BIOLOGI DASAR
“KATABOLISME”
Oleh:
Kelompok 3B
Audrey Ambun Palisungan D071231062
Ahmad Susilo Takdir D071231074
Andity Tenri Cella D071231084
BAB I PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Lehninger (2005: 10), katabolisme merupakan base metabolism yang bersifat
mneguraikan, yang menyebabkan molekul organic nutrient seperti karbohidrat, lipid, dan protein
yang dating dari lingkungan atau dari cadangan makanan sel itu sendiri terurai di dalam reaksi-
reaksi bertahap menjadi produk akhir yang lebih kecil dan sederhana, seperti asam laktat, CO2
dan ammonia. Jadi, katabolisme adalah proses penguraian ikatan kimia kompleks menjadi ikatan
kimia sederhana atau proses penguraian senyawa organic menjadi zat-zat anorganik yang
bertujuan untuk menghasilkan energi dan memerlukan panas (eksergonik). Selain menghasilkan
energi, proses katabolisme juga bisa menghasilkan produk sampingan seperti air, karbon
dioksida, dan urea.
Katabolisme diikuti oleh pelepasan energi bebas yang telah tersimpan di dalamstruktur
kompleks molekul organik yang lebih besar tersebut.Pada tahap-tahap tertentu didalam lintas
katabolik, banyak dari energi bebas ini yang disimpan melalui reaksi-reaksienzimatik yang saling
berkaitan, di dalam bentuk molekul pembawa energi adenosinetrifosfat (ATP).Sejumlah energi
mungkin tersimpan di dalam atom hidrogen berenergi tinggiyang dibawa oleh koenzim
nikotinamida adenine dinukleotida fosfat dalam bentuktereduksinya, yaitu NAHPD.
1. Penghasilan Energi
Salah satu fungsis utama katabolisme adalah menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh sel dan
organisme untuk menjalankan berbagai proses kehidupan. Selama proses katabolisme, molekul-
molekul kompleks seperti glukosa, lemak, dan protein diuraikan menjadi molekul-molekul
sederhana, seperti asam amino, asam lemak, dan glukosa.
Kemudian, molekul-molekul sederhana ini dipecah lebih lanjut melalui reaksi kimia,
menghasilkan energi dalam bentuk ATP (Adenosin Trifosfat). ATP adalah sumber energi utama
dalam sel yang digunakan untuk mendukung reaksi-reaksi kimia, kontraksi otot, transportasi zat,
dan fungsi-fungsi seluler lainnya.
Selain menghasilkan energi, katabolisme juga berfungsi sebagai penyedia bahan baku bagi
proses anabolisme. Produk-produk katabolisme, seperti asam amino, glukosa, dan asam lemak,
dapat digunakan sebagai bahan baku untuk membangun molekul-molekul kompleks dalam
proses anabolisme.
Misalnya, asam amino yang dihasilkan dari katabolisme protein dapat digunakan untuk sintesis
protein baru yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan.
Katabolisme juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan internal atau homeostatis
dalam tubuh. Ketika tubuh membutuhkan energi, proses katabolisme akan meningkat untuk
menguraikan cadangan energi, seperti glikogen dan lemak, guna memenuhi kebutuhan energi.
4. Detoksifikasi
Beberapa molekul yang dipecah selama katabolisme dapat mengandung zat-zat berbahaya atau
toksin. Selama proses katabolisme, zat-zat tersebut akan diubah menjadi bentuk yang lebih aman
atau dieliminasi dari tubuh. Ini membantu melindungi sel dan organisme dari keracunan dan
membantu menjaga kesehatan secara keseluruhan.
5. Sumber Panas
Selain energi kimia dalam bentuk ATP, Katabolisme juga menghasilkan energi panas. Energi
panas ini membantu menjaga suhu tubuh agar tetap stabil dan sesuai untuk menjalankan berbagai
reaksi kimia dan fungsi biologis.
6. Regulasi Genetik
Beberapa molekul hasil katabolisme juga berperan sebagai sinyal regulasi genetic, mengatur
ekspresi gen dalam sel. Ini mempengaruhi berbagai proses biologis, termasuk pertumbuhan,
perkembangan, dan respons terhadap lingkungan.
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dan sumber serat utama. Karbohidrat mempunyai
tiga unsur, yaqitu karbon, hydrogen dan oksigen. Jenis-jenis karbohidrat sangat beragam.
