Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Pencarian kebenaran atas realitas yang ada di dunia ini merupakan sifat
unik manusia. Mereka selalu bertanya dan tentang sesuatu dan yang lainnya.
Setiap saat dan fase kehidupan yang dialaminya, manusia selalu bertanya.
Pertanyaan ini selalu ada di pikiran dan merupakan akar dari pengetahuan.
Pertanyaan manusia untuk mengetahui kebenaran mutlak sudah menjadi
pembahasan dari sejak dulu. Siapakah saya, Siapakah kebenaran mutlak yang
tertinggi, Darimanakah asal kehidupan, Apakah yang terjadi dengan kematian,
Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi perdebatan oleh para filsuf baik di Barat
maupun di Timur.
Para filsuf di India membahas tentang rahasia kehidupan tersebut dari
sudut pandang Agama Hindu. Pembahasan tentang kebenaran mutlak dalam
filsafat Agama Hindu dalam Bahasa Sansekerta disebut dengan Darsana.
Filsafat Hindu ada enam yang disebut dengan Sad Darsana, yaitu (1)
Nyaya Darsana, (2) Waisesika Darsana, (3) Sankhya Darsana, (4) Yoga Darsana,
(5) Mimamsa Darsana, dan (6) Wedanta Darsana.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan, pengertian filsafat Samkhya Darsana?
2. Siapakah pendiri filsafat Samkhya Darsana?
3. Bagaimanakah sumber ajaran Samkhya Darsana?
4. Jelaskan, isi pokok dan pandangan samkhya terhadap makrocosmos dan
mikrocosmos dalam filsafat Samkhya Darsana?
5. Bagaimana Tujuan Akhir Samkhya Darsana ?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Dapat memahami pengertian filsafat Samkhya Darsana.
2. Agar Mengetahui pendiri filsafat Samkhya Darsana.
3. Dapat mengetahui sumber ajaran Samkhya Darsana.
4. Dapat menjelaskan isi pokok dan pandangan samkhya terhadap
makrocosmos dan mikrocosmos dalam filsafat Samkhya Darsana.
5. Dapat mengetahui ajaran akhir Samkhya Darsana

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Samkhya Darsana


Samkhya adalah salah satu sistem filsafat India yang mengakui Veda
sebagai otoritas tertinggi. Oleh sebab itu Samkhya dikelompokkan kedalam
Astika (ortodok). Jika dilihat dari bentuk katanya, Samkhya berasal dari dua urat
kata yaitu “Sam” dan “Khya”. Sam diartikan sebagai bersama-sama dan Khya
diartikan sebagai bilangan, jadi secara harfiah Samkhya berarti bilangan bersama-
sama. 
Kata Samkhya digunakan dalam Sruti dan Smerti, dimana masing-masing
digunakan dalam pengertian pengetahuan dan tindakan, sehingga kata Samkhya
ini juga memiliki arti pengetahuan yang benar. Perkataan Samkhya juga berarti
pengetahuan yang sempurna, yang dimaksud adalah filsafat tentang sesuatu yang
memberi pelajaran untuk mengenal diri sendiri secara metafisik. Istilah Samkhya
juga dipergunakan dalam pengertian Vicara, yaitu perenungan filosofis.

2.2 Pendiri Ajaran Samkhya


Sistem ajaran Samkhya ini dicetuskan oleh Maha Rsi Kapila. Rsi Kapila
ini lahir dari ibu yang bernama Devahuti dan ayahnya adalah Kardama. Dari
ibunyalah Rsi Kapila ini mendapatkan ajaran-ajaran filsafat, dan apa yang menjadi
konsep system ini ditulis dalam sebuah buku Samkhya Sutra. Rsi Kapila sering
dipanggil dengan sebutan Rsi Kapila Muni, dikatakan sebagai Putra Brahma dan
Avatara Visnu.

2.3 Sumber Ajaran Filsafat Samkhya Darsana


Ajaran Samkhya disebut realistis, dualistis dan pluralitas. Disebut relistis
karena mengakui realitas dunia ini yang bebas dari roh. Disebut dualistis karena
prinsip ajarannya ada dua realitas yang berdiri sendiri saling bertentangan dan
dapat dipadukan, yaitu purusa dan prakerti. Dan Samkhya disebut plurslisme
karena mengajarkan bahwa purusa itu beranak sekali.

