Anda di halaman 1dari 16

Makalah Biokimia

HUBUNGAN

Pembimbing :
dr. Sudarno, M.Kes

Disusun oleh :
Nama : Nuris Saadah Khoir
NIM : 011511233022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim...

Dengan mengucapkan syukur kehadirat illahi rabbi, yang telah memberikan cinta dan hidayah-
nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul Bioenergetika
: Peranan ATP dengan sebaik - baiknya. Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat tugas matakuliah Biokimia. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan yang penulis
peroleh dari infomasi beberapa buku dan media massa yang berhubungan dengan bioenergetika
yaitu Peranan ATP.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. dr. Sudarno, M.Kes dan staf Dosen Departemen Biokimia sebagai pembimbing matakuliah
Biokimia
3. Orang tua yang memberi dukungan moriil maupun materiil
4. Dan teman-teman sekalian
Penulis menyadari dengan penuh kerendahan hati, bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya dari para pembaca yang budiman, demi
kebaikan/kesempurnaan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini ada faedah untuk
pembaca budiman umumnya dan penulis khususnya.

Surabaya, 2 Agustus 2016

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I : Pendahuluan....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 1
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 1
BAB II : Hasil Dan Pembahasan...................................................................... 2
2.1 Penyakit Trofoblas................................................................................ 2
2.2 Koriokarsinoma.................................................................................... 3
BAB III : Penutup............................................................................................ 15
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 15
3.2 Saran.................................................................................................... 15
Daftar Pustaka................................................................................................. 16
Lampiran.......................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam ilmu Biokimia, bioenergetika menjadi salah satu pengetahuan yang wajib dipelajari.
Bioenergetika juga dapat disebut thermodinamika yaitu perubahan energi dengan melibatkan
reaksi kimia. Mulai dari SMA sampai duduk di bangku kuliah, bioenergetika wajib dipelajari
namun berbeda tingkat kesulitannya pada tiap jenjang pendidikan. Bioenergetika atau
thermodinamika merupakan bagian dari ilmu biokimia yang mempelajari tentang transformasi
(perpindahan) dan penggunaan energi.
Aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu melibatkan proses metabolisme.
Metabolisme menjadi bagian yang sangat penting pula dalam kehidupan. Dengan bantuan energi
melalui berbagai macam reaksi kimia akan menghasilkan proses metabolisme yang terjadi di
dalam tubuh. Jadi, Bioenergetika, atau termodinamika biokimia, adalah ilmu pengetahuan
tentang perubahan energi yang menyertai reaksi biokimia. Ilmu ini menyediakan prinsip dasar
untuk menjelaskan mengapa sebagian reaksi dapat terjadi sedangkan sebagian yang lain tidak.
Sistem nonbiologik dapat menggunakan energi panas untuk melangsungkan kerjanya, tetapi
sistem biologik pada hakekatnya bersifat isotermik dan menggunakan energi kimia untuk
memberikan tenaga bagi proses kehidupan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari ATP?
2. Bagaimanakah peranan ATP didalam tubuh?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui pengertian ATP.
2. Untuk mengetahui peranan ATP didalam tubuh.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Memberi informasi kepada pembaca mengenai bioenergetika khususnya peranan ATP dalam
tubuh.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ATP


