dari kitab Veda (Sruti) mengalirlah ajarannya dan dikembangkan dalam kitab-kitab
Smrti, Itihsa, Purana, Tantra, Darana dan Tatwa-tatwa yang kita warisi di Indonesia.
Veda mengandung ajaran yang memberikan keselamatan di dunia ini dan di akhirat nanti.
Ajaran Veda tidak terbatas hanya sebagai tuntunan hidup individual saja, tetapi
juga dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Veda menuntun hidup manusia
sejak lahir hingga akhir menutup mata. Segala tuntunan hidup ditunjukkan kepada kita
oleh ajaran Veda.
Kedudukan Upaveda dalam Veda

Veda ruti dan Veda Smr ti adalah merupakan dua jenis kitab suci agama Hindu, yang
dijadikan sebagai pedoman dalam penyebaran dan pengamalan ajaran-ajarannya.
Kelompok Veda ruti isinya memuat dan menguraikan tentang wahyu Tuhan. Sedangkan
kelompok Smr ti memuat tentang kehidupan manusia dalam bermasyarakat, bernegara
dan semua didasarkan atas hukum yang juga disebut Dharma stra. Dharma berarti
hukum, stra berarti ilmu.
Smr ti adalah kitab suci Veda yang ditulis berdasarkan ingatan oleh para Mahars i yang
bersumber dari wahyu Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu
kedudukannya sama dengan kitab Veda ruti.
Menurut tradisi dan lazim telah diterima dibidang ilmiah istilah Smr ti adalah untuk
menyebutkan jenis kelompok Veda yang disusun kembali berdasarkan ingatan.
Penyusunan ini didasarkan atas pengelompokan isi materi secara lebih sistematis manurut
bidang profesi.
Kedudukan Upaveda dalam Veda
Mengenai kedudukan Upaveda dalam Veda, dilihat dari materi isinya
sudahlah jelas sesuai arti dan tujuannya serta apa yang menjadi bahan
kajian dalam kitab Upaveda itu, maka Upaveda pada dasarnya
dinyatakan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Veda.
Tiap buku merupakan pengkhususan dalam memberi keterangan yang
sangat diperlukan untuk diketahui dalam Veda itu. Jadi kedudukannya
sama dengan apa yang kita lihat dengan Vedngga.
Kalau kita pelajari secara mendalam, maka beberapa materi kejadian
yang dibahas di dalam Purna dan Vedngga maupun apa yang terdapat
dalam Itihsa, banyak dibahas ulang di dalam kitab Upaveda dengan
penajamam-penajaman untuk bidang-bidang tertentu.
C. Itihasa
Dalam kitab Upaveda, Itihasa merupakan kelompok kitab jenis epos, wiracerita atau
cerita tentang kepahlawanan. Pada umumnya pengertian Itihasa adalah nama sejenis
karya sastra sejarah agama Hindu. Itihasa adalah sebuah epos yang menceritakan sejarah
perkembangan raja-raja dan kerajaan Hindu dimasa silam. Kata Itihasa terdiri atas tiga
kata, yaitu iti-ha-asa, sesungguhnya kejadian itu begitulah nyatanya.
Walaupun Itihasa merupakan kitab sejarah agama, namun secara materiil sangat sulit
untuk dijadikan pembuktian sejarah. Sebagai kitab sejarah banyak memuat hal-hal yang
menurut fakta sejarah masih dapat dibuktikan, termasuk sosial politik, pertentangan
berbagai suku bangsa yang ada antara berbagai kerajaan yang kontemporer pada masa
itu. Oleh karena itu Itihasa tidak dapat diabaikan begitu saja. Ketika hendak mempelajari
veda dan perkembangannya, mempelajari sejarah agama Hindu dan kebudayaannya,
berbagai konsep politik dan ideology yang relevan, maka kitab Itihasa sangat penting
artinya untuk dipelajari.
1. Ramayana
Cerita Ramayana dalam sari patinya mengandung nilai-nilai pendidikan tentang moral dan
etika yang mengacu nilai-nilai agama atau nilai tentang kebenaran agamayang hakiki yang
artinya mengandung nilai-nilai kebenaran yang bersifat kekal dan abadi. Cerita Ramayana
dapat dibedakan menjadi 7 bagian yang disebut Sapta Kanda. Ramayana adalah sebuah epos
yang menceritakan riwayat perjalanan Rama dalam hidupnya di dunia ini. Rama adalah tokoh
utama dalam epos Ramayana yang disebutkan sebagai awatara Visnu. Kitab Purana
menyebutkan ada sepuluh awatara Visnu, satu diantaranya adalah Rama.
