METABOLISME ENERGI
Dosen Pengampu:
I Putu Darmayasa,S.Pd.,M.For
Oleh:
Nim: 2116011101
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena masih
memberikan kita rahmat nikmatnya serta karunianya sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan tepat waktu, semoga makalah ini
dapat igunakan sebagai acuan dan peoman dalam Ilmu Fisiologi khususnya dala
Metabolisme Energi.
Saya juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan serta masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
mungkin dari makalah ini terdapat kesalahan yang belum diketahui. Maka dari itu
kami mohon kritik dan saran pembaca agar tercapai makalah yang sempurna.
i
DATAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses metabolisme energi di dalam tubuh adalah untuk meresintesis molekul
ATP dimana prosesnya akan dapat berjalan secara aerobik maupun anearobik.
Latihan berdasarkan sumber tenaganya atau pembentukan ATP melalui tiga sistem,
yaitu:
1. Sistem aerobik.
2. Sistem glikolisis anaerobik (Lactic acid system) dan
3. Sistem fosfat kreatin.
Latihan aerobik dapat di defenisikan sebagai latihan di bawah titik di mana
kadar asam laktat darah naik dengan cepat, di bawah ambang laktat. Metabolisme
aerobik jauh lebih efisien dari pada nonaerobik yang menghasilkan 38 molekul
ATP per molekul glukosa dan hanya 2 molekul melalui rute nonaerobik, karena
menghasilkan sedikit asam laktat latihan aerobik relatif menyenangkan. Selama
latihan dengan intensitas sedang dan rendah, metabolisme aerobik benar-benar
menyediakan seluruh energi ATP yang dibutuhkan oleh otot. Ini dapat terjadi
karena dalam keadaan seperti ini sistem pernafasan dan jantung dapat
menggerakkan oksigen ke otot secara teratur. Peran oksigen dalam metabolisme
aerobik sangat penting yang akan dipakai di dalam mitokondria. Selama latihan
metabolisme aerobik selalu menyediakan energi sesuai dengan seluruh kebutuhan
otot.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengaturan Fosforilasi Oksidatif?
2. Bagaimana Adaptasi Didalam Metabolisme Energi?
3. Bagaimana Adaptasi Yang Berhubungan Dengan Glikolisis?
4. Bagaimana Adaptasi Yang Berhubungan Dengan Pengisian ATP Aerobik?
5. Bagaimana Sistem Aerobik dan Anaerobik Selama Latihan dan Istirahat?
6. Bagaimana Oksigen Pulih Asal?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengaturan Fosforilasi Oksidatif.
2. Agar Dapat Mengerahui Adaptasi Didalam Metabolisme Energi.
3. Untuk Mengetahui Ataptasi Yang Berhubungan Dengan Glikolisis.
4. Agar Dapat Mengetahui Adaptasi Yang Berhubgungan Dengan
Pengisian ATP Aerobik.
5. Untuk Mengetahui Sistem Aerobik dan Anaerobik Selama Latihan dan
Istirahat.
6. Agar Dapat Mengetahui Oksigen Pulih Asal.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
reaksi redoks.
2.2 Adaptasi Didalam Metabolisme Energi
Metabolisme tubuh merupakan proses kimia yang terjadi di dalam sel tubuh
untuk mengubah makanan dan minuman yang dikonsumsi menjadi energi. Energi
dibutuhkan oleh tubuh agar sel dan jaringan tubuh tetap sehat, tumbuh dan
berkembang, serta fungsinya berjalan dengan baik.fungsi tubuh yang dipengaruhi
oleh metabolisme, yaitu bernapas, mencerna makanan, mengalirkan darah, serta
memperbaiki dan memperbarui sel. Tak hanya itu, metabolisme juga
mengendalikan suhu tubuh, memicu kontraksi otot, menghilangkan limbah
melalui urine dan feses, serta menjaga fungsi otak dan saraf.
4
saat dibutuhkan. Zat-zat ini akan diserap dari sistem pencernaan ke dalam darah
dan didistribusikan ke sel-sel tubuh.
Glikolisis berasal dari kata glukosa dan lisis (pemecahan), adalah serangkaian
reaksi biokimia di mana glukosa dioksidasi menjadi molekul asam piruvat.
Glikolisis adalah salah satu proses metabolisme yang paling universal yang kita
kenal, dan terjadi (dengan berbagai variasi) di banyak jenis sel dalam hampir
seluruh bentuk organisme. Proses glikolisis sendiri menghasilkan lebih sedikit
energi per molekul glukosa dibandingkan dengan oksidasi aerobik yang sempurna.
Energi yang dihasilkan disimpan dalam senyawa organik berupa adenosine
triphosphate atau yang lebih umum dikenal dengan istilah ATP dan NADH.
5
Lintasan glikolisis yang paling umum adalah lintasan Embden-Meyerhof-Parnas
EMP pathway , yang pertama kali ditemukan oleh Gustav Embden, Otto
Meyerhof dan Jakub Karol Parnas. Selain itu juga terdapat lintasan
Entner–Doudoroff yang ditemukan oleh Michael Doudoroff dan Nathan Entner
terjadi hanya pada sel prokariota, dan berbagai lintasan heterofermentatif dan
homofermentatif.
