“PUNARBHAWA”
OLEH :
KELOMPOK 4
KATA PENGANTAR..................................................................................................................3
BAB I...........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang...................................................................................................................4
1.3 Tujuan.................................................................................................................................5
KESIMPULAN..........................................................................................................................13
SARAN......................................................................................................................................13
DAFTAR PUSAKA...................................................................................................................14
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Agama Hindu
Tentang Punarbhawa", yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membatu dan
mendukung pembuatan makalah ini. Dan saya juga memohon maaf jika makalah ini masih
banyak kekurangan atau jauh dari kesempurnaan karna pengetahuan kami yang masih
terbatas. Maka dari itu kami mohon kritik dansaran yang membangun dari pembaca. Semoga
makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca.
Terimakasih.
Penyusun
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam pengertianya Panca Sradha terdiri dari dua kata yaitu Panca artinya lima dan
Sradha artinya keyakinan, jadi Panca Sradha artinya lima keyakinan yang dimiliki oleh
umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut adalah percaya dengan adanya Tuhan, percaya
dengan adanya Atman, percaya dengan adanya Karmaphala, percaya dengan adanya
Punarbhawa dan percaya dengan adanya Moksa. "Craddhaya satyam apnopi, cradham satye
prajapatih" yang artinya dengan Sradha orang akan mencapai(Yajur Weda XIX.30).
Percaya dengan adanya Tuhan, ini adalah hal yang paling utama, jika kamu tidak percaya
Tuhan tentu kamtidak akan bisa percaya dengan yang lain.
Tuhan adalah sumber dari segala sumber kehidupan dan akhir dari segala yang
tercipta. Tuhan itu dijelaskan dalam sloka yang berbunyi "Ekam eva advityam Brahman"
artinya Tuhan hanya satu tidak ada yang kedua. Atau dalam sloka "Eko narayana na
dwityo'sti kascit" artinya hanya ada satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya. Jadi dengan
melihat dua sloka tadi maka Tuhan itu hanya ada satu dengan beberapa sifatnya yang
disebut Tri Purusa. Tri Purusa terdiri dari tiga bagian yaitu: Paramasiwa artinya Tuhan tidak
bisa diwujudkan, tidabisa dibayangkan, murni, nirguna Brahman. Sadasiwa artinya Tuhan
yang imanen, sarguna Brahmadisinilah Tuhan memiliki sifat Cadhu Sakti dan Astaiswarya.
4
Punarbhawa. Punarbhawa juga disebut dengan samsara. Mengapa demikian? Kata
“samsara” artinya derita/duka. Sebab sesungguhnya hidup sebagai manusia adalah tidak
luput dari sakit, usia tua, dan mati, keadaan yang menyedihkan, kekecewaan dan
sebagainya. Keadaan itulah yang disebut samsara yang kemudian dalam bahasa Indonesia
menjadi sengsara. Jadi lahir di dunia ini sejatinya adalah suatu kesengsaraan. Punarbhawa
juga disebut dengan istilah numadi, numitis, menitis, mulih ngidih nasi yang artinya adalah
menjelma kembali. Punarbhawa sangat tergantung pada karma. Punarbhawa dengan hukum
karma adalah berkaitan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu punarbhawa.
2. Untuk mengetahui penyebab dari punarbhawa.
3. Untuk mengetahui proses terjadinya punarbhawa.
3. Untuk mengetahui hubungan karmaphala dengan punarbhawa.
4. Untuk mengetahui cara membebaskan diri dari punarbhawa.
5. Untuk mengetahui contoh punarbhawa dalam kehidupan nyata.
2.1 Pengertian Punarbhawa
Adapun kata: Punarbhawa, dan Samsara, berasal dari bahasa Sanskerta Punarbhawa,
terdiri dari: Punar = kembali, lagi, berulang; bhawa, dari akar kata Bhu = lahir, hidup, ada,
menjelma, berujud. Punarbhawa, berarti: lahir kembali, lahir Lagi, tumimbal lahir,
menjelma kembali, menitis, dumadi, mangjanma, rebirth, reincarnation (reinkarnasi).
Samsara: penjelmaan Jiwatmari yang berulang- ulang (Samsriti) di dunia ini atau di dunia
yang lebih tinggi. Samsara: mengandung beberapa pengertian yaitu derita, sedih. sengsara;
bhawa cakra (perputaran roda) lahir-hidup-mati; Samsara= Punarbhawa (secara umum).
Secara singkat dapat kita katakan bahwa: Punarbhawa = menjelma kembali, lahir kembali.
Samsara = perputaran Punarbhawa yang berulang kali, sebagai perputarannya sebuah cakra
(roda). Atma maupun Jiwatma itu senantiasa akan mengalami kelahiran yang berulang-
ulang, jika masih diliputi oleh kemauan yang berhubungan dengan keduniaan.
serta terikat pada roda Samsara. Ajaran Punarbhawa (Samsara) ini berdasarkan Pustaka
Suci Weda, baik Weda cruti maupun Weda Smreti.
2.2 Penyebab terjadinya punarbhawa
Punarbhava itu sesungguhnya adalah penderitan yang akan dirasakan oleh setiap mahluk
di dunia ini, tetapi di sisi lain punarbhava itu juga merupakan sebagai kesempatan untuk
melakukan karma yang baik, adanya punarbhava menurut ajaran agama Hindu disebabkan
adanya karmawasana. Karmawasana muncul dari perbuatan manusia, yang di pergunakan
sebagai pedoman benar atau salah itu dalam ajaran agama Hindu adalah sabda Tuhan dalam
kitab suci. Karma pada masa lampau akan membuat wasana atau bekas pada atman, sehingga
dengan demikian muculah punarbhava. Lamanya Punarbhava itu di tentukan banyak sedikitnya
wasana yang ada pada atman, bila dilihat dari segi filosofis karma dan Punarbhava itu kedua-
duanya adalah suatu proses yang terjalin erat satu dengan yang lain.
Setiap karma yang dilakukan oleh seseorang di dorong oleh pikiran, indria dan nafsu
yang tidak sesuai dengan garis kebenaran yang diajarkan oleh agama. Akibat yang ditimbulkan
adalah dosa yang harus ditanggung oleh atman maka itu atman lahir kembali (punarbhava) yang
semua disebabkan oleh karma itu sendiri. Dalam kehidupan di dunia ini sesungguhnya yang
sangat banyak perbuatan yang di liputi oleh sad ripu, sad atatayi, dan sapta timira, akan
membawa seseorang dalam penderitan, untuk dapat menghilangkan penyebab Punarbhava itu
hendaklah seseorang dapat melenyapkan penyebab penderitan itu sendiri dengan jalan selalu
berusaha mawas diri kearah yang benar.
Dalam kehidupan sehari-hari maupun lingkungan bermasyarakat dapat kita lihat dan kita
rasakan, penyebab terjadinya punarbhawa atau kelahiran kembali seperti: Adanya perbedaan
kondisi kehidupan manusia di dunia seperti kaya-miskin, bahagia-sengsara, tanpan-cacat, dan
sebagainya,walaupun Tuhan / Brahman diyakini bahwa maha adil, pengasih dan penyayang.
Sebab terjadinya Punarbhawa seperti, ingin memperbaiki diri menuju kesempurnaan agar roh
dapat mencapai Moksa. Mengenai kebenaran adanya punarbhawa, kitab suci memberikan
kesaksian sebagai berikut :
Bahūni me vyatītāni
janmāni tava cārjuna
Tāny aham veda sarvāni
na tvam vettha parantapa.
Artinya :
Banyak kelahirian (kehidupan yang telah kujalani dan demikian pula engkau,
O Arjuna, semua itu Aku ketahui, tetapi engkau tidak dapat mengetahuinya.
2.3 Proses Terjadinya Punarbhawa
Terjadinya punarbhava diakibatkan manusia di dunia ini masih melakukan hal-hal yang
tidak baik, selalu mencapai atau mencari yang diinginkan melalui cara yang tidak baik, seperti
KKN, mencuri milik orang lain, dll. Dikarenakan manusia di dunia ini masih diliputi oleh sad
ripu, sad atatayi, sarta timira, makanya punarbhava itu selalu ada dalam diri manusia, akibat
perbuatan yang dilakukannya tidak sesuai dengan ajaran agama. Selain itu juga selama isi bumi
masih ada maka proses terjadinya punarbhawa akan tetap ada. Jadi proses terjadinya
Punarbhawa, Setelah roh selesai menikmati hasil perbuatan di alam Roh atau Bwah Loka,
melahirkan kembali roh tersebut. Kelahiran tersebut seseui dengan hasil perbuatannya. Jikalau
roh disertai dengan hasil perbuatan baik, maka akan lahir Sorga yang disebut Swarga Syuta dan
menjadi mahluk utama.
Setiap karma yang dilakukan atas dorongan indria dan kenafsuan adalah Asubha Karma
karena akibatnya akan menimbulkan dosa, dan atma akan mengalami Neraka serta selanjutnya
akan mengalami punarbhawa dalam tingkat yang lebih rendah.
Demikian pula sebaliknya bahwa karma yang dilakukan atas dasar Buddhi Sattvam
adalah Buddhi Dharma (Subha Karma) yang menyebabkan atma akan mendapat surga dan jika
menjelma kembali akan mengalami tingkat penjelmaan yang sempurna dan lebih tinggi. Atma
yang menjelma dari surga akan menjelma menjadi manusia yang hidup bahagia didunia dan
kebahagiaan ini akan dirasakan dalam penjelmaan yang akan datang yang disebut Surga
syuta.Sedangkan atma yang menjelma dari Neraka akan menjadi makhluk yang nista,
mengalami banyak penderitaan dalam hidup di dunia. Penjelmaan dalam penderitaan ini disebut
kelahiran Neraka Syuta. Jadi dengan demikian tingkat dan keadaan penjelmaan itu berbeda-
beda tergantung dari jenis Subha dan Asubha Karma yang diperbuatnya.
Pembebasan dari samsara berarti mencapai penyempurnaan atma dan mencapai moksa
yang dapat dicapai di dunia ini juga. Selanjutnya keyakinan adanya Punarbhawa ini akan
menimbulkan tindakan sebagai berikut :
- Pitra Yadnya Yaitu memberikan korban suci terhadap leluhur kita, karena kita percaya
leluhur itu masih hidup di dunia ini yang lebih halus.
- Pelaksanaan dana Punya ( amal saleh ), karena perbuatan ini membawa kebahagiaan setelah
meninggal.
- Berusaha menghindari semua perbuatan buruk karena jika tidak, akan membawa ke alam
neraka atau menglami kehidupan yang lebih buruk lagi. Pengalaman Hidup yang merupakan
bukti dari adanya Punarbhawa tersebut, bisa dilihat pada Lampiran halaman terakhir.
Oleh karena itu ajaran Punarbawa samsara dikatakan sebagai ajaran pembebasan diri manusia
(moksa).
2.4 Hubungan Karmaphala dengan Punarbhawa
Sebagaimana disebutkan dalam Suba dan Asuba Karma itu adalah baik atau buruknya
perbuatan. Sedangkan Karma Phala adalah hasil atau buah perbuatan, maka dapatlah dikatakan
bahwa hubungan subha dan asubha karma dengan karma phala itu sangan erat sekali. Sebab
setiap karma atau perbuatan pasti akan mendatangkan buah atau hasil. Apabila karma yang
diperbuat baik maka buah atau karma/ karma phala yang diperoleh adalah kebaikan. Demikian
pulu sebaiknya bila karma yang dibuat adalah karma buruk maka buah karma/karma phala yang
diterima adlah keburukan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa bila seseorang selalu berbuat baik dalam kehidupan
ini, setelah ia meninggal dunia dikatakan rohnya akan mendapatkan surga dan bila ia dilahirkan
kembali dia akan lahir dari surge. Yang disebut dengan istilah Surga Syuta, yaitu anak yang
lahir dari surge dan penuh dengan kebahagiaan. Sedangkan kalau sekarang berbuat buruk di
dunia ini, setelah meninggal dunia rohnya akan disiksa di neraka dan apabila dia dilahirkan
kembali ia akan lahir neraka yang disebut dengan istilah Neraka Syuta, yaitu anak yang lahir
dari neraka dengan penuh kesengsaraan.