Kitab Ramayana adalah hasil karya besar dari Maharsi Valmiki. Hasil penelitian yang telah
dilakukan menyatakan bahwa Ramayana tersusun atas 24.000 stansa yang dibagi atas 7
bagian yang setiap bagiannya disebut Kanda. Ketujuh dari Kanda Ramayana itu merupakan
suatu cerita yang menarik dan mengasyikkan, karena ceritannya disusun dengan sangat
sistematis yang isinya mengandung arti yang sangat dalam.
Adapun isi singkat dari tiap-tiap kanda dari kitab Ramayana dapat diuraikan sebagai berikut :
Nama Kitab Keterangan
Kitab Bala kanda merupakan awal dari kisah Ramayana. Kitab Bala kanda
menceritakan PrabuDasaratayang memiliki tiga permaisuri, yaitu:Kosalya,
Bala Kekayi, danSumitra. Prabu Dasarata berputra empat orang,

Kanda yaitu:Rama,Bharata,LakshmanadanSatrughna. Kitab Balakanda juga


menceritakan kisah Sang Rama yang berhasil memenangkan sayembara dan
memperistriSita, puteri PrabuJanaka.
Kitab Ayodhya kanda berisi kisah dibuangnyaRamake hutan bersama
DewiSita danLakshmanakarena permohonan DewiKekayi. Setelah itu, Prabu
Ayodhya
Dasarata yang sudah tua wafat.Bharatatidak ingin dinobatkan menjadi Raja,
Kanda kemudian ia menyusul Rama. Rama menolak untuk kembali ke kerajaan.
Akhirnya Bharata memerintah kerajaan atas nama Sang Rama.
Kitab Aranyakakanda menceritakan kisahRama, Sita, dan Lakshmanadi
tengah hutan selama masa pengasingan. Di tengah hutan, Rama sering
Aranyaka
membantu para pertapa yang diganggu oleh pararakshaha. Kitab
Kanda Aranyakakanda juga menceritakan kisah Sita diculikRawanadan pertarungan
Kitab Kiskindha kanda menceritakan kisah pertemuan
SangRamadengan Raja keraSugriwa. Sang Rama membantu
Kiskind
Sugriwa merebut kerajaannya dari Subali, kakaknya. Dalam
ha
pertempuran, Subali terbunuh. Sugriwa menjadi Raja diKiskindha.
kanda
Kemudian Sang Rama dan Sugriwa bersekutu untuk
menggempurKerajaan Alengka.
Kitab Sundara kanda menceritakan kisah tentaraKiskindhayang
membangun jembatanSitubandayang menghubungkanIndiadengan
Sundar
Alengka. Hanumanyang menjadi duta SangRamapergi ke Alengka dan
a kanda
menghadap DewiSita. Di sana ia ditangkap namun dapat meloloskan diri
dan membakar ibukota Alengka.
Kitab Yuddha kanda menceritakan kisah pertempuran antara laskar kera
SangRamadengan pasukanrakshasaSangRahwana. Cerita diawali dengan
usaha pasukan Sang Rama yang berhasil menyeberangi lautan dan
Yuddha
mencapai Alengka. Sementara ituWibisanadiusir oleh Rawana karena
kanda
Kitab Uttara kanda menceritakan kisah pembuangan
DewiSitakarena SangRamamendengar desas-desus dari rakyat
yang sangsi dengan kesucian Dewi Sita. Kemudian Dewi Sita
Uttara
tinggal di pertapaan RsiWalmikidan melahirkanKusa dan Lawa.
kanda
Kusa dan Lawa datang ke istana Sang Rama pada saat
upacaraAswamedha. Pada saat itulah mereka menyanyikan
Ramayana yang digubah oleh Rsi Walmiki.
2. Mahabharata
Kitab Mahabharata ditulis oleh Rsi Wiyasa. Kitab ini
terdiri atas Asthadasaparwa artinya 18 parwa atau 18
bagian atau jilid dan digubah dalam bentuk syair sebanyak
100.000 sloka yaitu Adi Parwa, Sabha Parwa, Wana Parwa,
Wiratha Parwa, Udyoga Parwa, Bisma Parwa, Drona Parwa,
Karna Parwa, Salya Parwa, Sauptika Parwa, Stri Parwa,
Santi Parwa, Anusasana Parwa, Aswameda Parwa,
Asramawasana Parwa, Mausala Parwa, Prasthanika Parwa,
dan Swargarohana Parwa.