Pemulihan cadangan energi dalam tubuh dapat dilakukan dengan adanya fase
pemulihan, maka sistem energi dapat melakukan pengisian cadangan energi
dengan proses metabolisme. Melalui simpanan energi yang terdapat di dalam
tubuh yaitu simpanan phosphocreatine (PCr), karbohidrat, lemak dan protein,
molekul ATP ini akan dihasilkan melalui metabolisme energi yang akan
melibatkan beberapa reaksi kimia yang kompleks. Pengunaan simpanan-
simpanan energi tersebut beserta jalur metabolisme energi yang akan digunakan
menghasilkan molekul ATP ini juga akan bergantung terhadap jenis aktivitas serta
intensitas yang dilakukan saat berolahraga. Sistem phosphagen dan sistem
glikogen asam laktat dapat berjalan dengan tanpa adanya oksigen, karena itu
dikatakan juga sebagai metabolisme anaerobik atau sistem anaerobik Zat
6
adenosine trifosfat. (ATP) memainkan peranan kunci dalam membuat energi. ATP
merupakan senyawa kimia labil yang terdapat di dalam semua sel.
7
2.6 Oksigen Pulih Asal
Oksigen, atau zat asam, terkadang disebut juga sebagai zat pembakar, adalah
unsur kimia yang mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Dalam tabel
periodik, oksigen merupakan unsur nonlogam golongan VIA dan dapat dengan
mudah bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya.
Kecepatan pulih asal berhubungan erat dengan kembalinya kondisi tubuh
sebelum melakukan aktifitas olahraga. Karena itu setiap olahragawan harus
memiliki kecepatan waktu untuk istirahat guna memperoleh penampilan yang
optimal. Kecepatan pulih asal menggambarkan kondisi kesegaran jasmani yang
baik dan hal ini berbanding lurus dengan fungsi jantung paru-paru pembuluh
darah dan metabolisme di otot. Artinya kecepatan pulih asal akan baik apabila
faktor-faktor tersebut dapat berfungsi dengan baik dan optimal. Sebaliknya
kecepatan pulih asal akan buruk apabila faktor-faktor tersebut tidak dapat
berfungsi dengan baik dan optimal. Salah satu penyebabnya adalah kebiasaan
merokok karena zat dalam rokok dapat mengakibatkan kerusakan sel jaringan
sehingga proses suplai oksigen ke otot terganggu. Sehingga terjadi peningkatan
kecepatan pulih asal yang dibutuhkan karena metabolisme di otot dan juga proses
penyampaian oksigen ke jaringan dan pembuangan zat sisa keluar tubuh ikut
terganggu juga. Indikator penghitungan kecepatan pulih asal adalah dengan
menghitung kecepatan turunnya denyut jantung setalah tes lari 100 meter
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara ringkas, sistem metabolisme energi untuk menghasilkan ATP dapat
berjalan secara aerobik (dengan oksigen) dan secara anaerobik (tanpa oksigen).
Kedua proses ini dapat berjalan secara simultan di dalam tubuh saat berolahraga.
Pada aktivitas-aktivitas olahraga yang membutuhkan energi besar dalam waktu
yang cepat atau pada olahraga dengan intenistas tinggi. Pada cabang-cabang
olahraga dengan intensitas rendah-sedang yang memilki komponen aerobik tinggi
seperti jogging, maraton, triathlon atau juga bersepeda jarak jauh, metabolisme
energi tubuh akan berjalan secara aerobik dengan kehadiran oksigen melalui
pembakaran simpanan karbohidrat, lemak dan protein.
Pada olahraga beregu yang merupakan kombinasi antara aktivitas intensitas
tinggi dan aktivitas intensitas rendah, metabolisme energi juga akan berjalan
secara aerobik dan anaerobik dan juga mengunakan sumber-sumber energi yang
sama yaitu phospocreatine (PCr), karbohidrat, lemak dan juga protein. Diantara
semua bentuk simpanan energi yang terdapat di dalam tubuh, simpanan
karbohidrat dan lemak merupakan sumber zat gizi utama yang akan digunakan
untuk menyediakan energi bagi kontraksi otot. Keduanya akan menjadi sumber
energi utama bagi tubuh saat berolahraga yang persentase kontribusinya
terhadap produksi energi akan ditentukan oleh intensitas olahraga serta lamanya
waktu berolahraga.
Bentuk simpanan energi di dalam tubuh yang merupakan penentu performa
pada saat berolahraga yaitu simpanan karbohidrat dapat diproses melalui 2 jalur
metabolisme baik yaitu melalui pembakaran glukosa/glikogen (secara aerobik)
maupun melalui glikolisis glukosa/glikogen (secara anaerobik) untuk
menghasilkan ATP. Sedangkan simpanan lemak yang terdapat di dalam tubuh
9
hanya dapat diproses secara aerobik untuk menghasilkan ATP, dimana proses ini
juga akan membutuhkan ketersediaan karbohidrat agar proses pembakarannya
menjadi sempurna.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Fosforilasi_oksidatif
11