Anda di halaman 1dari 2

Nama : I Komang Deva Winayaka

Kelas : X MIPA 4

Nomor : 14

1. Ringkasan Rāmāyana - Sapta Kanda


Cerita Rāmāyana dalam sari patinya mengandung nilai-nilai pendidikan tentang moral dan
etika yang mengacu nilai-nilai agama atau nilai tentang kebenaran agama yang hakiki yang
artinya mengandung nilainilai kebenaran yang bersifat kekal dan abadi. Cerita Rāmāyana dapat
dibedakan menjadi 7 bagian yang disebut Sapta Kanda. Rāmāyana adalah sebuah epos yang
menceritakan riwayat perjalanan Rāmā dalam hidupnya di dunia ini. Rāmā adalah tokoh utama
dalam epos Rāmāyana yang disebutkan sebagai awatara Visnu. Kitab Purāna menyebutkan ada
sepuluh awatara Visnu, satu diantaranya adalah Rāmā.

Kitab Rāmāyana adalah hasil karya besar dari Mahārṣi Vālmīki. Hasil penelitian yang telah
dilakukan menyatakan bahwa Rāmāyana tersusun atas 24.000 stansa yang dibagi atas 7 bagian
yang setiap bagiannya disebut kanda. Ketujuh dari kanda Rāmāyana itu merupakan suatu cerita
yang menarik dan mengasyikkan, karena ceritanya disusun dengan sangat sistematis yang isinya
mengandung arti yang sangat dalam.

Sumber asli dalam kekawin Rāmāyana itu adalah kitab Ravanavadha karangan Bhatti, kitab
ini sering juga disebut Bhattikavya. Secara tradisional kekawin Rāmāyana dikarang oleh Empu
Yogisvara. Kitab-kitab gubahan Rāmāyana sesungguhnya sangat banyak kita jumpai di India
ataupun di luar India, tetapi semua kitab gubahan tersebut pada hakikatnya mengambil materi
langsung maupun tidak langsung dari Rāmāyana karya Vālmīki.

Adapun isi singkat dari tiap-tiap kanda dari kitab Rāmāyana dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Bala Kanda
Negeri Kosala dengan ibukotanya Ayodhyā diperintah oleh raja Daśaratha. Raja
Dasaratha memiliki tiga orang istri, Kausalya yang berputra Rāmā sebagai anak tertua,
Kaikeyi yang berputra Bharata, dan Sumitra yang berputra Laksmana dan Satrughna. Dalam
sayembara di Wideha, Rāmā berhasil memperoleh Sītā putri raja Janaka sebagai istrinya.
b. Ayodhyā Kanda
Dasaratha merasa sudah tua, maka ia hendak menyerahkan mahkotanya kepada
Rāmā. Datanglah Kaikeyi yang memperingatkan bahwa ia masih berhak atas dua permintaan
yang mesti dikabulkan oleh raja. Maka permintaan Kaikeyi yang pertama ialah supaya bukan
Rāmā melainkan Bharatalah yang menjadi raja menggantikan Dasaratha. Permintaan kedua
ialah supaya Rāmā dibuang ke hutan selama 14 tahun. Demikianlah Rāmā, Lakṣmaṇa dan
Sītā istrinya meninggalkan Ayodhyā. Tak lama kemudian Dasaratha meninggal dan Bharata
menolak untuk dinobatkan menjadi raja. Ia pergi ke hutan mencari Rāmā. Bagaimana pun ia
membujuk kakaknya, Rāmā tetap pada pendiriannya untuk mengenbara terus sampai 14
tahun. Pulanglah Bharata ke Ayodhyā dengan membawa terompah Rāmā. Terompah inilah
yang ia letakkan di atas singgasana, sebagai lambang bagi Rāmā yang seharusnya menjadi
raja yang sah. Ia sendiri memerintah atas nama Rāmā.
c. Aranyaka Kanda
Di dalam hutan Rāmā berkali-kali membantu para pertapa yang tidak habishabisnya
diganggu oleh raksasa. Suatu ketika ia berjumpa dengan raksasa perempuan Surpanaka
namanya, ia jatuh cinta padanya. Oleh Laksmana raksasa ini dipotong telinga dan hidungnya.
Kemudian ia melaporkan peristiwa ini kepada kakaknya Ravana, seorang raja raksasa yang
berkepala sepuluh dan memerintah di Alengka. Diceritakan pula betapa cantiknya istri Rama.
Ravana pergi ke tempat Rāmā, dengan maksud menculik Sītā sebagai pembalasan
terhadap penghinaan adiknya. Marica seorang raksasa teman Ravana, menjelma sebagai
kijang emas, dan berlari-lari kecil di depan kemah. Rama dan Sītā sangat tertarik, dan Sita
meminta kepada suaminya untuk menangkap kijang itu. Ternyata kijang itu tidak sejinak
nampaknya, dan Rama makin jauh dari tempat tinggalnya. Akhirnya kijang itu dipanahnya.
Seketika kijang itu menjelma menjadi raksasa dan menjerit keras.
Jeritan itu dikira oleh Sītā berasal dari Rama, maka disuruhnyalah iparnya memberi
pertolongan. Sītā tinggal sendirian. Datanglah seorang Brahmana kepadanya untuk berpura-
pura meminta nasi. Sītā dilarikannya. Dengan sangat bersedih hati, Rama dan Laksmana
mencari jejak Sītā. Dalam pengembaraan yang tidak menentu itu, mereka bertemu dengan
burung Jatayu. Burung tersebut merupakan bekas kawan baik Dasaratha, dan ketika ia
melihat Sītā dibawa terbang oleh Rawana, ia mencoba mencegahnya. Dalam pertempuran
yang terjadi, Jatayu kalah. Setelah memberikan penjelasan itu, Jatayu mati.
d. Kiskindha Kanda
Rāmā berjumpa dengan Sugriva, seorang raja kera yang kerajaan serta istrinya
direbut oleh saudaranya sendiri yang bernama Walin. Rāmā bersekutu dengan Sugriwa
untuk memperoleh kerajaan dan istrinya dan sebaliknya Sugriwa akan membantu Rāmā
untuk mendapatkan Sītā dari negeri Alengka.
e. Sundara Kanda
Hanuman, kera kepercayaan Sugriwa, mendaki gunung Mahendra untuk melompat
ke negeri Alengka. Akhirnya ia dapat menemukan Sītā. Kepada Sītā dijelaskan bahwa tak
lama lagi Rāmā akan datang menjemput. Hanuman ditahan oleh tentara Lengka. Ia diikat
erat-erat dan kemudian dibakar. Ia meloncat ke atas rumah dengan ekornya yang menyala
menimbulkan kebakaran di kota Lengka. Kemudian Hanuman melompat kembali
menghadap Rāmā untuk memberi laporan.
f. Yudha Kanda
Dengan bantuan Dewa Laut tentara kera berhasil membuat jembatan ke Lengka.
Rawana yang mengetahui bahwa negaranya terancam musuh menyusun pertahanannya.
Adiknya, Wibisana menasihatkan untuk mengembalikan Sītā kepada Rāmā dan tidak usah
berperang. Rawana bukan main marahnya. Adiknya itu diusir dari Alengka dan
menggabungkan diri dengan Rāmā.
g. Uttara Kanda
Dalam bagian ini diceritakan bahwa kepada Rāmā terdengar desas-desus bahwa
rakyat menyangsikan kesucian Sītā. Maka untuk memberi contoh yang sempurna kepada
rakyat diusirlah Sītā dari istana. Tibalah Sītā di pertapaan Vālmīki, yang kemudian mengubah
riwayat Sītā itu wiracarita Rāmāyana. Di pertapaan itu Sītā melahirkan dua anak laki-laki
kembar, Kusa dan Lava. Kedua anak ini dibesarkan oleh Vālmīki.

Anda mungkin juga menyukai