Karbohidrat dibedakan satu dengan yang lain berdasarkan atom-atomnya, Panjang pendeknya
rantai serta jenis ikatan.
1. Respirasi Aerob
Respirasi aerob adalah peristiwa pembakaran zat makanan menggunakan oksigen dari
pernapasan untuk menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Selanjutnya, ATP digunakan
untuk memenuhi proses hidup yang selalu memerlukan energi.
Respirasi aerob disebut juga pernapasan, dan terjadi di paru-paru. Sedangkan, pada
Tingkat sel respirasi terjadi pada organel mitokondria. Secara sederhana reaksi respirasi
adalah senyawa organic + oksigen -> Karbondioksida + air + energi. Apabila bahan
baku respirasi aerob berupa glukosa (heksosa) maka reaksi keseluruhan respirasi adalah:
C6H12O6 + 6O2 -> 6H2O + 6CO2 + 686 kal.
Secara umum, reaksi respirasi aerobic dibedakan menjadi tiga tahapan yaitu glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs dan transpor electron.
a. Glikolisis
Glikolisis adalah rangkaian reaksi kimia penguraian glukosa ( yang memiliki 6
atom C) menjadi asam piruvat (senyawa yang memiliki 3 atom C), NADH dan
ATP. (NADH (Nikotinamida Adenina Dinukleotida Hidrogen) adalah koenzim
yang mengikat electron (H), sehingga disebut sumber electron berenergi tinggi.
ATP (adenosin trifosfat) merupakan senyawa berenrgi tingi. Setiap pelepasan
gugus fosfatnya menghasilkan energi.
Pada proses glikolisis, setiap 1 molekul glukosa diubah menjadi 2 molekul asam
piruvat, 2 NADH, dan 2 ATP. Glikolisis memiliki sifat-sifat, antara lain: glikolisis
dapat berlangsung secara aerob maupun anaerob, glikolisis melibatkan enzim ATP
dan ADP, serta peranan ATP dan ADP pada glikolisis adalah memindahkan
(mentransfer) fosfat dari molekul yang sat uke molekul yang lain.
Pada sel eukariotik, glikolisis terjadi di sitoplasma (sitosol). Glikolisis terjadi
melalui 10 tahapan yang terdiri dari 5 tahapan penggunaan energi dan 5 tahapan
pelepasan energi. Berikut ini reaksi glikolisis secara lengkap:
1). Tahap Penggunaan Energi
Penambahan gugus fosfat pada molekul glukosa dengan bantuan enzim
heksokinase, sehingga terbentuk glukosa 6-fosfat;
Glukosa 6-fosfat diubah menjadi isomer nya yaitu fruktosa 6-fosfat;
Fosfofruktokinase mentransfer gugus fosfat dari ATP ke fruktosa 6-fosfat
fruktosa 1,6-bisfosfat;
Aldolase membagi molekul gula (fruktosa- 1,6-bisfosfat) menjadi 2
molekul gula yang berbeda dan merupakan isomernya;
Dua molekul gliseraldehid postat masing-masong akan masuk pada
tahapan glikolisis selanjutnya.
b. Dekarboksilasi Oksidatif
Senyawa hasil dari tahapan glikolisis akan masuk ke tahapan
dekarboksilasi oksidatif, yaitu tahapan pembentukan CO2 melalui reaksi oksidasi
reduksi (redoks) dengan O2 sebagai penerima elektronnya. Dekarboksilasi
oksidatif ini terjadi di dalam mitokondria sebelum masuk ke tahapan siklus krebs.
Oleh karena itu, tahapan ini disebut sebagai tahapan sambungan (junction) antara
glikolisis dengan siklus krebs.
