Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

METABOLISME DAN ENERGI METABOLISME


Mata Kuliah : Fisiologi Hewan

Dosen : Maria Waldetrudis Lidi, S.Pd ., M.Pd

Disusun oleh :
Nur Tursinai R.H (2019280641)

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan


Program Studi Pendidikan Biologi
Universitas Flores
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Metabolisme dan energi metabolisme” ini
tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi Peserta didik dan pembaca
pada umumnya, sebagai salah satu sumber pengetahuan dan bahan pembelajaran tentang
metabolisme dan energi metabolisme.

Dalam hal ini kami selaku penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan
kekeliruan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu kami meminta maaf atas segala
keterbatasan waktu dan kemampuan kami dalam menyelesaikan makalah ini. Segala kritik
dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan demi peningkatan kualitas makalah
ini.

Ende, 20 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Metabolisme

2.2 Jenis-jenis Metabolisme

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metabolisme sel adalah proses-proses pengubahan biokamis yang terjadi di dalam sel
dan dapat di bedakan menjadi anabolisme atau penyusunan dan katabolisme atau
penguraian. Penyusunan pada sel-sel hewan tidak seperti yang dalam sel tumbuhan, akan
tetapi katabolismenya mempunyai kesamaan dengan sel tumbuhan meliputi peristiwa
respirasi, yaitu pembokaran zat-zat makanan menjadi energi. Tanaman dan binatang
mengambil makanan yang terdiri atas protoplasma yang dibuat dari bahan protein,
karbohidrat, dan lemak bersama-sama vitamin-vitamin, garam-garam dan air. Air dan
garam anorganik diserap dari saluran pncernaan tanpa perubahan tetapi material
protoplasmatis harus diubah sebelum dipergunakan. Sistim pencernaan ini merupakan
suatu laboratorium.
Metabolisme merupakan modifikasi senyawa kimia secara biokimia di dalam
organisme dan sel. Metabolisme mencakup sintesis (anabolisme) dan penguraian
(katabolisme) molekul organik kompleks. Metabolisme biasanya terdiri atas tahapan-
tahapan yang melibatkan enzim, yang dikenal pula sebagai jalur metabolisme.
Metabolism total merupakan semua proses biokimia di dalam organisme. Metabolisme
sel mencakup semua proses kimia di dalam sel. Tanpa metabolisme, makhluk hidup tidak
dapat bertahan hidup. Tiap hari kita membutuhkan paling sedikit 5000-6000 kalori yang
diperinci sebagai berikut: 8 jam tidur membutuhkan 568 kal, 8 jam bangun membutuhkan
736 kkal, 8 jam badan aktif membutuhkan 1568 kkal (minimum). Kebanyakan hanya
15% energi yang diambil dai makanan yang dipakai sebagai sumber energi mekanik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari metabolisme?
2. Apa saja jenis metabolisme?
3. Apa pengertian anabolisme dan katabolisme?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian metabolisme
2. Untuk mengatahui jenis metabolisme
3. Untuk mengetahui apa itu anabolisme dan katabolisme.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Metabolisme


Metabolisme adalah segala proses reaksi kimia yang terjadi di dalam makhluk
hidup, mulai makhluk hidup bersel satu yang sangat sederhana seperti bakteri,
protozoa, jamur, tumbuhan, hewan; sampai mkhluk yang susunan tubuhnya kompleks
seperti manuasia. Di dalam proses ini, makhluk hidup mendapat, mengubah dan
memakai senyawa kimia dari sekitarnya untuk mempertahankan hidupnya.
Metabolisme meliputi proses sintesis (anabolisme) dan proses pengurai
(katabolisme) senyawa atau komponen dalam sel hidup. Semua reaksi metabolisme
dikatalis oleh enzim. Hal lain yang penting dalam metabolisme adalah peranannya
dalam penawaracunan atau detoksifikasi, yaitu mekanisme reaksi pengubahan zat
yang beracun menjadi senyawa tak beracun yang dapat dikeluarkan dari tubuh.
Metabolisme merupakan pertukaran zat pada organisme yang meliputi proses
fisik dan kimia, pembentukan, dan penguraian zat di dalam badan yang
memungkinkan berlangsungnya hidup. Proses metabolisme ada 2, yaitu anabolisme
dan katabolisme. Anabolisme adalah pembentukan molekul-molekul kompleks dari
molekul sederhana, contoh fotosintesis. Kata- bolisme adalah penguraian molekul-
molekul kompleks menjadi molekul-molekul sederhana, contoh respirasi Makanan
yang dikonsumsi oleh organisme akan mengalami proses metabolisme.
Ketersediaan makanan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan energi. Jika
jumlah makanan melebihi kebutuhan, maka kelebihannya akan disimpan di dalam
jaringan terutama dalam bentuk lemak dan glikogen (gula otot). Apabila tubuh tidak
mendapatkan energi yang cukup, maka simpanan lemak dan glikogen akan dipecah
kembali menjadi energi.
Metabolisme adalah proses-proses kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk
hidup atau sel. Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, karena metabolisme terjadi
selalu menggunakan katalisator enzim. Metabolisme terbagi menjadi 2 bagian, yaitu
anabolisme dan katabolisme. Anabolisme adalah reaksi kimia yang memerlukan
energi untuk membentuk senyawa kompleks dari senyawa sederhana. Katabolisme
adalah reaksi kimia yang menghasilkan energi dengan memecah senyawa kompleks
menjadi senyawa sederhana.
2.2 Jenis Metabolisme
a. Katabolisme
Katabolisme adalah serangkaian reaksi yang merupakan proses pemecahan
senyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dengan
membebaskan energi, yang dapat digunakan organisme untuk melakukan
aktivitasnya.
Fungsi reaksi katabolisme adalah untuk menyediakan energi dan komponen yang
dibutuhkan oleh reaksi anabolisme. Katabolisme merupakan suatu proses yang
berkebalikan dengan proses anabolisme, yaitu suatu proses pembongkaran, dimana
energi yang tersimpan digunakan untuk menyelenggarakan proses-proses kehidupan.