ATP adalah Singkatan untuk Adenosin Trifosfat dengan rumus empiris: C10H16N5O13P3. ATP
merupakan Suatu senyawa organik yang terdiri dari adenosin (cincin adenin dan gula ribosa) dan
tiga gugus fosfat, dari sana ATP mendapat namanya. ATP adalah nukleotida yang mengandung
sejumlah besar energi kimia yang tersimpan dalam ikatan fosfat berenergi tinggi. ATP
melepaskan energi ketika dipecah (dihidrolisis) menjadi ADP (atau Adenosin difosfat ). Energi
yang digunakan untuk banyak proses metabolisme. Oleh karena itu, ATP dianggap sebagai mata
uang energi universal untuk metabolisme.ATP dihasilkan melalui respirasi seluler dalam
mitokondria dan fotosintesis pada kloroplas.
2.2 PERANAN ATP
Peranan ATP sebagai sumber energi untuk metabolisme didalam sel berlangsung dengan
suatu mekanisme mendaur. ATP berperan sebagai alat angkut energi kimia dalam suatu reaksi
katabolisme keberbagai proses reaksi dalam sel yang membutuhkan energi seperti proses
biosintesis, proses pengangkutan, proses kontraksi otot, proses pengaliran listrik dalam saraf, dan
proses pemancaran sinar (bioluminesensi) yang terjadi pada organism tertentu seperti kunang-
kunang.
ATP terbentuk dari ADP dan Pi dengan suatu reaksi fosforilasi yang dirangkaikan dengan
proses oksidasi molekul penghasil energi. Selanjutnya ATP yang terbentuk ini dialirkan keproses
reaksi yang membutuhkan energi dan dihidrolisis menjadi ADP dan fosfat anorganik (Pi).
Demikian seterusnya sehingga terjadilah suatu mekanisme daur ATP-ADP secara kontinu dan
berkesinambungan.
2.2.1 KEPENTINGAN BIOMEDIS
Untuk memberikan energi yang memungkinkan hewan melaksanakan berbagai proses
normal dalam tubuhnya, diperlukan bahan bakar yang sesuai. Bagaimana organisme
memperoleh energi ini dari makanannya sangat penting untuk memahami gizi/ nutrisi dan
metabolisme yang normal. Kematian akibat kelaparan (starvasi) terjadi kalau cadangan energi
yang tersedia habis terpakai, dan bentuk-bentuk malnutrisi tertentu disertai dengan gangguan
keseimbangan energi (marasmus). Kecepatan pelepasan energi yang diukur lewat kecepatan
metabolisme dikendalikan oleh hormon tiroid, yang gangguan fungsinya merupakan penyebab
penyakit. Penyimpanan surplus energi secara berlebihan akan mengakibatkan obesitas, salah
sayu diantara sejumlah penyakit yang paling umum ditemukan pada masyarakat Barat.
2.2.2 ENERGI BEBAS MERUPAKAN ENERGI YANG BERGUNA DALAM SISTEM
Perubahan gibbs pada energi bebas (G) adalah bagian berupa perubahan energi total
didalam sistem, yang tersedia untuk melakukan pekerjaan yaitu , energi berguna yang juga
dikenal dalam berbagai sistem kimia sebagai potensial kimia.
Sistem biologik terselenggara dengan mengikuti kaidah umum termodinamika
Kaidah pertama dalam termodinamika menyatakan bahwa energi total sebuah sistem,
termasuk energi sekitarnya , adalah konstan. Kaidah ini merupakan hukum penyimpanan energi.
Ini berarti bahwa dalam keseluruhan sistem tersebut tidak ada energi yang hilang ataupun yang
diperoleh saat terjadi perubahan. Meskipun demikian . energi dalam keseluruhan sistem tersebut
dapat dialihkan dari satu bagian ke bagian lain atau dapat ditransformasikan menjadi bentuk
energi yang lain. Sebagai contoh, energi kimia dapat ditransformasikan menjadi energi panas,
listrik, pncaran, atau mekanis.
Kaidah kedua dalam termodinamika menyatakan bahwa entropi total sebuah sistem harus
meningkat bila proses ingin berlangsung spontan. Entropi berarti derajat ketidakteraturan atau
keteracakan sistem, dan enteropi akan mencapai taraf maksimal didalam sistem seiring sistem
mendekati keadaan seimbang yang sejati. Dalam kondisi suhu dan tekanan yang konstan,
hubungan antara perubahan energi bebas (G) pada sebuah sistem yang bereaksi, dengan
perubahan enteropi (S), diungkapkan lewat persamaan yang menggabungkan 2 kaidah
termodinamika :
Dengan H sebagai perubahan entalpi (panas) dan T suhu absolut.
Dibawah kondisi reaksi biokimia, mengingat H kurang lebih sama dengan E, perubahan
total energi internal didalam reaksi, hubungan diatas diungkapkan dengan persamaan berikut ini :