Nama
Keterangan
Parwa
Kitab Adiparwa berisi berbagai cerita yang bernafaskan Hindu,
seperti misalnya kisah pemutaran Mandaragiri, kisah Bagawan
Dhomya yang menguji ketiga muridnya, kisah para leluhur
Adiparwa Pandawa dan Korawa, kisah kelahiran Rsi Wyasa, kisah masa
kanak-kanak Pandawa dan Korawa, kisah tewasnya rakshasa
Hidimba di tangan Bhimasena, dan kisah Arjuna mendapatkan
Drupadi.
Kitab Sabhaparwa berisi kisah pertemuan Pandawa dan Korawa di
sebuah balairung untuk main judi, atas rencana Duryodana. Karena
Sabhapar usaha licik Sangkuni, permainan dimenangkan selama dua kali oleh
wa Korawa sehingga sesuai perjanjian, Pandawa harus mengasingkan
diri ke hutan selama 12 tahun dan setelah itu melalui masa
penyamaran selama 1 tahun.
Kitab Wanaparwa berisi kisah Pandawa selama masa 12 tahun
pengasingan diri di hutan. Dalam kitab tersebut juga diceritakan
Wanaparw
kisah Arjuna yang bertapa di gunung Himalaya untuk memperoleh
Nama
Keterangan
Parwa
Kitab Wirataparwa berisi kisah masa satu tahun penyamaran
Pandawa di Kerajaan Wirata setelah mengalami pengasingan
selama 12 tahun. Yudistira menyamar sebagai ahli agama,
Wirataparwa
Bhima sebagai juru masak, Arjuna sebagai guru tari, Nakula
sebagai penjinak kuda, Sahadewa sebagai pengembala, dan
Dropadi sebagai penata rias.
Kitab Udyogaparwa berisi kisah tentang persiapan perang
keluarga Bharata (Bharatayuddha). Kresna yang bertindak
Udyogaparw sebagai juru damai gagal merundingkan perdamaian dengan
a Korawa. Pandawa dan Korawa mencari sekutu sebanyak-
banyaknya di penjuru Bharatawarsha, dan hampir seluruh
Kerajaan India Kuno terbagi menjadi dua kelompok.
Kitab Bhismaparwa merupakan kitab awal yang menceritakan
tentang pertempuran di Kurukshetra. Dalam beberapa bagiannya
terselip suatu percakapan suci antara Kresna dan Arjuna
Bhismaparw
menjelang perang berlangsung. Percakapan tersebut dikenal
a sebagai kitab Bhagavad Gt. Dalam kitab Bhismaparwa juga
Nama
Keterangan
Parwa
Kitab Dronaparwa menceritakan kisah pengangkatan Bagawan Drona
sebagai panglima perang Korawa. Drona berusaha menangkap
Dronaparw Yudistira, namun gagal. Drona gugur di medan perang karena dipenggal
a oleh Drestadyumna ketika ia sedang tertunduk lemas mendengar kabar
yang menceritakan kematian anaknya, Aswatama. Dalam kitab tersebut
juga diceritakan kisah gugurnya Abimanyu dan Gatotkaca.
Kitab Karnaparwa menceritakan kisah pengangkatan Karna sebagai
panglima perang oleh Duryodana setelah gugurnya Bhisma, Drona, dan
Karnaparw sekutunya yang lain. Dalam kitab tersebut diceritakan gugurnya
a Dursasana oleh Bhima. Salya menjadi kusir kereta Karna, kemudian
terjadi pertengkaran antara mereka. Akhirnya, Karna gugur di tangan
Arjuna dengan senjata Pasupati pada hari ke-17.
Kitab Salyaparwa berisi kisah pengangkatan Sang Salya sebagai
panglima perang Korawa pada hari ke-18. Pada hari itu juga, Salya
gugur di medan perang. Setelah ditinggal sekutu dan saudaranya,
Duryodana menyesali perbuatannya dan hendak menghentikan
Salyaparwa pertikaian dengan para Pandawa. Hal itu menjadi ejekan para Pandawa
Nama
Keterangan
Parwa
Kitab Sauptikaparwa berisi kisah pembalasan dendam Aswatama
kepada tentara Pandawa. Pada malam hari, ia bersama Kripa dan
Kertawarma menyusup ke dalam kemah pasukan Pandawa dan
Sauptikapar membunuh banyak orang, kecuali para Pandawa. Setelah itu ia
wa melarikan diri ke pertapaan Byasa. Keesokan harinya ia disusul oleh
Pandawa dan terjadi perkelahian antara Aswatama dengan Arjuna.