3
Dalam Sarva Darsana Samgraha, yaitu suatu system filsafat Hindu
mengatakan kata Samkhya (sankhya) itu artinya adalah jumlah. Dan sistem ini
memberikan 25 prinsip terjadinya alam semesta setelah dua asas yaitu purusa dan
prakerti sehingga berkembanglah sebagai penyusun alam semesta dan tubuh
manusia itu sendiri.
Kadangkala system ajaran Samkhya dikatakan sebagai ajaran yang bersifat
atheistic atau Nir Iswara Sankhya (Samkhya tanpa Tuhan), yaitu suatu ajaran yang
tidak mempercayai adanya Tuhan, karena dalam ajaran Samkhya ini sama sekali
tidak menyebut-nyebut nama Tuhan, dengan alasan Tuhan itu sangat sulit untuk
bisa dibuktikan keberadaannya. Tapi ajaran Samkhya jika dilihat dari
pengakuannya terhadap otoritas Veda, nyatanya system ini termasuk ke dalam
kelompok Astika yang mengakui Veda sebagai sumber ajaran kebenaran Hindu.
Sistem Samkhya ini tidak menentang Tuhan, hanya saja Samkhya menunjukkan
bahwa Purusa dan Prakrti sudah cukup untuk menjelaskan alam semesta ini, jadi
tidak ada alasan untuk merumuskan hipotesa tentang keberadaan Tuhan.
Ajaran pokok dari Samkhya adalah adanya dua realitas asasi yaitu Purusa
dan Pekerti atau asas kejiwaan dan asas kebendaan yang merupakan asal mula
dari segala sesuatu. Dalam Samkhya Darsana menggunakan tiga sistem
pembuktian yang disebut dengan Tri Pramana, yaitu : Pratyaksa pramana
(pengamatan), Anumana pramana (penyimpulan) dan Apta wakya (benar, sesuai
dengan Veda dan guru yang mendapatkan wahyu). Sedangkan pengamatan ada
dua, yaitu Nirwikalpa dan Sawikalpa. Nirwikalpa adalah pengamatan yang tidak
menentukan yang ada hanya pengenalan objek sebagai sesuatu bukan sebagai
benda yang jelas identitasnya. Sedangkan sawikalpa adallah pengamatan yang
menentukan ia merupakan hasil analisis sintesis dan interprestasi alam pikiran.
Meskipun Samkhya kadangkala dikatakan sebagai ajaran yang bersifat
atheistik namun Samkhya menggunakan Veda sebagai otoritas tertingginya.
Samkhya menggunakan Veda sebagai dasar pengembangan kebenaran Hindu.
Selain Veda, Samkhya juga menggunakan Chandogya Upanisad, Prashna
Upanisad, Katha Upanisad, dan Svetasvatara Upanisad. Dan yang tidak kalah
penting dalam ajaran Samkhya adalah Mahabharata yang termuat dalam kitab
Bhagawadgita.

4
2.3 Isi Pokok dan Pandangan Samkhya Terhadap Makrocosmos dan
Mikrocosmos
Samkhya merupakan suatu kelompok filsafat yang tergolong Astika,dalam
ajarannya secara metafisis mengemukakan pokok-pokok ajaran prakerti,
purusa,tri guna,penciptaan alam semesta dan atheistic.
2.3.1 Prakerti
Samkhya dalam ajarannya menerima 2 ultimasi,yakni Purusa
(spirit) dan Prakerti (Matter), sebagai 2 asas rohani dan kebendaan, dari 2
asas inilah terciptanya alam semesta. Prakerti adalah sebab terakhir dari
alam semesta sebab prakerti merupakan awal dari semua yang ada dalam
alam semesta ini, maka prakerti harus bersifat kekal dan abadi. Karena
tidak mungkin yang tidak kekal menjadi sebab pertama dari semua yang
ada pada alam semesta ini. Dalam bahasa sansekerta prakerti berasal dari
urat kata “pra” yang berarti sebelum atau pertama dan akar kata “kr” yang
artinya membuat atau menghasilkan. Jadi Prakerti diartikan sebagai yang
ada sebelum segala sesuatunya dihasilkan / disebabkan, sumber pertama
dari semua benda, bahan asal darimana semua benda menyebar dan ke
dalam mana  semua benda pada akhirnya akan kembali.
2.3.2 Purusa
Purusa merupakan jenis kesadaran tertinggi. Samkhya menyebut
purusa sama dengan roh /jiwa. Purusa ini bersifat tak terikat yang meresapi
segala yang abadi. Teori Samkhya menyatakan bahwa roh itu ada karena
ia menjelma, ketidakadaan roh tidak dapat dinyatakan dengan apapun juga.
Roh itu berbeda dengan indria, pikiran, dan akal.roh bersifat langgeng,
tanpa sebab menyusupi segala namun bebas dari segala ikatan dan
pengaruh dunia.
2.3.3 Tri Guna
Agama Hindu mengajarkan adanya Tri Guna yang terdiri atas
Sattvam, Rajas, dan Tamas. Sattvam bersal dari kata “sat” yang berarti
benar dan “tva” yang berarti mempunyai sifat. Jadi Sattva berarti sifat
yang benar, yang dimaksudkandalam pernyataan ini adalah sifat ringan

5
bagi benda, dan baik bagi makhlik hidup(manusia). Sattva adalah hakekat
segala sesuatu yang memiliki sifat-sifat terang yang menerangi. Rajas
merupakan aktivitas yang dinyatakan sebagai raga-dvesa yakni suka atau
tidak suka, cinta atau benci, menarik atau memuakkan. Rajas adalah
unsure yang menggerakkan guna sattva dan guna tamas. Tamas berasal
dari kata “tam” yang berarti susah atau gelap. Dalam hal ini, tamas berarti
sifat yang menyebabkan semua makhluk berdiam dalam kegelapan atau
kemalasan.
2.3.4 Penciptaan alam semesta
Sebagai suatu pandangan dan istilah umum, darsana dipergunakan
untuk menunjuk system filsafat india, yang terbagi atas 2 kelompok yaitu:
Astika dan Nastika. Secara metafisis, prakerti hanya bergantung pada
aktifitas dari unsure pokok gunanya sendiri. Ia terbentuk dari 3 guna yang
tidak pernah terpisah, saling menunjang satu sama lain, dan saling
bercampur. Prakerti mengalami perkembangan apabila berhubungan
dengan purusa. Melalui perhubungan ini, prakerti dipengaruhi oleh purusa
seperti halnya anggota badan kita dapat bergerak karena hadirnya pikiran.
Evolusi alam semesta tidak akan terjadi hanya karena purusa juga tidak
terjadi hanya karena prakerti, tapi pertemuan kedua unsur tersebutlah yang
menyebabkan alam semesta beserta isinya dapat terjadi. Dari hubungan
purusa dan prakerti timbulah mahat atau budhi,yang nantinya
menimbulkan ahamkara, yaitu asas individual, yaitu asas yang
menimbulkan induvidu-individu. Dengan ahamkara diri akan merasa
dirinya yang bertindak yang berkeinginan, dan yang memiliki. Setelah
ahamkara berkembang, prakerti menuju 2 jurusan yaitu, jurusan yang
bersifat kejiwaan dan jurusan jasmani. Perkembangan kejiwaan yang
kedua adalah panca jnani indria yaitu penglihatan, pendengaran,
penciuman, perasa dan peraba. Sedangkan perkembangan kejiwaan yang
ketiga adalah panca karmendria yaitu indria untuk berbuat yang terdiri dari
daya berbicara, daya untuk memegang, daya untuk berjalan, daya untuk
membuang kotoran dan daya untuk mengeluarkan sperma. Perkembangan
jasmani atau fisik menghasilkan asas dunia yang ada diluar manusia, yang