Jika G memiliki tanda negatif, reaksi berlangsung spontan dengan kehilangan energi bebas;
dengan kata lain, reaksi ini bersifat eksergonik. Di samping itu, bila G sangat besar, reaksi ini
bersifat eksergonik. Di samping itu, bila G sangat besar, reaksi benar- benar berlangsung
sampai selesai dan pada hakekatnya tidak bisa membalik kembali (ireversible). Sebaliknya, jika
G positif, reaksi berlangsung hanya kalau dapat diperoleh energi bebas; dengan kata lain, reaksi
ini bersifat endergonik. Di samping itu, bila G besar, sistem tersebut akan stabil dengan sedikit
atau tanpa kecenderungan untuk terjadinya reaksi. Jika G nol, sistem tersebut berada dalam
keseimbangan dan tidak ada perubahan netto yang terjadi .
Kalau reaktan terdapat dalam konsentrasi 1,0 mol/L. G merupakan perubahan energi
bebas yang baku (standar). Untuk reaksi biokimia, keadaan baku diartikan sebagai keadaan
edengan pH 7,0. Perubahan energi bebas baku pada keadaan standar ini dinyatakan sebagai G.
Perubahan energi bebas baku dapat dihitung dari konstanta keseimbangan Keq.
Dengan R adalah konstanta gas dan T adalah suhu absolut (bab 9). Perlu diperhatikan bahwa
G aktual dapat lebih besar atau lebih kecil daripada G, bergantung pada konsentrasi berbagai
reaktan, termasuk pelarut (solven), berbagai ion, protein.
Dalam sistem reaksi biokimia perlu dipahami bahwa enzim hanya mempercepat pencapaian
keseimbangan; enzim tidak pernah mengubah konsentrasi akhir reaktan tersebut terlepas dari
enzim.
2.2.3 PROSES ENDERGONIK BERLANGSUNG MELALUI PERANGKAIAN KE
PROSES EKSERGONIK
Proses-proses vital, misal : berbagai reaksi sintesis, kontraksi otot, hantaran impuls saraf,
dan transportasi aktif mendapatkan energinya lewat perangkaian (coupling) atau pembentukan
hubungan kimiawi dengan reaksi oksidatif. Dalam bentuk yang paling sederhana, tipe
perangkaian ini dapat digambarkan sebagai mana terlihat dalam gambar 12-1. Konversi
metabolit A menjadi metabolit B terjadi dengan pelepasan energi bebas . proses ini dirangkaikan
dengan reaksi lain yang memerlukan energi bebas untuk mengubah metabolit C menjadi D.
Karena sebagai energi yang dibebaskan dalam reaksi penguraian dialihkan kepada reaksi sintesis
dalam bentuk bukan panas, Istilah kimia eksotermikdan endotermik yang lazim dipakai tidak
digunakan pada reaksi ini. Sebaliknya, istilah eksergonik dan endergonik dipakai untuk
menunjukkan bahwa suatu proses akan disertai dengan hilangnya atau diperolehnya energi
bebas, tanpa peduli akan bentuk energi yang terlibat. Dalam praktiknya, suatu proses endergonik
tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus menjadi komponen suatu sistem eksergonik/endergonik
yang berpasangan, yang keseluruhan perubahan nettonyaa bersifat eksergonik. Reaksi eksergonik
diberi nama katabolisme (pemecahan atau oksidasi molekul bahan bakar). Sedangkan reaksi
sintesis yang membangun berbagai substansi disebut anabolisme. Kombinasi proses katabolik
dan anabolik adalah metabolisme.
Jika reaksi yang terlihat dalam gambar 12-1 berlangsung dari kiri ke kana, keseluruhan
proses pasti disertai dengan hilangnya energi bebas dalam bentuk panas. Salah satu kemungkinan
mekanisme perangkaian dapat dibayangkan bila suatu intermediet bersama yang wajib (I), ikut
mengambil bagian dalam kedua reaksi, yaitu :
Sebagian reaksi eksergonik dan endergonik dalam sistem biologik dirangkaikan
menggunakan cara ini. Perlu dipahami bahwa tipe sistem ini mempunyai mekanisme yang sudah
terbentuk sebelumnya (built-in) bagi pengendalian biologik terhadap kecepatan terjadinya proses
oksidasi karena keberadaan intermediat bersama yang wajib tersebut memungkinkan kecepatan
penggunaan produk dari lintasan sintesis (D) menentukan kecepatan oksidasi senyawa A, melalui
aksi massa. Hubungan ini memberi suatu landasan bagi konsep kontrol respiratorik, proses yang
mencegah terjadinya pembakaran diluar kendali didalam tubuh organisme.suatu perluasan
terhadap konsep perangkaian dapat ditemukan pada reaksi dehidrogenasi, yang terangkai dengan