Macam Respirasi

1. Respirasi Aerob
Proses repirasi disebut aerob karena dibutuhkan oksigen sebagai akseptor
elektron, selain itu disebut respirasi anaerob atau fermentasi. Respirasi aerob
terdapat 4 tahap utama yaitu Glikolisis, Dekarboksilasi Oksidatif, Siklus Krebs
dan Transpor Elektron.
1) Glikolisis
Glikolisis adalah 10 tahap pertama biokimia yang menghasilkan ATP pada
fosforilasi tingakt substrat. Untuk 1 molekul glukosa, 2 ATP digunakan pada 3
tahap pertama dan 4 ATP dihasilkan pada 4 tahap terakhir. Hasil kotor glikolisis
yaitu 2 molekul asam piruvat (3C), 2 ATP, 2 NADH dan 2 H2O.
Glikolisis terjadi di sitosol atau sitoplasma dan bisa dianggap proses anaerob
karena belum menggunakan oksigen. Ringkasan tahap glikolisis:
a. Fosforilasi glukosa oleh ATP.
b. Penyusunan kembali struktur glukosa yang terfosforilasi, diikuti oleh
fosforilasi kedua.
c. Molekul glukosa(6C) akhirnya pecah menjadi 2 senyawa 3 karbon berlainan
yaitu Glyceraldehyde 3 phosphate (G3P atau PGAL) dan satunya lagi yaitu
Dihydroxylacetone phosphate (DHAP). DHAP segera diubah menjadi PGAL
oleh enzim isomerase. (Proses perubahan ini mencapai kesetimbangan di
dalam tabung reaksi namun hal ini tidak terjadi di dalam tubuh makhluk
hidup).
d. Oksidasi yang diikuti oleh fosforilasi dari fosfat anorganik(bukan dari ATP)
menghasilkan 2 NADH dan 2 molekul difosfogliserat(BPG/PGA), masing-
masing dengan 1 ikatan fosfat berenergi tinggi.
e. Pelepasan ikatan berenergi tinggi dengan 2 ADP menghasilkan 2 ATP dan
meninggalkan 2 molekul fosfogliserat(PGA).
f. Pelepasan air menyebabkan 2 molekul fosfoenolpiruvat dengan ikatan fosfat
energi tinggi.
g. Pelepasan fosfat energi tinggi oleh 2 ADP menghasilkan 2 ATP dan hasil
akhir glikolisis yaitu 2 molekul asam piruvat.

Enzim-enzim dalam proses glikolisis yaitu:


1. Heksokinase: Fosforilasi glukosa oleh ATP sehingga menghasilkan glukosa 6
fosfat.
2. Fosfoglukoisomerase: Penyusunan molekul glukosa terfosforilasi menjadi
fruktosa terfosforilasi (fruktosa 6 fosfat).
3. Fosfofruktokinase: Fosforilasi fruktosa 6 fosfat oleh ATP sehingga menghasilkan
Fruktosa 1,6
4. Aldolase: Memecah fruktosa 1,6 difosfat menjadi dihidroksilaseton fosfat dan
gliseraldehida 3 fosfat.
5. Isomerase: Mengubah semua dihidroksilaseton fosfat menjadi gliseraldehida 3
fosfat.
6. Gliseraldehida 3 fosfat dehidrogenase atau triosa fosfat dehidrogenase: Fosforilasi
Gliseraldehida 3 fosfat oleh fosfat anorganik dari sitosol, oksidasi untuk
membentuk NADH sehingga menghasilkan 1,3 difosfogliserat.
7. Fosfogliserokinase: Pelepasan gugus fosfat untuk membentuk ATP sehingga
menghasilkan 3 fosfogliserat.
8. Fosfogliseromutase: Merubah 3 fosfogliserat menjadi 2 fosfogliserat.
9. Enolas: Menghasilkan air sehingga terbentuk fosfoenolpiruvat.
10. Piruvat kinase: Pelepasan gugus fosfat untuk membentuk ATP sehingga hasil
akhir berupa asam piruvat.