Demikianlah hasil karma kejahatan/keburukan akan menghantarkan orang ke neraka
seperti apa yang disebutkan dalam Bhagawadgita XVI-21 yang berbunyi:
“Tvi vidam narakasyedam
Dwaram nasanam atmanah,
Kamah krodhas lobhas
Tasmad etat trayam tyajet
Artinya :
Tiga pintu gerbang Neraka jalan menuju
Jurang kehancuran jiwa
Ada Tiga, yaitu kama,krodha,dan lobha oleh karena itu, ketiganya harus
ditinggalkan.
2.5 Cara Membebaskan Diri Dari Punarbhawa
Bila unsur maya itu sama sekali telah habis menyelubungi atman maka barulah atman
itu akan dapat bersatu dengan Brahman (mencapai moksa). Tetapi walaupun tujuan mutlak
manusia adalah moksa yaitu tidak lahir kembali namun kelahiran kita didunia ini sebagai
manusia adalah suatu kesempatan untuk meningkatkan kesempurnaan hidup guna mengatasi
kesengsaraan ini dan membebaskan atman dari belenggu maya dan rantai samsara melalui
pekaksanaan subha karma (berbuat baik) yang berpangkal pada kemurnian dan kesucian
rokhani sehingga dapat mencapai dan merealisasikan tujuan hidup agama Hindu yaitu Moksa.
Untuk dapat terbebas dari kelahiran kembali secara berulang-ulang, seseorang haruslah
melakukan Tri Kaya Parisudha, serta tuntunan susila yang lainya seperti, Panca Yama dan
Nyama Brata serta lain sebagainya.
1. Ada seorang anak yang bernama Santhi Devi , yang di lahirka pada tanggal 12 Oktober
1926 di Delhi. Santhi Devi dapat menceritakan segala macam pengalamannya yang dialami
waktu kehidupannya yang lampau. Sampai pada kejadian yang sekecil-kecilnya. Orang tua
Santhi Devi semula tidak percaya dengan apa yang dikatakan olehnya. Orang tuanya
menganggap cerita Santhi itu hanya obrolan anak-anak belaka. Namun karena Santhi sering
menceritakan hal itu kepada orang tuanya, akhirnya timbul niat orang tuanya untuk
membuktikannya. Tenyata apa yang diceritakan oleh anaknya yaitu Santhi Devi adalah
benar setelah ditunjukkannya banyak bukti-bukti seperti : tempat tinggalnya dulu di Mutra,
suaminya yang masih hidup bernama Pandit Kadar Natcha Chaubuy, dan banyak lagi bukti-
bukti lainnya.
2. Juga pernah diceriatkan bahwa Pitagoras ketika masih kecil ingat dengan jelas kejadian
ketika ia membawa sebuah perisai di dalam sebuah kuil di Grat yang dilakukan olehnya
dalam reinkarnasinya yang dulu bersama dengan pangeran dari Troya. Sebagaimana telah
dilukiskan oleh Svami Sivananda dalam majalah Dinine Life dikatakan bahwa tumimbal
lahir itu ada. Svami mengatakan beberapa tahun yang lalu, telah menggemparkan kota Delhi
(India). Karena ada kejadian bahwa ada seorang gadis kecil mengetahui kehidupannya
(reinkarnasinya yang telah lalu).
KESIMPULAN
SARAN
Jadi dalam agama hindu itu percaya dengan adanya purnabhawa yaitu kelahiran
kembali. Dengan adanya purnabhawa itu berarti kita masih ada keterkaitan dengan adanya
duniawi, untuk itu kita sebagai manusia jauhilah keterkaitanya terhadap duniawi agar kita
bisa mencapai tujuan akhir manusia yaitu moksa.
DAFTAR PUSAKA