Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SAD DARSANA

DISUSUN
OLEH :

 ARNI PRATIWI
 EKA NIRMALA SARI
 HESTI

SMA NEGERI 1 TIRAWUTA


TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Atas Asung Kertha Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha
Esa) pada akhirnya makalah ini tersusun dalam bentuk yang sederhana setelah banyak rintangan
baik teknis maupun non tekhnis. Adapun judul makalah yang saya ambil adalah “Sad Darsana”.
Penyusun menyadari bahwa komposisi, struktur maupun materi yang terdapat dalam
makalah ini masih jauh dari yang diharapkan, oleh karena itu penyusun menyadari beberapa
kekurangan-kekurangan dan keterbatasan penulis miliki. Oleh karena itu saran dan kritik dari
semua pihak yang sifatnya membangun sangat diharapkan dalam perbaikan makalah ini.
Dengan selesainya makalah ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada guru
kami yang telah banyak memberi petunjuk dalam pembuatan makalah ini, tak lupa juga kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman kami yang telah banyak
memberikan motivasi dan dorongannya sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Om Santi Santi Santi Om.
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ...........................................................................................................................


Kata Pengantar ..............................................................................................................................
Daftar Isi .......................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................................
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................
C. Tujuan ...............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sad Darsana ....................................................................................................
B. Bagian-Bagian Sad Darsana .............................................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................................................
B. Saran .................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini agama Hindu telah menjadi agama besar dunia yang tidak hanya
menghasilkan seorang Dayananda dan Tilak tetapi juga seorang Gandhi dan Sarvepalli
Radhakrishnan, seorang Aurobindo Ghose dan Krishnamurti, warga dunia yang
sesungguhnya dan nabi-nabi bagi sebuah agama universal. Apa yang telah terjadi atas
agama Hindu ini tidak terlepas dari ajaran agamanya juga tentang kefilsafatannya yaitu
filsafat India.
Dalam konteks keilmuan bahasa Sanskerta, filsafat India ini dikenal dengan istilah Sad
Darshana yang merupakan suatu pandangan yang benar terhadap apa yang harus
dilakukan oleh seseorang baik moral maupun material untuk mencapai kebenaran dan
kebahagiaan yang tertinggi dan abadi (moksa).

B. Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian Sad Darsana ?
b. Untuk Bagian-bagian Sad Darsana ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui Pengertian Sad Darsana
b. Untuk mengetahui Bagian-bagian Sad Darsana
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sad Darsana