2) Dekarboksilasi oksidatif

Dekarboksilasi oksidatif adalah tahap kedua dimana 2 molekul asam piruvat yang
dihasilkan dari 1 molekul glukosa dirubah menjadi senyawa berkarbon 2 yaitu: Asetil
CoA (asetil koenzim A) dengan melepaskan 2 CO2 dan 2 NADH. Dekarboksilasi
oksidatif terjadi di dalam membran luar mitokondria. Enzim yang berperan adalah CoA
dan piruvat dehirogenase yang berfungsi mereduksi piruvat sehingga melepaskan CO2
dan NADH serta berikatan dengan piruvat tereduksi(asetil) untuk dibawa ke mitokondria.

3) Siklus Krebs (Asam Sitrat)

Siklus Krebs adalah tahap ketiga dengan 9 reaksi dimana gugus asetil dari piruvat
dioksidasi sehingga menghasilkan 6NADH, 2FADH, 2ATP dan 4CO2. Siklus ini
dinamakan siklus Krebs karena ditemukan oleh Hans Krebs. Siklus Krebs bisa disbut juga
siklus asam sitrat karena senyawa yang pertama kali terbentuk adalah asam sitrat. Siklus
Krebs terjadi di matriks mitokondria dan ringkasan tahapannya sebagai berikut:

a. Asetil CoA ditambah Oksaloasetat menghasilkan molekul sitrat yang berkarbon 6.


b. Penyusunan kembali molekul sitrat dan dekarboksilasi. 5 reaksi berikutnya
menyederhanakan sitrat ke molekul 5 karbon dan kemudian ke molekul 4 karbon
yaitu suksinat. Selama reaksi ini berlangsung, dihasilkan 2 NADH dan 1 ATP.
c. Regenerasi oksaloasetat. Suksinat melewati 3 reaksi tambahan untuk menjadi
oksaloasetat. Selama proses ini, dihasilkan 1 NADH dan 2 FADH.
Enzim-enzim yang digunakan:
1. Sitrat sintetase: Membentuk sitrat dari oksaloasetat dan asetil CoA. Kerja enzim ini
irreversible dan terhambat saat konsentrasi ATP tinggi dan dipicu ketika konsentrasi
ATP rendah.
2. Akonitase: Penyusunan kembali molekul sitrat dengan memindahkan gugus H dan
OH pada karbon berlainan, membentuk isositrat.
3. Isositrat dehidrogenase: Mengoksidasi isositrat sehingga dihasilkan NADH dan CO2,
sehingga isositrat berubah menjadi molekul 5 karbon, α ketoglutarat.
4. α ketoglutarat dehidrogenase: Mengoksidasi α ketoglutarat membentuk gugus
suksinil yang bersatu dengan Coa sehingga terbentuk suksinil CoA.
5. Suksinil KoA sintetase: Pelepasan ikatan antara gugus suksinil dan KoA untuk
dijadikan ATP sehingga molekul tersisa menjadi Suksinat.
6. Suksinat dehidrogenase: Mengoksidasi suksinat menjadi fumarat dan menghasilkan
FADH.
7. Fumarase: Menambahkan air ke fumarat untuk membentuk malat.
8. Malat dehidrogenase: Mengoksidasi malat dan melepaskan NADH sehingga
terbentuk kembali oksaloasetat.