Pada tahapan ini, asam piruvat (3 atom C) hasil glikolisis dari sitosol
diubah menjadi asetil koenzim A (2 atom C) di dalam mitokondria. Pada tahap 1,
molekul piruvat (3 atom) melepaskan electron (oksidasi) membentuk CO2
(piruvat dipecah menjadi CO2 dan molekul berkarbon 2). Pada tahap 2, NAD+
direduksi (menerima electron) menjadi NADH + H+. Pada tahap 3, molekul
berkarbon 2dioksidasi dan mengikat Ko-A (koenzim A) sehingga terbentuk aseyil
Ko-A. Hasil akhir tahapan ini adalah asetik koenzim A, CO2 dan 2NADH.
c. Siklus Krebs
Asetil-KoA yang telah terbentuk akan menjadi bahan baku pada siklus
selanjutnya, yaitu siklus Krebs. Oleh karena itu, Asetikl Ko-A disebut senyawa
intermediate atau senyawa antara. Siklus Krebs terjadi di matriks mitokondria dan
disebut juga siklus asam trikarboksilat. Hal ini disebabkan siklus Krebs tersebut
menghasilkan senyawa yang mempunyai 3 gugus karboksil, seperti asam sitrat
dan asam isositrat. Asetil Ko-A hasil dekarboksilasi oksidatif memasuki matriks
mitokondria untuk bergabung dengan asam oksaloasetat dalam siklus Krebs,
membentuk asam sitrat. Demikian seterusnya, asam sitrat membentuk bermacam-
macam zat dan akhirnya membentuk asam oksaloasetat lagi.
Berikut ini tahapan-tahapan dari satu kali siklus krebs:
Asetil Ko-A 92 atom C) menambahkan atom C pada oksaloasetat
(4 atom C) sehingga dihasilkan asam sitrat (6 atom C);
Sitrat menjadi isositrat (6 atom C) menambahkan atom C pada
oksaloasetat (4 atom C) ssehingga dihasilkan asam sitrat (6 atom
C);
Sitrat menjadi isositrat (6 atom C) dengan melepas H2O dan
menerima H2O Kembali;
Isositrat melepaskan CO2 sehingga terbentuk – ketoglitarat (5
atom C)
A- ketoglutarate melepaskan CO2 NAD+ sebagai askseptor atau
penerima electron) untuk membentuk NADH dan menghasilkan
suksinil Ko-A (4 atom C);
Terjadi fosforilasi Tingkat substrat pada pembenetukan GTP
(guanosin trifosfat) dan terbentuk suksinat (4 atom C);
Pembentukan fumarate (4 atom C) melalui pelepasan FADH2;
Fumarat terhidrolisis (mengikat 1 molekul H2O) sehingga
membentuk malat (4 atom C);
Pembentukan oksaloasetat (a atom C) melalui pelepasan NADH.
d. Transpor Elektron
Sistem transport electron terjadi di membrane dalam mitokondria. Pada
tahap ini, electron-elektron yang dibawa oleh produk glikolisis dan siklus krebs
(NADH dan FADH2) dipindahkan melewati beberapa molekul yang sebagian
besar berupa protein. Transportasi electron menghasilkan 90% ATP dari
keseluruhan ATP hasil respirasi aerobik sel. Pembentukan ATP pada tahap ini
terjadi melalui transfer electron dengan penerima electron terakhir yaitu oksigen,
sehingga disebut fosforilasi oksidatif
Pada system transpor electron, NADH dan FADH2 masing-masing
menghasilkan rata-rata 3 ATP dan 2 ATP. Sebanyak 2 NADH hasil glikolisis dan 2
NADH hasil dekarboksilasi oksidatif masing-masing menghasilkan 6 ATP.
Sementara itu, 6 NADH dan 2 FADH2 hasil siklus Krebs masing-masing
menghasilkan 18 ATP dan 4 ATP. Jadi, system transpor electron menghasilkan 34
ATP.
2. Respirasi Anaerob
Respirasi anaerob merupakan reaksi pemecahan karbohidrat untuk mendapatkan energi
tanpa menggunakan oksigen. Sel jamur dan bakteri tertentu dapat melakukan respirasi
anaerob. Ketika kita berlari, sel-sel jaringan otot kita juga melakukan respirasi anaerob.
Proses penguraian pada respirasi anaerob disebut fermentasi. Fermentasi dibedakan
menjadi dua, yaitu fermentasi alkohol dan fermentasi asam laktat.
a. Fermentasi Alkohol
Pada fermentasi alcohol, piruvat hasil glikolisis akan mengalami dekarboksilasi
(melepas CO2) sehingga membentuk asetaldehid. Glikolisis memerlukan NAD untuk
diubah menjadi NADH. Pada fermentasi alkohol ini, NADH yang dihasilkan tersebut
digunakan untuk mereduksi asetaldehid menjadi etanol. Beberapa contoh fermentasi
alcohol, antara lain: pada pembuatan tape singkong atau tape ketan, bir dan minuman
anggur. Berikut adasalh reaksi dari fermentasi alkohol.