Kata darshana berarti persepsi langsung, pandangan kontemplatif, penglihatan spritual.
Secaara pilosofi, katadarsana berartipengetahuan tentang prinsip tertinggi atau pola yang
melandasi kreasi fenomenal dan tentang pembagian kategori unsur-unsur yang
memebentuk pola-pola tersebut.
Sad darshana atau enam sistem filsafat ortodoks india yang disampaikan dalam sistem
klasik. aliran–aliran filsafat ini dikembangkan sebagai hasil dari pengetahuan yang
didapatkan melalui masa weda, brahmana, upanishad dan purana dalam sejarah
pemkiran india. Sistem filsafat ini berasala dari para petapa dan orang-orang bijak india,
sebagai hasil realisasi spiritual serta penglihatan kontemplatif mereka.
Secara terstruktur perkembangan filsafat India terbagi ke dalam beberapa periodisasi
zaman yaitu: (1) Zaman Weda (1500 – 600 SM) yang diisi oleh peradaban bangsa Arya,
pada saat itu baru muncul benih pemikiran filsafat berupa mantra, pujian keagamaan
yangterdapat dalam sastra Brahmana dan Upanishad; (2) Zaman Wiracarita (600 – 200
SM) yang diisi oleh perkembangan sistem perkembangan pemikiran filsafat
berupa Upanishad. Ide pemikiran filsafat tersebut berbentuk tulisan yang bertemakan
kepahlawanan dan hubungan antara manusia dengan dewa; (3) Zaman Sastra Sutra (200
SM – 1400 M) yang diisi oleh semakin banyaknya bahan – bahan pemikiran filsafat
berupa sutra; (4) Zaman Kemunduran (1400 – 1800 M) diisi oleh pemikiran filsafat yang
mandul karena para ahli piker hanya menirukan pemikiran filsafat yang lampau; (5)
Zaman Pembaharuan (1800 – 1950 M) diisi oleh kebangkitan pemikiran filsafat India
yang dipelopori oleh Ram Mohan Ray (Achmadi, 2010: 85 – 86).
B. Bagian-Bagian Sad Darsana
1) Nyaya Darsana
Nyaya darsana merupakan merupakan dasar dan pengantar dari seluruh pengajaran
filsafat Hindu. Nyaya Sutra yang digunakan sebagai sumber dari filsafat Nyaya ditulis
oleh Rsi Gautama atau sering pula dikenal dengan nama Aksapada atau Dirghatapas
kurang lebih pada abad ke-4 SM. Nyaya berarti ‘argumentasi’, sehingga sering pula
disebut sebagai Tarka vada atau diskusi tentang suatu darsana atau pandangan filsafat.
Didalam Nyaya darsana sendiri terkandung ilmu perdebatan (Tarka vidya) dan ilmu
diskusi (vada vidya) yang berarti bersifat analitik dan logis. Dari konsep ini maka
dapat diketahui bahwasannya Nyaya menekankan pada aspek logika dan nalar dengan
pendekatan ilmiah dan realisme.
Nyaya merupakan alat utama untuk meyakini sesuatu dengan penyimpulan yang tak
terbantahkan, yang dilalui dengan pengujian dengan berbagai argumentasi dan
melewati berbagai perbantahan sehingga membentuk suatu keyakinan yang penuh.
Menurut konsep Nyaya, pengetahuan menyatakan 4 kadaan, yaitu :
1. Subyek atau si pengamat (pramata)
2. Obyek (Prameya)
3. Keadaan hasil dari pengamatan (Pramiti)
4. Cara mengetahui (Pramana)
Obyek yang diamati (Prameya) berjumlah 12, yaitu :
1. Roh (Atman)
2. Badan (Sarira)
3. Indriya
4. Obyek Indriya (Artha)
5. Kecerdasan (Buddhi)
6. Pikiran (Manas)
7. Kegiatan (Pravrrthi)
8. Kesalahan (dosa)
9. Perpindahan (Pretyabhava)
10. Buah atau hasil (Phala)
11. Penderitaan (Duhkha)
12. Pembebasan (Apawarga)
Nyaya darsana yang bertindak pada garis ilmu pengetahuan, menghubungkan
Vaisesika pada tahapan dimana materi-materi spiritual (adhyatmika) seperti : jiwa
(roh pribadi), jagat (alam semesta), Isvara (Tuhan), dan Moksa (pembebasan), yang
disbut Apawarga oleh Vaisesika. Nyaya dan Vaisesika mempercayai Tuhan yang
berpribadi, kejamakan dari roh dan alam semesta yang berupa atom-atom. Nyaya
Darsana mendiskusikan kebenaran mendasar melalui bantuan 4 cara pengamatan
(Catur Pramana) :
 Pratyaksa pramana = pengamatan langsung
 Anumana pramana = melalui penyimpulan.
 Upamana pramana = melalui
 Sabda pramana = melalui penyaksian.
 Pratyaksa pramana = pengamatan langsun
Pratyaksa pramana atau pengamatan secara langsung melalui panca indriya dengan
obyek yang diamati, sehingga memberi pengetahuan tentang obyek-obyek, sesuai
dengan keadaannya. Pratyaksa pramana terdiri dari 2 tingkat pengamatan, yaitu : 1).
Nirwikalpa pratyaksa (pengamatan yang tidak menentukan) pengamatan terhadap
suatu obyek tanpa penilaian, tanpa asosiasi dengan suatu subyek, 2) Savikalpa
pratyaksa (pengamatan yang menentukan) pengamatan terhadap suatu obyek
dibarengi dengan pengenalan cirri-ciri, sifat-sifat dan juga subyeknya.
- Anumana pramana melalui penyimpulan.
Anumana pramana merupakan hasil yang diperoleh dengan adanya suatu
perantara diantara subyek dan obyek, dimana pengamatan langsung dengan indra
tidak dapat menyimpulkan hasil dari pengamatan. Perantara merupakan suatu
yang sangat berkaitan dengan sifat dari obyek.
Proses penyimpulan melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Pratijna : memperkenalkan obyek permasalahan tentang kebenaran
pengamatan.
2. Hetu : alasan penyimpulan
3. Udaharana : menghubungkan dengan aturan umum itu dengan suatu masalah.
4. Upanaya : pemakaian aturan umum pada kenyataan yang dilihat.
5. Nigamana : penyimpulan yang benar dan pasti dari seluruh proses
sebelumnya.
- Upamana pramana melalui perbandingan.
Upamana pramana merupakan cara pengamatan dengan membandingkan
kesamaan-kesamaan yang munkin terjadi atau terdapat dalam suatu obyek yang di
amati dengan obyek yang sudah ada atau pernah diketahui.
- Sabda pramana melalui penyaksian.
Sabda pramana merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui kesaksian dari
orang-orang yang dipercaya kata-katanya, ataupun dari naskah-naskah yang
diakui kebenarannya. Kesaksian terdiri dari 2 jenis : 1). Laukika sabda : kesaksian
yang didapat dari orang-orang terpercaya dan kesaksiannya dapat diterima akal
sehat, 2). Vaidika sabda : kesaksian yang didasarkan pada naskah-naskah suci
Veda sruti.
2) Waisesika darsana
Waisesika darsana didirikan oleh Rsi Kanada yang dikenal pula dengan nama
Aulukya dan Kasyapa. Pada dasarnya waisesika merupakan pengembangan dari
Nyaya darsana, prinsip-prinsip pokok mengenai hakekat sang diri dan teori alam
semesta tetap sama. Waisesika mengambil nama ‘visesa’ yang berarti kekhususan
yang merupakan pembeda ciri-ciri dari benda-benda.
Vaisesika dimulai dengan pencarian atas kategori-kategori (padartha) yaitu
penghitungan sifat-sifat tertentu yang dapat dikatakan tentang benda-benda yang ada.
Sebuah padartha merupakan suatu obyek yang dipikirkan (artha) dan diberi nama
(pada). Padartha dalam vaisesika darsana berjumlah 7 kategori, yaitu :
1. Drawya : benda-benda atau substansi yang berjumlah 9 substansi, yaitu : tanah
(prthivi), air (apah), api (tejah), udara (vayu), ether (akasa), waktu (kala), ruang
(dis), roh (jiwa), dan pikiran (manas). Empat drawya pertama dan drawya terakhir
(pikiran) merupakan substansi abadi yang tidak meresapi segalanya namun dalam
persenyawaan sifatnya tidak abadi
2. Guna : sifat-sifat atau ciri-ciri dari substansi, terdiri dari : rupa atau warna, rasa,
bau (gandha), sentuhan (sparsa), jumlah (samkhya), ukuran (parimana),
keanekaragaman (prthaktva), persekutuan (samyoga), keterpisahan (vibhaga),
keterpencilan (paratva), kedekatan (aparatva), bobot (gurutva), keenceran
(dravatva), kekentalan (sneha), suara (sabda), sifat pembiakan sendiri (samskara),
budhi (pemahaman), sukha (kesenangan), penderitaan (duhkha), kehendak
(iccha), kebencian (dvesa), usaha (prayatna), kebajikan (dharma),
kekurangan/cacat (adharma). 8 guna yang terakhir merupakan sifat dari roh,
sedangkan yang lain milik dari substansi material.
3. Karma : kegiatan yang terkandung dalam gerakan, terdiri dari gerakan keatas
(utksepana), gerakan kebawah (avaksepana), gerakan membengkok (A-kuncana),
gerakan mengembang (prasarana), gerakan menjauh dan mendekat (gamana).
4. Samanya : bersifat umum yang menyangkut 2 permasalahan :1) sifat umum yang
lebih tinggi dan lebih rendah, 2) jenis kelamin dan spesies.
5. Visesa : kekhususan yang dimiliki oleh 9 substansi abadi (drawya)
6. Samawaya : keterpaduan satu jenis, yaitu keterpaduan anatara substansi dengan
sifatnya.
7. Abhava : ketidakadaan dan penyangkalan terdiri dari 4 jenis, yaitu : 1).
Pragabhava : ketidakadaan dari suatu benda sebelumnya, 2). Dhvasabhava :
Penghentian keberadaan, 3). Atyantabhava : ketidak adaan timbal balik, 4).
Anyonyabhava : ketiadaan mutlak.
3) Pengertian Samkhya
Samkhya adalah salah satu sistem filsafat India yang mengakui Veda sebagai otoritas
tertinggi. Oleh sebab itu Samkhya dikelompokkan kedalam Astika (ortodok). Jika
dilihat dari bentuk katanya, Samkhya berasal dari dua urat kata yaitu “Sam” dan
“Khya”. Sam diartikan sebagai bersama-sama dan Khya diartikan sebagai bilangan,
jadi secara harfiah Samkhya berarti bilangan bersama-sama.
Kata Samkhya digunakan dalam Sruti dan Smerti, dimana masing-masing digunakan
dalam pengertian pengetahuan dan tindakan, sehingga kata Samkhya ini juga
memiliki arti pengetahuan yang benar. Perkataan Samkhya juga berarti pengetahuan
yang sempurna, yang dimaksud adalah filsafat tentang sesuatu yang memberi
pelajaran untuk mengenal diri sendiri secara metafisik. Istilah Samkhya juga
dipergunakan dalam pengertian Vicara, yaitu perenungan filosofis.
Pendiri Ajaran Samkhya
Sistem ajaran Samkhya ini dicetuskan oleh Maha Rsi Kapila. Rsi Kapila ini lahir dari
ibu yang bernama Devahuti dan ayahnya adalah Kardama. Dari ibunyalah Rsi Kapila
ini mendapatkan ajaran-ajaran filsafat, dan apa yang menjadi konsep system ini
ditulis dalam sebuah buku Samkhya Sutra. Rsi Kapila sering dipanggil dengan
sebutan Rsi Kapila Muni, dikatakan sebagai Putra Brahma dan Avatara Visnu
Pemahaman Samkhya
Ajaran Samkhya disebut realistis, dualistis dan pluralitas. Disebut relistis karena
mengakui realitas dunia ini yang bebas dari roh. Disebut dualistis karena prinsip
ajarannya ada dua realitas yang berdiri sendiri saling bertentangan dan dapat
dipadukan, yaitu purusa dan prakerti. Dan Samkhya disebut plurslisme karena
mengajarkan bahwa purusa itu beranak sekali.
Dalam Sarva Darsana Samgraha, yaitu suatu system filsafat Hindu mengatakan kata
Samkhya (sankhya) itu artinya adalah jumlah. Dan sistem ini memberikan 25 prinsip
terjadinya alam semesta setelah dua asas yaitu purusa dan prakerti sehingga
berkembanglah sebagai penyusun alam semesta dan tubuh manusia itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata Darshana sendiri berarti “melihat”, “pengelihatan” atau “pandangan”. Dalam ajaran
Filsafat Hindhu darshana berarti “pandangan tentang kebenaran”
Sad darshana berarti enam pandangan tentang kebenaran yang mana merupakan dasar
dari filsafat Hindu. Adapun pokok-pokok ajaran Sad darshana antara
lain: Samkhya, Yoga, Mimasa, Nyaya, Waisiseka, Dan Wedanta

B. Saran
Demikianlah yang dapat saya paparkan mengenai materi ini, tenrunya masih banyak
kekurangan dan kelemahan, karena terbatasnya pengetahuan penulis. Saya berharap para
pembaca bias memberi kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya
makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penulisnya pada khususnya juga para pembaca pada umumnya
DAFTAR PUSTAKA

https://lailatulfawaidah.blogspot.co.id/2012/12/kkumpulan-makalah-kel-6-sad-darsana.html
Sudiani, Ni Nyoman, SE.,SPdH., M.Fil.H, Materi Ajar: Mata Kuliah Darsana, STAH Dharma
Nusantara, Jakarta, 2013.
Donder, I Ketut, Brahmavidya: Teologi Kasih Semesta, Paramita, Surabaya, 2006.
Maswinara, I Wayan, Sistem Filsafat Hindu; Sarva Darsana Samgraha, Paramita, Surabaya, 2006

Anda mungkin juga menyukai