4) Rantai transport elektron


Transport elektron adalah proses terakhir untuk mengahsilkan ATP, H2O yang terjadi
di membran dalam/krista mitokondria. Pada tahap ini, elektron yang dibawa oleh NADH
ditransfer ke berbagai pembawa elektron supaya energinya bisa digunakan untuk
memompa proton. Gradien proton yang dibuat oleh transpor elektron digunakan oleh
enzim ATP sintase untuk menghasilkan ATP. Proses pemompaan proton untuk
menghasilkan ATP juga disebut kemiosmosis.
Enzim-enzim yang terlibat anatara lain NADH dehidrogenase (melepaskan ion H dari
NAD dan mengoper elektron ke ubiquinon), ubiquinon (mengoper elektron ke komplek
protein sitrokrom), kompleks bc1 (memompa proton dan mengoper elektron ke sitrokrom
c), sitokrom c (mereduksi oksigen dengan 4 elektron membentuk air), ATP sintase
(memompa proton untuk menghasilkan ATP).
Hasil akhir respirasi seluler:
1. Glikolisis, hasil 2 ATP, 2 piruvat, 2 NADH, 2 H2
2. Dekarboksilasi oksidatif, hasil 2 NADH, 2 CO
3. Siklus Krebs, hasil 6 HADH, 2 FADH, 4 CO2, 2 ATP.
4. Transpor elektron, hasil 34 ATP, H2
5. Jumlah bersih ATP : 38 ATP(36 ATP karena 2 ATP dipakai untuk memasukkan
NADH ke mitokondria, 30 ATP karena membran mitokondria agak bocor sehingga
proton bisa lewat tanpa melalui ATP sintase dan mitokondria terkadang memakai
gradien proton untuk keperluan lain seperti memasukkan piruvat ke matriks daripada
sintesis ATP).

2. Respirasi Anaerob
Fermentasi, atau respirasi anaerob, yaitu proses pemecahan molekul yang
berlangsung tanpa bantuan oksigen. Jika tak ada oksigen, sel tidak memliki
akseptor elektron alternatif untuk memproduksi ATP, sehingga terpaksa elektron
yang didapatkan dari glikolisis diangkut oleh senyawa organik.
Termasuk ke dalam fermentasi adalah fermentasi asam laktat, fermentasi
alkohol, dan fermentasi asam laktat. Fermentasi alkohol dilakukan oleh ragi
dengan cara melepaskan gugus Co2 dari piruvat melalui dekarboksilasi dan
menghasilkan molekul 2 karbon, asetaldehida. Asetaldehida kemudian menerima
elektron dari NADH sehingga berubah menjadi etanol. Fermentasi alkohol
dilakukan oleh tumbuhan. Fermentasi asam laktat dilakukan oleh sel hewan
dengan cara mentransfer elektron dari NADH kembali ke piruvat sehingga
dihasilkan asam laktat yang menyebabkan pegal-pegal.

b. Anabolisme
Anabolisme adalah suatu peristiwa perubahan senyawa sederhana menjadi senyawa
kompleks, nama lain dari anabolisme adalah peristiwa sintesis atau penyusunan.
Anabolisme memerlukan energi, misalnya : energi cahaya untuk fotosintesis, energi
kimia untuk kemosintesis. Anabolisme yang menggunakan energi cahaya dikenal dengan
fotosintesis, sedangkan anabolisme yang menggunakan energi kimia dikenal dengan
kemosintesis.
1) Fotosintesis
Fotosintesis (anabolisme karbohidrat), adalah proses anabolisme yang menggunakan
cahaya sebagai sumber energi. Tahapan fotosintesis adalah reaksi terang dan reaksi
gelap.
a. Reaksi terang (light-depending reaction)

Adalah reaksi yang bergantung pada cahaya, dan terjadi dalam tilakoid (grana).
Reaksi terang secara singkat: H2O à O2 + NADP+ H+ e + ATP (reaksi tidak setara).

Tahapan reaksi terang :


1. Cahaya diterima oleh fotosistem II menyebabkan fotoeksitasi 4e darinya.
2. Fotolisis air adalah proses pemecahan molekul air oleh cahaya menurut reaksi:
2H2O d O2 + 4e + 4H+ O2 yang dihasilkan dibuang ke lingkungan atau
digunakan untuk respirasi aerob, dan 4e digunakan untuk menetralkan fotosistem
II.
3. 4e yang difotoeksitasi dari fotosistem II dibawa berjalan-jalan melalui
plastokuinon, kompleks sitokrom dan plastosianin (aliran non-siklik), sehingga
ruang tilakoid bermuatan negatif dan memacu pembentukan ATP
(fotofosforilasi). Hal tersebut juga menyebabkan proton (H+ ) dari fotolisis air
dipompa keluar membran tilakoid.
4. Cahaya diterima fotosistem I menyebabkan fotoeksitasi 2e darinya.
5. 4e dari fotosistem II yang telah dibawa berjalan-jalan:
6. 2e nya digunakan untuk menetralkan fotosistem I.
7. 2e lainnya bersama dengan 2e dari fotosistem I bergerak menuju kompleks
ferredoksin.
8. 2e yang digunakan untuk menetralkan fotosistem I akan berputar-putar di sekitar
fotosistem I dan kompleks sitokrom (aliran siklik).
9. Hasil dari aliran elektron:
a. Aliran elektron non-siklik: Melibatkan fotosistem II dan I, memacu
pembentukan ATP pada plastosianin dan NADPH oleh NADP+ reduktase
pada kompleks ferredoksin.
b. Aliran elektron siklik: Melibatkan fotosistem I, memacu pemompaan proton
(H+) kembali ke ruang tilakoid dari kompleks sitokrom. Proton lalu bergerak
melalui ATP-sintase memacu pembentukan ATP.

Jika perlakuan diberikan kepada fotosistem:

a. Isolasi fotosistem I masih memungkinkan pembentukan O2, dan menyebabkaN


peningkatan NADPH dan penurunan ATP.
b. Isolasi fotosistem II tidak memungkinkan pembentukan O2 dan NADPH, dan
menyebabkan penurunan ATP.

b. Reaksi gelap (light-independent reaction)


Adalah reaksi yang tidak bergantung pada cahaya, dan terjadi dalam stroma pada
mesofil. Reaksi gelap dilakukan apabila telah terjadi reaksi terang.
RuBP + CO2 + NADPH + ATP d C6H12O6 + NADP+ (reaksi tidak setara)
Reaksi gelap dapat berlangsung menurut empat macam jalur:
1. Jalur C3 (siklus Calvin) Jalur C3 dilakukan oleh tumbuhan pada umumnya. Pada
jalur C3, fiksasi CO2 menghasilkan PGA (atom karbon 3). Siklus Calvin terjadi
pada mesofil.
2. Jalur C4 (jalur Hatch-Slack) Jalur C4 dilakukan oleh tumbuhan yang hidup di
lahan terbuka tidak teduh. Tumbuhan C4 tidak dapat membuka stomatanya secara
penuh pada siang hari, sehingga CO2 ditimbun terlebih dahulu menjadi
oksaloasetat (atom karbon 4) baru kemudian mengalami siklus Calvin. Pada
tumbuhan C4, penimbunan terjadi pada mesofil, sedangkan siklus Calvin terjadi
di jaringan penyokong vaskuler.
3. Jalur CAM (Crassulacean Acid Metabolism) Jalur CAM dilakukan oleh
tumbuhan yang hidup di iklim gurun/kering atau epifit, contohnya famili
Crassulaceae, Agavaceae dan Cactaceae. Tumbuhan CAM tidak dapat membuka
stomatanya sama sekali pada siang hari, sehingga CO2 ditimbun seperti jalur C4
pada malam hari, namun siklus Calvin baru terjadi pada siang hari keesokannya.
4. Jalur C2/fotorespirasi (jalur Glikolat) Jalur C2 terjadi apabila tumbuhan
mendapat intensitas cahaya yang terlalu tinggi. Akibat intensitas cahaya terlalu
tinggi: a. Konsentrasi O2 dalam daun menjadi tinggi, sehingga CO2 tidak dapat
masuk. b. O2 akan diikat oleh RuBP (fotorespirasi). c. Tidak terjadi fotosintesis
(menurunkan produksi glukosa).

2) Kemosintesis
Tidak semua tumbuhan dapat melakukan asimilasi C menggunakan cahaya
sebagai sumber energi. Beberapa macam bakteri yang tidak mempunyai klorofil
dapat mengadakan asimilasi C dengan menggunakan energi yang berasal dan reaksi-
reaksi kimia, misalnya bakteri sulfur, bakteri nitrat, bakteri nitrit, bakteri besi dan
lain-lain. Bakteri-bakteri tersebut memperoleh energi dari hasil oksidasi senyawa-
senyawa tertentu. Bakteri besi memperoleh energi kimia dengan cara oksidasi Fe2+
(ferro) menjadi Fe3+ (ferri).

Pembelahan Sel

a. Mitosis
Mitosis dapat diartikan sebagai pembelahan normal sel tubuh (sel somatis) untuk
membentuk sel anakan yang masing-masing mempunyai komplemen kromosom
yang sama dengan sel orangtua. Dalam mitosis, satu sel induk (sel yang membelah)
akan menghasilkan dua sel anakan (turunan) yang secara genetik identik.
Jika sel induk yang membelah mengandung kromosom diploid (2n), sel anakan
yang dihasilkan dari pembelahan tersebut juga diploid (2n). Pembelahan mitosis
bertujuan agar terjadi proses pertumbuhan pada tubuh manusia serta untuk mengganti
sel-sel yang rusak. Dengan pembelahan mitosis, seseorang dapat bertambah tinggi,
kuku-kuku jari mereka bertambah panjang, rambut mereka juga bertambah panjang.
Apabila kulit manusia terluka, maka sel-sel pada jaringan yang terluka itu akan
melakukan pembelahan untuk memperbaiki jaringan yang rusak.
1. Fase Interfase
Sel dikatakan berada pada tahap interfase apabila sedang tidak aktif
membelah. Terdapat 3 tahap standar pada interfase. Ketiga tahap standar itu
adalah G1, S, dan G2. Tahap keempat pada interfase disebut dengan tahap G0,
yang mengacu pada tahap istirahat khusus.
Fase G1 (gap 1) adalah tahap persiapan sel untuk melakukan replikasi DNA
dengan mensintesis protein baru dan mengaktifkan komponen sitoskeleton
(mikrotubulus, filament intermediet, dan mikrofilamen). Secara metabolik dapat
dikatakan bahwa sel sangat aktif karena semua komponen sel disintesis dan sel
tumbuh dengan cepat. Pada tahap ini, di dalam nucleus setiap kromosom
merupakan dobel heliks DNA tunggal yang belum tereplikasi. Dengan kata lain
DNA yang ada masih berjumlah 1 salinan (1c) dan diploid (2n).
Fase S (sintesis) merupakan tahap dimana sel mulai melakukan replikasi
(duplikasi) DNA. Pada setiap kromosom akan berisi dua dobel heliks DNA
identik yang disebut kromatid, menyatu pada sentromer. Hasil dari tahapan ini
adalah terbentuknya 2 salinan DNA yang diploid (2c, 2n).
Fase G2 (gap 2) merupakan periode yang sangat penting dalam metabolisme
dan pertumbuhan sel sebelum mengalami mitosis. Karena pada tahap ini, sel
memiliki kesempatan kedua untuk mengentikan tahap siklus sel apabila terjadi
kesalahan dalam replikasi DNA, dengan melakukan perbaikan atau pemberian
rangsangan untuk mengalami apoptosis (kematian sel terprogram). Pada fase ini,
dapat dilihat bahwa kromosom belum mengalami penebalan dan masih dalam
bentuk panjang, sementara sentriol mulai membelah dan spindel yang dihasilkan
dari mikrotubulus mulai terbentuk untuk persiapan pembelahan.1 Tahapan
terakhir yang masih tergolong dari tahap interfase adalah G0. Tahapan ini dapat
disebut sebagai tahap istirahat. Apabila sel mendapat rangsangan untuk melewati
tahap G0, sel tersebut akan maju ke tahap lain, bila tidak demikian, maka sel
akan tetap berada pada tahap G0.
2. Fase Mitosis
Fase mitosis (M), adalah tahap pembelahan sel yang membutuhkan proses
yang jauh lebih singkat daripada interfase. Waktu yang diperlukan pada fase M
ini adalah sekitar 30 menit hingga 1 jam.7 Ada empat fase dalam pembelahan
mitosis yaitu :
a. Profase
Tahap awal profase, kromsom yang sebelumnya telah bereplikasi akan
berkondensasi (menjadi lebih pendek dan lebih tebal dengan cara
penggulungan serat DNA) menjadi dua kromatid yang bergabung pada
sentromer. Kemudian, pasangan sentriol akan berpisah dan mulai bergerak ke
sisi nukleus yang berlawanan, dan apabila telah sampai di sisi nukleus, sentriol
akan membentuk benang benang spindel.
Selanjutnya adalah tahap akhir profase, dimana nukleolus melebur dan
membran nukleus menghilang, sehingga memungkinkan benang-benang
spindel memasuki nukleus. Mikrotubulus yang muncul dari kinektokor
(bagian kromosom yang merupakan tempat pelekatan benang-benang spindel
selama pembelahan inti – struktur pada sentromer), dapat berinteraksi dengan
benang spindel.
b. Metafase
Metafase adalah tahap dimana kromosom yang secara jelas tampak menjadi
dua set pasangan berada di tengah-tengah sel (bidang ekuator). Sentromer
pada semua kromosom akan saling berikatan dengan benang spindel untuk
kemudian ditarik ke masing-masing kutub. Kinektokor memisah dan kromatid
mulai bergerak menjauh.
c. Anafase
Anafase adalah tahap dimana mikrotubulus mulai menarik pasangan
kromosom agar terpisah (menuju salah satu kutub sentriol dan kutub sentriol
yang lainnya). Pergerakan ini dapat terjadi karena pemendekan dan
pemanjangan mikrotubulus yang membentuk spindel. Akhir anafase ditandai
dengan adanya dua set kromosom lengkap yang berkumpul pada kedua kutub
sel.
d. Telofase
Pada tahap telofase, pada ujung-unjung sel terdapat masing-masing satu set
kromosom lengkap.2 Kromosom mulai merenggang dan kembali menjadi
masa kromatin. Dengan demikian, dua nukleus kembali terbentuk, diikuti
dengan melebur dan terurainya kromosom serta terbentuknya membran
nukleus dan terbentuknya kembali nukleolus. Pada akhirnya, sel akan
mengalami sitokinesis yaitu pembelahan sitoplasma. Pembelahan sitoplasma
berada tepat di pertengah masa kromosom, lalu berlanjut di sekitar sel hingga
akhirnya membelah sel tersebut menjadi dua sel terpisah.