Byasa dan Kresna dapat menyelesaikan permasalahan itu. Akhirnya
Aswatama menyesali perbuatannya dan menjadi pertapa.
Kitab Striparwa berisi kisah ratap tangis kaum wanita yang ditinggal
oleh suami mereka di medan pertempuran. Yudistira
menyelenggarakan upacara pembakaran jenazah bagi mereka yang
Striparwa
gugur dan mempersembahkan air suci kepada leluhur. Pada hari itu
pula Dewi Kunti menceritakan kelahiran Karna yang menjadi rahasia
pribadinya.
Kitab Santiparwa berisi kisah pertikaian batin Yudistira karena telah
membunuh saudara-saudaranya di medan pertempuran. Akhirnya
Santiparwa ia diberi wejangan suci oleh Rsi Byasa dan Sri Kresna. Mereka
Nama Parwa Keterangan
Kitab Anusasanaparwa berisi kisah penyerahan diri Yudistira
kepada Resi Bhisma untuk menerima ajarannya. Bhisma
Anusasanaparwa mengajarkan tentang ajaran Dharma, Artha, aturan tentang
berbagai upacara, kewajiban seorang Raja, dan sebagainya.
Akhirnya, Bhisma meninggalkan dunia dengan tenang.
Kitab Aswamedhikaparwa berisi kisah pelaksanaan upacara
Aswamedha oleh Raja Yudistira. Kitab tersebut juga
Aswamedikaparw menceritakan kisah pertempuran Arjuna dengan para Raja di
a dunia, kisah kelahiran Parikesit yang semula tewas dalam
kandungan karena senjata sakti Aswatama, namun dihidupkan
kembali oleh Sri Kresna.
Kitab Asramawasikaparwa berisi kisah kepergian Drestarastra,
Gandari, Kunti, Widura, dan Sanjaya ke tengah hutan, untuk
Asramawasikapar meninggalkan dunia ramai. Mereka menyerahkan tahta
wa sepenuhnya kepada Yudistira. Akhirnya Resi Narada datang
membawa kabar bahwa mereka telah pergi ke surga karena
dibakar oleh api sucinya sendiri.
Nama Parwa Keterangan
Kitab Mosalaparwa menceritakan kemusnahan bangsa Wresni.
Sri Kresna meninggalkan kerajaannya lalu pergi ke tengah
hutan. Arjuna mengunjungi Dwarawati dan mendapati bahwa
Mosalaparwa
kota tersebut telah kosong. Atas nasihat Rsi Byasa, Pandawa
dan Dropadi menempuh hidup sanyasin atau mengasingkan
diri dan meninggalkan dunia fana.
Kitab Mahaprastanikaparwa menceritakan kisah perjalanan
Pandawa dan Dropadi ke puncak gunung Himalaya, sementara
Prasthanikaparw
tahta kerajaan diserahkan kepada Parikesit, cucu Arjuna.
a Dalam pengembaraannya, Dropadi dan para Pandawa (kecuali
Yudistira), meninggal dalam perjalanan.
Kitab Swargarohanaparwa menceritakan kisah Yudistira yang
mencapai puncak gunung Himalaya dan dijemput untuk
mencapai surga oleh Dewa Indra. Dalam perjalanannya, ia
Swargarohanapar
ditemani oleh seekor anjing yang sangat setia. Ia menolak
wa masuk surga jika disuruh meninggalkan anjingnya sendirian.
Si anjing menampakkan wujudnya yang sebenanrnya, yaitu
D. Purna
Purna memiliki artian tua atau kuno. Kata ini
dimaksudkan sebagai nama jenis buku yang berisi
tentang cerita dan kisah-kisah mengenai tradisi-tradisi
yang berlangsung di zaman dahulu kala.

Dapat disimpulkan sebagai suatu kitab yang memuat


berbagai macam tradisi maupun kebiasaan dan
keterangan lainnya, baik itu tradisi lokal, tradisi
keluarga, dan sebagainya.

Oleh karena itu, Purna memuat banyak penjelasan


mengenai kebiasaan dari para Rsi atau orang suci,
alam pikiran atau ajaran serta kebiasaan yang
dijalankan.
1. Pokok-Pokok Isi Purna
Secara garis
besar, hampir
semua Purna Tentang Kosmogoni atau ilmu tentang
penciptaan awal jagat raya (sarga)
memuat tentang Tentang hari kiamat atau Pralaya.
cerita-cerita Tentang silsilah raja-raja atau dinasti raja-
yang secara raja Hindu yang terkenal.