C6H12O6 -> 2C2H5OH + 2 CO2 + 2 NADH2 + Energi
b. Fermentasi Asam Laktat
Pada fermentasi asam laktat, piruvat tidak dikarboksilasi terlebih dahulu menjadi
asetaldehid melainkan langsung direduksi oleh NADH menjadi asam laktat. Dengan
demikia, piruvat merupakan senyawa organic sebagai penerima hydrogen terakhir
pada fermentasi asam laktat. Asam laktat tersebut mengalami ionisasi membentuk
laktat. Hasil akhir dari fermentasi adalah asam laktat atau asam susu. Kelelahan yang
terjadi pada manusia karena bergerak melebihi kemampuan, sehingga terbentuk asam
laktatt sebagai akhir dari fermentasi pada tubuh. Berikut adalah reaksinya.
C6H12O6 -> 2 C2H5COOH + Energi
Energi yang terbentuk dari glikolisis akan menghasilkan asam piruvat, selanjutnya
asam piruvat menjadi asam laktat:
8ATP – 2NADH2 = 8-2(3ATP) = 2ATP
2.4 Katabolisme Lemak
Katabolisme lemak adalah proses metabolism seluler yang berfokus pada peemcahan
molekul-molekul lemak menjadi asam lemak dan gliserol yang lebih sederhana. Proses
katabolisme lemak tejadi dalam dua tahap utama:
1. Lipolisis
Lipolisis adalah tahap awal katabolisme lemak, Dimana molekul-molekul lemak,
seperti trigliserida, dipecah menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini terjadi
terutama dalam jaringan adiposa atau sel-sel lemak.
2. Oksidasi Asam Lemak
Selanjutnya, asam lemak yang dihasilkan dari lipolysis akan masuk ke dalam
mitokondria sel untuk mengalami oksidasi. Oksidasi asam lemak menghasilkan
energi dalam bentuk ATP melalui proses beta-oksidasi. Energi ini kemudian
digunakan oleh sel untuk berbagai fungsi biologis.
Hasil akhir dari katabolisme lemak adalah produksi energi yang digunakan oleh
sel dan tubuh. Katabolisme lemak adalah mekanisme penting untuk mendukung
kebutuhan energi saat tubuh kekurangan pasokan glukosa, seperti pada saat puasa
atau aktivitas fisik yang intens.
Selain itu, katabolisme lemak juga berperan dalam penyimpnan energi bentuk
lemak sebagai cadangan enerrgi jangka Panjang dalam tubuh.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Katabolisme adalah penguraian ikatan kimia kompleks (senyawa organik)
menjadi ikatan kimia sederhana (senyawa anorganik).
2. Katabolisme berfungsi untuk menyediakan bahan baku untuk sintesis molekul
lain dan menyediakan energi kimia yang dibutuhkan untuk melakukan
aktivitas sel, serta membantu proses pencernaan makanan dan penyerapan
nutrisi dengan mengubah senyawa-senyawa makanan menjadi energi yang
dapat berguna bagi makhluk hidup.
3. Katabolisme karbohidrat, khususnya glukosa terdiri atas tahap glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif, siklus Krebs, dan transpor electron pada kondisi
aerob. Sedangkan pada kondisi anaerob, katabolisme glukosa berupa
fermentasi,
4. Katabolisme lemak dimulai dengan pemecahan lemak menjadi gliserol dan
asam lemak. Gliserol dirubah menjadi gliseral dehid 3-fosfat dan selanjutnya
mengikuti jalur glikolisis sehingga terbentuk piruvat. Sedangkan asam lemak
dapat dipecah menjadi molekul-molekul dengan 2 atom C. Molekul dengan 2
atom C ini kemmudian diubah menjadi asetil koenzim A.
5. Katabolisme protein diawali dengan tarnsaminasi dan deaminasi oksidatif.
Setelah gugus amino dari asam amino dilepas, beberapa asam amino diubah
menjadi sam piruvat dan ada juga diubah menjadi asel koenzim A. Gugus
amino yang dilepas dari asam amino dibawa ke hati untuk diubah menjadi
amoniak (NH3) dan dibuang lewat urine.