b. Meiosis
Meiosis adalah pembelahan sel yang terjadi dalam pembentukan sel-sel kelamin
(sel telur dan sperma). Berbeda dengan mitosis, jumlah kromosom sel hasil
pembelahan adalah setengah dari sel induknya (n = haploid). Pembelahan meiosis ini
memiliki tujuan untuk menghasilkan sel telur maupun sel sperma yang matang.
Meiosis melibatkan replikasi DNA dalam sel serta diikuti dua kali pembelahan
sel (meiosis I dan meiosis II). Nantinya, akan terbentuk empat sel anakan yang
masing-masing memiliki 23 kromosom. Pada pria, keempat sel anak aan hidup dan
berdiferensiasi menjadi sperma matang. Sementara pada wanita, hanya akan ada satu
sel anakan yang hidup dan menjadi sel telur yang matang. Apabila sel sperma dan sel
telur bertemu, maka akan dihasilkan embrio dengan kromosom total 46 (23 pasang
kromosom).
Fase-fase meiosis adalah sebagai berikut: interfase, meiosis I (profase I, metafase
I, anafase I, dan telofase I), interkinase, dan yang terakhir adalah meiosi II (profase
II, matafase II, anafase II, dan telofase II). Fase-fase tersebut sedikit berbeda dari
fase-fase pada pembelahan mitosis.
a) Interfase
Pada interfase, sel berada pada tahap persiapan untuk melakuan pembelahan.
Sama seperti pada interfase mitosis, persiapan yng dimaksud adalah proses
sintesis protein dan replikasi DNA. DNA akan direplikasi dari satu salinan
menjadi dua salinan. Sel yang akan membelah mereplikasi DNA di setiap
kromosomnya sehingga terbentuk dua kromatid yang bergabung pada sentromer
(kromosom homolog).
b) Meiosis I
1. Profase I
Profase I adalah tahap yang cukup panjang karena masih dibagi menjadi
lima sub tahapan, yaitu leptoten, zigoten, pakiten, diploten dan diakinesis.
Leptoten adalah tahap dimana kromatin menjadi kromosom yang mengalami
kondensasi dan terlihat sebagai benang tunggal yang panjang. Pada tahap
zigoten, kromosom homolog akan saling berdekatan dan berpasangan atau
sering disebut “melakukan sinapsis”.
Di tahapan pakiten, tiap kromosom akan melakukan replikasi menjadi dua
kromatid dengan sentromer yang masih tetap menyatu. Tiap kromosom yang
berpasangan mengandung empat kromatid disebut dengan tetrad atau bivalen.
Selanjutnya adalah tahap diploten dimana kromosom homolog terlihat saling
menjauhi. Saat kromosom homolog saing menjauh, terjadi pelekatan
berbentuk X di tempat tertetu pada kromosom yang disebut kiasma (jamak:
kiasmata). Kiasma adalah bentuk persilangan dua dari empat kromatid suatu
kromosom dengan pasangan kromosom homolognya. Selain itu, kiasma juga
merupakan tempat terjadinya peristiwa pindah silang (crossing over). Melalui
pindah silang itulah tercipta keanekaragaan makhluk hidup.
Tahapan terkahir adalah diakinesis. Pada tahapan ini akan terbentuk benang-
benang spindel dari pergerakan dua sentriol kearah kutub yang berlawanan.
Tahapn diakinesis ini diakhiri dengan menghilangnya nukleolus dan
hancurnya selaput inti serta tetrad yang mulai bergerak ke bidang ekuator.
2. Metafase I
Tertad atau bivalen kromosom berada pada bidang ekuator. Kedua kromatid
dalam satu kromosom pada setiap pasangan kromosom homolog menghadap
ke kutub sel yang sama, sehingga sisanya menghadap ke kutub yang
berlawanan. Benang-benang spindel melekat pada sentromer setiap
kromosom. Pada tahap ini, terdapat perbedaan dengan pembelahan mitosis.
Untuk metafase I, sentromer tidak mengalami pembelahan.
3. Anafase I
Pada anafase I, setiap kromosom yang homolog masing-masing mulai
ditarik oleh benang spindel menuju ke kutub yang berlawanan arah. Dengan
demikian, didapati bahwa satu kelompok kromosom haploid (n) telah tersusun
disetiap kutub. Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari anafase yaitu untuk
membagi isi kromosom diplod menjadi haploid.
4. Telofase I
Pada dasarnya tahapan ini sama seperti telofase mitosis. Seperti dalam
pembelahan itosis, tefase membalik peristiwa yang terjadi daam profase.
Kromosom akan melebur, membrane nukleus akan terbentuk begitu juga
dengan nucleolus, benang spindel pun akan terurai. Pada akhirnya sitokinesis
akan terjadi dan kedua sel akan terpisah.
c) Interkinesis
Interkinesis adalah tahap di antara dua pembelahan meiosis. Pada tahap ini
tetap terjadi sintesis protein namun tidak terjadi replikasi DNA. Perlu di ingat
kembali bahwa hasil dari pembelahan meiosis I menghasilkan dua sel anakan
yang haploid (n) namun masih berisi sepasang kromatid yang mengartikan
bahwa kandungan DNAnya masih rangkat (2c). Oleh karena itu, akan dilakukan
pembelahan meiosis II yang bertujuan unuk membagi kedua salinan tersebut
pada sel anakan yang baru.
d) Meiosis II
Pada meiosis II, terdapat empat tahap yang sama dengan meiosis I. Tahap
yang pertama adalah profase I. Pada tahap ini peristiwa yang terjadi sama
dengan peristiwa pada profase mitosis. Sentriol akan memisah dan bergerak ke
kutub yang berlawanan, dan mikrotubulus dari setiap sentromer melekat pada
benang dari sentriol di kutub berlawanan.
Tahap yang kedua adalah metafase II. Pada tahap ini, kromatid berbaris ada
bidang ekuator sel. Kromatid yang ada tersusun berpasangan namun tidak lagi
dalam bentuk tetrad melainkan disebut dengan dyad. Tahap berikutnya adalah
anafase II, pada tahap ini sentromer membelah dan kromatid terpisah menjadi
kromosom. Berbeda dengan pembelahan mitsis, kromatid yang terpisah tidak
identik secara genetic akibat persilangan atau kombinasi ulang. Pada akhirnya,
sel akan memasuki tahapan akhir yang disebut telofase II. Di telofase II,
membrane nukleus terbentuk kembali, kromosom melebur, dan terjadi
sitokinesis. Sel yang dihasilkan akan bersifat haploid.