Tentang masa Manu atau Manwantara.
tradisional dapat Tentang sejarah perkembangan dinasti
kita Surya atau Suryawangsa dan dinasti
kelompokkan Bulan atau Candrawangsa.
menjadi 5 hal,
yaitu :
Kitab Wisnu Purana III.6.24, mengatakan sebagai berikut
: Sargaca pratisargaca wamo manwantarni ca,
sarwesweteukathyante wan ucaritam ca yat.
Dapat diartikan :
Sarga yaitu masa penciptaan.
Pratisarga yaitu masa kiamatnya dunia atau peleburan
dunia.
Wamsa (wangsa) yaitu tentang suku bangsa dan
silsilah raja-raja penting dalam pengamatan sejarah.
Manwantara yaitu jangka masa Manu, dari satu masa
Manu ke masa Manu berikutnya atau dari siklus Manu
ke siklus Manu berikutnya.
Riwayat timbulnya Suryawangsa dan Candrawangsa.
Menurut catatan yang dapat dikumpulkan, awal mulanya
terdapat kurang lebih 18 kitab Purna, yaitu :

Agni Purna
Bhgawata Purna
Brahmnda Purna
Garuda Purna
Brahmawaiwarta Purna
Padma Purna
Mrkandeya Purna
Warha Purna
Bhawisya Purna
Matsya Purna
Wmana Purna
Karma Purna
Brahama Purnaatau
Lingga Purna
AdhiPurna
Siwa Purna
Wisnu Purna
Skanda Purna
Nrada Purna
2. Pembagian Jenis Purna
Kitab Purana secara menyeluruh dapat dikelompokkan menjadi 3
kelompok yang didasarkan pada isinya. Kitab Purana menonjolkan sifat ke
sekteannya. Untuk tujuan penonjolan madzab-madzab itu, tiap madzab
pada umumnya memperlihatkan kekhususannya di bidang theologi dan
sangat fanatik dalam mempertahankan pendiriannya. Akibat sifat ke-
fanatikan itu jika diperhatikan secara keseluruh Purana sebagai sumber
ajaran theologi, tampak kepada kita seakan-akan adanya polytheisme
karena setidak-tidaknya akan terlihat adanya tiga wujud sifat kekuasaan
yang umum kita kenal dengan Tri Murti. Akibat hakikat itu, Purana
seluruhnya dikelompokan menjadi 3 macam kelompok, yaitu :
Kelompok Satwika Kelompok Rajasika Kelompok Tamasika
Purana Purana Purana
Kelompok yang ketiga
Kelompok yang ketiga
Dalam kelompok ini terdiri atas enam
Rajasika ini, Dewa buah kitab Purana juga,
Kelompok Purana ini
Brahma merupakan yaitu Matsya Purana,
mengutamakan Wisnu
Dewatanya yang paling Kurma Purana, Lingga
sebagai Dewatanya.
utama. Termasuk Purana, Siwa Purana,
Kelompok kitab ini
dalam kelompok ini Skanda Purana, dan
diwakili oleh enam
terdiri atas enam buah Agni Purana.menurut
buah buku Purana,
kitab Purana juga, yaitu isinya, kitab Purana ini
yaitu Visnu Purana,
Brahmanda Purana, banyak memuat
Narada Purana,
Brahmawaiwasta penjelasan Dewa Siwa
Bhagawata Purana,
Purana, Markandeya dengan segala
Garuda Purana,
Purana, Bhawisya Awataranya, di
Padma Purana, dan
Purana, Wamana samping disana sini
Waratha Purana.
Purana, dan Brahma terdapat pula Dewa
Purana. Wisnu, seperti dalam
Kurma Purana.
3. Kitab Upa Purana
Di samping ke-delapan belas Purana pokok itu, kita banyak
mencatat adanya jenis-jenis kitab Purana yang lebih kecil dan
suplemeter sifatnya. Kelompok itu kita kenal dengan nama Upa
Purana. Umunya jenis kitab Upa Purana ini banyak ditulis oleh
Bhagawan Wyasa isinya sangat singkat dan pendek. Di samping itu
materi isinya yang terbatas menyebabkan bentukanya lebih kecil.
Adapun nama-nama yang tercatat sebagai Upa Purana, yaitu
Sanat Kumara, Marasimha, Brhannaradiya, Siswarahasiya, durwasa,
Kapila Wamana, Bhargawa, Waruna, Kalika, Simba, Nandi, Surya,
Parasasra, Waistha, Dewi-Bhagawata, Ganesa, dan Hamsa.
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai