Anda di halaman 1dari 19

YUDDHA KANDA

OLEH :

I WAYAN TEDY SUTISNA (17.2.006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA AGAMA


HIINDU (KONSENTRASI BAHASA BALI)

STKIP AGAMA HINDU AMLAPURA

TAHUN 2018
Yuddha kanda adalah kitab keenam epos Ramayana dan sekaligus klimaks

epos ini. Dalam kitab ini diceritakan Sang Rama dan sang raja kera Sugriwa

mengerahkan bala tentara kera menyiapkan penyerangan Alengkapura.

Rama bangga dan memuji Hanuman yang telah sanggup menyeberangi lautan dan

memasuki kota Lanka untuk menemukan keberadaan Sita. Namun Rama belum bisa

tenang. Ia meminta pendapat Hanuman dan Sugriwa bagaimana caranya mereka dan

pasukan kera akan menyeberangi lautan untuk menyelamatkan Sita di kota Lanka.

Kemudian Sugriwa menenangkan hati Rama dan menyarankan untuk mambangun

sebuah jembatan. Setelah Rama merasa agak tenang, ia bertanya pada Hanuman

tentang keadaan kota Lanka. Hanumanpun menceritakan tentang pertahanan kota

Lanka. Ia menggambarkan secara terperinci tentang kota Lanka, arsitektur, kekuatan

pasukan dan gerbang kota yang dijaga ketat. Kemudian Hanuman meminta Rama

untuk menentukan saat yang tepat untuk memulai perjalanan ke kota Lanka.

Rama mendengarkan kata kata Hanuman dengan penuh perhatian dan yakin bahwa ia

akan menang. Rama memutuskan untuk berangkat saat ini juga dan ia meminta

Sugriwa serta pasukannya untuk berhati hati dan selalu waspada. Kini senja telah

menjelang dan mereka telah sampai di pesisir lautan setelah melintasi banyak

pegunungan, hutan, kebun dan sungai. Mereka beristirahat dan mencari makan

disekitar pesisir. Rama kembali kurang percaya untuk bisa menyeberangi lautan yang

sangat luas itu dan ia merasa sedih bila teringat pada Sita.

1
Saat itu Rama hanya duduk bersama Laksmana dan ia menceritakan kekhawatirannya

pada Sita.ketika mereka tenggelam dalam percakapannya, matahari mulai

mengurangi sinarnya dan dengan berat hati Rama memuja matahari yang bersiap

untuk terbenam diujung barat.

Ravana sedang larut dalam diskusinya tentang Hanuman yang telah membawa

bencana di kota Lanka. Dia meminta pendapat pada para menterinya tentang

bagaimana sikapnya seharusnya pada Rama, setelah utusan Rama membawa masalah

besar di kotanya. Ravana mulai khawatir dengan kekuatan Rama. Tapi para

menterinya tetap mendukung Ravana dan mengagungkan kekuatannya yang tidak

pernah kalah dari musuhnya, bahkan dewapun takut padanya. Sebagaimana

menterinya yang lain, Prahastha, menteri kesayangan Ravana juga mengagungkan

kekuatan Ravana. Sekarang giliran Vibhisana , adik Ravana yang berbicara. Dia

meminta Ravana untuk mengembalikan Sitapada Rama agar tidak terjadi perang. Dia

mengingatkan Ravana bahwa perbuatannya telah melenceng dari ajaran dharma.

Namun, Ravana tidak berkata apapun dan meninggalkan ruang sidang. Keesokan

harinya, Vibhisana datang ke istana Ravana. Dia meminta Ravana untuk

mengembalikan Sita dan kembali ke jalan dharma. Namun Ravana telah dibutakan

oleh cintanya pada Sita. Dia berbicara kasar pada Vibhisana dan menyuruhnya pergi.

Ravana mulai khawatir. Dia berfikir bahwa sebuah sidang perlu diadakan untuk

membahas masalah perang itu. Dia menyuruh seorang utusan untuk memanggil

semua tokoh masyarakat ke ruang sidang. Vibhisana juga datang.

