Anda di halaman 1dari 9

A.

Mengenal Kitab Shanti Parwa

Kitab Shanti Parwa merupakan kitab ke-dua belas dari delapan belas kitab
(parwa) yang ada pada Mahabharata. Kitab Shanti Parwa ini memiliki 3 (tiga) sub-
parwa dan di dalamnya terdapat 366 bab yang menjadikan kitab ini sebagai kitab
terpanjang diantara ke-delapan belas kitab yang lain.

Latar dari kitab ini yaitu ketika perang besar antara para Pandawa dan Kurawa
yaitu perang Kuruksetra telah usai dimana kedua belah pihak telah berdamai dan
Yudistira memulai menjalani tugasnya sebagai raja yang baru. Secara garis besar,
kitab Shanti Parwa menjelaskan tentang tugas dan tanggung jawab dari seorang
penguasa, mengenai dharma, dan mengenai pemerintahan yang baik, dari
bimbingan dan tuntunan Bhisma yang telah sekarat dan beberapa Rsi lainnya.

Yudhistira memperoleh arahan serta bimbingan dari para Rsi dan


juga Bhisma mengenai pemerintahan yang baik di kitab Shanti
Parwa

Pada parwa ini juga terdapat berbagai kisah simbolis, salah satunya adalah cerita
mengenai “kisah Vishvamitra yang merupakan seorang vegetarian dan beliau
mencuri daging ketika bencana kelaparan terjadi” serta kisah-kisah fabel seperti
halnya “kisah pemburu liar dan merpati”. Kitab ini juga menjelaskan tentang teori
dari keberadaan kasta serta diskusi komparatif antara aturan menurut kebenaran
melawan aturan menurut ritual, dan mengumumkan bahwa kebenaran jauh lebih
superior atau mulia dibandingkan dengan ritual itu sendiri. Di masa kini, Shanti
Parwa banyak dipelajari untuk pemahaman lebih lanjut mengenai yurisprudensi,
kemakmuran, dan kesuksesan.

Salah satu kisah dalam Shanti Parwa yaitu kisah antara pemburu burung dan burung merpati

Struktur dan Bab dalam Kitab Shanti Parwa

Parwa ini memiliki 3 subparwa dan 366 bab. Sub-parwa pada buku ini yaitu :

1. Rajadharma anusasana Parwa


Sub-parwa ini menjelaskan tentang tugas dan tanggung jawab dari seorang
raja dan pemimpin dibandingkan dengan hal lainnya.
2. Apaddharma anusasana Parwa
Sub-parwa ini menjelaskan tentang aturan pelaksanaan ketika menghadapi
suatu kemalangan atau kesengsaraan.
3. Moksha dharma Parwa
Sub-parwa ini menjelaskan tentang perilaku dan tata cara untuk mencapai
Moksha.

Kitab Shanti Parwa dimulai dengan kesedihan Yudistira meratapi banyaknya nyawa
manusia yang hilang selama perang terjadi. Dia mengumumkan keinginannya
untuk turun takhta kerajaan dan pergi ke hutan sebagai seorang pertapa dan hidup
dalam ketenangan dan kesunyian. Kemudian ia menerima berbagai wejangan dari
keluarganya dan dari para Rsi yaitu Narada dan Wyasa serta Devala, Devasthana
dan juga Kanwa mengenai rahasia dan tujuan ajaran Hindu agar Yudistira dapat
melaksanakan kewajibannya sebagai Raja. Parwa ini juga menyertakan kisah dari
raja Janaka dan ratu dari Videhas, yaitu penjelasan teori mengenai pertapa sejati
yang tidak menginginkan kekayaan materiil.

Kitab Shanti Parwa adalah sebuah kitab mengenai tugas dan tanggung
jawab dari seorang raja dalam pemerintahannya, ajaran dharma, pemerintahan yang
baik, hak-hak, keadilan, dan penjelasan mengenai cara untuk menciptakan suatu
kemakmuran. Yudistira kemudian menjadi seorang raja dari kerajaan yang makmur
dan damai, Bima sebagai ahli waris selanjutnya, Widura sebagai perdana menteri,
Sanjaya sebagai menteri keuangan, Arjuna sebagai menteri pertahanan dan
keadilan, serta Bhagawan Domya ditunjuk untuk bertanggung jawab terhadap
pelayanan kepada pendeta dan penasihat bagi raja.

Kedatangan Yudistira sebagai raja di Hastinapura Krisna dan para Rsi lainnya sedang berdiskusi
ketika perang telah usai dengan Bhisma
B. Nilai-Nilai Kepemimpinan dalam Kitab Shanti Parwa
C. Mengenal Kitab Anusasana Parwa

Kitab Anushasana Parwa atau dikenal dengan “Buku Petunjuk” adalah kitab ke
tigabelas dari delapan belas kitab (parwa) yang ada pada Mahabharata. Kitab ini
memiliki 2 sub-buku dan dibagi menjadi 168 bab. Terkadang kitab ini juga dikenal
sebagai “buku pedoman”.

Bhisma sedang memberikan wejangan dan arahan kepada Yushitira dikelilingi oleh Rsi
lainnya

Kitab Anushasana Parwa melanjutkan kisah dari Shanti Parwa itu sendiri
mengenai diskusi tentang tanggung jawab dari seorang penguasa, aturan-aturan
hukum, instruksi mengenai dharma untuk mereka yang dekat dengan pemimpin.
Diskusi ini terjadi antara Yudhistira, Bhisma, dan Rsi-Rsi lainnya. Kitab ini
memperdebatkan tentang tanggung jawab, perilaku, dan kebiasaan suatu individu,
dengan bab-bab yang dipersembahkan untuk laki-laki maupun perempuan.
Berbagai jenis atau tipe pernikahan juga disebutkan dan perbandingan masing-
masing pahalanya. Kitab Anushasana Parwa juga menyebutkan berbagai kisah
simbolis seperti legenda Nachiketa, serta kematian dan kata-kata terakhir dari
Bhisma, anggota tertua dari keluarga Kuru. Jadi secara singkat, Kitab
Anusasanaparwa berisi kisah penyerahan diri Yudistira kepada Resi Bhisma untuk
menerima ajarannya. Bhisma mengajarkan tentang ajaran Dharma, Artha, aturan
tentang berbagai upacara, kewajiban seorang Raja, dan sebagainya. Dimana pada
akhirnya, Bhisma meninggalkan dunia dengan tenang.
Struktur dan Bab dalam Kitab Anushasana Parwa

Parwa ini memiliki 2 subparwa dan 168 bab. Sub-parwa pada buku ini yaitu :

1. Dana Dharma Parwa


2. Bhisma Swargarohana Parwa

Parwa ini dimulai dengan menceritakan kunjungan kepada Bhisma yang pada saat
itu telah sekarat. Beliau dikelilingi oleh para Rsi seperti Wasista, Maitreya,
Walmiki, Kapila, Wyasadewa, dan Narada. Seperti halya kitab Shanti Parwa,
Yudhistira meminta bimbingan dan Bhisma menjawab. Hal ini meliputi tanggung
jawab seorang raja, petinggi kerajaan, dan ajaran mengenai laki-laki dan
perempuan. Buku ini juga mempersembahkan beberapa babnya untuk para sapi,
seperti pentingnya keberadaan mereka untuk keamanan pangan, agrikultur, dan
kekayaan.

Bab 75-83 menjelaskan tentang nilai dan arti dari keberadaan sapi, cara
pemeliharaannya, dan perlingdungannya.

Pada bab 149 dalam kitab Anushasana Parwa, disebutkan “Vishnu


sahasranama”, yaitu 1000 daftar nama dari Dewa Wisnu. Nama-nama yang
termasuk di dalamnya diantaranya Shiva, Sharwa, Sthanu, Ishana, dan Rudra. Hal
ini kemudia yang menjadi dasar keyakinan bahwa seluruh dewa yang disebutkan di
dalam Weda sesungguhnya adalah satu.
D. Nilai-Nilai
E. Mengenal Kitab Aswamedika Parwa

Kitab Aswamedika Parwa atau “Buku tentang Persembahan Kuda” adalah kitab
keempat belas dari delapan belas kitab (parwa) yang ada dalam Mahabharata. Kitab
ini memiliki 2 sub-buku dan 92 bab.

Aswamedika Yadnya yang dilaksanakan oleh Yudhistira

Awamedika Parwa dimulai dengan sebuah saran atau nasehat dari Krisna dan
Wyasa yang merekomendasikan Yudhistira untuk melakukan upacara
Aswamedika. Yudhistira mengungkapkan bahwa perbendaharaan sedang kosong
akibat dari perang, Krisna kemudian menyarankan untuk menambang emas di
Himawat yang ada di dekat gunung Meru. Beliau kemudian menceritakan tentang
kisah raja Muratta. Yudhistira akhirnya mengiyakan untuk menambang emas
tersebut, mengisi perbendahaaran kerajaaan, dan menyelenggarakan upacara
Aswamedika.
Kitab ini menyertakan Anugita parwa yang memiliki kurang lebih 36 bab,
dimana Krisna menndeskripsikannya sebagai versi kecil (mini) dari Bhagawad
Gita. Bab ini disebut karena Arjuna berkata kepada Krisna bahwa dia tidak mampu
untuk mengingat kembali kearifan dari Bhagawad Gita pada masa damai dan ingin
lagi kembali mendengar kebijaksaan dari Krisna. Kemudian Krisna menceritakan
tentang Anugita, yaitu dialog antara istri seorang brahmana dengan Brahma.

Struktur dan Bab dalam Kitab Aswamedika Parwa

Parwa ini memiliki 2 subparwa dan 92 bab. Sub-parwa pada buku ini yaitu :

1. Aswamedhika Parwa
2. Anugita Parwa

Kitab ini menceritakan tentang upacara kerajaan Aswamedha yang dimulai oleh
Yudhistira berdasarkan rekomendasi dari Krisna. Upacara ini merupakan upacara
yang berlangsung selama setahun dimana kuda yang dilepaskan bebas pergi ke
daerah manapun yang ia inginkan. Kuda ini diikuti oleh pasukan yang dipimpin
oleh Arjuna, yang misinya adalah untuk menantang penguasa manapun yang
menentang kebebasan dari kuda tersebut. Upacara ini memapankan kedudukan
tertinggi Yudhistira sebagai maharaja, dan pengakuannya oleh pemimpin dan
kerajaan lainnya. Di penghujung tahun, tentara Arjuna yang berjaya beserta sang
kuda kembali ke istana dan kemudian kuda tersebut dikorbankan di hadapan para
raja.

Krisna yang menyarakan untuk melakukan yadnya berupa kuda

Anda mungkin juga menyukai