hidrogenasi melalui suatu pembawa-intermediat (gambar 12-2).
Metode alternatif lain untuk merangkaikan proses eksergonik dengan endergonik adalah
dengan menyintesis sebuah senyawa yang memiliki potensial berenergi tinggi dalam reaksi
eksergonik, dan menyatukan senyawa baru ini ke dalam reaksi endergonik, sehingga energi
bebas dari lintasan eksergonik dialihkan kepada lintasan endergonik. Dalam gambar 12-3, ~E
merupakan senyawa dengan potensial energi tinggi dan E merupakan senyawa padanannya
dengan potensial energi rendah. Keuntungan biologik mekanisme ini adalah bahwa ~E, yang
berbeda dengan I dalam sistem sebelumnya, tidak perlu mempunyai hubungan struktural dengan
senyawa A,B,C, atau D. Hal ini akan memungkinkan E mampu berfungsi sebagai tranduser
energi dari rentang reaksi eksergonik yang luas hingga suatu rentang reaksi atau proses
endergonik yang sama luasnya, seperti terlihat dalam gambar 12-4. Dalam sel hidup, senyawa
intermediat atau senyawa pembawa utama (diberi tanda ~E) adalah adenosin trifosfat (ATP).
2.2.4 SENYAWA FOSFAT BERENERGI-TINGGI MEMAINKAN PERAN SENTRAL
DALAM MENANGKAP DAN MENGALIHKAN ENERGI
Untuk mempertahankan proses kehidupan, semua organisme harus memperoleh pasokan
energi bebas dari lingkungannya.organisme autotrofik merangkaikan metabolismenya dengan
proses eksergonik sederhana tertentu dalam lingkungan sekitarnya, misal :tumbuhan hijau
menggunakan energi dari cahaya matahari, dan sebagian bakteri autotrofik mengunakan reaksi
Fe2+ Fe3+. Sebaliknya, organisme heterotrofik memperoleh energi bebasnya melalui
perangkaian metabolisme oragnisme tersebut dengan pemecahan molekul organik kompleks
dalam lingkungannya. Dalam semua proses ini, ATP memainkan peran sentral dalam
pemindahan energi bebas dari proses eksergonik kepada proses endergonik (gambar 12-3 dan 12-
4). ATP merupakan nukleotida trifosfat yang mengandung adenin, ribosa, dan tiga gugus fosfat.
Dalam reaksinya didalam sel, ATP berfungsi sebagai kompleks Mg2+ (gambar 12-5).
Arti penting senyawa fosfat didalam metabolisme intermediat terlihat nyata dengan
ditemukannya rincian kimiawi glikolisis dan dengan ditemukannya peran ATP, adenosin difosfat
(ADP), serta fosfat anorganik (Pi) dalam proses ini.ATP pernah dianggap sebagai sarana untuk
memindahkan radikal fosfat dalam proses fosforilasi. Peranan ATP dalam energetika biokimia
ditunjukkan dalam sejumlah eksperimen pada tahun 1940-an, yang memperlihatkan bahwa ATP
dan kreatin fosfat akan dipecah selama kontraksi otot, dan bahwa resintesis kedua senyawa ini
bergantung pada pasokan energi dari proses oksidasi dalam otot tersebut. Setelah Lipmann
memperkenalkan konsep fosfat berenergi-tinggi dan ikatan fosfat bernergi-tinggi, barulah
peranan ATP dan kreatin fosfat dalam bioenergetika dimengerti secara jelas.
Nilai Intermediat untuk Energi Bebas Hasil Hidrolisis ATP Mempunyai Makna
Bioenergetika Penting jika dibandingkan dengan Senyawa Organofosfat Lain.
Energi bebas baku hasil hidrolisis sejumlah senyawa fosfat penting dalam biokimia
diperlihatkan pada tabel 12-1. Perkiraan kecenderungan komparatif setiap gugus fosfat untuk
berpindah kepada ekspor yang sesuai dapat diperoleh dari nilai G pada hidrolisis (yang diukur
pada suhu 37C). Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai hidrolisis gugus terminal fosfat
pada ATP terbagi kedalam 2 kellompok. Satu, kelompok fosfat berenergi-rendah yang di
representasikan oleh ester fosfat yang ditemukan dalam intermediat glikolisis, memiliki nilai
G pada ATP, sementara kelompok yang lain dinamai dengan fosfat bernergi-tinggi, memiliki
nilai lebih tinggi daripada nilai yang terdapat pada ATP. Komponen pada kelompok yang
disebutkan terakhir ini, yang mencakup ATP dan ADP, biasanya berupa senyawa-senyawa
anhidrida (misal, 1-fosfat pada 1.3-bisfosfogliserat), enofosfat (misal, fosfoenolpiruvat), dan
fosfoguanidin (misal, kreatin fosfat, arginin fosfat). Posisi ATP sebagai intermediat
memungkinkannya memainkan peranan penting dalam pemindahan energi. Pertukaran energi