2
Ravana menyuruh Prahastha untuk melakukan persiapan dan menyisakan sejumlah

pasukan untuk menjaga kota. Ravana juga menunggu kakaknya, Kumbakarna bangun

kembali dari tidurnya. Dan dia sudah ada diruang sidang. Ravana menceritakan

betapa ia sangat menginginkan Sita. Tidak ada wanita di ketiga dunia ini yang

menyamai kecantikan Sita. Ravana juga bercerita bahwa ia tidak bisa merebut Sita

dengan paksa karena ia telah dikutuk Brahma, bila ia mengambil istri atau

wanitasecara paksa maka kepalanya akan pecah menjadi seribu keping.

Vibhisana kembali mengingatkan Ravana akan perbuatannya. Dia mengingatkan

Ravana akan kekuatan Rama. Namun Indrajit, putra Ravana malah membantah kata-

kata pamannya itu dan mengatainya pengecut. Indrajit juga menyombongkan

kekuatannya. Vibhisana mendengar kata-kata keponakannya dengan tenang,

kemudian dia menasihati Indrajit. Vibhisana kembali memohon pada Ravanauntuk

mau mendengar nasihatnya, namun Ravana malah mengucapkan kata-kata kasar yang

membuat Vibhisana sakit hati. Vibhisana pun memutuskan untuk pergi meninggalkan

Ravana bersama empat pengikutnya. Setelah pergi dari kota Lanka, Vibhisana pergi

menuju pesisir pantai tempat Rama dan Laksmana berada. Vibhisana mengutarakan

maksud kedatangannya dari udara pada para vanara bahwa ia telah meninggalkan

Ravana dan ia meminta para vanara menyampaikan kedatangannya pada Rama. Rama

meminta pendapat para vanara tentang kedatangan Vibhisana dan kebanyakan dari

mereka menolak untuk menerima Vibhisana.

3
Tetapi kemudian Hanuman menceritakan pada Rama saat Vibhisana menentang

keputusan Ravana untuk membunuh Hanuman ketika Hanuman mencari dewi Sita di

kota Lanka. Kemudian Rama memutuskan untuk menerima kunjungan Vibhisana.

Vibhisana segera datang pada Rama dan bersujud di kaki Rama. Dia memuji

kebaikan hati dan keagungan Rama. Rama tersentuh hatinya oleh pengabdian

Vibhisana dan memandanginya dengan senang hati.

Vibhisana sangat terharu dengan sikap Rama hingga air matanya mengalir tanpa

henti. Rama meminta Vibhisana menceritakan bagaimana kekuatan Ravana.

Vibhisana memberitahukan semua yang diketahuinya tentang kehebatan Ravana dan

anugerah dari brahma yang membuatnya tidak tidak akan terkalahkan oleh para

Dewa, gandharwa, dan semua penghuni surga. Ia juga menceritakan tentang

Prahastha, Kumbakarna, dan kehebatan Indrajit dalam seni perang maya.

Rama mendengarkan cerita Vibhisana dengan baik. Ia berjanji akan membunuh

Ravana dan para pengikutnya, serta membuat Vibhisana menjadi raja Lanka. Jika

Rama tidak berhasil, maka ia bersumpah tidak akan kembali ke Ayodhya. Vibhisana

berlutut di kaki Rama dan ia bersumpah akan berusaha dan membantu Rama dalam

usaha menghancurkan kota Lanka. Kemudian Rama menyuruh Laksmana untuk

melakukan upacara penobatan Vibhisana dihadapan para vanara dan panglima

perangnya. Vibhisana menyarankan Rama agar meminta bantuan penguasa lautan

untuk bisa menyeberanginya. Rama menyetujui saran Vibhisana, begitu juga

Laksmana dan Sugriva.

4
Secepatnya Rama membawa rumput darbhadan duduk di pesisir pantai. Ia dengan

khidmat mengukuhkan keinginannya di dalam hatinya dan mulai berkonsultasi.

Seorang mata-mata Ravana, Sardula melaporkan pada Ravana bahwa pasukan kera

yang dipimpin Sugriva akan segera memasuki kota Lanka. Kemudian Ravana

mengutus Suka untuk menyampaikan pesannya pada Sugriva. Setelah menyampaikan

pesannya, Suka langsung dipukuli dan ditinju oleh para vanara. Mendengar tangis

pilu Suka, Rama meminta para vanara melepaskan Suka. Tetapi para vanara tetap

menjadikan Suka sebagai tahanan. Setelah tiga hari tiga malam Rama bermeditasi

dipinggir lautan dan tidak ada respon dari penguasa laut sedikit pun, maka Rama pun