6
disebut panca tan mantra( sari-sari benih suara, sentuhan, warna, rasa, dan
bau ).dari benih suara timbullah akasa (ether)dari gabungan benih
sentuhan dan suara terjadilah udara, dari gabungan benih warna, suara, dan
sentuhan terjadilah cahaya atau api, dari benih suara,sentuhan, dan warna
terjadilah air dan dari benih baud an empar tan mantra yang lain terjadilah
bumi (pertiwi). Dari anasir kasar itu berkembanglah alam semesta beserta
isinya, namun perkembangan ini tidak menimbulkan asas-asas baru lagi
seperti perkembangan mahat. Terbentukjnya alam semesta tidaklah
sempurna sampai disitu sebab ia memerlukan satu asas lagi yaitu roh.
Perkembangan prakerti menjadi alam semesta merupakan perkembangan
yang terakhir.
2.3.5 Atheistik
Masalah ketuhanan menurut pandangan samkya sangat
bertentangan dengan tradisi yang ada dalam masyarakat india. Filosof
berpandangan bahwa samkhya menganut theisme atau atheism. Samkya
menjadi atheistic karena pengaruh materialisme, jainisme dan budhisme.
System ini tidak membangun ketidakadaan tuhan ia hanya menunjukkan
bahwa purusa dan prakerti sudah cukup untuk menjelaskan alam semesta
tanpa harus merumuskam hipotesa tentang keberadaan tuhan.

2.4 Tujuan Akhir Ajaran Samkhya


Tujuan akhir dari Ajaran Samkhya adalah kelepasan. Kelepasan dapat dicapai
oleh seseorang bila orang tersebut menyadari bahwa purusa tidak sama dengan
alam pikiran, perasaan, dan badan jasmani. Bila seseoarng belum menyadari hal
itu, maka ia tidak akan dapat mencapai kelepasan, akibatnya ia mengalami
kelahiran yang berulang-ulang. Jalan untuk mencapai kelaepasan adalah melalui
pengetahuan yang benar, latihan kerohanian yang terus menerus,merealisasikan
perbedaan purusa dan prakerti serta cinta kasih terhadap semua makhluk. Dengan
demikian samkhya menekankan pada jalan jnanadalam wujud wiweka dan
kebijaksanaan untuk melepaskan purusa dari jebakan prakerti.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sad Darsana adalah enam sarana pengajaran yang benar atau 6 cara
pembuktian kebenaran. Adapun pembagiannya meliputi: Nyaya, Veisesika,
Samkya, Yoga, Mimamsa dan Vedanta. Nyaya merupakan dasar dari Sad Darsana
yang mengandung Tarka-Vidya (ilmu perdebatan) dan Vada-Vidya (ilmu diskusi).
Nyaya bersumber dari Nyaya Sutra yang ditulis Rsi Gautama pada abad ke-4
kemudian diulas oleh Rsi Vatsyayana yang berjudul Nyaya Bhasya (ulasan
tentang Nyaya).
Samkhya adalah salah satu system filsafat India, yang mengakui Veda
sebagai otoritas tertinggi. Oleh sebab itu Samkhya dikelompokkan kedalam
Astika (ortodok). Jika dilihat dari bentuk katanya, Samkhya berasal dari dua urat
kata yaitu “sam” dan “Khya”. Sam diartikan sebagai bersama-sama dan Khya
diartikan sebagai bilangan, jadi secara harfiah Samkhya berarti bilangan bersama-
sama. Kata Samkhya digunakan dalam Sruti dan Smerti, dimana masing-masing
digunakan dalam pengertian pengetahuan dan tindakan, sehingga kata Samkhya
ini juga memiliki arti pengetahuan yang benar.

3.2 Saran
Hendaknya kita sepatutnya merasa bersyukur dengan kehadiran beliau
sebagai Avatāra Puruṣa, yang masing-masing menjelmakan diri di bumi ini untuk
melengkapi suatu misi yang tak terbatas, untuk mengajarkan serta menyebarkan
ajaran-ajaran tertentu, yang tumbuh subur pada masa tertentu, yang ada pada
tahapan evolusi tertentu, dan semua aliran filsafat diperlukan,

8
DAFTAR PUSTAKA

Sudiani, Ni Nyoman, SE.,SPdH., M.Fil.H, Materi Ajar: Mata Kuliah Darsana,


STAH Dharma Nusantara, Jakarta, 2013.
Donder, I Ketut, Brahmavidya: Teologi Kasih Semesta, Paramita, Surabaya, 2006.
Maswinara, I Wayan, Sistem Filsafat Hindu; Sarva Darsana Samgraha, Paramita,
Surabaya, 2006.

Anda mungkin juga menyukai