bebas yang tinggi pada hidrolisis ATP disebabkan oleh penolakan muatan pada atom oksigen
bermuatan negatif yang berdekatan dan oleh stabilisasi produk reaksi, khususnya fosfat, sebagai
hibrida resonansi. Senyawa biologik penting lain yang digolongkan sebagai senyawa berenergi-
tinggi adalah tiol ester yang mencakup koenzim A (misal, asetil KoA), protein pembawa asil,
senyawa-senyawa ester asam amino yang terlibat didalam sintesis protein, S-adenosilmetionin
(metionin aktif), UDPG 1c (uridin difosfat glukosa) dan PRPP (5-fosforibosil-1-pirofosfat).
Gugus Fosfat Berenergi-tinggi Dilambangkan sebagai ~
Untuk menunjukkan keberadaan gugus fosfat berenergi-tinggi, Lipmann memperkenalkan
simbol ~. Simbol ini menunjukkan bahwa gugus yang melekat pada ikatan , pada saat
peralihan kepada suatu akseptor yang tepat, akan mengakibatkan pemindahan kuantitas energi
yang lebih besar. Karena alasan ini, sebagian pakar biokimia lebih menyukai istilah potensial
pemindahan gugus dibandingkan ikatan berenergi-tinggi. Jadi, ATP mengandung 2 gugus
fosfat berenergi-tinggi dan ADP memiliki satu, sementara gugus fosfat dalam AMP (adenosin
monofosfat) adalah fosfat tipe energi-rendah karena merupakan ikatan ester biasa (gambar 12-6).
2.2.5 FOSFAT BERENERGI-TINGGI BERTINDAK SEBAGAI PENUKAR ENERGI
DIDALAM SEL
Akibat posisinya yang berada ditengah daftar tabel energi bebas baku hasil hidrolisis (Tabel
12-1), ATP dapat bertindak sebagai donor fosfat berenergi-tinggi bagi senyawa yang
tercantumdibawahnya didalam tabel tersebut. Demikian pula, apabila sistem enzimatik yang
diperlukan tersedia, ADP dapat menerima fosfat berenergi-tinggi untuk membentuk ATP dari
senyawa yang terdapat diatas ATP dalam tabel tersebut. Akibatnya, siklus ATP/ADP
menghubungkan proses-proses yang menghasilkan ~ dengan proses yang menggunakan ~
(gambar 12-7). Dengan demikian, ATP terus-menerus dikonsumsi dan dibentuk kembali. Proses
ini terjadi pada kecepatan yang sangat tinggi karena depot ATP/ADP amat kecil dan hanya cukup
untuk mempertahankan jaringan aktif dalam waktu beberapa detik saja.
Ada 3 sumber utama ~ yang mengambil bagian dalam konservasi energi atau
penangkapan energi :
1. Fosforilasi oksidatif: fosforilasi oksidatif merupakan sumber kuantitatif ~ terbesar dalam
organisme aerobik. Energi bebas untuk menggerakkan proses ini berasal dari oksidasi rantai
respiratorik di dalam mitokondria dengan menggunakan O2 .
2. Glikolisis : pembentukan netto dua ~ yang terjadi akibat pembentukan laktat dari satu molekul
glukosa yang dihasilkan dalam dua reaksi, yang dikatalisis masing-masing oleh enzim
fosfogliserat kinase dan piruvat kinase (lihat gambar 19-2).
3. Siklus asam sitrat : satu ~dihasilkan langsung di siklus ini pada tahap suksinil tiokinase
(gambar 18-3).
Suatu kelompok senyawa lain, fosfagen, bertindak sebagai fosfat berenergi-tinggi bentuk
cadangan. Ini mencakup kreatin fosfat yang terdapat di dalam otot rangka, jantung, spermatozoa,
dan otak vertebrata, serta arginin fosfat yang terdapat di dalam otot invertebrata. Dalam kondisi
fisiologik, senyawa fosfagen memungkinkan konsentrasi ATP di pertahankan dalam otot ketika
ATP digunakan secara cepat sebagai sumber energi untuk kontraksi otot. Sebaliknya, kalau ATP
terdapat dalam jumlah besar dan rasio ATP/ADP tinggi, konsentrasi ATP dapat menumpuk
sehingga berfungsi sebagai simpanan fosfat berenergi- tinggi (gambar 12-8). Didalam otot, suatu
pengangkut ulang-alik kreatin fosfat (shuttle) telah dikemukakan sebagai alat pengangkut fosfat
berenergi-tinggi dari mitokondria ke dalam sarkolema dan bertindak sebagai pendapar fosfat
berenergi-tinggi (gambar 14-16). Dalam miokardium, pendapar ini mempunyai makna penting
dalam memberi perlindungan segera terhadap akibat infark.
Ketika ATP bertindak sebagai donor fosfat untuk membentuk senyawa yang memiliki energi
bebas hidrolisis yang lebih rendah (tabel 12-1), gugus fosfat selalu diubah menjadi gugus
berenergi-rendah, misal,
GLISEROL KINASE
Gliserol + Adenosin~~ Gliserol +Adenosin~