marah. Rama kemudian mengambil busur yang telah di bawa oleh Laksmana. Ia akan

mengeringkan lautan itu. Laksmana tidak sanggup melihat kemarahan kakaknya. Ia

memohon agar Rama bisa meredam kemarahannya, namun Rama tidak

menghiraukannya. Ia kemudian mengeluarkan Brahmastra, hingga akhirnya dari

dalam laut muncul penguasa samudera. Beliau duduk diatas ombak dengan tangan

tercakup menyalami Rama. Beliau berjanji pada Rama akan berusaha membantu

Rama menyeberangi lautan. Penguasa samudera meminta Rama menarahkan

Brahmastra yang telah di bangkitkannyakearah Drumakulya. Para penghuni surga

bergembira karena panah Ramaberhasil membasmi kaum Abhira. Kemudian

samudera memberitahu Rama cara menyeberangi lautan. Beliau meminta Rama

mencari vanara yang bernama Nala, putra Visvatarma. Dia ahli dalam bidang seni

dan pandai seni bangunan.

5
Samudera menjamin bahwa jembatan yang akan dibangun oleh Nala akan ia jaga.

Jembatan itu tidak akan tenggelam atau patah ketika pasukan keraberjalan diatasnya.

Rama kemudian segera mencari Naladan memintanya untuk membangun jembatan.

Nala bersedia melakukannya. Ia akan membangun jembatan sepanjang samudera dan

ia yakin bahwa ia bisa melakukannya. Rama senang mendengar kata-kata Nala. Ia

segera memberikan instruksi untuk membangun jembatan itu. Sesuai instruksi dari

Nala, para vanara mulai mencabuti pepohonan disekitarnya dan dipasang di pinggir

pantai. Batu karang yang besar ikut diangkut oleh para vanara itu. Hanuman pun ikut

membantu pekerjaan para vanara karena ia ingin melayani Rama. Akhirnya jembatan

itu selesai dalam waktu lima hari dengan gunung suvela yang menutup ujung

jembatan itu. Jembatan yang dibangun oleh Nala sangat indah dan mengambang

ditengah laut. Kini mereka pun siap menyeberangi jembatan itu. Sugriva meminta

Rama agar bersedia naik dipundak Hanuman dan Angada akan membawa Laksmana.

Mereka akan membawa Rama dan Laksmana kepinggir selatan dengan cepat dan

mudah karena akan terbang. Kemudian Rama melangkah ke jembatan dan menjadi

orang pertama yang menginjakkan kaki diatas jembatan diikuti oleh Laksmana,

Sugriva dan seluruh pasukan vanara. Setelah mendarat di pinggir selatan lautan,

Rama memeluk Laksmana dan memerintahakan pasukan membuat perkemahan.

Rama berjalan memimpin didepan pasukan menuju Lanka. Vibhisana dan Sugriva

merasa pasti akan keberhasilan mereka dan mereka pun bahagia. Rama melihat para

vanara dalam tentaranya.

6
Ia bersyukur dan terima kasih pada pengabdian yang besar dan cinta tanpa pamrih

dari para vanara itu. Malam telah tiba. Rama tampak terkagum memandangi kota

dengan umbul-umbul dan bendera, menara yang terbuat dari emas. Namun pada saat

itu ia teringat pada Sita yang dipenjarakan di kota itu. Rama berbincang dengan

Laksmana, berdiri memandangi kota Lanka cukup lama. Kemudian ia tersadar dan

segera menyusun rencana penyerangan. Rama memerintahkan agar tawanan dari

tentara raksasa segera dilepaskan. Suka kembali ke Lanka dan menceritakan semua

yang terjadi pada Ravana. Kemarahan Ravana tersulut karena kata-kata Suka. Ia

belum bisa percaya bahwa Rama dan pasukannya telah membuat jembatan sepanjang

lautan dan telah menyeberanginya. Ia kembali mengutus Suka dan Sarana menyusup

dalam pasukan vanara. Mereka merubah dirinya menjadi kera namun, Vibhisana

mengetahuinya dan menyerahkan mereka pada Rama.rama memerinyahkan untuk

melepaskan mereka. Mereka kembali ke Lanka dan menyampaikan pesan Rama

kepada Ravana. Ravana sangat marah dan pergi keatas teras istana untuk melihat

pasukan Rama bersama Suka dan Sarana. Kedua mata-mata itu menceritakan siapa

saja pemimpin pasukan vanara. Ravana tampak sedikit khawatir. Ia mengarahkan

kemarahannya pada kedua mata-matanyayang telah mengagungkan kekuatan musuh

didepannya. Suka dan Sarana kemudian memberi hormat dan meninggalkan Ravana.

Ia menyuruh mata-mata baru, salah satunya adalah Sardula. Ia tertangkap dan di

pukuli para vanara.

7
Rama menengahinya dan menyuruhnya kembali ke Lanka. Ravana mengajak

Vidyujjihva, salah satu orangnya yang ahli dalam seni maya pergi ke tempat Sita.

Ravan amemintanya menyiapkan sebuah kepala yang mirip dengan kepala Rama dan

juga busur dan anak panahnya. Di Asokavana, Sita duduk termenung dan terus

memikirkan Rama. Ravana melangkah kearahnya. Ia menceritakan pada Sita bahwa

Rama telah ia bunuh saat Rama dan pasukannya sedang tertidur karena kelelahan. Ia

kemudian memanggil Vidyujjihva untuk mengantar kepala Rama padanya. Sita

memandangi kepala palsu Rama yang dipenuhi darah dan busur kodanda. Sita mulai

putus asa. Dia menjadi patah hati dan tak seorang pun bisa menghiburnya. Ravana

sangat senang dengan kesedihan Sita. Tapi tiba-tiba Prahastha datang dan Ravana

segera pergi keruang sidang. Bersamaan dengan kepergian Ravana, kepala dan busur

Rama juga menghilang. Sita menjadi bingung dengan apa yang sedang terjadi.

Kemudian datang seorang raksasi yang bersimpati pada Sita. Dia memberitahu Sita

bahwa semua itu adalah tipu daya Ravana. Rama belum terbunuh dan sebentar lagi

perang segera akan dimulai karena sudah terdengar suara genderang yang ditabuh dan

tiupan terompet. Pasukan Rama telah mendekati kota Lanka. Mereka membunyikan

terompet dan genderang yang terdengar sampai kota Lanka. Salah seorang veteran

kerajaan, Malyavan menasihati Ravana tapi Ravana tak menggubrisnya. Malahan ia

berbicara kasar pada Malyavan. Ravana bergegas menjaga kotanya dan menunjuk

orang-orang yang akan menjadi pelayan setianya.

8
Gerbang timur dijaga oleh Prahastha, gerbang selatan Mahodara dan Mahaparvasva,

gerbang barat Indrajit, dan bagian selatan oleh Suka dan Sarana. Virupaksa menjaga

jantung kota dan benteng. Ravana merasa aman dan Rama tidak dapat melawan

pasukannya. Sugriva memiliki orang-orang yang tangguh dan mereka semua

mengelilingi Rama dan Laksmana. Vibhisana dengan nada yang manis

menggambarkan kekuatan pertahanan Ravana yang ia ketahui dari mata-matanya.

Rama memberitahu bahwa tidak boleh ada seorang vanara pun yang menyamar

menjadi manusia selama perang berlangsung. Esok harinya, kota Lanka tampak

berwarna-warni dengan harumnya bunga yang tertiup hembusan angin. Rama

memandangi kota itu dengan kekaguman. Ia melihat Ravana di istananya. Sebuah

bendera dan payung kebesaran melindunginya. Di dadanya Nampak tanda yang di

buat oleh airavata dan ia sedang memakai sutera merah yang di tenun dengan benang

emas hingga berkilau oleh sinar matahari pagi.

Sugriva telah terbang menuju Lanka. Kemarahan yang tiba-tiba meluap membuatnya

spontan berbuat gegabah. Ia mendatangi Ravana, menarik mahkotanya dan

melemparnya ke tanah. Ravana menangkap Sugriva, kemudian keduanya bergulat

dan saling menyakiti. Ravan menggunakan taktik maya. Sugriva menyadari

keterbatasannya dan kembali pada Rama. Rama sangat khawatir dengan Sugriva dan

ia bahagia saat Sugriva telah kembali. Rama turun dari puncak perbukitan Suvela dan

memulai persiapan perang.

9
Rama telah siap beperang tapi ia tetap mengikuti aturan perang dan mengirim seorang

utusan untuk mengusahakan perdamaian. Ia mengirim Angada. Angada segera

berangkat dan telah sampai di ruang rapat Ravana. Ia menyampaikan pesan Rama.

Ravana tetap memutuskan untuk perang. Sedangkan Rama sendiri meras senang

karena keputusan Ravana. Para vanara mulai berlarian menuju gerbang istana Ravana

dan memulai peperangan.

Pasukan Rama telah menerjang kota Lanka, mereka menghancurkan gerbang kota.

Indrajit, putra Ravana, bertarung melawan Angada. Virupaksa telah di bunuh oleh

Laksmana. Pertarungan terus berlanjut hingga malam tiba. Rama dan Laksmana

bertarung menggunakan busur mereka. Kemudian Indrajit menggunakan siasat

Mayanya. Ia berhasil melukai Rama dan Laksmana dengan anak panahnya dan ia

berhasil mengikat kedua bersaudara itu dengan astra Nagapasa yang hebat dan

beracun. Indrajit kembali ke Lanka dengan perasaan penuh kemenangan.

Sugriva sangat mengkhawatirkan Rama dan Laksmana. Vibhisana berusaha

menghiburnya dan mengatakan bahwa Rama dan Laksmana hanya pingsan.

Kemudian Sugriva dan Vibhisana menghibur para vanara dari ketakutan mereka.

Indrajit sampai di kota Lanka dan memberitahukan semua yang terjadi di medan

perang pada Ravana. Ia sangat bangga pada putranya dan memeluknya. Ia segera

mengutus raksasi yang menjaga Sita untuk memberitahukan pada Sita tentang apa

yang terjadi pada Rama.

10
Para raksasi membawa Sita naik kereta Puspaka terbang ke medan perang. Sita

melihat Rama dan Laksmana yang terluka parah. Kesedihannya pun pecah dan ia

meneteskan air mata. Trijata mengatakan pada Sita bahwa suaminya belum mati. Sita

merasa yakin akan kata-kata Trijata. Dia pun mencakupkan kedua tangannya sebagai

tanda penghormatannya pada Rama. Kemudian Sita dibawa kembali ke Asokavana.

Para pemimpin pasukan vanara berdiri mengelilingi Rama dan Laksmana. Perlahan-

lahan tubuh Rama bergerak dan ia sadar kembali. Ia sangat sedih karena berpikir

bahwa adiknya telah mati. Kemudian Rama pingsan lagi. Susena, tabib pasuka

vanara, memerintahkan Hanuman mencari obat Sanjivakarani dan Visalyakarani.

Tiba-tiba dari arah laut terlihat burung Garuda mendekati kedua pangeran yang

pingsan itu. Ketika Garuda mendekat, ular-ular yang mengikat tubuh Rama dan

Laksmana berlarian ketakutan. Garuda kemudian menyentuh wajah kedua pangeran

itu dan mereka kembali sehat seperti semula. Garuda memeluk Rama dan Laksmana.

Setelah berpamitan pada dua pangeran itu, maka Garuda kembali terbang ke angkasa.

Melihat kedua pangeran itu, pasukan kera sangat senang. Mereka terus menggempur

Lanka dan membunyikan terompet dan genderang. Ravana mendengar gemuruh itu.

Ia menyuruh utusan untuk mencari tahu apa yang terjadi.

Ravana mendengar dari utusannya bahwa Rama dan Laksmana telah terbebas dari

ikatan Nagapasa. Ia kemudian memanggil raksasi bernama Dhumraksa dan

mengutusnya untuk melawan para vanara. Akhirnya Dhumraksa tewas akibat

lemparan batu karang Hanuman.

11
Ravana telah mendengar gugurnya Dhumraksa, kemudian ia mengirim Vajradamstra

yang ahli dalam siasat maya. Raksasa ini berhasil di bunuh oleh Angada. Kemudian

pasukan raksasa dipimpin oleh Akampana yang berhasil dibunuh oleh Hanuman.

Ravana frustasi dan ia mengutus Prahastha maju ke medan perang. Prahastha pun

gugur karena Nila melemparkan sebuah batu karang besar padanya dan kepalanya

pecah berkeping-keping.

Ravana menaiki kereta menuju medan perang. Dari kejauhan, Vibhisana menjelaskan

pada Rama siapa saja yang datang ke medan perang. Rama memandangi para

penguasa raksasa itu dari kejauhan, tiba-tiba mata Rama menjadi memerah karena

teringat Sita telah diculik oleh raja mereka.

Ravana menghujani medan perang dengan anak panahnya dan ia berhasil melukai

Sugriva. Laksmana menyentuh kaki kakaknya, lalu ia berangkat untuk bertarung

dengan Ravana. Ravana mendekati Laksmana dan memetik dawai panahnya tanda

bahwa ia sudah siap untuk berperang. Laksmana menerima tantangannya. Maka

terjadilah perang antara Laksmana dan Ravana. Ravana mengeluarkan Sakti yang

dianugerahkan oleh Brahma. Sakti itu menembus dada Laksmana dan ia menjadi

pingsan. Sekarang Rama yang menghadapi Ravana. Rama menghancurkan kereta dan

membunuh kuda serta sais kereta Ravana. Busur panah Ravana telah patah, keretanya

hancur, mahkotanya hancur berkeping-keping oleh satu buah anak panah Rama. Ia

terluka parah olehbanyak anak panah Rama.

12
Ia pun kembali ke Lanka dengan perasaan kecewa.Ravana benar-benar kecewa. Ia

memutuskan untuk membangunkan Kumbhakarna. Ravana menyuruh utusan untuk

pergi menuju istana Kumbhakarna dengan membawa wewangian, bunga-bungaan dan

makanan yang berlimpah dengan berbarel anggur. Mereka tiba di tempat

Kumbhakarna tidur dan hampir tidak bisa berdiri karena desiran nafas Kumbakarna

yang membuat mereka jatuh bangun.

Kumbhakarna sangat sulit di bangunkan. Akhirnya setelah berusaha keras,

Kumbhakarna bangun. Ia kemudian menghabiskan makanan dan menenggak anggur

yang ada di depannya. Para utusan itu menceritakan peperangan yang telah terjadi.

Kemudian Kumbhakarna menemui Ravana. Ia sangat senang karena Kumbakarna

telah di bangunkan. Kemudian Ravana mengutus Kumbhakarna untuk maju ke

medan perang. Ia yakin bahwa Kumbhakarna akan menang. Kumbhakarna kemudian

bersujud di depan Ravana dan pergi menuju medan perang.

Kumbhakarna di telah berada di medan perang. Para vanara ketakutan melihatnya.

Rama melihat keadaan itu. Vibhisana memberitahu Rama bahwa yang datang adalah

Kumbhakarna. Ia terus menggempur pasukan kera. Dvivida mencoba melawannya

dan di bantu Hanuman. Ia berhasil menusukkan trisulanya pada Hanuman hingga

Hanuman terluka. Ia kemudian menyerang Sugriva. Ia mengangkat Sugriva di

tangannya dan akan memenjarakannya. Tapi Sugriva memukul hidung raksasa itu dan

ia menjatuhkan Sugriva di tanah.

13
Kemudian Sugriva kembali ke medan perang dan berdiri disamping Rama

Kumbhakarna kembali ke medan perang dan menghadapi Rama. Rama membidikkan

panahnya dan berhasil melukai Kumbhakarna. Kemudian Rama mendekatinya

dengan memegang busur dengan erat ditangannya. Tubuh Kumbhakarna telah

terkunci.

Rama memetik dawai panahnya dan membidikkan anak panahnya berturut-turut

namun nampaknya Kumbhakarna tidak terluka sedikit pun. Rama kemudian

membidikkan astra Vayu dan memotong lengan Kumbhakarna yang memegang

Mudgara. Kemudian Rama mengeluarkan astra Indra dan berhasil memotong tangan

Kumbhakarna yang satunya. Kemudian dua panah memotong kedua kaki

Kumbhakarna. Rama membangkitkan Aindrasta dan astra itu memenggal kepala

Kumbhakarna. Pasukan vanara tampak bahagia dan Rama sangat puas.

Beberapa mata-mata Ravana memberitahunya bahwa Kumbhakarna telah gugur

dengan tubuh yang terpotong-potong. Ravana langsung jatuh pingsan karena ia

sangat sedih. Setelah beberapa lama, Ravana siuman. Kesedihannya semakin

menjadi-jadi. Melihat kesedihan ayahnya, putra-putra Ravana yaitu Trishara,

Devantaka, Narantaka, Atikaya serta putranya yang lain bersemangat untuk maju ke

medan perang. Ravana merestui mereka.

Ravana merasa bangga dengan keberanian putra-putranya. Mereka bersujud di depan

Ravana dan berangkat ke medan perang.

14
Pertarungan antara kedua pasukan mulai berkobar. Tampak hujan panah, lembing dan

trisula diantara keduanya. Narantaka tewas di tangan Angada, Hanuman berhasil

membunuh Devantaka dan Trishara. Yuddhonmatta dibunuh oleh Nila, dan Matha

dibunuh oleh Rishabha. Tampaklah kehancuran di pihak raksasa.

Athikaya melangkah di tengah kerumunan pasukan kera dan menginjak-injak mereka.

Laksmana pun menghadapinya. Athikaya bertarung menggunakan panah-panah yang

mematikan. Laksmana mengeluarkan astra Agni dan dibalas dengan Suryastra oleh

Athikaya. Kemudian Laksmana membangkitkan Brahmastra dan membidikkannya

tepat di dada Athikaya. Athikaya berusaha melindungi dirinya namun tidak berhasil.

Kepalanya yang memakai mahkota itu jatuh ketanah. Tampaklah kegembiraan di

antara pasukan vanara dan kekecewaan pasukan raksasa.

Berita kematian para ksatriya muda Ravana telah membuatnya semakin marah dan

khawatir. Ravana sangat sedih atas kematian orang-orang terdekatnya. Tak ada yang

bisa menghiburnya. Kemudian Indrajit berusaha menenangkannya. Ia berjanji akan

pergi ke medan perang. Saat itu juga, ia berpamitan pada ayahnya dan berangkat ke

medan perang.

Indrajit mulai membunuh puluhan ratusan dan ribuan kera dalam waktu sekejap.

Semua tentara vanara yang tangguh di lukai olehnya. Ia kemudian mendekati Rama

dan Laksmana. Ia melepaskan beberapa anak panah pada mereka, namun Rama

mengacukan panah-panah itu.

15
Kedua bersaudara itu pun menderita kesalitan oleh hujan panah yang diarahkan pada

mereka. Indrajit yakin bahwa ia telah membunuh semua musuhnya dan ia kembali ke

Lanka dengan sebuah tangisan bahagia. Kini pasukan vanara telah hancur. Vibhisana

berusaha memberi semangat pada pasukannya. Hanuman sama sekali tidak

terpengaruh oleh astra yang dahsyat dan ia tampak seperti biasanya. Vibhisana

mencari Jambavan, dan ia menemukannya sedang merintih kesakitan. Jambavan

bertanya apakah Hanuman masih hidup pada Vibhisana. Vibhisana heran, mengapa ia

tidak menanyakan keadaan tuannya, Sugriva, atau kedua pangeran Kosala, tetapi

malah menanyakan keadaan Hanuman.

16

A. Karakter Tokoh
 Rama adalah seseorang yang bijaksana dalam mengambil keputusan, penuh

cinta kasih, menyayangi semua orang terutama istri dan ketiga saudaranya,

bertanggung jawab pada tugas-tugasnya

 Sita adalah seorang yang setia dan berbakti pada suaminya, penyayang,

rendah hati, sabar

 Laksmana adalah seorang ksatria yang tangguh, bertanggung jawab pada

tugasnya, setia pada kakaknya, bijaksana, sabar, sangat menyayangi Sri Rama

 Ravana adalah raksasa yang sangat angkuh, kejam, ingin memiliki milik

orang lain, serakah, sombong akan kekuatannya

 Hanuman adalah kera yang baik, bijaksana, bertanggung jawab dalam

melaksanakan tugas, setia pada tuannya, tangguh dalam menghadapi musuh

 Sugriva adalah raja kera yang baik, menepati janji, bertanggung jawab,

bijaksana

 Vibhisana adalah raksasa yang baik, senantiasa di jalan Dharma, bijaksana

dalam mengambil keputusan

17

B. Nilai Filosofis
 Hanuman membawa Rama dan Angada membawa Laksmana seperti Indra

diatas Airavata dan Kubera diatas gajahnya Sarva.

 Yama adalah dewa kematian

C. Nilai Upacara
 Matahari mulai mengurangi sinarnya dan berputar ke arah barat. Dengan berat

hati Rama memuja matahari.

18

Anda mungkin juga menyukai