Perbedaan Mitosis dan Meiosis

Sifat Mitosis Meiosis


Jumlah pembelahan inti Satu Dua
Jumlah total sel saat selesai Dua Empat
pembelahan
Jumlah kromosom (n) 2n dengan jumlah kromosom 1n dengan jumlah
sama seperti sel induk kromosom setengah dari sel
(manusia 46) induk (manusia 23)
Jenis sel Sel tubuh (sel somatik) Sel kelamin (sel gamet)
Kejadian pada manusia Seumur hidup Setelah pubertas
Fungsi Pemeliharaan dan perbaikan Produksi sel telur dan sel
sel, pertumbuhan, dan sperma, serta
menghasilkan sel-sel yang memungkinkan terjadi
secara genetik identik rekombinasi genetik.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Metabolisme adalah segala proses reaksi kimia yang terjadi di dalam makhluk
hidup, mulai makhluk hidup bersel satu yang sangat sederhana seperti bakteri,
protozoa, jamur, tumbuhan, hewan; sampai mkhluk yang susunan tubuhnya kompleks
seperti manuasia. Di dalam proses ini, makhluk hidup mendapat, mengubah dan
memakai senyawa kimia dari sekitarnya untuk mempertahankan hidupnya.
Metabolisme terbagi menjadi 2 bagian, yaitu anabolisme dan katabolisme.
Anabolisme adalah reaksi kimia yang memerlukan energi untuk membentuk senyawa
kompleks dari senyawa sederhana. Katabolisme adalah reaksi kimia yang
menghasilkan energi dengan memecah senyawa kompleks menjadi senyawa
sederhana.
Respirasi aerob terdapat 4 tahap utama yaitu Glikolisis, Dekarboksilasi
Oksidatif, Siklus Krebs dan Transpor Elektron.
Anabolisme memerlukan energi, misalnya : energi cahaya untuk fotosintesis,
energi kimia untuk kemosintesis.

DAFTAR PUSTAKA
Aryulina D, Muslim C, Manaf S, Winarni EW. Biologi SMA dan MA untuk kelas XII.
Jakarta: Penerbit Erlangga;2009.h 111-2.

Corwin JE. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2009.h 43-6.

Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar: sebuah pendekatan klinis.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000.h 166-7.

Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.

Anda mungkin juga menyukai