ATP Memungkinkan Perangkaian Reaksi yang secara Termodinamik tidak


menguntungkan dengan Reaksi yang menguntungkan
Energetika reaksi-terangkai dilukiskan dalam gambar 12-1 dan 12-3. Reaksi semacam ini
merupakan reaksi pertama dalam lintasan glikolisis (gambar 19-2), fosforilasi glukosa menjadi
glukosa 6-fosfat, yang bersifat sangat endergonik dan tidak dapat berlangsung seperti itu dalam
keadaan fisiologis.
(1) Glukosa+PiGlukosa 6-fosfat+H2O
(G= +13,8 kJ/mol)
Agar dapat berlangsung, reaksi tersebut harus dirangkaikan dengan reaksi lain yang lebih
eksergonik daripada sifat endergonik fosforilasi glukosa. Contoh reaksi semacam ini adalah
hidrolisis gugus terminal fosfat ATP.
(2)ATPADP+Pi (G= -30,5 kJ/mol)
Kalau (1) dan (2) dirangkaikan dalam reaksi yang dikatalisis oleh heksokinase, fosforilasi
glukosa akan berlangsung dengan mudah dalam reaksi yang sangat eksergonik, yang dibawah
kondisi fisiologik berada jauh dari keadaan ekuilibrium dan karenanya bersifat ireversible untuk
tujuan praktis.
HEKSOKINASE
Glukosa + ATP Glukosa 6-fosfat +ADP

G= -16,7 kJ/mol
Banyak reaksi pengaktifan mengikuti pola ini.
Adenilil kinase melakukan interkonvensi pada adenin Nukleotida
Enzim adenilil kinase (miokinase) ditemukan pada sebagian besal sel. Enzim ini
mengkatalisis interkonversi ATP dan AMP pada satu sisi dan ADP pada sisi yang lain.
ADENILIL KINASE
ATP + AMP 2ADP

Reaksi ini mempunyai 3 fungsi :


1. Memungkinkan fosfat berenergi tinggi didalam ADP digunakan pada sintesis ATP
2. Memungkinkan AMP, yang terbentuk sebagai hasil beberapa reaksi pengaktifan yang melibatkan
ATP, diperoleh kembali lewat fosforilasi-ulang menjadi ADP.
3. Memungkinkan peningkatan konsentrasi AMP ketika ATP sudah habis terpakai dan bertindak
sebagai sinyal metabolik (alosterik)untuk menaikkan kecepatan reaksi katabolik, yang pada
gilirannya menghasilkan lebih banyak ATP.
Ketika ATP membentuk AMP, dihasilkan piropospat anorganik (PPi)
Proses ini terjadi, misal, pada pengaktifan asam lemak rantai panjang :
ASETIL-KoA SINTETASE
ATP + Koa + SH +R + COOH AMP + PPi + R+ COSKoA

Reaksi ini disertai dengan hilangnya energi bebas sebagai panas, yang memastikan bahwa
reaksi pengaktifan tersebut berlangsung ke kanan ; reaksi ini dibantu lebih lanjut oleh pemecahan
PPi secara hidrolitik, yang dikatalisis enzim pirofosfatase inorganik, suatu reaksi yang
mempunyai G sebesar -27,6 kJ/mol. Perhatikan bahwa pengaktifan melalui lintasan pirofosfat
menyebabkan hilangnya ~ dan bukan kehilangan satu ~ seperti terjadi ketika terbentuk ADP
dan Pi .
PIROFOSFATASE INORGANIK
PPi + H2O 2Pi
Penggabungan reaksi di atas memungkinkan fosfat di daur ulang serta interkonversi adenin
nukleotida (gambar 12-9).
Nukleosida Trifosfat Lain Turut berperan dalam pemindahan fosfat berenergi-tinggi
Dengan bantuan enzim nukleosida difosfat kinase, senyawa nuklesida trifosfat yang serupa
dengan ATP tetapi mengandung basa lain yang bukan adenin, dapat disintesis dari senyawa
difosfatnya, misal:
NUKLEOSIDA DIFOSFAT
KINASE
ATP + UDP ADP + UTP

(Uridintrifosfat)
ATP + GDP ADP + GTP

(Guanosintrifosfat)
ATP + CDP ADP + CTP

(Sitidintrifosfat)
Semua senyawa trifosfat ini mengambil bagian pada proses fosforilasi didalam sel.
Demikian pula, enzim nukleosida monofosfat kinase, yang khas untuk setiap nukleosida purin
atay pirimidin, mengatalisis pembentukan senyawa nukleosida difosfat dari senyawa nukleosida
difosfat dari senyawa monofosfat yang bersesuaian :
NUKLEOSIDA MONOFOSFAT
KINASE SPESIFIK
ATP + Nukleosida ADP +Nukleosida~

Dengan demikian, enzim adenilat kinase merupakan enzim monofosfat kinase yang
mempunyai fungsi khusus.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Sistem biologik pada hakekatnya bersifat isotermik dan menggunakan energi kimia untuk
menggerakkan berbagai proses kehidupan
2. Reaksi berlangsung spontan kalau terdapat kehilangan energi bebas (G negatif), yaitu reaksi
bersifat eksergonik. Jika G positif, reaksi hanya terjadi bila diperoleh energi bebas, yaitu reaksi
bersifat endergonik.
3. Proses endergonik hanya terjadi kalau berangkaian dengan proses eksergonik.
4. ATP bertindak sebagai penukar energi sel, memindahkanenergi bebas yang berasal dari
substansi dengan potensial energi lebih tinggi ke substansi dengan potensial energi lebih rendah.
3.2 SARAN
Dengan penulisan makalah ini penulis berharap agar tenaga kesehatan di Indonesia
mengetahui dan mengerti tentang Bioenergetika khususnya tentang peranan ATP untuk tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2015. (online). (http://fungsi.web.id/2015/06/pengertian-dan-fungsi-atp-adenosin-


trifosfat.html. diakses 4 Agustus 2016).
Anonimous. 2015. (online). (http://punyamisbah.blogspot.co.id/bioenergetika-biokimia.html. diakses 4
Agustus 2016).
Bahan Ajar Biokimia 2016 FK Unair Surabaya
Murray, Robert K, dkk. 2003. Biokimia Harper edisi 25. Jakarta: EGC.
Sholeh, Aziz. 2012. (online). (http://blog.ub.ac.id /metabolisme-atp/. diakses 4 Agustus 2016).

Anda mungkin juga menyukai